Archive for July 2016
Tatap mata
yang tajam
Sikap
penuh wibawa
Gelora
terate di dada O....O....O...
Ringan kita bersama
Berat pun sama-sama
Hilang satu tumbuh seribu
Walau
panas mengiringi
Dingin
malam menyertai
Semangat
ku tak akan luntur
Walau lebam tubuh ku ditendang dan
dipukul
Walau sesak nafas ku,
Ku kan terikan “Aku bangga dengan
jatung bersinar di dada kiri ku”
Sebelum melihat jauh kedepan mengenai perkembangan Persaudaraan Setia
Hati Terate sekarang ini, kita ingatkan julukan : “PENDHITA WESI
KUNING”. Siapa kah Pendhita Wesi Kuning itu? Ia dikenal seorang yang
berdedikasi tinggi, dalam kamus hidupnya tidak ada kata menyerah dalam
menghadapi tantangan. Pola hidupnya sederhana meskipun ia sendiri
dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah kusumah
rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiatnya “Sepiro
gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo” dan kiat itu dihayatinya
dijabarkan dalam lakunya sampai akhir hayatnya.
Ia teguh dalam pendiriannya yakni mengabdi pada sesama maka
orang-orangpun memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini
mengacu pada warna wesi kuning sebagai senjata kedewataan yang
melambangkan ketegaran, kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran).
Ketika ia di tanya, siapakah orang yang paling dicintainya di dunia ini
?. ia akan menjawab dengan tegas “IBU “. Dan ketika ia di tanya
organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka ia
pun akan mengatakan PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE.
Dua jawabpan di atas, pertanyaan yang mengacu pada kedalaman rasa
itu, telah di buktikan tidak hanya ucapan belaka tetapi dengan kerja
nyata. Hampir sepanjang hidupnya waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya
dipersembahkan demi baktinya kepada keduanya itu. Yakni ibu, seorang
yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan persaudaraan setia
hati terate sebuah organisasi tempat menemukan jati diri, sekaligus
ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama. Dialah RADEN
MAS IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari
garba : Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM AMBAR KOESSENSI. Bertepatan
pada hari jum`at pahig tanggal 18 november 1938, di Madiun kakek beliau
(Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan
neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat),
merupakan figur yang di segani pada saat itu.
Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran
Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru
juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk
mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan
Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Bakat
alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di kemudian hari menitis
ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan mengantarkan menjadi seorang
Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia sendiri di juluki.
“Pandhita Wesi Kuning”.
Masa Kecil
Masa kecil RM IMAM KOESOEPANGAT di lalui dengan penuh suka dan duka,
ia seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan
RM Imam Koesenomihardjo, dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam
Koeskartono dan RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan
kedua orang tuanya, menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan
kabupaten Madiun . (menurut sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam
Koesoepangat belum menunjukan kelebihan yang cukup berararti. Di
sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN Indrakila Madiun) ia
bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang
di miliknya barangkali hanya karena keberanianya. Selain ia sendiri
sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela
serta suka menolong teman-teman sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda
nasib berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke
Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 ,
sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun
seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang
di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap
kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang
terjadi pada RM Ambar Koesensie.
Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat diasuh langsung oleh ibunda
RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu senggang ibunda sering
kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya dan tidak
lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama
menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada
pengertian budi luhur dan mesubrata.
Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Benih luhur yang di tanamkan ibundanya itu lambat laun ternyata mampu
mengendap dan mengakar di dalam jiwa RM Imam Soepangat, ia lebih akrab
dengan panggilan “ARIO” perhatianya terhadap nilai-nilai budi luhur kian
mekar bagai bak terate di tengah telaga. Semenjak kecil sudah menyukai
laku tirakat, seperti puasa dll sejalan dengan itu sikapnya mulai
berubah ia mulai bisa membawa diri menempatkan perasaan serta menyadari
keberadaannya. Gambaran seorang Ario kecil, sebagai bocah ingusan,
sedikit demi sedikit mulai di tinggalkannya.
Rasa keingintahuan terhadap berbagai pengetahuan terutama ilmu
kanuragan dan kebatinan yang menjadi idaman semenjak kecil kian hari
semakin membakar semangatnya. Melecut jiwanya untuk segera menemukan
jawabanya, barang kali terdorong oleh rasa keingintahuanya itulah ketika
umurnya bejalan enam belas tahun RM Imam Koeseopangat mulai mewujudkan
impianya. Di sela-sela kesibukanya sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia
mulai belajar pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati
terate. Kebetulan yang melatih saat itu adalah mas IRSAD (murid Ki
Hadjar Hardjo Oetomo) selang lima tahun kemudian 1959 setelah tamat dari
SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan
Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat satu.
Beliau adalah murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ).
R.M. Soetomo Mangkoedjojo adalah seorang Pendekar Tingkat III , R.M.
Soetomo Mangkoedjojo disyahkan menjadi pendekar tingkat I pada tahun
1928. Berikut murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan pada
tahun 1928 adalah sebagai berikut :
- Bapak Soetomo Mangkoedjojo ( Madiun )
- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )
- Bapak Moch Irsad ( Madiun )
- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango Madiun.
- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )
- Bapak Moch Irsad ( Madiun )
- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango Madiun.
Kemudian pada tahun 1936 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mendirikan
Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Ponorogo, dan pengesahan pertama
dilakukan pada tahun 1938 yang mengesahkan sebanyak 4 orang.
Pada tahun 1948 beberapa murid Ki Hadjar Harjo Oetomo antara lain
Soetomo Mangkoedjojo, Darsono, Suprodjo, Hardjo Giring, Gunawan,
Hadisubroto, Hardjo Wagiran, Letnan CPM Sunardi, Sumadji al. Atmadji,
Badini, Irsad dan kawan – kawan mempunyai prakasa untuk mengadakan
konfrensi di tempat kediaman Ki Hadjar Harjo Oetomo . Tujuan diadakan
konfrensi tersebut adalah untuk merubah / mengganti sifat Perguruan
menjadi Organisasi Setia Hati Terate yang mempunyai Anggaran dasar dan
Anggaran Rumah Tangga. Setelah Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
dikukuhkan menjadi suatu organisasi maka di pilihlah R.M. Soetomo
Mangkoedjojo sebagai ketua dan Bapak Darsono sebagai wakil ketua.
Kemudian pada tahun 1953 karena pekerjan beliau dipindah tugaskan ke Surabaya selanjutnya Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate diserah terimakan kepada bapak Irsad.
Pada tahun 1958 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mengesahkan Sdr. R.M Imam Kussupangat, Sdr. Kuswanto. BA dan Sdr. Harsanto. SH menjadi warga tingkat I, pengesahan dilakukan di Oro – Oro Ombo Madiun di rumah Bapak Santoso.
Pada tahun 1963 R.M. Soetomo Mangkoedjojo melatih langsung Sdr. R.M
Imam Kussupangat tingkat II. Dan pada tahun 1964 Sdr. R.M Imam
Kussupangat disyahkan menjadi warga tingkat II, pengesahan dilaksanakan
di Jl. Diponegoro 45 Madiun oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Dewan
Pengesah.
Pada tahun 1966 Sdr. R.M Imam Kussupangat mulai menjalani latihan
tingkat III karena dianggap berhak untuk menerima ilmu Setia Hati
tingkat III oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo.
Dimana ilmu tersebut
berdasarkan “Wahyu” dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semenjak itu Sdr. R.M
Imam Kussupangat dimulai latihan tingkat III dilatih dan disyahkan oleh
R.M. Soetomo Mangkoedjojo ( sebagai Ketua Dewan Pusat dan Dewan Pengesah
). Maka dari itu Sdr. R.M Imam Kussupangat tidak lepas sedikitpun
peranan dan bimbingan dari R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai pelatih
atau disebut sebagai guru dalam pendidikan tingkat II maupun tingkat III
Tahun 1974 diselenggarakan Musyawarah Besar ( MUBES ) I Persaudaraan
Setia Hati Terate dengan kesepakatan mengangkat R.M. Soetomo
Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
dan R.M. Imam Kussupangat sebagai Ketua Umum Pusat.
Pada tanggal 14 Desember 1975 R.M. Soetomo Mangkoedjojo wafat dan dimakamkan di Makam Cangkring Madiun.
Berikut adalah kedudukan yang pernah dipegang oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1948 adalah Ketua Umum Pusat yang pertama Persaudaraan Setia Hati Terate ( dari “ perguruan “ menjadi “ organisasi “ )
- Tahun 1956 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate,
- Tahun 1964 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1974 Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1956 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate,
- Tahun 1964 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1974 Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
Demikian sedikit perjalanan hidup tentang R.M. Soetomo Mangkoedjojo,
mudah – mudahan dengan sedikit catatan ini bisa membantu untuk tambahnya
pengertian dan pengetahuan kita semua agar wawasan sejarah berdirinya
Persaudaraan Setia Hati Terate sampai dengan perkembangannya dapat kita
ikuti dan ketahui bersama secara tepat dan benar.
Klaten – Ribuan pendekar dari berbagai perguruan silat yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Klaten memeriahkan Festival Pencak Silat 2014 di GOR Gelar Sena Klaten, Sabtu (25/10). Ajang silaturahmi sekaligus unjuk kebolehan pendekar seantero Klaten yang bertajuk Festival Pencak Silat sebagai Budaya Bangsa ini diikuti 2.000 peserta dari sembilan perguruan silat yang ada di Klaten.
Adapun kesembilan perguruan silat itu antara lain, Perguruan Silat Nasional Ampuh Sehat Aman Damai (Persinas ASAD), Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Pelangi indonesia, SP Wasibagno, Indonesia Seni Beladiri (Inseba), Tapak suci, Persaudaraan Setia Hati, PPS Betako Merpati Putih, Perisai Diri.
Ketua Harian IPSI Klaten sekaligus ketua panitia, Muh Nasir, mengatakan kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Sabtu – Minggu (25-26/10). Tak hanya festival, yang mana menampilkan karakteristik gerakan masing-masing perguruan silat, tapi juga diadakan Kejurcup oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Klaten.
“Tahun ini acaranya jadi satu, yakni festival, kejurcup, dan juga pelantikan pengurus IPSI Klaten. Untuk kejurcup dipertandingkan 15 kelas,” katanya, disela-sela kegiatan, Sabtu (25/10).
Lewat kegiatan ini, lanjut Muh Nasir, pihaknya berharap muncul pesilat-pesilat baru dan potensial guna mewakili Klaten diajang yang lebih tinggi. Pasalnya KONI Klaten sedang mencari atlet dalam Porprov 2017 mendatang.
“Selain itu, kita ingin membangkitkan masyarakat Indonesia, terutama pemuda, untuk mengerti dan melestarikan silat yang merupakan budaya asli Indonesia,” pungkasnya.
HAKEKAT PENCAK SILAT PSHT
Seperti telah dikemukakan terlebih dahulu, Pencak-Silat “SH” pada
hakekatnya adalah perwujudan dari-pada gerak mobah-molah insan SH. Dalam
rangka menghindari atau meniadakan aral-lintang atau “rubeda” guna
mempertahankan diri.
Dalam pada itu perlu disadari pula, bahwa sebetulnya yang dianggap
“rubeda” yang sangat berbahaya itu pada umumnya datangnya tidak dari
luar diri kita, tetapi justru dari dalam kita sendiri, dalam bentuk hawa
nafsu yang berlebih-lebihan.
Hawa nafsu inilah yang menjelma menjadi kehendak-keinginan dan
kemudian menguasai “aku” kita. Ini tidak mungkin dilumpuhkan dengan
ketangkasan dan ketrampilan jasmani, tetapi harus dilumpuhkan dengan
kekuatan atau kesentausaan rochkani. Dengan kata lain dengan kekuatan
dan kesentausaan Iman.
Kekuatan dan kesentausaan iman itu didapatkannya dengan olah jiwa. Oleh karenanya para kadhang diharuskan disamping berolah-raga juga berolah-jiwa, agar mempunyai kekuatan rokhani sewaktu-waktu diperlukan, untuk menghadapi tantangan-tantangan yang tersembunyi atau tidak kasat mata. Namun demikian hendaknya diusahakan agar kekuatan rokhani itu dihimpun dari kekuatan yang melandas kepada TUHAN YANG MAHA ESA.
Untuk itu para kadhang dipersilahkan mendalami dan melatih Dalil ke 7 SAPTA WASITA TAMA
JURUS-JURUS SH SERTA LANDASAN IDIIL/KEROKHANIANNYA:
Jurus Pencak-Silat “SH” meliputi 36 buah jurus, dimulai dari jurus 1. BETAWEN I sampai dengan jurus 36. MINANGKABAU III SIPAI/MBLIRIK. Sementara itu “jurus 20(dua puluh)” untuk sementara tidak diajarkan. Baru kemudian setelah menguasai yang 35 buah.
Jurus 20 tidak ada/ditiadakan secara idiil dalam kehidupan rokhani. Karena sangat penting dan mendalamnya, maka jurus 20 ini akan diungkap tersendiri.
Dalam kenyataan jurus-jurus dalam Pencak-Silat “Sh” itu adalah
penyatuan atau himpunan daripada pelbagai Pencak-Silat yang terdapat dan
mempunyai dasar hidup di Indonesia.
Ini tidak berarti, bahwasanya unsur-unsur Pencak-Silat lain dari luar Indonesia tidak tersirat didalamnya. Spesifik atau keistimewaan daripada jurus-jurus SH, terrekam pada jurus 25 dan jurus 11. Jurus-jurus ini menunjukkan Identitas daripada kepribadian serta jiwa dan semangat SETIA HATI.
Ini tidak berarti, bahwasanya unsur-unsur Pencak-Silat lain dari luar Indonesia tidak tersirat didalamnya. Spesifik atau keistimewaan daripada jurus-jurus SH, terrekam pada jurus 25 dan jurus 11. Jurus-jurus ini menunjukkan Identitas daripada kepribadian serta jiwa dan semangat SETIA HATI.
Jurus 25 biasanya dipergunakan pada permulaan “sambung” sebagai isyarat “uluk-salam”.
Kemudian diteruskan dengan melangkah dengan gerak jurus 11.
Isyarat tersebut dilakukan dengan sikap kesiap-siagaan serta kewaspadaan dalam menghadapi atau berhadap-hadapan dengan kemungkinan serangan secara mendadak/tiba-tiba.
Gerak-langkah jurus-jurus SH’ pada dasarnya garis melurus. Memang
terdapat pula jurus-jurus bersiku silang(zig-zag), namun langkah lakunya
melurus pula. Beberapa jurus menampakkan gerak-gerakkan mundur. Tetapi
jalannya melurus pula.
Gerak-langkah melurus itu mengandung makna, bahwa semua tingkah-laku, semua tindak-tanduk seorang Insan SH dalam keadaan bagaimanapun, harus berlandaskan pada hati lurus, tidak lika-liku, tidak “plin-plan”. Menyamping atau mundur selangkah untuk menghindari bahaya yang sifatnya untuk sementara, boleh-boleh juga asalkan hati tetap lurus.
