Pesilat Ayu Sidan Wilantari dan Ni Made Dwiyanti sukses meraih medali
emas di Asian Games 2018 nomor seni ganda putri. Mereka menyebut sebagai
pencapaian yang luar biasa.
Tampil di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (28/8/2018), Ayu dan Dwi mendapat nilai tertinggi yakni 574 di nomor ganda putri. Selisih 10 poin dari duo pesilat dari Thailand Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan yang mendapat nilai 564. Serta ganda Malaysia Hamizah Nor Abu Hassan/Syazreen Nur A Malik yang meraih nilai 558.
"Pencapaian yang luar biasa karena di satu sisi di rumah sendiri, memberikan yang terbaik untuk Indonesia dengan meraih emas itu suatu kebanggaan bagi kami dan terima kasih supportnya untuk kami dari masyarakat Indonesia, keluarga, dan masyarakat Bali juga. Terima kasih doa dan dukungannya buat kami dan ini kabar gembira untuk semua," kata Ayu.
Tampil di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (28/8/2018), Ayu dan Dwi mendapat nilai tertinggi yakni 574 di nomor ganda putri. Selisih 10 poin dari duo pesilat dari Thailand Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan yang mendapat nilai 564. Serta ganda Malaysia Hamizah Nor Abu Hassan/Syazreen Nur A Malik yang meraih nilai 558.
"Pencapaian yang luar biasa karena di satu sisi di rumah sendiri, memberikan yang terbaik untuk Indonesia dengan meraih emas itu suatu kebanggaan bagi kami dan terima kasih supportnya untuk kami dari masyarakat Indonesia, keluarga, dan masyarakat Bali juga. Terima kasih doa dan dukungannya buat kami dan ini kabar gembira untuk semua," kata Ayu.
Baik Ayu dan Dwi hampir saja kena diskualifikasi lantaran waktu yang
belum menunjukkan 3 menit namun gong sudah berbunyi. Beruntung
pelatihnya bersikukuh untuk menahan dan duo pesilat Indonesia tak merasa
terpengaruh.
"Sempat berpikir dalam hati, kok sudah gong tapi kami yakin kepada pelatih kalau belum dikasih kode yang terakhir. Syukurnya tidak berhenti, kalau berhenti habis kami," kata Ayu.
Pelatih nasional pencak silat, Tulus Priyadi, membenarkan kondisi tersebut. Menurut Tulus, itu karena pihak timer ikut tegang.
"Karena mungkin dari pihak timer tegang. Mereka pikir kode 10 detik itu sudah INA. Itu sudah 3 menit. Padahal improvisasi mereka sedang tinggi-tingginya dan akhirnya saya bilang lanjut. Mereka terus dan pas waktunya," Tulus mengonfirmasi.
"Sebenarnya kalau waktunya tadi masih 2 menit 55 detik masih aman atau 3 menit satu detik. Tapi tadi kita kurang dari situ dan kalau berhenti bisa diskualifikasi karena kurang dari 15. Tapi untungnya tidak. Sebab, nilai sama dilihat waktu yang menentukan. Jadi 1 digit sangat berharga. Dan mereka memang secara stamina, power, dan kestabilannya memang lebih unggul," dia menambahkan.
"Sempat berpikir dalam hati, kok sudah gong tapi kami yakin kepada pelatih kalau belum dikasih kode yang terakhir. Syukurnya tidak berhenti, kalau berhenti habis kami," kata Ayu.
Pelatih nasional pencak silat, Tulus Priyadi, membenarkan kondisi tersebut. Menurut Tulus, itu karena pihak timer ikut tegang.
"Karena mungkin dari pihak timer tegang. Mereka pikir kode 10 detik itu sudah INA. Itu sudah 3 menit. Padahal improvisasi mereka sedang tinggi-tingginya dan akhirnya saya bilang lanjut. Mereka terus dan pas waktunya," Tulus mengonfirmasi.
"Sebenarnya kalau waktunya tadi masih 2 menit 55 detik masih aman atau 3 menit satu detik. Tapi tadi kita kurang dari situ dan kalau berhenti bisa diskualifikasi karena kurang dari 15. Tapi untungnya tidak. Sebab, nilai sama dilihat waktu yang menentukan. Jadi 1 digit sangat berharga. Dan mereka memang secara stamina, power, dan kestabilannya memang lebih unggul," dia menambahkan.
JAYA SELALU PENCAK SILAT INDONESIA
Sudah jadi ibu-ibu tapi tetap gesit.