MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN

Tiga Hal Pokok (Ushul Tsalatsah)

Posted by KIPAS 210 - -

Tiga Hal Pokok
(Ushul Tsalatsah)






Tiga Hal Pokok Yang Wajib Dipelajari Oleh Muslimin Dan Muslimah
Ilmu itu adalah lawan dari kebodohan, dan ilmu itu adalah mendapatkan sesuatu apa adanya dan pengetahuan yang mantap, tapi jika mengetahui sesuatu tidak sesuai dengan sebenarnya itu disebut jahil murokkab[1]. Ilmu secara syari’at adalah mengetahui tuntunan dengan dalilnya.
Al Ushul itu jama’ dari kata ashlin, dan secara bahasa yaitu dibawah sesuatu dan pondasinya. Dan secara istilah adalah sesuatu yang mana hal lain dibangun di atasnya.
Tiga Pondasi Pokok (Ushul Tsalatsah) ini adalah pokok diin yang mana seluruh diin ini dikembalikan kepada hal tersebut dan memiliki cabang-cabang darinya. Ushul Tsalatsah ini disarikan dari kalam Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Sebagaimana yang telah ada dalam Musnad Imam Ahmad dan asalnya ada dalam Ash Shahihain dari Bara’ bin ‘Azib dan yang lainnya dari kalangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam hadits tentang pertanyaan di alam kubur yang panjang : “Maka si mayit ini didatangi pihak yang datang (malaikat), maka berkata kepada si mayit : “Siapa Rabbmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu?”, maka si mayit mengatakan “Rabbku adalah Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad,” lalu malaikat berkata mayit tersebut : “Engkau benar”. Itu adalah pertanyaan terakhir yang disodorkan kepada orang mukmin. Dan adapun orang munafik atau orang yang bimbang (ketika di tanya hal tersebut) maka dia mengatakan “haah haah, saya tidak tahu. Saya mendengar manusia mengatakan sesuatu maka sayapun mengatakannya”. Maka dia dipukul dengan godam dari besi, didengar oleh segala sesuatu kecuali oleh manusia, seandainya manusia mendengar tentu dia pingsan”. Sehingga wajib bagi setiap mukallaf[2]mempelajari ushul-ushul ini dan mengenalnya dan meyakininya serta mengamalkan apa yang ditunjukkannya secara dlahir dan bathin.
Pasal
Ushul Tsalatsah yaitu :
  1. Seorang hamba mengenal Rabbnya dengan hal-hal yang Allah Ta’ala telah memperkanalkan diri-Nya di dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya berupa ke-Esaan Allah, asma dan sifat-Nya, perbuatan-Nya dan Dia-lah Rabb segala sesuatu dan pemiliknya tidak ada ilah selain-Nya dan tidak ada Rabb selain-Nya. Yang dimaksud mengenal Allah bukanlah mengetahui bahwa Allah adalah Sang Pencipta, akan tetapi mengenal Allah dengan sebenar-benarnya dimana menunaikan hak itu semua. Orang yang ibadah kepada Allah dan juga ibadah kepada selain-Nya maka dia belum mengenal Allah Ta’ala.
  2. Mengenal diin-Nya, yaitu Diinul Islam yang mana Allah memerintahkan kita beribadah kepada-Nya lewat Islam. diin secara bahasa yaitu kehinaan dan ketundukan, dikatakan دنته فدان “aku menundukkannya, maka diapun tunduk”.
Kemudian secara syari’at, diin yaitu nama bagi semua yang Allah Ta’ala perintahkan seorang hamba beribadah kepada Allah Ta’ala dengannya dan Dia memerintahkan mereka untuk tetap komitmen di atasnya. Imam as-Sa’di mengatakan “tunduk kepada Allah saja, lahir bathin dengan apa yang disyari’atkan-Nya lewat lisan-lisan para Rasul-Nya.
Diinul Islam adalah segala yang Allah syari’atkan di dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya, baik hal itu kaitan dengan keyakinan-keyakinan, ucapan-ucapan, dan amalan-amalan baik lahir maupun bathin.
  1. Mengenal Nabi Muhammad sebagai Rasullullah, dikarenakan Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam adalah perantara kita dengan Allah di dalam menyampaikan risalah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam adalah makhluk yang paling utama, dan ayat-ayat serta hadits-hadist tentang keutamaan Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam banyak sekali. Mengenal Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam dan mengimaninya adalah fardhu atas setiap mukallaf, karena kita tidak memiliki jalan untuk beribadah kepada Allah kecuali lewat apa yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam bawa dan ajarkan. Dan syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah adalah paruh kedua dari kalimat tauhid yang mana dengannya seseorang menggenggam diinul Islam, syahadat tauhid tidak sah kecuali dibarengi dengan syahadat risalah. Iman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam itu dengan mengenalnya, dan iman kepada risalahnya itu mengenalnya dan iman kepada ke-Rasulannya. Dan iman kepada Rasul ini berkonsekuensi membenarkan apa yang beliau kabarkan, kita harus membenarkannya, mentaati apa yang di perintahkannya serta menjauhi apa yang dilarang dan dihardik darinya. Dan kita tidak beribadah kecuali dengan ajarannya.