LANDASAN IDIIL/KEROKHANIAN:
Jurus 25 adalah jurus yang dilakukan pada permulaan “pembukaan sambung” sebagai isyarat beruluk-salam. Uluk salam merupakan isyarat “memberikan do’a dan harapan” selamat.
Sudah barang tentu yang dimaksud dengan do’a dan harapan selamat ialah do’a-harapan “selamat lahir-bathin”. Siapakah yang diuluk-salami? Semua saja yang dijumpai disekelilingnya, baik yang ada disebelah kanan maupun sebelah kirinya, tanpa membedakan pangkat dan tingkat dan kedudukannya, juga mereka yang kedudukannya dalam masyarakat sangat rendah sekalipun. “Pemberian uluk-salam” ini menunjukkan keakraban, kehalusan budi, dikarenakan suka menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa memandang bulu.
Jurus 25 adalah jurus yang dilakukan pada permulaan “pembukaan sambung” sebagai isyarat beruluk-salam. Uluk salam merupakan isyarat “memberikan do’a dan harapan” selamat.
Sudah barang tentu yang dimaksud dengan do’a dan harapan selamat ialah do’a-harapan “selamat lahir-bathin”. Siapakah yang diuluk-salami? Semua saja yang dijumpai disekelilingnya, baik yang ada disebelah kanan maupun sebelah kirinya, tanpa membedakan pangkat dan tingkat dan kedudukannya, juga mereka yang kedudukannya dalam masyarakat sangat rendah sekalipun. “Pemberian uluk-salam” ini menunjukkan keakraban, kehalusan budi, dikarenakan suka menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa memandang bulu.
Gerak langkah jurus 25 dimulai dengan membungkuk merendahkan tubuh
sambil menyentuh tanah, lalu berputar kekanan dan kekiri (atau
sebaliknya). Gerakan membungkuk merendahkan tubuh ini mengandung arti
“merendah diri”, jadi menunjukkan segala kerendahan hati. Tidakkah salah
satu ayat dalam PANCA PRASETYA berbunyi: SUNGGUH-SUNGGUH SAYA AKAN
BERENDAH HATI DAN MENJAUHKAN DIRI DARI WATAK SOMBONG”.
Berputar/memutar kekanan dan kekiri, memperingatkan kita pada lingkungan sekitar kita yang terdekat. Jangan sekali-kali meninggalkan atau melupakan lingkungan disekitar kita yang tertdekat, karena sewaktu-waktu kita membutuhkan uluran tangannya. Merendahkan tubuh kedepan dengan menyentuh tanah berarti “mau dan ikhlas berendah hati untuk menghormat dan menguluk-salami yang paling rendah sekalipun”.
Tiada sesuatu yang paling rendah daripada tanah yang kita injak. Namun dari dalam tanah yang kita injak itu kita memperoleh sebagian dari tenaga dan daya kekuatan kita yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan air minum. Tidakkah “tanah” itu salah satu anasir daripada tata-susunan kehidupan jasmani kita. Unsur-unsur kehidupan jasmani manusia terdiri atas: tanah, air, api, udara. Dan daya kekuatan jasmani kita berasal dari sari-sari empat anasir tersebut dalam bentuk zat-zat yang terdapat dalam makanan dan minuman. Selanjutnya tidakkah kita mendapatkan yang kita makan sehari-hari itu langsung atau tidak langsung dari keringat dan jerih payah golongan yang terrendah dalam masyarakat yaitu bapak tani dan bapak buruh. Bukan bapak-bapak insinyur atau inspektur pertanian yang menghasilkan padi. Tetapi justru bapak-bapak tani yang tiap pagi terjun dalam lumpur.Betapa rendahnya akhlak dan budi kita, jika kita melupakan mereka.
Setelah menyentuh tanah, kita membuka tangan kita dengan maksud: “Mohon do’a restu”.
Dengan segala kerendahan hati menghormat serta menguluk-salami siapa
saja yang berada disekitar kita, sampai kepada yang terendah sekalipun,
dengan diiringi harapan, agar semuanya dalam keadaan selamat dan
sejahtera lahir-bathin, menunjukkan kebesaran jiwa dan keluhuran budi
seseorang, karena orang itu tahu berterima kasih atas kebaikkan orang
lain. Sementara itu sudahkah kita berterima kasih kepada YANG MENGHIDUPI
dan memberikan kita kehidupan sehari-hari?
Gerakan selanjutnya ialah menarik kaki yang dibelakang kemuka menjadi sejajar, dalam keadaan dan sikap berdiri tegak. Sementara kedua belah tangan diangkat setinggi pelipis dalam sikap: “memanjatkan do’a”. Sikap ini hendaknya diisi dengan panjatkan doa menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Sikap ini menunjukkan ketakwaan seorang insan SH terhadap YANG MAHA KUASA. Dalam keadaan bagaimanapun seorang insan SH harus selalu berdoa demi keselamatan diri-pribadinya berikut yang berada dilingkungan sekitarnya.
Dengan demikian secara singkat jurus 25 berisikan:
“Dengan segala kerendahan hati menghormat serta mengharapkan keselamatan semuanya yang berada disekitarnya, termasuk yang terendah sekalipun, diiringi dengan permohonan doa-restu serta panjatan doa kepada TUHAN dalam menunaikan tugas kewajiban SETIA HATI dalam melakukan sambung”. Kemudian kembali berdiri tegak mengambil sikap berdiri di AS, menghadapkan pribadinya berkiblat kepada YANG MAHA ESA dengan penyerahan secara total.
“Dengan segala kerendahan hati menghormat serta mengharapkan keselamatan semuanya yang berada disekitarnya, termasuk yang terendah sekalipun, diiringi dengan permohonan doa-restu serta panjatan doa kepada TUHAN dalam menunaikan tugas kewajiban SETIA HATI dalam melakukan sambung”. Kemudian kembali berdiri tegak mengambil sikap berdiri di AS, menghadapkan pribadinya berkiblat kepada YANG MAHA ESA dengan penyerahan secara total.
Jurus 11:
Jurus 11 ini berisikan isyarat “memberi salam” kepada seseorang yang sedang dihadapi secara langsung. Dalam keadaan biasa, apabila kita bertemu dengan seseorang Kadhang atau kenalan, kita tentu saling memberi salam atau bersalam-salaman.
Bagi seorang insan SH bersalam-salaman itu tidak hanya terbatas kepada seorang “kawan” saja, tetapi kepada siapapun yang sedang dihadapi secara langsung, biar “lawan” sekalipun. Kepada lawanpun kita harus mengharapkan keselamatannya lahir-bathin.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa jurus-25 dan jurus-11, disamping menunjukkan identitas dan kepribadian seorang insan SH, juga memancarkan sinar keluhuran budi dalam menghadapi tantangan dari siapapun, baik tantangan itu datang dari kawan maupun lawan.
Jurus 11 ini berisikan isyarat “memberi salam” kepada seseorang yang sedang dihadapi secara langsung. Dalam keadaan biasa, apabila kita bertemu dengan seseorang Kadhang atau kenalan, kita tentu saling memberi salam atau bersalam-salaman.
Bagi seorang insan SH bersalam-salaman itu tidak hanya terbatas kepada seorang “kawan” saja, tetapi kepada siapapun yang sedang dihadapi secara langsung, biar “lawan” sekalipun. Kepada lawanpun kita harus mengharapkan keselamatannya lahir-bathin.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa jurus-25 dan jurus-11, disamping menunjukkan identitas dan kepribadian seorang insan SH, juga memancarkan sinar keluhuran budi dalam menghadapi tantangan dari siapapun, baik tantangan itu datang dari kawan maupun lawan.
JURUS 20:
Jurus 20 dalam Pencak-Silat SH’ tidak dinyatakan dalam suatu bentuk atau suatu ujud gerak-langkah seperti jurus-jurus yang lain, karena dihubungkan dengan SIFAT 20 YANG MAHA ESA. SIFAT 20 TUHAN itu pada hakekatnya mengejawantahkan ke ESA-an dan ke-AGUNG-an TUHAN. Tiada lain yang ESA kecuali TUHAN. Oleh karenanya disebut: MAHA ESA dan MAHA AGUNG. SIFAT 20 TUHAN harus kita sadari, harus kita yakini, harus dapat kita rasakan dengan hati-sanubari dan dalam hati-sanubari. ESA dalam hubungan ini berarti “SAWIJI”, “TUNGGAL”, “MUTLAK UTUH BULAT”.
KE-ESA-AN TUHAN itu menunjukkan kepada kita, bahwa TUHAN adalah:
1. ESA pada DHATNYA.
2. ESA pada SIFATNYA.
3. ESA pada ASMA atau NAMANYA.
4. ESA pada AF’AL atau MAKARTINYA.
Jurus 20 dalam Pencak-Silat SH’ tidak dinyatakan dalam suatu bentuk atau suatu ujud gerak-langkah seperti jurus-jurus yang lain, karena dihubungkan dengan SIFAT 20 YANG MAHA ESA. SIFAT 20 TUHAN itu pada hakekatnya mengejawantahkan ke ESA-an dan ke-AGUNG-an TUHAN. Tiada lain yang ESA kecuali TUHAN. Oleh karenanya disebut: MAHA ESA dan MAHA AGUNG. SIFAT 20 TUHAN harus kita sadari, harus kita yakini, harus dapat kita rasakan dengan hati-sanubari dan dalam hati-sanubari. ESA dalam hubungan ini berarti “SAWIJI”, “TUNGGAL”, “MUTLAK UTUH BULAT”.
KE-ESA-AN TUHAN itu menunjukkan kepada kita, bahwa TUHAN adalah:
1. ESA pada DHATNYA.
2. ESA pada SIFATNYA.
3. ESA pada ASMA atau NAMANYA.
4. ESA pada AF’AL atau MAKARTINYA.
SIFAT KEESAAN TUHAN itu melingkupi, menyerapi dan menyertai alam
seisinya dalam TATA WISESA, KUASA dan KARSANYA. Kenyataan sejati ini
tidak dapat dijangkau dengan akal-pikiran maupun Panca-Indera.
Akal-fikiran dan Panca-Indera masing-masing mempunyai sifat terbatas.
Sedang KEESAAN TUHAN tiada batas dalam ukuran waktu dan ruang, tiada
banding, kesamaan dan persamaannya kekal, abadi sepanjang masa. Tidak
mungkin KEESAAN TUHAN itu dapat dinilai atau diukur dengan ukuran yang
serba terbatas. Meskipun demikian SIFAT KEESAAN TUHAN itu dapat dan
mungkin kita amati dengan “rasa-pangrasa yang halus-mendalam” yaitu rasa
bathin atau rasa kesuksman kita.
Untuk meyakini eksistensi dari pada KEESAAN TUHAN ini, para Kadhang dipersilahkan mendalami, menghayati dan melatih dalil ke-7 (tujuh) SAPTA-WASITA-TAMA yang berbunyi:
“BARANG SIAPA SELALU MELATIH MERASAKAN “RASANING” RASA, INSYA ALLAH IA LAMBAT LAUN AKAN TERASA “ROSING”RASA”.
Oleh karena SIFAT 20 TUHAN itu melingkupi, menyerapi dan menyertai
alam seisinya, maka jurus-20-pun seharusnya melingkupi, menyerapi dan
menyertai jurus-jurus SH’ yang lain.
Jadi jurus-20 itu harus menjiwai 35 buah jurus yang lain dalam suatu totalitas.
Nilai spirituil jurus-20 itu sangat luas lagi mendalam diibaratkan “SAMODRA YANG TAK BERTEPIAN”. Pada hakekatnya jurus-20 bersambung berkaitannya dengan IMAN dan TAUHID.
Berhubung dengan itu sulit dan tak mungkinlah jurus-20 itu dinyatakan dengan suatu lukisan atau rangkaian kata-kata. Namun demikian tidaklah berarti kalau jurus-20 itu tidak terjangkau. Dengan penghayatan dan latihan-latihan olah-jiwa yang teratur, terarah dan mantap, jurus-20 akan dapat dijajaki, diselami sampai terasa sendiri apa dan bagaimanakah sesungguhnya jurus-20 (dua puluh) itu.
Jadi jurus-20 itu harus menjiwai 35 buah jurus yang lain dalam suatu totalitas.
Nilai spirituil jurus-20 itu sangat luas lagi mendalam diibaratkan “SAMODRA YANG TAK BERTEPIAN”. Pada hakekatnya jurus-20 bersambung berkaitannya dengan IMAN dan TAUHID.
Berhubung dengan itu sulit dan tak mungkinlah jurus-20 itu dinyatakan dengan suatu lukisan atau rangkaian kata-kata. Namun demikian tidaklah berarti kalau jurus-20 itu tidak terjangkau. Dengan penghayatan dan latihan-latihan olah-jiwa yang teratur, terarah dan mantap, jurus-20 akan dapat dijajaki, diselami sampai terasa sendiri apa dan bagaimanakah sesungguhnya jurus-20 (dua puluh) itu.
Secara singkat jurus-20 itu dapat disimpulkan sbb:
MENSANUBARIKAN DIRI DALAM PRIBADI ini berarti bahwa DIRI “luluh” menyerap masuk kedalam PRIBADI atau HATI SANUBARI. Dengan demikian PRIBADI menyerap melingkupi DIRI. DIRI dengan PRIBADI atau PRIBADI dengan DIRI manunggal menjadi “SAWIJI”, tunggal dan utuh.
Manusianya-pun mewujudkan suatu totalitas yang “MANDIRI”, yang berarti sadar akan “ADANYA” atau “EKSISTENSINYA” sendiri dalam hubungannya dengan Alam Semesta dan PENCIPTANYA. Sikap Diri-Pribadinya terhadap ILLAHI akan berwujud “PENYERAHAN SECARA TOTAL KEPADA YANG KHALIK”. Selanjutnya akan tiada jarak atau antara lagi antara OBYEK dan SUBYEK MUTLAK.
MENSANUBARIKAN DIRI DALAM PRIBADI ini berarti bahwa DIRI “luluh” menyerap masuk kedalam PRIBADI atau HATI SANUBARI. Dengan demikian PRIBADI menyerap melingkupi DIRI. DIRI dengan PRIBADI atau PRIBADI dengan DIRI manunggal menjadi “SAWIJI”, tunggal dan utuh.
Manusianya-pun mewujudkan suatu totalitas yang “MANDIRI”, yang berarti sadar akan “ADANYA” atau “EKSISTENSINYA” sendiri dalam hubungannya dengan Alam Semesta dan PENCIPTANYA. Sikap Diri-Pribadinya terhadap ILLAHI akan berwujud “PENYERAHAN SECARA TOTAL KEPADA YANG KHALIK”. Selanjutnya akan tiada jarak atau antara lagi antara OBYEK dan SUBYEK MUTLAK.
APAKAH YANG HARUS DIHAYATI UNTUK MENCAPAI JURUS-20?
1. Melatih menguasai “BERDIRI ALIF”
2. Melatih Dalil ke-7 SAPTA WASITA TAMA dengan landasan “PERNAPASAN MENURUT AJARAN SETIA HATI”.
3. Segala sesuatu yang dilakukan dikerjakan dengan keikhlasan hati. Tidak merasa dipaksa atau karena terpaksa. Ikhlas disini mencakup = PANTANG MENGGERUTU, karena menggerutu itu berarti ingin mengatur TUHAN, sebab merasa diperlakukan tidak adil, tidak sesuai dengan keinginannya.
4. Dalam segala hal selalu mendahulukan TUHAN daripada sesuatu yang lain, karena:
BARANG SIAPA MENDAHULUKAN DAN MEMUTAKHIRKAN SESUATU DARIPADA TUHAN, MAKA DIA ITU BELUM/TIDAK BERIMAN(KEPADA TUHAN).
1. Melatih menguasai “BERDIRI ALIF”
2. Melatih Dalil ke-7 SAPTA WASITA TAMA dengan landasan “PERNAPASAN MENURUT AJARAN SETIA HATI”.
3. Segala sesuatu yang dilakukan dikerjakan dengan keikhlasan hati. Tidak merasa dipaksa atau karena terpaksa. Ikhlas disini mencakup = PANTANG MENGGERUTU, karena menggerutu itu berarti ingin mengatur TUHAN, sebab merasa diperlakukan tidak adil, tidak sesuai dengan keinginannya.
4. Dalam segala hal selalu mendahulukan TUHAN daripada sesuatu yang lain, karena:
BARANG SIAPA MENDAHULUKAN DAN MEMUTAKHIRKAN SESUATU DARIPADA TUHAN, MAKA DIA ITU BELUM/TIDAK BERIMAN(KEPADA TUHAN).
PENUTUP.
Dengan ungkapan serba singkat ini pangripta mengharapkan para Kadhang dapat berusaha mencapai tingkat kerokhanian SETIA HATI yang tertinggi dalam mempelajari Pencak Silat “SH” secara mendalam dan menyeluruh berikut jurus-20(dua puluh)-nya.
Dengan ungkapan serba singkat ini pangripta mengharapkan para Kadhang dapat berusaha mencapai tingkat kerokhanian SETIA HATI yang tertinggi dalam mempelajari Pencak Silat “SH” secara mendalam dan menyeluruh berikut jurus-20(dua puluh)-nya.
Dalam hubungan ini ada baiknya dikemukakan segupil cukilan dari SERAT DEWA RUCI, yang gubahannya secara bebas sbb:
“Jikalau engkau sudah tidak bimbang dan ragu lagi, bahwasanya engkau telah terasa “manunggal” dengan TUHAN, maka sesungguhnya semua sudah ada padamu. Keperwiraan, kekayaan, kewibawaan, kesejahteraan, yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rokhani, sudah kau kuasai. “Dengan demikian tiada “aji” atau “mantera” apapun dapat mempengaruhimu, karena semua kekuatan sudah kau miliki dan kuasai. Tiada lagi yang perlu dikejar. Oleh karenanya siap-siagakanlah diri-pribadimu untuk itu”.
“Jikalau engkau sudah tidak bimbang dan ragu lagi, bahwasanya engkau telah terasa “manunggal” dengan TUHAN, maka sesungguhnya semua sudah ada padamu. Keperwiraan, kekayaan, kewibawaan, kesejahteraan, yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rokhani, sudah kau kuasai. “Dengan demikian tiada “aji” atau “mantera” apapun dapat mempengaruhimu, karena semua kekuatan sudah kau miliki dan kuasai. Tiada lagi yang perlu dikejar. Oleh karenanya siap-siagakanlah diri-pribadimu untuk itu”.
1. Pencak silat pada jaman Nenek moyang
Nenek moyang kits telah memiliki cara pembalaan diri yang ditujukan
untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari
sarangan musuhnya – baik itu berupa binatang atau pun sesama manusia dan
tantangan alam . Manusia sebagai mahluk hidup mempunyai kebutuhan
naluriah ( Instinctive need )-untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan
diri maupun masyarakatnya. Cara pembelaan diri itu sesuai dengan situasi
dan kondisi alam sekitarnya. Orang yang hidup dekat hutan mampunyai
cara pembelaan diri khusus untuk menghadapi serangan binatang buas ,
maka terbentuklah pemikiran dan penciptaan, keterampilan yang dilakukan
antara lain dengan mentransformasikan perilaku dan gerak — binatang
dalam membela diri . Seperti ; Harimeu,kera,ular dll. Begitu juga mereka
yang tinggal dipesisir pegunungan dan pantai mempunyai ciri sendiri
dalam pembelaan dirinya .
2. Pencak silat pada jaman kejayaan kerajaan-kerajasn di Indonesia.
Kedudukan orang yang memiliki kemahiran beladiri sangat menetukan
bagi kekuatan kerajaannya. Karena ketarampilan mempergunakan senjata
tajam sangat dimahirkan untuk mambentuk laskar yang kuat dan ampuh.
Seperti kerajaan besar, Majapahit dan Sriwijaya memiliki
pendekar-pendekar basar yang sangat diandalkan yang dapat menghimpun
prajurit yang gagah parkasa . Tercatat pada tahun 1293 Raden Wijaya
dapat mangusir tentara utusan kaisar Khubi lai Khan yang mencoba
manaklukan kerajaan Singasari dangen taktik dan kamampuan bela diri
,Prabu Jayanegara yang termashur dengan pasukannya yang disebut Bayang
Khari yang merupakan himpunan pandekar dan ksatria yang digembleng dalam
ilmu bela diri yang tangguh. Para pendekar yang tercatat mengangkat
sanjata melawan penjajah Belanda seperti Pangeran diponegara mempelajari
pencak silat untuk digunakan mempertebal iman dan kekuatan untuk
malawan Belanda, Panembahan Senopati,Teuku Umar,imam Bonjol,teuku
Tjikditiro dan para pendekar wanita seperti ,Sabai nan Aluih,TJut nyak
dian dan Tjut mutiah .
3. Pencak Silat Pada Jaman Penjajahan Belanda Abad 20
Di dalam pergerakan kemerdekaan, tarutama sajak berdirinya Budi Utama
pencak silat dan perguruannya sudah digunakan sebagai salah satu wadah
mananamkan rasa cinta kepada kebudayaan sendiri dan menentang kabudayaan
asing yang dibawa oleh penjajah Belanda. Kemudian setelah berdirinya
pergerakan-pergerakan lainnya , Perguruan pencak silat digunakan sebagai
wadah untuk menanamkan kesadaran bangsa dan Nasionalisme atau semangat
anti penjajahan/anti colonial.
Salah satu perkumpulan yang terkenal pada waktu itu adalah Pencak
Organisasi -( P.O ) yang dibentuk pada tahun 1927 sebagai
kenang-kenangan dan pengikat jiwa pada partai Ulama yang dilarang oleh
pemerintah Belanda.
4. Pencak silat pada jaman penjajahan Jepang.
Pada penjajahan jepang,pemerintah jepang telah membalik kebijaksanaan
dan strategi politik pemerintah Belanda. Hal ini berarti segala hal
yang dilarang pada pemerintahan Belanda diperbolehkan dan dibebaskan
walaupun masih dengan pengawasan yang ketat . Kesempatan ini digunakan
oleh bangsa Indonesia untuk menjadikan perguruan pencak silat sebagai
tempat penggemblengan pemuda dengan dalih untuk menyiapkan pemuda dalam
rangka membantu pemerintahan Jepang menghadapi tentara sekutu.
Masa panjajahan jepang dimanfaatkan oleh Bangsa Indonesia untuk
membina bangsa Indonesia melalui berbagai organisasi dan lembaga
Nasional yang ada untuk meningkatkan Potensi bangsa.
5. Pencak silat pada jaman kemerdekaan 1945 – 1950 .
Menjadi kenyataan sejarah bahwa yang ikut berjuang Melawan panjajah
dan ikut berjuang membela tanah air adalah mereka yang memupuk dirinya
dengan unsur-unsur yang mempertebal rasa cinta pada tanah air dan
memelihara kebudayaan Indonesia. Mereka yang terjun dalam seni budaya,
seperti : Wayang,tari,pencak silat serta taat menjalankan agamanya.
Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal
17-8-1945 yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Semakin berkembanglah
perguruan-perguruan pencak silat bagai cendewan di musim-hujan di
seluruh wilayah tanah air Indonesia . Pada masa perjuangan,
perguruan-perguruan ini dijadikan wadah untuk mengembangkan semangat
nasionalisme dan heroisme tanpa pamrih dan imbalan jasa.
SEJARAH PERKEMBANGAN IPSI
Pada awal tahun 1947 dengan dipelopori oleh Wongsonegoro,SH pada
waktu itu menjabat sebagai ketua Pusat Kebudayaan Kedu , berkumpulah
para pendekar dan wakil pemerintah dibidang kebudayaan dan olah raga,
berhasil membentuk panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia.
Yang ditugaskan untuk membentuk wadah organisssl Psncak silat dengan
segala kelengkapannya .
Pada tanggal 18 mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia dengan susunan pengurus besar :
Ketua Umum : Mr.Wongsonegoro SH.
wakil ketua : Suria Atmaja.
Penulis Umum : Marijun Sudirohadiprojo
Bendahara : Suratno Sastroamijoyo
Kemudian bulan Juni 1948 pengurus besar IPSSI dilengkapi dengan
bagian-bagian organisasi yang dipimpin oleh, Mahdun Sahir dan Dr.Sabar,
Bagian tehnik oleh, Mh.Djumali dan Harijun Sudirohadiprojo . Bagian
idiologi oleh Mr.Abdul madjid.
Tugas utama PB.IPSSI adalah menyusun Anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. (menyusun sistem palajaran pencak silat disekolah-sekolah,
meluaskan organisasi kedaerah-daerah Di Indonesia.
Pada konggres I IPSSI bulan Desember 1950 di Yogyakarta telah
diputuskan pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
pengesaahan sistem pelajaran pencak silat disekolah, parubahan nama
Organisasi IPSSI manjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Serta
mengusulkan supaya pencak silat menjadi pelajaran wajib di sekolah
rendah (SD),SMP,SMA .
Kegiatan dalam periode 1948 s/d 1973 :
· Pelaksanaan Latihan dan pelajaran pencak silat di sekolah dan masyarakat.
· Perlombaan pencak silat di PON III Medan tahun 1983.
· Perlawatan pencak silat dalam misi kebudayaan Indonesia pada tahun
1955 ke Cekoslowakia , Polandia , Unisoviet , hungaria dan mesir .
· Demonstrasi pencak silat mendapat sambutan dan dibeberapa tempat minta diulang.
· Percobaan pertandingan pencak silat di Solo dan Madiun pada tahun 1961
· Congress IPSI II di Bandung.
· Perlombaan pencak silat di PON V Bandung 1962.
· Demonstrasi senam masal di asean games tahun 1962.
· Demonstrasi pencak silat di PON wilayah tahun 1965.
· Perlombaan Pencak silat di PON VII Surabaya Tahun 1969.
· Penyusunan rancangan peraturan pertandingan olah raga Pencak Silat
dan pertandingan percobaan menuju pertandingan PON ke VIII 1973.
Pada kongres IPSI ke IV tahun 1973, Wongsonegoro diganti oleh
Tjokropranolo atas pilihan kongres. Kepengurusan Tjokropranolo
menghadapi kondisi permasalahan pemasalan pencak silat yang semakin
meluas, terutama pengembangan pencak silat dibidang prestasi olahraga
dan meningkatkan program pencak silat sabagai intrakurikuler disekolah.
Dalam pengembangan pencak silat disekolah telah dikembangkan penyusunan
program pengajaran bersama Departamen PDK melalui Direktorat Pendidikan
Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga serta Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah .
Melalui kongres ke VI IPSI tahun 1981 kepengurusan IPSI di pimpin
oleh Eddie Marzuki Nalapraya yang bertugas meningkatkan program di
bidang olahraga dan kembali untuk meningkatkan pencak silat di bidang
kesenian, beladiri serta meningkatkan peranan pancak ailat sabagai
pendidikan watak dan kapribadian.
Dalam hubungan International yang telah dirintis pada tahun 1976
dengan Singapura dan Malaysia dapat ditingkatkan dengan terbentuknya
Federasi International pada tahun 11 Maret 1980 di Jakarta dengan nama
Persekutuan Pencak Silat -Antar Bangsa ( PERSILAT ) .
Pencak Silat juga berkembang diluar Indonesia yaitu : di
Belanda,Jerman Barat, Belgia, Denmark, Perancis, Inggris, juga digemari
di Australia dan Amerika. Dengan perkembangan pencak silat yang semakin
meluas tersebut, maka menjadi kewajiban kita sebagai bangsa yang
memiliki atau sebagai sumber pencak silat harus dapat memelihara dan
mengembangkan lebih baik. Terutama pada genarasi muda Indonesia agar
dapat menguasai keterampilan pencak silat secara lihai.
Kegiatan penting IPSI pada perioda 1973 s/d 1984 :
– Pelaksanaan PON VIII di Jakarta sebagai PON prestasi dimana pencak
silat dipertandingkan untuk yang pertama kali. Disusul PON berikutnya.
– Penyelenggaraan Kejuaraan Nasional Remaja dan Dewasa yang dimulai dari pertandingan didaerah kabupaten dan daerah propinsi .
– Meluaskan organisasi keseluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan th
1982 di semua propinsi Indonesia telah terbentuk pengurus daerah IPSI.
– Disamping program olahraqa mulai digalakan kembali pembinaan
dibidang seni dan bela diri, dengan mengadaken festival dan demonstrasi
pencak silat didaerah- daerah ditingkat Nasional.
— Menampilkan pencak silat dalam pagelaran massal di pembukaan
kejuaraan — cabang olahraga lain atau pekan olah raga daerah dan
Nasional.
— Melakukan pembinaan pencak silat diluar negri dengan mengirimkan
pelatih dan menatar pesilat- pesilat luar negri yang dating ke
Indonesia.
– Membantu pelaksanaan program pencak silat di sekolah melalui
penataran- penataran utama daerah yang bertugas menatar guru- guru
olahraga daerah.
SIFAT OLAHRAGA PENCAK SILAT.
1. Sebagai olahraga pencak silat seringkali dikategorikan kedalam
olahraga-tradisional atau olahraga asli. Dalam hal ini pencak silat
termasuk dalam kategori berbagai jenis olahraga tradisionil lainnya.
Tetapi dibandingkan olahraga tradisional lainnya pencak silat marupakan
olahraga yang lebih –
Rumit dan lebih canggih.
2. Dewasa ini olahraga pencak silat sudah dipandang sebagai olahraga
modern hal ini dikarenakan pencak silat sudah berkembang secara alamiah
dan dipelajari bukan hanya oleh bangsa Indonesia yang melahirkan pencak
silat, tetapi juga dipelajari oleh bangsa- bangsa di dunia yang dikenal
berpikiran rasional.
3. Sebagai olahraga tradisional dan olahraga modern pencak silat
memenuhi kriteria yang dibuat oleh the international council of sport
and phisical education. Menurut lembaga ini yang disebut olahraga adalah
:
“ Olahraga adalah setiap kegiatan jasmani yang dilandasi semangat
perjuangan melawan diri sendiri, orang lain atau unsure alam, yang jika
dipertandingkan harus dilaksanakan secara kesatria, sehingga merupakan
sarana pendidikan pribadi yang ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup
yang luhur “.
4. Tiap- tiap bangsa mempunyai olahraga sebagai salah satu sarana
untuk membina bangsanya. Tugas pembangunan olahraga adalah untuk
menggerakkan seluruh tubuh bangsa agar berolahraga sehingga terbina
bangsa yang sehat, kuat, terampil, tangkas, cerdas, bersemangat, dan
berbudi pekerti luhur dan bersatu. Juga diarahkan kepada pembinaan
persahabatan antar bangsa. ”
5. Pencak silat yang dikembangkan menjadi
olahraga modern dan berhasil di masyarakat didalam maupun di luar negri
dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pembinaan persahabatan
antar bangsa.
6. Usaha pengembangan pencak silat dilaksanakan dengan 3 bentuk olahraga :
a. olahraga pendidikan.
b. olahraga prestasi
c. olahraga rekreasi dan massal.
Usaha pengembangan pencak silat sebagai olahraga pendidikan
ditekankan pada pembinaan kerokhanian dan keterampilan jasmani untuk
mewujudkan kehidupan social yang rukun damai dan serasi.
Usaha pengembangan pencak silat sebagai prestasi ditekankan pembinaan
sikap ksatria,komantapan dan kemampuan tehnik dan pengujian nilai
melalui pertandingan.
7. Pengembangan pencak silat dilakukan dengan :
a. Membentuk penatar, pelatih, dan wasit/ juri.
b. Menatar pelatih.
c. Menatar wasit/juri.
d. Memberikan penerangan kepada masyarakat tentang manfaat pencak silat.
8. Pencak silat mempunyni ciri dan sifat khusus sebagai berikut: Sifat pencak silat :
a. Bersifat halus, lentur, dan lemas dan kekerasaan sesaat.
b. Tidak membutuhkan ruangan luas,tidak suka meloncat dan mengguling( kecuali
pada parmainan harimau dan monyet ).
c. Gerakan lincah, gerakan tangan halus dan selaras dapat terbuka untuk memancing.
4. Langkah ringan kesegala penjuru .
d. Tidak banyak bersuara .
e. Parnafasan wajar .
f. Banyak parmainan rendah.
8. Tendangan sedang-sedang.
Ciri — ciri umum poncak silat :
a. Mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan dari ujung
jari kaki sampai kepala bahkan rambut wanita dapat digunakan sebagai
alat pembelaan diri.
b. Pencak silat dapat dilakukan dengan tangan kosong atau dengan senjata.
c. Pencak silat dapat menggunakan senjata apa saja yang dapat dijadikan senjata (sapu tangan, tas, paying, ikat pinggang, dll).
Ciri- ciri khusus pencak silat.
a. Sikap tenang, lemas (rileks seperti kucing waspada).
b. Mempergunakan kelentukan, kelincahan, kecepatan, timing (saat) dan
sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk mengusai lawan (bukan
dengan kekuatan).
c. Mempergunakan prinsip timbang badan, permainan posisi dengan memindahkan titik berat badan.
d. Memanfaatkan setiap serangan lawan dan tenaga lawan.
e. Mengeluarkan tenaga sedikit mungkin, menghemat dan menyimpan tenaga.
9. Pencak silat adalah sebagai prasarana dan sarana untuk membentuk
manusia seutuhnya yang pancasilaisme, sehat, kuat, terampil, trengginas,
tangkas, sabar, tenang, dan bersifat ksatria dan percaya diri sendiri.
Definisi pencak silat yang pernah disusun oleh PB.IPSI dan bakin pada Tahun 1975 adalah sebagai berikut :
“PENCAK SILAT ADALAH HASIL BUDIDAYA MANUSIA INDONESIA UNTUK MEMBELA
DAN MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI/ KEMANDIRIAN DAN INTEGRITAS/ KAMANUNGGALAN
TERHADAP ALAM LINGKUNGAN HIDUP DAN ALAM SEKITARNYA UNTUK MENCAPAI
KESELARASAN HIDUP GUNA MENINGKATKAN IMAN DAN TAKWA KEPADA TUHAN YANG
MAHA ESA”.
10. Olahraga pencak silat melatih kekuatan, kelincahan, ketangkasan
dan kecepatan. Dengan memiliki kemahiran pencak silat, olahragawan pada
cabang yang berhadapan langsung atau kontak badan dengan lawan
bertandingnya akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih kuat, karena
merasa mampu mengamankan diri.
PERKEMBANGAN PENCAK SILAT SEBAGAI CABANG OLAHRAGA PRESTASI
I. MASA PERINTISAN
1. Sebelum Indonesia merdeka pertandingan pencak silat telah
dilakukan dibeberapa tempat antara lain,Sala, Madiun,Semarang. Pada
waktu itu belum ada peraturan atau ketentuan yang berseragam, ketantuan
bermain menurut kondisi tempat. Banyak daerah yang menjadi basis pencak
silat tetap mengembangkan pencak silat dengan berbagai usaha .
2. Dalam masa permulaan IPSI th 1948-1955,pernah dibicarakan dalam
musyawarah-pemikiran yang dikembangkan belum dapat direalisasikan,karena
situasi yang belum mendukung.
3. Baru pada bulan desember 1971 PB.IPSI dibawah ketua umum
Bpk.Wongsonegoro SH mengadakan musyawarah kerja IPSI khusus untuk
menyusun Rancangan Peraturan Pertandingan. Setelah dikaji kekurangannya
program kerja pertandingan ini diarahkan untuk pelaksanaan Pertandingan
pencak silat pada PON VIII 1973 di Jakarta.
4. Hasil pengamatan pertandingan didaerah-daerah,kemudian diolah
dalam musyawarah besar IPSI ke IV 1983. Perbedaan dari rancangan ini
adalah dalam hal sasaran.
Bagian leher keatas menurut peraturan yang baru tidak menjadi sasaran .
5. Pertandingan pada periode itu adalah seleksi dari daerah untuk PON VIII dan pertandingan PoN VIII tahun 1973 di Jakarta .
6. Usaha perbaikan terus dilakukan dan pada tahun 1976 diadakan
kongres istimewa IPSI khusus untuk penyempurnaan peraturan pertandingan .
Hasil perbaikan ini meliputi :
a. Diubahnya gelanggang pertandingan dari segi empat menjadi lingkaran .
b. Ditentukan kaidah bertanding yang lebih jelas sebagai pedoman pelaksanaan permainan yang harus dipatuhi pesilat.
7. Musyawarah Nasional IPSI V tahun 1972 memutuskan membentuk Panitia
Tujuh dalam \ rangka menghimpun data-data dan pendapatan untuk
perbaikan peraturan pertandingan .
8. Sementara itu dalam bidang perwasitan, telah dilakukan pembinaan
dimulai dengan penataran wasit/juri tingkat Nasional tahun 1972 sebagai
kader pelaksana pertandingan di daerah.
9. Di bidang kepelatihan/juru latih diadakan penataran pelatih
tingkat nasional tahun 1979dan penataran-penataran di daerah, sector
pelatih ini diharuskan dapat membina pesilat yang baik.
10. Selain dalam PON pertandingan pencak silat diprogramkan setiap
tahun, berselang kejuaraan dewasa dan remaja nasional. Kejuaraan
nasional I diadakan tahun 1975 semarang.
II. Masa penataran
1. Kebutuhan melengkapi peraturan pertandingan terus dilakukan
sebagai cabang olah raga yang terus berkembang harus mempunyai ketentuan
yang standart yang dapat dipakai sebagai pedoman pengembangan.
2. Dalam musyawarah nasional IPSI tahun 1981 diarahkan untuk menyusun
ketentuan teknik pertandingan olah raga pencak silat serta ketentuan
mengenai wasit dan juri, pelatih , dan pesilat (pedoman perwasitan).
3. Pada th 1985 dapat disyahkan pedoman tehnik dan taktik
pertandingan olahraga pencak silat serta ketentuan mengenai
wasit/juri,pelatih dan pesilat
4. Kepengurusan PB.IPSI dari Bapak Wongsonegoro SH yang menjabat
ketua umum sejak IPSI th 1948, beralih kepada Tjokropranolo untuk
periode 1973 Dan terpilih kembali pada periode 1977-1981. Menjabat ketua
umum IPSI pada tahun 1979 dijabat oleh Eddie Djajang Djayaatmaja sampai
1981 . Untuk periode 1981-1985 ketua umum IPSI dijabat oleh Eddie
Marzuki Nalapraya, dimana perkembangan IPSI telah memasuki dunia
International. Eddie Marzuki Nalapraya terpilih kembaii untuk periode
1985 – 1990.
III. PERKEMBANGAN INTERNATIONAL .
1. Pada tahun 1977 IPSI diundang ke Singapura untuk melakukan
pendekatan dan Perkenalan Pencak Silat. Kegiatan ini diselenggarakan
oleh PERSISI ( Parsekutuan Silat Singapura ) sebagai wadah pencak silat
di Singapura .
2. Tahun 1978 berkunjung ke Kuala Lumpur,rombongan pencak silat
Indonesia. Diadakan pula peragaan pertandingan pencak silat sebagai
olahraga. Selanjutnya diadakan pertemuan 3 negara dalam festival
kabangsaan oleh Singapura (1977 ). Dari kalangan persilatan Malaysia
cukup banyak yang tertarik untuk mempelajari Sistem pertandingan ini.
3. Dalam pertemuan 3 negara ini diadakan meeting International untuk
membicarakan terbentuknya federasi silat dunia . pertemuan ini dihadiri
oleh Malaysia, singapura , Indonesia, Brunei Darussalam pada tahun 1980
bulan maret .
4. Tanggal 11 maret 1980 diresmikan berdirinya PERSILAT ( Persekutuan
PancakSilat Antar Bangsa ) juga ditetapkan kerja PERSlLAT untuk periods
2 th. Presiden PERSlLAT terpilih Bpk. Eddie Marzuki Nalapraya .
5. Sidang umum PERSILAT diselenggarakan di Kuala Lumpur tahun 1985,
dalam rangka menyempurnakan dan mengesyahkan peraturan pertandingan dan
perlengkapan pertandingan pencak silat.
6. Dibidang pertandingan telah diselenggarakan Invitesi International
yang pertama di Jakarta tahun 1982 diikuti oleh 9 negara, yang kedua th
1984 di Jakarta diikuti oleh 11 negara dan ketiga di Wina th 1986
Austria diikuti oleh 14 negara.
7. Sebagai catatan perkembangan pencak silat international, di Eropa
barat sudah Iebih dari 10 negara. Di AS, Australia, Suriname, Amerika
Selatan, pencak silat yang berasal dari Indonesia semakin berkembang
8. Menjadi tanggungjawab kita bersama, neqara-nogara sumber pancak
silat untuk membina pancak silat agar Iebih baik,agar kita menjadi
panutan dalam parkambangan pancak silat. Dibidang olahraga khususnya
pertandingan perlu pengembangan sistem dan metode secara analisa, agar
unsurnya lebih didalami secara baik.
9. Dalam SEA GAMES XIV th 1987 di Jakarta untuk pertandingan pertama
kali pencak silat dipertandingkan secara resmi yang diikuti oleh 5
nagara ; Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand.
Ini merupakan perkembangan awal di kawasan Asia Tenggara .
— oQo –
Pencak silat sebagai hasil krida-budhi atau karya akal kehendak dan
rasa yang dilandasi kesadaran akan kodrat manusia sebagai mahluk ciptaan
yang berpribadi dan social. Terdiri dari 4 aspek yang merupakan satu
kesatuan yang bulat, keempat aspek itu yaitu:
1. Aspek mental spiritual:
1) Bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi luhur , hal ini berarti kewajiban untuk
a) Beriman , taqwa kepada Tuhan YME, dan melaksanakan
ajaran-ajarannya, yakni melaksanakan perintah2nya , dan meninggalkan
larangannya.
b) Menghormati orang tua, kakak atau abang yang lebih tua, guru , kakak seperguruan , harapan dan kepentingannya
c) Berperilaku dan sopan santun dalam pergaulan social sesuai dengan Susila yang berlaku.
2) Tenggang rasa, percaya diri dan berdisiplin . hal ini berarti kewajiban untuk :
a) Tidak bertindak sewenang-wenang terhadap sesame manusia
b) Mencintai dan suka menolong sesame manusia.
c) Berani dan tabah dalam menghadapi segtala bentuk tantangan hidup.
d) Sanggup berusaha dengan tidak mengenal menyerah didalam mencapai hal-hal positif, yang menjadi tujuan dan idaman cita-cita.
e) Patuh dan taat kepada norma-norma yang mengatur kehidupan pribadi dan social.
3) Cinta bangsa dan tanah air .
a) Memandang seluruh unsur bangsa dan wilayah tanah air,dengan atribut dan kekayaannya sebagai satu kesatuan.
b) Merasa bangga menjadi bangsa dan mempunyai tanah air Indonesia.
c) Mencintai budaya dan karya sendiri serta berusaha untuk Mengembangkan.
d) Menyelamatkan keutuhan/persatuan, kepribadian, kelangsungan hidup
dan pembangunan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
4) Persaudaraan,Pengendalian diri dan rasa tanggungjawab sosial.
a) Menjamin kerukunan , keselarasan keseimbangan , dan keserasian dalam hidup bermasyarakat.
b) Mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul secara Musyawarah dengan semangat persatuan/kekeluargaan .
c) Bergotong-royong didalam mewujudkan hal-hal yang merupakan kepentingan bersama .
d) Melaksanakan/menempatkan kepentingan mHsyarokHt/umum diatas
kspenting pribadi . Keseluruhan aspek Mental spiritual morupakan
lanriasen bagi aspek lainnya.
2. Aspek Bela diri .
Terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kemantapan/ kesiapsiagaan
fisik dan mental yang dilandasi sikap ksatria, tanggap dan
mengendalikan diri.
a. Berani menegakkan kejujuran dan kebenaran , keadilan .
b. Tekun/ulet dan dapat mengembangkan kemampuan dalam melakukannya.
c. Selalu melaksjinakan ilmu padi dan manjauhkan diri dari sikap dan peri laku sombong/takabur .
d. Menggunakan gerak keterampilan affiktifnyn dalnm perkelahian hanya
dalam keadaan terpaksa. urituk mninbela diri dan keselamatan harga diri
men • nurut ukuran obynktif serta keselarnatan bangsa dan negara.
3.SENI
Terampil dalam gerak yang serasi dan menarik,dilandasi rasa cinta kepada budaya bangsa.
a. Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonosia yang
mancerminkan nilai-nilai luhur,guna memperkuat kepribadian
bangsa,mempertebal harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh
jiwa kesatuan.
b. Mangembangkan nilai pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai kepribadian berlandaskan Pancasila.
c. Mencagah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat aliran dan kedaerahan
d. nenanggulangi kebudayaan asinq yang negatif .
e. Mampu menyaring dan menyerap kebudayaan asing yang positif dan memang diperlukan bagi pambaharuan dalam
pembangunan .
4. Olah raga
Terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani yang dilandasi hasrta hidup sehat.
a) Berlatih dan melaksanakan olah raga pencak silat sebagai bagian dari hidup sehat sehari-hari.
b) Selalu menyempurnakan prestasi, jika latihan dan melaksanakan olah raga tersebut berbentuk pertandingan
Dengan demikian pencak silat jika dilihat dari masing-masing aspeknya dapat digambarkan sebagai :
a) Falsafah moral dan etika bagi kehidupan ideal, yang ditegakkan
dengan membina beladiri, kecintaan pada seni dan kegemaran pada
olahraga.
b) Kemudian beladiri yang bermental dan bermoral dan beretika ksatria mengandung unsure seni dan unsur2 olah raga.
c) Kegiatan seni yang bermoral dan beretika dan mengandung unsure beladiri.
d) Kegiatan olah raga yang bermoral dan beretika serta mengandung unsure seni dan beladiri.
Dalam keseluruhan aspeknya, pencak silat dapat diartikan sebagai
system sikap dan gerak terencana,terorganisasi, terarah , terkoordinasi,
dan terkendali yang bermoral dan beretika, yakni memiliki ukuran
tentang baik dan buruk yang dapat digunakan untuk pembelaan diri serta
kegiatan seni dan olah raga.
Kata Pengantar
Buku pringatan ini diperuntukkan bagi keluarga Persaudaraan Setia
Hati (S.H.) chususnya dan pecinta SH pada umumnya. Buku ini ditulis
dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
I. Maksud:
a. Sebagai peringatan dan penghargaan atas jasa-jasa Almarhum Bapak S.H. Ialah Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai pensipta pencipta pencak silat serta Ilmu Kebathinan yang dibuat pedoman mendirikan Persudaraan Setya Hati pada tahun 1903 M.
b. Guna bersama-sama mengetahui hal ichwal persaudaraan S.H. Terutama oleh para Sdr.2 baru yang masuknya di kalangan SH sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo wafat pada hari Jum’at Legi tanggal 10 November 1944 M (2604 Jepang).
II. Tujuan
a. Agar buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman di hari depan bagi para penerus Persaudaraan SH.
b. Pengharapan mudah-mudahan cita-cita Almarhum bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo yang suci dan luhur itu, sebagai jalan memperkembangkan membangun salah satu warisan Kebudayaan Nasional Nenek Moyang kita, hendaknya kita tidak dihindarkan, bahkan diperteguh, yaitu menggalang kerukunan lahir bathin sesama umat manusia, walaupun akan mungkin disesuaikan dengan kemajuan zamannya di hari depan.
a. Agar buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman di hari depan bagi para penerus Persaudaraan SH.
b. Pengharapan mudah-mudahan cita-cita Almarhum bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo yang suci dan luhur itu, sebagai jalan memperkembangkan membangun salah satu warisan Kebudayaan Nasional Nenek Moyang kita, hendaknya kita tidak dihindarkan, bahkan diperteguh, yaitu menggalang kerukunan lahir bathin sesama umat manusia, walaupun akan mungkin disesuaikan dengan kemajuan zamannya di hari depan.
Pendahuluan:
Sejak beberapa tahun yang lalu terasa oleh Keluarag Persaudaraan SH
perlunya segera membuat buku peringatan tentang hal ichwal Persaudaraan
SH. Sekarang waktunya telah tiba untuk menyusun buku peringatan ini guna
menyongsong datangnya Ulang Tahun Persaudaraan SH yang ke-60.
Agar para pembaca mendapatkan perngertian dan gambaran yang agak lengkap maka buku ini ditulis dalam 3 pokok persoalan ya’ni:
Agar para pembaca mendapatkan perngertian dan gambaran yang agak lengkap maka buku ini ditulis dalam 3 pokok persoalan ya’ni:
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo didahului oleh silsilahnya Almarhum.
I. Sumber-sumber ilmu kebathinan dan pencak Silat yang dihimpun oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dan menjadi dasar berdirinya Persaudaraan Setya Hati (SH).
II. Sejarah perkambangan Setya Hati sejak berdirinya pada tahun 1903 M hingga sekarang.
Mudah-mudahan buku ini akan bermanfaat kiranya bagi para Saudara SH terutama bagi Saudara SH yang masuknya di kalangan Persaudaraan, sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo meninggalkan kita. Wafat pada tanggal 10 November 1944 M.
I. RIWAYAT SINGKAT HIDUP KI NGABEI SOERODIWIRYO.
A. SILSILAH.
Ki Ngabei Soerodiwiryo, nama kecilnya MAS MOHAMAD MASDAN, dilahirkan pada tahun 1876 M, putra sulung Ki Ngabei Soeromiharjo, mantri cacar di Ngimbang (Jombang).
Ki Ngabei Soeromiharjo, ayah Ki Ngabei Soerodiwiryo, mempunyai saudara bernama Mas Ngabei Soerodiprojo, semula Wedono Wonokromo, kemudian Wedono Sedayu-Lawas.
Ki Ngabei Soeromiharjo adalah saudara sepupu (nakdulur) dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri Almarhum. RAA Soeronegoro ini adalah keturunan Bupati Gresik (Jawa Timur).
Ki Ngabei Soerodiwiryo pun salah seorang keturunan BATORO KATONG yang dimakamkan di Ponorogo.
Ki Ngabei Soerodiwiryo kswin dengan ibu Sariyati Soerodiwiryo yang sekarang ini, pada tahun 1905 M di Surabaya. Ibu pada waktu itu berumur 17 tahun dan Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah berusia 29 tahun. Dari perkawinan ini lahir 5 (lima) orang anak, yaitu 3 putra dan 2 putri, tetapi kelima anak itu semua meninggal sewaktu masih kecil.
B. RIWAYAT HIDUP.
Pada tahun 1890 (usia 14 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo lulus SR 4
tahun, kemudian diambil sebagai putra oleh pamannya ( Pak De), yaitu Mas
Ki Ngabei Soemodiprojo – Wedono Wonokromo, kemudian Wedono
Sedayu-Lawas.
Pada tahun 1891 (usia 15 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo disuwitakan kepada seorang kontrolir BB dan diberi pekerjaan sebagai magang – jurutulis (volontair) – tidak bergaji. Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal serumah dengan Tuan Kontrolir di Jombang, mendapat pakaian dan makan. Beliau diserahi mengawasi (momong) putra Tuan Kontroloir yang masih kecil sesudah pulang dari kantor.
Di waktu istirahat pada sore hari Ki Ngabei Soerodiwiryo mengaji
agama Islam di pondol Tebu Ireng (Jombang). Selain mempelajari Agama,
beliau dengan teman-temannya belajar pencak silat pada beberapa orang
guru pencak.
Pada tahun 1982 Tuan Kontrolir dipindah ke Bandung. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Bandung dan di sana juga mendapat pekerjaan seperti di Jombang dan tetap bertempat tinggal di loji Kontroliran (tidak digaji, tetapi mendapat uang saku).
Di daerah Parahiangan inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo berkesempatan
menambah kepandaian pencak silat dari beberapa pendekar selama 1 (satu)
tahun. Karena berbakat dan berkemauan keras serta dapat berpikir cepat,
maka beliau dapat menghimpun bermacam-macam langkah permainan, misalnya
permainan: Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibediyut, Cilamaya, Ciampea dan
Sumedangan.
Pada tahun 1893 Tuan Kontrolir dipindah ke kota yang lebih besar
lagi, ialah Betawi ( Jakarta). Ki Ngabei Soerodiwiryo turut pindah
beserta keluarga kontrolir tadi dan tugasnya pun masih tetap sama
seperti di Jombang dan di Bandung. Di Kota Betawi ini Tuan Kontrolir
juga hanya tinggal satu tahun, tetapi Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat
mempergunakan waktu yang singkat ini untuk menambah pengetahuannya,
antara lain permainan-permainan Betawen, Kwitangan, Monyetan, dan toya.
Pada tahun 1894 Tuan Kontrolir diangkat sebagai Wd. Asistent Resident
di Bankahulu. Ki Ngabei Soerodiwiryo (usia 18 tahun) ikut serta pindah
ke Bengkulen. Di daerah ini beliau dapat melihat permainan-permainan
pencak silat yang gerak-gerakkannya menyerupai pencak-silat di
Jawa-Barat.
Kurang lebih 6 bulan kemudian, pada tahun 1984 Tuan Kontrolir itu
diangkat sebagai Asistent-Resident tetap dan dipindahkan ke kota Padang,
Sumatra Barat. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Padang. Oleh karena
orang Asistent Resident berkedudukan tinggi dan berpengaruh, maka Ki
Ngabei Soerodiwiryo diangkat sebagai pegawai, masuk daftar gaji, tetapi
tetap sebagai magang jurutulis di kantor Asistent Resident dan tetap
bertempat tinggal pada keluarga Assistent Resident, sambil mengawasi
putra Assistent yang sudah agak besar itu.
Di daerah Padang dan sekitarnya inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat
melihat dan mempergunakan kesempatan mempelajari pencak silat yang
berbeda dengan permainan-permainan di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Di
daerah Sumatra terkenal tiap-tiap kampung mempunyai perkumpulan2 pencak
silat. Hampir kurang lebih dua tahun Ki Ngabei Soerodiwiryo di daerah
ini mempelajari pencak silat dari beberapa perkumpulan berganti-ganti,
hingga merasa puas.
Disamping belajar pencak silat, beliaupun mendapat pelajaran2 ilmu2 kebathinan.
a. Pertana ilmu kebathinan berdasar Ketuhanan
b. Kedua ilmu kebathinan yang menuju ke arah kerukunan bersama
a. Pertana ilmu kebathinan berdasar Ketuhanan
b. Kedua ilmu kebathinan yang menuju ke arah kerukunan bersama
Jika dapat memenuhi syarat-syarat dan janji2 kebathinan yang kedua inilah orang dapat mengharapkan perlindungan dari Tuhan YME: wejangan kebathinan pertama.
Pada suatu hari Tuan Assistent Resident memberitahukan kepada Ki
Ngabei Soerodiwiryo, bahwa ia akan segera berangkat dengan cuti menuju
ke negeri Belanda. Pada waktu Tuan Assistent berangkat (tahun 1896), Ki
Ngabei Soerodiwiryo (usia 20 tahun) masih ingin sementara waktu tinggal
di Padang untuk menyelesaikan pelajaran2 pencak silat maupun ilmu
kebthinan.
Selama di daerah Sumatra Barat ini beliau telah mempelajari permainan2 Minangkabau dan lain2 misalnya Permainan2:
Padang Pariaman, Padang Panjang, Padang Sidempuan, Padang Pesisir/Baru, Padang Sirante, Padang Alai, Fort de Kock, Alang Lawas, Linto, Solok, Singkarah atau Kuda Batak, Alang Sipai, Payakumbuh, Lubuk Sikaping, Kota Gadang, Maninjau, Airbangis dan Terlakan.
Salah seorang guru yang terbaik ialah yang bernama DATUK RAJO BATUAH.
Datuk ini disamping mengajar pencak silat juga memberi wejangan2, yang
oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo diberi nanma Tingkat II. Wejangan ini
diberikan kepada saudara2 SH sesudah menerima wejangan I pada upacara
penerimaan Saudara SH baru, setelah beberapa waktu kemudian.
Setelah merasa puas dapat memperkaya diri tentang hal kepandaian pencak silat dan ilmu kebathinan di daerah Sumatra Barat ini, Ki Ngabei Soerodiwiryo minta berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1898 dan melanjutkan perantauannya menuju Aceh, Sumatra Utara dan bertempat tinggal pada adiknya yang bernama Sdr. Adi (Soeradi) yang bekerja pada jawatan Kereta Api. Di sini pun Ki Ngabei Soerodiwiryo mempelajari pencak silat dari seorang guru silat bernama TENGKU ACHMAD MULIA IBRAHIM. Permainan2 yang didapat ialah: Aceh Pantai, Kucingan, Binjai-Langsan, Simpangan, Trutung dll.
Disamping belajar pencak silat gaya Aceh, beliaupun mendapat
wejangan2 kebathinan dari seorang keluarga Raja Bali yang diselong
(diasingkan) di Aceh dan mempunyai sebutan: GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH,
yang berdiam diri di Olehleh. Setelah itu beliau juga menerima wejangan
kebathinan dari seorang guru bernama TJIK EEDOJO.
Dengan sabar dan tekun Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak merasa bosan mencari ilmu untuk diperbandingkan, yang dianggap baik dihimpun sebagai bekal hidupnya di dunia sampai achirat.
Achirnya, pada tahun 1900 M Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang menuju
Betawi dan Bandung. Bagaimana cara penghidupannya tidak diterangkan.
Pada bulan puasa 1902 beliau pulang ke Surabaya.
Kisah perantauan Ki Ngabei Soerodiwiryo tsb.diuraikan oleh beliau
sendiri kepada beberapa saudara SH di waktu mereka berkunjung ke
Winongo-Madiun untuk mendapat keterangan2 sumber2 kepandaian pencak
silat maupun ilmu kebathinan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo mendapat kepandaian2 pencak silat maupun ilmu
kebathinan itu dengan susah payah dan kerap kali mendapat percobaan2
bertanding tidak saja dengan teman latihannya, tetapi juga dengan orang2
sombomg dsb. Ki Ngabei Soerodiwiryo memang seorang pemberani yang keras
hati. Sebelum beliau mendapat ilmu2 kebathinan, beliau sering mendapat
musuh dan terjadi perkelahian2 dengan sama2 mempergunakan pencak silat.
Oleh karena beliau telah mempelajari pencak silat gaya Sumatra dengan
baik dan ditambah pelajaran2 dari Jawa, maka beliau selalu selamat dan
perkelahian2 tadi malah bermanfaat guna menambah pengalaman.
Sesudah beliau mendapat wejangan2 kebathinan, maka beliau mulai
mengurangi melayani perkelahian2 yang sekira tidak sangat menyinggung
perasaan. Dalam menerima ilmu kebathinan yang disertai pelajaran2 pencak
silat, beliau harus berjanji untuk berbuat kebajikan2 yang diperkuat
dengan sumpah.
Setelah Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya, beliau dapat pekerjaan sebagai polisi distrik Wonokromo.
Sebagai seorang anggauta polisi penjaga keamanan, beliau kerap kali mendapat ujian2. Beliau dapat menangkap orang tahanan yang melarikan diri sambil mengamuk orang2 yang dijumpai di jalan.
Beliau juga sering menangkap pencuri2 dan penjudi2 dadu. Kemudian
beliau dipindah sebagai anggauta kepolisian di Surabaya. Di sini
tugasnya lebih berat lagi. Kerap kali harus menenteramkan dan menangkap
orang2 Madura yang berkelahi. Pernah juga dapat tugas menggerebeg sarang
perjudian Tionghoa. Rumah perjudian yang berpagar tembok tinggi dapat
beliau lalui dan kemudian dapat membuka pintu gerbangnya. Beliaulah yang
mendahuui rombongan teman2-nya memasuki rumah judi itu. Salah seorang
yang menjaga rumah perjudian itu menolak polisi memasuki rumah judi.
Secara sombong jagoan itu akan melawan, tetapi achirnya dapat
ditenteramkan dan ke-15 orang Tionghoa penjudi itu semua dapat
dibelenggu dan digiring ke kantor polisi. Anggauta2 polisi teman beliau
sama heran tentang keberanian Ki Ngabei Soerodiwiryo itu.
Oleh karena jasa beliau, maka beliau dinaikkan pangkat menjadi Mayor
polisi dan ditempatkan di pos polisi Ujung. Di sini kerap kali beliau
melakukan penangkapan2 orang2 Madura yang berjudi, pencuri2 barang2
gudang, juga menenteramkan pelaut2 Belanda yang membikin kerusuhan.
Sekali terjadi perkelahian melawan pelaut Belanda yang bertubuh besar
dan tinggi karena pelaut ini tidak suka disuruh pergi dari tempat yang
dibuat rame2. Setelah pergulatan, pelaut itu dilemparkan ke sungai Kali
Mas. Segera polisi lainnya menolong pelaut itu keluar dari air dan
pergilah ia.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung
Tambak Gringsing dan sesudah membentuk persaudaraan yang anggautanya
disebut sebagai “SEDULUR TUNGGAL KECER” dan permainan pencak silatnya
disebut “JOYO GENDILO”. Persaudaraan ini dibentuk pada tahun 1903 M.
Pada tahun 1912 M Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti bekerja dari
kepolisian, karena merasa kecewa – sering atasannya tidak menepati
janji. Pada tahun 1912 itu masa berkobarnya Pergerakan Sarekat Dagang
Islam yang diplopori oleh Kiyahi Haji Samanhudi dari Solo, yang kemudian
menjelma menjadi SAREKAT ISLAM dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto cs.
Mungkin mengingat pergerakan2 yang sedang berkobar kobar dan mengingat
pula Ki Ngabei Soerodiwiryo pernah melempar pelaut Belanda ke sungai dan
ditambah pula beliau pernah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai
alat pembele diri dan diingat pula beliau adalah seorang pemberani, maka
fihak Belanda menaruh curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Mengingat suasana yang tidak menyenangkan ini di kota Surabaya, maka
pada tahun 1912 beliau pergi ke Tegal dan bertempat tinggal di rumah
seorang keluarga sdr. Suryo Apuk yang menjabat sebagai opzichter
Irigasi. Di Tegal beliau tidak bekerja dan hanya membantu keamanannya
opzichter itu.
Pada tahun 1914 beliau mendapat surat dari Sdr.2 Tunggal Kecer di
Surabaya untuk dicarikan pekerjaan pada Djawatan Kereta Api. Setibanya
di Surabaya beliau terus bekerja di Kali Mas. Tetapi setelah bekerja
selama k.l. satu tahun, pada tahun 1915 beliau dipindah ke bengkel K.A.
Madiun. Kepindahan ini mungkin karena polisi P.I.D. (intel politiek)
Surabaya tidak menginginkan Ki Ngabei Soerodiwiryo berada di daerahnya.
Di kota Madiun ini Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak tinggal diam. Beliau
mengajar pencak silat dengan memakai nama seperti di Surabaya, tetapi
pada tahun 1917 nama persaudaraan disesuaikan dengan keadaan zaman dan
diganti namanya menjadi persaudaraan “SETYA HATI”, disingkat S.H., dan
nama itu tetap dipakai sampai sekarang ini.
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo ini hanya sampai pada achir tahun 1944, karena Bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Rachmattullah pada hari Jumaat Legi 10 Nopember 1944 di desa Winongo Madiun dalam usia 68 tahun, setelah menderita penyakit asma beberapa tahun lamanya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti dari jabatan Negeri dengan hal
pensiun pada achir tahun 1933 hingga beliau hidup dari pensiunnya selama
11 tahun. Ibu Soerodiwiryo yang waktu kawin dengan Ki Ngabei
Soerodiwiryo baru berusia 17 tahun, sekarang telah berusia 74 tahun dan
menerima pensiun janda. (Kini sudah wafat).
Rumah milik Ki Ngabei Soerodiwiryo dan Ibu, sebelum wafatnya, Bapak
memberi pesan kepada Ibu Sdr/i SH di Madiun , jika Bapak wafat
sewaktu-waktu maka rumah dan miliknya akan diwakafkan kepada
Persaudaraan Setya Hati. Atas keridlaan Ibu dan Sdr. Wongsoharjo (adik
Ki Ngabei Soerodiwiryo) dengan sekedar kerugian rumah menjadi milik dari
Persaudaraan “SETYA HATI” dengan perjanjian, bahwa Ibu selama masih
hidup harus tetap tinggal di Panti SH Winongo itu.
Oleh karena itu Persaudaraan SH merasa wajib memelihara dan menjaga
keselamatan Ibu yang dianggap sebagai Ibu SH pengganti Bapak Ki Ngabei
Soerodiwiryo.
II. SUMBER ILMU KEBATHINAN DAN ILMU PENCAK SILAT YANG DIHIMPUN OLEH KI NGABEI SURODIWIRYO
Walaupun sumber2 kepandaian Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagian besar
telah disebut pada riwayat hidupnya, tetapi perlu disusun pula sari-sari
kepandaian Ilmu Kebathinan dan Pencak Silat yang dipergunakan sebagai
dasar pemberian pelajaran2 kepada Keluarga Persaudaraan SH sebagai
berikut:
KEBATHINAN:
Pertama: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah asal dari Bali, yang bertempat tinggal di Olehleh (Aceh). Didapat wejangan2 Ilmu Kebathinan yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat2 pada penerimaan Saudara SH Baru, berujud: air kecer, kain putih, lambang2 “L2 uang”, lambang ketengan (uang yang bernilai paling rendah). Di zaman kemerdekaan ini ketengan2 diganti dengan uang RI yang terendah nilainya, makna hari dan pada tubuh dan letak kekuatan bagian tubuh tiap tiap hari. Pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN PERTAMA (trap pertama).
Pertama: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah asal dari Bali, yang bertempat tinggal di Olehleh (Aceh). Didapat wejangan2 Ilmu Kebathinan yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat2 pada penerimaan Saudara SH Baru, berujud: air kecer, kain putih, lambang2 “L2 uang”, lambang ketengan (uang yang bernilai paling rendah). Di zaman kemerdekaan ini ketengan2 diganti dengan uang RI yang terendah nilainya, makna hari dan pada tubuh dan letak kekuatan bagian tubuh tiap tiap hari. Pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN PERTAMA (trap pertama).
Kedua: Dari DATUK RAJO BATUAH didapat wejangan Ilmu Kebathinan
berujud 2 (dua) buah kalimat rafal yang bermaksud menyandarkan diri
kepada ALLAH dan RASULNYA agar diri atau tubuh terhindar dari segala
bahaya. Dua kalimat rafal dari Datuk Rajo Batuah ini diajarkan kepada
saudara2 SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA (trap kedua). Wejangan
tingkat kedua mengandung tiga kalimat rafal. Adapun kalimat ketiga yaitu
rafal ketiga didapat dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri yang meninggal
dunia pada tahun 1916 M. Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal
tsb.diatas, didapat juga coretan gaib. Sebelum membuat coretan gaib ini,
orang harus berpuasa (tidak makan dan tidak minum) dan juga puasa
membisu (tidak bicara).Jika para pembaca ingin menyaksikan coretan gaib
itu, maka kami persilahkan datang di pendopo kabupaten Kediri dan
mengamat amati ukir-ukiran pada ompak (alas) 4 soko (tiang) guru pendopo
kabupaten itu. Coretan gaib ini tidak termasuk wejangan tingkat dua
(trap kedua) dan hanya diberikan kepada mereka yang selalu mendekati
beliau dan minta tambahan2 dengan syarat sanggup memenuhi cara memenuhi
cara menulisnya dan membuatnya.
Ketiga: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah selain mendapat wejangan
tingkat pertama (trap kesatu) diterima juga wejangan2 untuk tingkat
ketiga (trap ketiga), ialah wejangan yang tertinggi bagi saudara2 SH.
Belum semua saudara SH menerima wejangan ini, karena syarat2-nya memang
agak sukar didapat. Saudara2 yang sudah dapat 3 wejangan2 lengkap tsb.
di atas itu, sudah diberi wewenang untuk mengecer saudara2 SH baru
(menerima saudara2 SH baru secara Ki Ngabei Soerodiwiryo menerimanya).
PENCAK SILAT:
Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan2 dua kalimat rafal tersebut di atas, ialah DATUK RAJO BATUAH dari Sumatra Barat. Nama Datuk Rajo Batuah selalu diperingati pada tiap2 selamatan upacara penerimaan saudara SH baru. Lain2 guru dan pendekar tidak disebut namanya pada selamatan itu , tetapi beberapa permainan yang dianggap penting selalu diperingati dengan selamatan pada upacara itu.
Selain memperingati permainan2 yang akan dipelajari tiap2 saudara S.H. Pada selamatan itu harus pula memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdiamnya di bumi ini.
Peringatan terachir ini tidak hanya pada waktu upacara penerimaan
saja, tetapi tiap2 berhajat apa saja atau latihan2 supaya tidak lupa
ingat asal mulanya terjadi. Pada waktu2 berlatih sambung diwujudkan
dengan “ULUK SALAM”.
Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajat itu memperingati awal mulanya hidup di dunia ini; kedua ialah supaya mendapat restu dan perkenan menerima wejangan2 ilmu kebathinan dan pelajaran permainan pencak silat guna dapat mengelakkan segala bahaya.
Kejujuran Ki Ngabei Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah, bahwa
beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa guru2-nya. Pada waktu2
memberikan pelajaran silat selalu ditegaskan bahwa tegak2 (stand) atau
langkah2 dan gerakan2 tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A
atau B, dan permainan2 dari daerah C atau D dan begitu seterusnya.
Demikian juga halnya dengan ilmu kebathinannya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak melarang saudara SH berguru pada lain peguron ilmu kebathinan ataupun lain pendekar pencak.
Tetapi beliau sendiri dikalangan Persaudaraan SH tidak suka disebut
sebagai GURU, melainkan minta supaya disebut Saudara tertua saja.
Menurut keterangan beliau sendiri, bahwa dalam mencari kepandaian pencak
silat, beliau berlandaskan KEMAUAN KERAS DAN SANGAT BERANI. Oleh karena
itu beliau banyak sekali mendapat percobaan2 dan ujian2 berupa
perkelahian2 dengan orang2 yang mengejek padanya atau hanya ingin adu
kepandaian, tetapi beliau selalu dapat mengatasi baik di Jawa Barat
maupun di Sumatra.
Setelah beliau merasa sudah cukup mempelajari pencak silat yang
beraneka ragam di Jawa Barat maupun di Sumatra, pula sudah mendapat
wejangan2 ilmu2 kebathinan, maka beliau dapat merobah cara berfikirnya.
Beliau tidak lagi melayani percobaan2 atau ejekan2 yang sekira tidak
akan sangat merugikan nama baiknya.
UBO-TAMPE SELAMATAN UPACARA PENERIMAAN SAUDARA S.H. BARU
Adalah sebagai berikut:
Adalah sebagai berikut:
1. Bucang – memperingati Baginda Ilyas
2. Pisang rojo ayu setangkep – permainan Rajo Batuah.
3. Ingkung panggang – permainan Cimande.
4. Nasi gurih – permainan Tanah Baru Padang Pasir.
5. Nasi golong – permainan Bungus Tjiampea.
6. Arang-arang kambang – permainan ampang.
7. Klepon – permainan Cibeduyut campur Padang Alai.
8. Jenang sengkolo.
9. Kembang telon.
Adapun sumber2 permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada
riwayat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo di muka. Dari sumber2 itu oleh
beliau diambil sari-sarinya dan dicampur dengan teliti berdasarkan
pengalaman2 sambung latihan, percobaan2 dari lain aliran atau dari
perkelahian2. Hasil dari pengambilan sari-sari yang dicampur dan diubah
secara teliti itulah ysng memungkinkan beliau menciptakan beberapa jurus
pencak yang digunakan sebagai dasar permainan SILAT SETYA HATI.
ASAL ATAU NAMA JURUS PENCAK DASAR SH ADALAH SEBAGAI DI BAWAH INI (CARA MENGERJAKANNYA TIDAK DITULIS DI SINI)
1. Betawen I.
2. Betawen II.
3. Cimande I.
4. Cimande II.
5. Cikalong (slewah)
6. Ciampea I (besutan)
7. Ciampea II (krawelan)
8. Tanah Baru I (slewah)
9. Tanah Baru II.
10. Permainan Tionghoa
2. Betawen II.
3. Cimande I.
4. Cimande II.
5. Cikalong (slewah)
6. Ciampea I (besutan)
7. Ciampea II (krawelan)
8. Tanah Baru I (slewah)
9. Tanah Baru II.
10. Permainan Tionghoa
monyetan.
11. Cimande III (keletan)
12. Cimande IV, seperti ll. tambah beberapa tegak
13. Cimande V.
14. Cibeduyut dengan toya.
15. Padang Panjang I.
16. Padang Pandjang II.
17. Cipetir.
18. Padang Siranti.
19. Sumedangan I.
20. Sumedangan II.
21. Linthau.
22. Cimande VI.
23. Alang Lawas I.
24. Alang Lawas II.
25. Minangkabau I Kucingan.
26. Solok Minangkabau II
27. Cibeduyut.
28. Cimande VII.
29. Terlakan Monyetan-tukang
(tidak diajarkan)
30. Padang Alai I.
31. Padang Alai II.
32. Fort de Kock.
33. Padang Alai III.
34. Padang Alai IV.
35. Kuda Batak.
36. Sipai Minangkabau III.(blirik)
27. Cibeduyut.
28. Cimande VII.
29. Terlakan Monyetan-tukang
(tidak diajarkan)
30. Padang Alai I.
31. Padang Alai II.
32. Fort de Kock.
33. Padang Alai III.
34. Padang Alai IV.
35. Kuda Batak.
36. Sipai Minangkabau III.(blirik)
Oleh karena bukan maksud buku peringatan ini untuk dapat digunakan
sebagai buku pelajaran pencak silat, maka di sini tidak ditulis
bagaimana wujud dan acara mengerjakan jurus-jurus itu.
Jurus 29 sengaja tidak diajarkan kepada sdr.2 SH, karena Ki Ngabei
Soerodiwiryo waktu mendapat jurus ini oleh gurunya diharuskan bersumpah
lagi lebih berat, hingga beliau tidak mau dianggap tidak bertanggung
jawab akan sumpahnya. Jurus itu hanya akan digunakan mengenai soal2 yang
sudah diputuskan harus dibela sampai lawan mati dengan tidak
menghiraukan apa akibatnya atau diri sendiri harus mati.
Inilah sebabnya mengapa Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak memberikan jurus
29 kepada sdr. SH. Jadi sdr. SH mendapat pelajaran 35 macam jurus
secara lengkap sebagai dasar mempelajari pencak SH.
Seperti umumnya achli2 pencak silat mengerti bahwa tiap2 jurus
terdiri atas beberapa tegak (stand). Untuk mewujudkan tegak2 itu harus
dilaksanakan langkah2 kaki dan menggerakkan tangan dari tegak yang satu
menjadi tegak yang lain. Oleh karena itu maka 35 jurus SH tadi terdiri
atas ratusan tegak2 yang dijadikan dasar pelajaran silat SH.
Untuk belajar silat harus terlebih dahulu mahir tentang jurus dan
disamping itu pandai cepat berfikir, licin, lemas, tangkas dan berani.
Selanjutnya harus mempelajari perubahan dari tegak kesekian dari jurus
sian menjadi tegak sekian dari jurus lain. Setelah selesai merangkaikan
ratusan macam tegak2 itu dalam latihan bersambung, tinggal melihat sikap
lawan.
Di dalam sambung jurus tidak lagi menjadi pikiran, tetapi tegak2-nya
yang harus dikerjakan. Untuk bermain pencak silat secara baik, maka
orang perlu mempunyai kepandaian berfikir cepat agar segera mengerti
gelagat lawan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo almarhun dalam hal pencak silat ternyata adalah oknum yang mempunyai syarat-syarat cukup, misalnya: bakat – dapat berpikir cepat – keberanian – kesehatan waktu mudanya – dan berlatih terus menerus. Sejak mudanya sampai pada wafatnya terus menerus berlatih. Waktu mudanya mencari pencak silat untuk diri sendiri dengan jalan berlatih, setelah mahir lalu memberi pelajaran kepada saudara2 SH yang berarti berlatih terus menerus. Dari pengalaman2 sudah dapat dikatakan, bahwa misalnya sepasang pemain pencak silat dari satu aliran yang sama2 mahirnya, tetapi seorang lebih tegap dan besar badannya, maka yang kecil itulah yang biasanya akan kalah walaupun mahir pencak silatnya.
III. SEJARAH PERKEMBANGAN PERSAUDARAAN “SETYA HATI” (SH)
Persaudaraan SH didirikan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo pada tahun 1903
di Surabaya, 1 tahun setelah beliau pulang dari perantauannya dari Jawa
Barat dan Sumatra, yang berlangsung kurang lebih 10 (sepuluh) tahun.
Waktu Persaudaraan didirikan, keluarga Persaudaraan disebut “SEDULUR
TUNGGAL KECER”. Istilah KECER diambil dari wujudnya syarat yang
terpenting ialah: “AIR KECER” yang diberikan kepada Saudara baru. Air
kecer ini setelah diberi isi, secara chidmad oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo
diberikan kepada Saudara baru untuk sedikit diminum dan sisanya
diborehkan:
1. Dari jidat melalui kepala sampai leher belakang.
2. Kedua mata.
3. Kedua telinga.
4. Kedua tangan dari atas siku sampai ujung jari.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung
Tambak gringsing dan bekerja sebagai polisi kota Surabaya. Pada awal
berdirinya persaudaraan “SEDULUR TUNGGAL KECER”, baru ada 8 (delapan)
orang keluarga. Yang terdahulu adalah Sdr. Noto Gunari, adik Ki Ngabei
Soerodiwiryo dan saudara KNEVEL, seorang indo belanda. Persaudaraan
“STK” mulai dikenal oleh masyarakat Surabaya, terutama diperhatikan oleh
para pendekar dan para penggemar pencak silat.
Pada zaman itu orang2 darah panas tidak rela kalau ada orang lain
yang dianggap saingannya. Oleh karena demikian maka Ki Ngabei
Soerodiwiryo mulai menerima tantangan2 untuk tukar kepandaian pencak
silat. Sebenarnya beliau ingat akan petuah2 dari gurunya supaya tidak
melayani soal soal yang tidak penting. Tetapi terdorong sdr.2 muda “STK”
maka beliau terpaksa menerima juga tantangan2. Mula2 dari ahli2 silat
Surabaya aliran SEPANJANG, JOSREMO. Karena Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah
mempelajari banyak aliran dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatra, maka
dengan mudah mereka itu dikalahkan. Menerima pula tantangan dari orang
masinis K A dari Cirebon. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah dapat
menggambarkan permainan dari masinis itu yaitu pencak silat dari Jawa
Barat. Masinis badannya kuat dan tegap. Pertandingan sangat ramai,
serangan2 berkali kali dielakkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Masinis
kebingungan lalu menangkap Ki Ngabei Soerodiwiryo yang seolah olah
memberikan badannya, tetapi ketika akan dibanting, Ki Ngabei
Soerodiwiryo mencekek lehernya masinis kuat kuat. Karena merasa sakit
bantingan tidak terjadi lalu janggutnya ditindaskan pada jari2 yang
mencekek lehernya. Jari2 Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan cepat digeser ke
pipinya masinis kanan kiri, arah tengah2 gigi atas bawah sambil
ditempeleng kepalanya. Ikat kepala masinis jatuh dan mulut merasa sangat
sakit, maka pertandingan bubar, setelah dilepaskan tangkapan badan yang
tidak manfaat. Ki Ngabei Soerodiwiryo dalam pertandingan ini tidak
melakukan serangan kaki maupun tangan, tetapi hanya berusaha dan
berhasil mengelakkan serangan2 lawan. Baru setelah lawan menangkap
badan, secepatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo menancapkan kukunya ke leher
lawan, salah satu tempat yang lemah dari tubuh manusia, lalu jari2
dipindah ke pipi.. Singkatnya dari kelicinan langkah elakan serangan2
achirnya pertandingan cukup diselesaikan dengan kuku dan jari2 tengah
kiri saja.
Ki Ngabei Soerodiwiryo semakin terkenal pencak silatnya di kalangan terpelajar. Persaudaraan STK bertambah keluarganya.
Pada suatu hari Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai polisi kota mendapat
tugas menggerebeg suatu tempat perjudian Tionghoa disertai beberapa
teman polisi lainnya. 15 orang Tionghoa melihat adanya penggerebegan
yang dipimpin oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak lari bahkan menyerah
diri dengan bukti2-nya. Ke-15 orang Tionghoa digiring ke kantor polisi
diserahkan urusannya kepada yang berwajib. Banyak sekali perkelahian2
orang Madura yang ditenteramkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Karena banyak jasa2-nya kepada kepolisian, maka Ki Ngabei
Soerodiwiryo dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Polisi dan ditempatkan
di pos polisi Ujung. Yang penting perlu diuraikan di sini ialah Ki
Ngabei Soerodiwiryo pernah sekali bertengkar mulut dengan seorang pelaut
Belanda yang tidak mau mentaati peraturan. Pertengkaran mulut beralih
ke perkelahian; karena keuletan Ki Ngabei Soerodiwiryo belanda yang
bertubuh tinggi besar itu dapat terlempar ke dalam Kali Mas.
Pada tahun 1905, seorang pemuda berbadan tegap bernama RM APUK anak
seorang kaya di Surabaya, pandai pencak silat aliran Surabaya lama,
ingin sekali mencoba Ki Ngabei Soerodiwiryo. Ia dilayani maksudnya,
tetapi ternyata secara mudah dapat dikalahkan. RM Apuk seorang pemuda
keras hati merasa malu atas kekalahannya itu. Maka diam2 mengambil uang
ibunya k.l. F. 9.000,- guna bekal ke Jawa Barat untuk belajar pencak
silat. Ia berkata kepada teman2-nya diantaranya sdr.2 STK, kalau ia
kembali dari Jawa Barat dan masih kalah lagi pencak dari Ki Ngabei
Soerodiwiryo, maka ia akan masuk menjadi keluarga STK.
3 Tahun lamanya RM Apuk belajar pencak silat di daerah Priangan.
Setelah ia merasa mahir sekali, ia pulang ke Surabaya dan menantang lagi
Ki Ngabei Soerodiwiryo; ia dilayani pula. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah
dapat menggambarkan apa alirannya. Sebaliknya RM Apuk tidak tahu benar
berapa macam aliran pencak silatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo. Pertandingan
terjadi seru dengan disaksikan oleh banyak orang antaranya beberapa
STK. RM Apuk berbadan tegap, sebaliknya Ki Ngabei Soerodiwiryo berbadam
kecil sampai dipepetkan di bawah jendela yang terbuka. RM Apuk berkata
keras: “Ayo bergerak”. Baru saja ia selesai berkata “bergerak” dengan
tidak sadar ia sudah terlempar keluar jendela. RM Apuk, seorang pemuda
pelajar HBS yang sportif dan konsekwen, dengan segera ia berjabatan
tangan dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan ucapan: “saya mulai sekarang
minta masuk menjadi keluarga STK”. Ini terjadi pada tahun 1908.
Kejadian ini diutarakan sendiri oleh RM Apuk pada waktu ia pulang dari
hukuman di Cipinang Jakarta, dan sementara tinggal serumah dengan Ki
Ngabei Soerodiwiryo di Winongo – Madiun. Ia dihukum karena menembak mati
seorang Indo Belanda di Mojokerto yang mau menodai adik perempuannya.
Pada tahun 1912 ramai2-nya pergerakan SI (Sarekat Islam) di Surabaya
dan terkenalnya Ki Ngabei Soerodiwiryo dikalangan rakyat terpelajar,
terutama pencak silatnya. Pula pernah berani melempar seorang pelaut
Belanda di sungai Kali Mas, maka polisi belanda (bagian PID-nya) menaruh
curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai alat negara penjajahan.
Kecurigaan ini dimengerti oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Oleh karena
perasaan tidak tentram, maka beliau minta berhenti dari dinas kepolisian
dan pergi ke Tegal atas petunjuk RM Apuk. Di Tegal beliau membantu
pamannya Sdr. Apuk yang menjadi opzichter Irigasi. Setelah 2 tahun Ki
Ngabei Soerodiwiryo tinggal di Tegal dan tidak mendapatkan pekerjaan
yang tetap, maka beliau menerima surat dari STK Surabaya yang meminta
supaya beliau pulang saja ke Surabaya dan akan dicarikan pekerjaan pada
Jawatan Kereta Api.
Pada tahun 1914 Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya; beliau
mendapat pekerjaan pada DKA di Kalimas. STK tambah lagi keluarganya.
Dalam tahun 1914 itu timbulnya perang dunia pertama. Belanda menyiapkan
angkatan perangnya. Barisan2 tiap hari menuju ke pangkalan laut Ujung
(Penyusun Buku ini pada tahun 1914 berada di Surabaya hingga tahun
1918). Tetapi tidak tahu tentang adanya STK. Dalam keadaan demikian
Belanda tentu sangat waspada terhadap gerakan2 penduduk. Dengan tidak
mengetahui jelas apa sebabnya, maka pada tahun 1915 Ki Ngabei
Soerodiwiryo dipindahkan ke bengkel DKA kota MADIUN. Beliau mula2
bertempat tinggal di kampung Prajuritan. Beliau tidak bisa terlalu lama
tidak bermain pencak silat. Maka beliau mulai mengajar pencak silat
kepada orang2 yang memang menginginkannya. Mula2 tidak memakai syarat2
pencalonan. Tetapi harus berjanji dan sumpah beserta membawa syarat2 :
kain putih, sirih, kemenyan dan uang ketengan sejumlah 15 buah, pula
uang bernilai 12 “uang”.
Pada permulaan tahun 1917 banyak saudara2 dari bengkel KA dan pegawai
Topografische dienst (brigade) minta pelajaran pencak silat, maka
dibentuk persaudaraan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo yang diberi nama:
“JOYO GENDILO CIPTO MULYO” atas persetujuan para keluarga persaudaraan.
Sebelum saudara2 ini diterima menjadi keluarga persaudaraan, mereka
tidak mengira bajwa Ki Ngabei Soerodiwiryo akan memberi juga ilmu
kebathinan disamping memberi pelajaran pencak silat.
Ilmu kebathinan yang diberikan adalah sesuai dengan pemberian
pelajaran pencak silat sebagai alat pembelaan diri. Artinya bukan hanya
ilmu mengelakkan bahaya secara lahir, tetapi juga secara bathin. Tidak
lama Ki Ngabei Soerodiwiryo berumah di kampung Prajuritan, lalu pindah
ke WINONGO.
Ketika pada tahun 1917 di Madiun diadakan pasar malam, untuk pertama
kali Persaudaraan JOYO GENDILO CIPTO MULYO diminta oleh panitia Pasar
Malam untuk memberikan sumbangan permainan pencak silat di pasar malam
itu. Di Pasar Malam dipasang papan nama “JOYO GENDILO CIPTO MULYO”, yang
dibuat oleh Sdr.2 Ramelan cs. Baru pertama kali ini permainan pencak
silat diperlihatkan dalam pasar malam di alun-alun Madiun. Para pemain
memperlihatkan gerakan2 aliran Minangkabau yang menarik dengan serangan2
kaki yang hebat2 dan elakane yang tepat secara sungguh sungguh.
Sehabis pasar malam itu pencak silat Soerodiwiryo Winongo terkenal luas, tidak hanya dalam kota Madiun, tetapi sampai ke luar karesidenan Madiun. Banyak saudara2 pegawai dan para siswa OSVIA dan MULO yang minta masuk Persaudaraan. Atas pertimbangan para saudara, nama JOYO GENDILO CIPTO MULYO diganti dengan PERSAUDARAAN SETYA HATI, dengan singkatan SH. Ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan ilmu kebathinan yang suci dan yang diperlengkapi dengan pelajaran pencak silat.
Latihan2 diadakan di rumah Ki Ngabei Soerodiwiryo tiap hari Minggu
pagi sampai siang. Ki Ngabei Soerodiwiryo waktu itu baru berusia 41
(empat puluh satu) tahun. Beliau memberikan pelajaran2 dengan tidak
merasa lelah, berganti ganti memberikan pelajaran jurus dengan
pecahannya kepada saudara2 baru, memberi pelajaran “jalan” kepada
saudara2 yang sudah menyelesaikan pelajaran jurusnya, yaitu pelajaran
memindah-mindahkan tegak2 (stand) jurus yang satu ke tegak2 jurus yang
lain. Memberi pelajaran “jalan” atau “langkah” tidak bisa dilakukan
lebih dari seorang berganti-ganti. Saudara2 yang sudah mendapat
pelajaran “jalan” atau “langkah”, baru mereka diberi pelajaran
bersambung silat, orang melawan seorang.
Belajar bersambung silat mempergunakan hatsil dari pelajaran jurus
dan pelajaran “langkah”, atau jalan yang masih bersifat meniru jalan
langkah kaki dan gerakan2 tangan si pengajar. Pelajaran bersambung
silat, masing2 harus mencari akal sendiri menurut kepandaian jurus dan
memindah-mindahkannya dengan melihat sikap tegak (stand) lawan.
Jadi pelajaran pencak silat SH ada 3 (tiga) pokok pelajaran, yaitu:
1. Pelajaran 35 jurus yang masing2 terdiri atas beberapa tegak (stand).
2. Pelajaran emmindah-mindahkan tegak2 dari suatu jurus ke tegak2 jurus lain.
3. Pelajaran bersambung silat.
1. Pelajaran 35 jurus yang masing2 terdiri atas beberapa tegak (stand).
2. Pelajaran emmindah-mindahkan tegak2 dari suatu jurus ke tegak2 jurus lain.
3. Pelajaran bersambung silat.
Dari keterangan-keterangan tersebut di atas dapat diterangkan tafsiran untuk istilah 2 pencak dan silat atau bersilat.
Pencak silat ialah gerakan2 yang dapat ditiru, ditulis, maupun digambar, mitsalnya orang yang sedang melakukan jurus dapat ditulis dan digambar. Begitupun mencapur jurus yaitu meindah-mindahkan tegak2 jurus yang lain. Kedua macam pelajaran tersebut (1 dan 2) dapat ditiru, ditulis, dan digambar, bahkan dapat digunakan berolahraga perorangan ataupun secara massaal.
Siat ialah gerakan2 pertandingan atau perkelahhian yang dilakukan
dari hatsil tiruan2 pelajaran pecahan jurus dan pelajaran memindahkan
tegak2 jurus, tetapi tidak dapat ditulis atau digambar untuk
dipelajarkan. Pelajaran silat dapat diberikan secara teori dengan lisan,
tetapi cara mempraktekkannya tergantung pada pelajarnya.
Untuk dapat mahir pencak silat, pelajar harus mempunyai syarat2 sebagai berikut:
Untuk dapat mahir pencak silat, pelajar harus mempunyai syarat2 sebagai berikut:
1. Bakat
2. Kecakapan berpikir cepat.
3. Berani sakit dalam berlatih.
4. Kesehatan baik.
5. Berlatih terus menerus dengan hati jujur.
Perkembanagn pencak silat SH menjadi lebih pesat karena datangnya permintaan menjadi saudara SH dari Surabaya, Malang, Kediri, Semarang, Solo, dll. kota besar dan kecil.
Di Madiunpun seperti di Surabaya terjadi tukar menukar kepandaian
pencak silat SH dengan pendekar dan perorangan, yang terang ialah
bernmaksud mencoba secara damai seberapa mutu silat SH itu.
Seorang pendekar pernah bertanding secara damai dengan almarhum Sdr.
Munaji. Pertandingan dilakukan di Ngawi. Pendekar itu dapat ditundukkan
oleh Sdr. Munaji, lalu menjadi sahabat dan berjanji tidak akan
mencoba-coba sdr. SH.
Seorang pemuda yang berbadan kuat (BOXER) pandai main silat dan berilmu kebathinan, datang di tempat latihan WINONGO; minta kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya diperbolehkan bertanding dengan seorang dari SH yang dikehendakinya. Pemuda itu memilih Sdr, R.m. Moestejo. Mengapa ia memilih Sdr, R.m. Moestejo, karena beliau terkenal di kalangan murid2 OSVIA sebagai gembongnya OSVIA. (sekolah pamong praja).
Seperti biasanya Ki Ngabei Soerodiwiryo jikalau ada orang mencoba,
supaya Sdr. dari SH mengemong terlebih dulu. Begitulah Sdr. R.M Moestejo
dipesannya. Pertandingan terjadi dengan sengit. Segala serangan dari
pemuda itu dapat dielakkan oleh Sdr. R.M. Moestejo. Tetapi serangan2
terus dilakukan sehingga Sdr. Moestejo kepepet. Oleh karena itu Sdr.
Moestejo tidak lagi ngemong dan mambalas menyerang dengan sekali saja
tendangan, maka pemuda itu jatuh.
Pertandingan selesai dan dengan agak malu pemuda itu minta diri kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo dan sdr/.2 lainnya.
Sdr. Moestejo juga pernah dicoba oleh seorang pendekar asal pasundan. Percobaan ini dilakukan atas undangan supaya sdr.2 SH datang dirumahnya. Ki Ngabei Soerodiwiryo datang dengan beberapa orang sdr. SH diantaranya sdr. Moestejo. Seperti biasa Ki Ngabei Soerodiwiryo menyuruh pendekar itu memilih lawannya. Pendekar memilih sdr. Moestejo sebagai lawannya. Pertadingan terjadi dengan sengit. Waktu sdr. Moestejo mengelakkan pukulan dan tendangan lawan, badannya merasa lemas sebentar. Tetapi sdr. Moestejo segera ingat dan kuat kembali, lalu segera membalas menyerang dengan pukulan dan tendangan begitu hebat, sehingga pendekar itu jatuh dan tidak dapat menyerang lagi. Pendekar itu minta pertandingan dihentikan.
Setelah pencak silat SH untuk pertama kali dipertunjukkan di Pasar
Malam tahun 1917, maka tiap hampir ada pasar malam, Panitya pasar malam
minta sokongan pencak silat SH dan selalu disetujui oleh sdr.2 SH; dasar
sdr.2 SH masih senang2-nya memperlihatkan permainannya. Sering pula
sdr. SH Madiun melawat ke lain daerah atas undangan sdr. SH pada suatu
resepsi atau lain2 keperluan.
Sesudah tahun 1930 panitya pasar malam mulai menyelenggarakan
perlombaan2 pertandingan (kongkurs) pencak silat untuk merebut kejuaraan
pasar malam. Selain di kota Madiun dalam pasar malam di kota lainpun
diadakan perebutan kejuaraan pencak silat SH mengambil bagian dan selalu
mendapat juara nomor satu. Jikalau ada suatu pasar malam dimana pencak
silat SH (Winongo) tidak ambil bagian, maka pencak silat yang memakai
kata SH pada nama perkumpulannya dan ambil bagian dalam perlombaan itu,
itulah yang mendapat nilai terbaik.
Setelah beberapa kali ternyata selalu mendapat nilai terbaik dalam
perlombaan2 yang diadakan di Malang dan lain kota, maka timbul suatu
pikiran dari Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya sdr.2 SH jangan lagi ambil
bagian dalan perlombaan aliran melawan aliran lain, seorang lawan
seorang, maupun yang bersifat demonstrasie.
Apakah kiranya ini akan dipegang teguh oleh sdr.2 SH generasi baru,
sejarah SH selanjutnya yang akan menentukan. Sesudah Ki Ngabei
Soerodiwiryo beberapa lama bertempat tinggal di Madiun dan persaudaraan
SH sudah meluas ke beberapa daerah, maka untuk mempererat tali
persaudaraan, diadakan peringatan hari ulang tahun persaudaraan SH,
dijatuhkan pada tiap bulan ASYURA.
Begitupun di daerah lain, daerah2 kecil, juga mengadakan peringatan
ulang tahun (Syura) disamping daerah2 itu mengutus beberapa sdr. SH ikut
meramaikan peringatan sentral di WINONGO Madiun. Peringatan Syura sudah
menjadi tradisi persaudaraan SH.
Peringatan Syura secara sentral ini dianggap penting artinya, karena
suatu kesempatan bertemunya sdr.2 SH dari daerah2 besar maupun kecil
dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dan ibu yang sudah dianggapnya sebagai
orang tuanya sendiri. Pula bertemunya sdr.2 dari daerah2 itu dengan
sdr.2 dari Madiun yang menjadi saksi2 waktu sdr.2 dari daerah itu datang
di Madiun untuk diterima menjadi sdr.2 SH dan sama-sama memikul SUMPAH
atau JANJI yang sama pula.
Begitulah menjadi kebanggan sdr.2 SH karena janji dan sumpah SH
ternyata dapat mempererat tali persaudaraan satu dengan lain2 sdr.2 SH,
hingga persaudaraan SH sejak berdrinya tahun 1903 sampai buku ini
ditulis dan disyahkan pada peringatan Syura ulang tahun ke-59 tidak atau
belum pernah putus atau bubar.
Berhubung dengan salah satu janji SH yang mengharuskan sdr. SH jaga
menjaga terhadap sesama sdr. SH yang baik lahir dan bathinnya di dunia
sampai achirat, maka persaudaraan SH mempunyai semboyan “BISA MASUK
TETAPI TIDAK BISA KELUAR”.
Lain dari pada janji dan sumpah itu memang apa yang diajarkan oleh Ki
Ngabei Soerodiwiryo kepada sdr. SH, oleh sdr. SH dianggap bermanfaat
dan cukup sebagai bekal hidupnya untuk keselamatan di dunia sampi
achirat, mengenai pelajaran lahir maupun bathin.
Oleh karena persaudaraan SH tidak menggolongkan diri sebagai satu
organisasi dan tidak mendaftarkan kepada pemerintah, tidak mempunyai
anggaran dasar dan tidak mempunyai buku anggauta, maka pernyataan MASUK
dan KELUAR tidak ada pembukuannya.
Pemerintah jajahan dan Republik Indonesia mengetahui bahwa
pesaudaraan SH tidak mempunyai tuntutan apapun; politiek, ekonomie,
maupun sosial kepada pemerintah atau kepada majikan2 dan masyarakat.
Persaudaraan hanya mempunyai tuntutan kepada diri sendiri masing2 sdr.
SH sanksi lahir wujud schorsing atau pemecatan tidak perlu ada.
Pelanggaran terserah pada diri masing2 mereka.
Sdr.2 SH hanya berkewajiban memberi peringatan kepada sdr. yang terlihat melanggar. Jikalau peringatan2 diabaikan, maka akibatnya menjadi tanggung jawab sendiri.
Persaudaraan SH mendapat maksud dan tujuannya seharusnya berdiri netral. Walaupun keluarganya menganut bermacam-macam aliran politiek.
Pada tahun 1930 bahkan sebelumnya, pernah terjadi pemisahan2 oleh
beberapa sdr. SH. Dinyatakan keluar tidak pad tempatnya, karena mereka
berjanji dengan sumpah di dunia sampai achirat. Pemisahan2 ada yang
dibicarakan lebih dulu di Winongo ada pula yang secara diam diam dan
memberi pelajaran pencak silat kepada orang2 bukan saudara. Sebaliknya
kalau mereka itu mencantumkan kata “SH” pada nama alirannya, maka mereka
ikut menjaga nama baik penciptanya dengan cara meninggikan mutu pencak
silatnya dan rasa persaudaraan seperti contohnya.
Setelah persaudaraan SH terkenal si seluruh tanah air, maka hari
kesedihan bagi kalangan SH telah tiba, yaitu waktu wafatnya Ki Ngabei
Soerodiwiryo pada hari Jumaat Legi tanggal 10 Nopember 1944 dalam usia
68 tahun.
Setelah wafatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo timbul pikiran dalam kalangan persaudaraan SH siapa siapa antara saudara SH yang sudah mendapat wewenang menerima sdr.2 SH baru, yaitu yang sudah menerima ilmu kebathinan tingkat 3(tiga) (derde trap), tetapi yang juga dapat memimpin persaudaraan dalam segala hal, mempunyai kewibawaan, memberikan pelajaran pencak silat secukupnya.
Pertimbangan2 untuk mendapatkan seorang saudara guna memimpin
persaudaraan SH seperti cara2 almarhum Ki Ngabei Soerodiwiryo hingga
kini belum didapat. Oleh karena banyak permintaan untuk masuk menjadi
sdr. SH masih ditunda pelaksanaannya, maka yang dianggap perlu ialah
soal penerimaan sdr.2 SH baru.
Dalam satu musyawarah Syuran di Winongo telah diputuskan menerima
kesanggupan dari beberapa sdr. SH 3de trappers (tingkat ke-tiga) untuk
bertugas melakukan upacara penerimaan sdr.2 baru. Menurut keputusan,
upacara penerimaan harus dilakukan di Winongo Madiun, karena keharusan
sebelum calon diterima, harus berziarah ke makam Ki Ngabei Soerodiwiryo
terlebih dulu.
Walaupun menurut keputusan para calon sdr. SH yang berada di luar
Madiun boleh menunjuk dan minta diterima oleh sdr. 3de trappers di
tempatnya masing masing, tetapi toh upacaranya harus dilakukan di
Winongo Madiun, maka pelaksanaan keinginan calon itu menjadi sukar dan
menambah biaya.
Oleh karena di Madiun ada seorang sdr. SH yang menyanggupkan diri
untuk melakukan upacara penerimaan sdr. SH baru, maka permintaan menjadi
sdr. SH langsung ditujukan ke badan musyawarah di Madiun dengan
melewati badan Pertimbangan setempat yang menyertakan pertimbangannya.
Badan Musyawarah Persaudaraan SH Madiun membicarakan hal ini dengan
saran sdr. berwenang, penerimaannya ditetapkan harinya, lalu jawaban
dikirim kembali kepada Badan Pertimbangan setempat, selanjutnya
dikabarkan kepada calon yang berkepentingan untuk menyiapkan
keberangkatannya ke Madiun.
Putusan tersebut di atas yang mengenai upacara penerimaan sdr. SH
harus di Madiun, sekarang sudah terasa tidak praktisnya demi kepentingan
kelancaran perkembangan persaudaraan SH, terutama bagi calon2 yang
jarak temapt tinggalnya jauh dari kota Madiun.
Putusan lain cara yang praktis sedang dalam pemikiran, mudah2-an
waktunya akan segera tiba mendapatkan putusan yang sesuai kemajuan
zamannya, mengingat pelajaran2 yang dianut oleh sdr. Dari persaudaraan
SH sangat dibutuhkan oleh para pemuda yang tersebar di seluruh
nusantara, antaranya anak-cucu dari sdr.2 SH sendiri.
Tokoh Setia Hati
Buku peringatan ini disusun dari sumbangan2 keterangan beberapa sdr.
SH secara tertulis dan secara lisan yang mereka dapat mendengar dari
cerita alm. Ki Ngabei Soerodiwiryo sendiri dan pula dari pengalaman2
sdr.2 SH selama mereka menjadi keluarga persaudaraan Setya Hati.
Adapun nama2 sdr.2 SH tersebut adalah:
Adapun nama2 sdr.2 SH tersebut adalah:
1. Sdr. Erlan – Bojonegoro (familie alm) 7. Soejono – Malang
2. Sdr. Noto Kasipu – Malang 8. Samsir – Malang
3. Sdr. Ramelan – Malang 9. Samsi – Magetan
4. Sdr. Moestejo – Malang 10. S. Hadisoebroto – Madiun
5. Soemarsono – Malang 11. Roeslan Ws. – Madiun
6. Soediman – Malang
2. Sdr. Noto Kasipu – Malang 8. Samsir – Malang
3. Sdr. Ramelan – Malang 9. Samsi – Magetan
4. Sdr. Moestejo – Malang 10. S. Hadisoebroto – Madiun
5. Soemarsono – Malang 11. Roeslan Ws. – Madiun
6. Soediman – Malang