Pasal
Apabila dikatakan kepada engkau siapa Rabbmu, maka katakanlah Rabbku adalah Allah yang telah mentarbiyah dan mengurus diriku dan seluruh alam ini dengan nikmat-Nya dan Dia-lah yang aku ibadati, tidak ada yang aku ibadati selain Dia. Yang dimaksud Rabb yaitu al Khaliq (Sang Pencipta), al Malik (Yang Memiliki), al Mudabbir (Yang Mengatur), dimana Dia-lah Allah yang mencipta segala sesuatu dan yang memilikinya serta yang mengatur segala urusan, dimana tidak ada seberat dzarrah-pun di alam ini yang keluar dari penciptaan-Nya, kepemilikan-Nya dan kepengaturan-Nya.
Ibadah secara bahasa yaitu puncak kecintaan disertai puncak perendahan diri dan ketundukan, dan pondasi urusan ibadah itu dibangun diatas kecintaan (al-mahabbah), rasa takut (al-khauf) dan pengharapan (ar-raja’). Ibadah kepada Allah harus disertai dengan tiga hal ini, jika ibadah hanya disertai kecintaan saja maka dia adalah zindiq seperti orang-orang sufi yang mana mereka melakukan segala sesuatu yang mendatangkan cinta kepada Allah hingga akhirnya mereka membuat  bentuk sarana peribadatan yang menurut mereka mendatangkan cinta kepada Allah hingga akhirnya ibadah itu disertai musik dan tarian. Orang yang beribadah hanya dengan rasa takut saja dia adalah Haruri atau Khawarij, sedangkan orang yang beribadah dengan mengandalkan pengharapan saja maka dia Murji’ah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa hal-hal yang menggerakkan hati menuju Allah itu ada tiga yaitu al-mahabbah, al-khauf dan ar-raja’. Dan yang paling kuatnya adalah al-mahabbah (kecintaan), dan kecintaan ini dimaksudkan kecintaan karena Dzat-Nya. Karena rasa cinta ini dimaksudkan di dunia dan akhirat, berbeda dengan al-khauf yang lenyap di akhirat, Allah Ta’ala berkalam : “Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati -jaminan masuk surga- (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus : 62-63). Maksud dari khauf itu adalah penjeraan dan penghalang keluar dari jalan. Dimana rasa cinta ini hadir pada si hamba dalam perjalanannya menuju Allah yang dicintainya dan sesuai dengan kadar lemah dan kuatnya rasa cinta inilah maka sesuai dengan kadar itu juga perjalanannya menuju Allah Ta’ala. Semakin lemah rasa cintanya kepada Allah maka sesuai itu pula kadar perjalanannya menuju Allah, sedangkan rasa takut ini menghalangi seseorang keluar dari jalan Allah yang dicintai sedangkan raja’ itu menggiring menuju jalan-Nya. Ini adalah hal pokok yang besar yang wajib atas setiap hamba untuk memperhatikannya, karena ‘ubudiyah kepada Allah itu tidak mungkin didapat kecuali dengan hal tersebut. Setiap orang itu wajib untuk menjadi hamba Allah bukan hamba yang lain.” (Majmu’ Fatawa Juz 1 hal 93).
Ibadah secara syari’at yaitu segala nama yang mencakup segala apa yang dicintai dan diridhai Allah baik itu berupa ucapan, perbuatan baik lahir ataupun bathin. Seperti do’a, shalat, khauf, raja’ dan ibadah-ibadah lainnya maka wajib memurnikannya dan meng-Esakannya hanya kepada Allah Ta’ala saja. Barangsiapa yang memalingkan semua itu maka dia itu musyrik kafir.
Syaikh Hamd bin ‘Atiq rahimahullah mengatakan, “Ulama sepakat barangsiapa yang memalingkan satu macam do’a dari dua macam do’a[3] kepada selain Allah maka dia itu musyrik walaupun dia mengucapkan Laa ilaaha illallah, dia shalat, zakat dan mengaku dirinya muslim” (Ibthalul Tandid hal. 76)
Dan bila dikatakan kepadamu apa diin kamu, maka katakanlah diin-ku adalah Islam. Islam yaitu berserah diri kepada Allah dengan ketauhidan dan tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
Al-istislam itu adalah penghinaan diri dan ketundukan kepada Allah Ta’ala dengan Tauhid yang mana ia adalah peng-Esaan Allah dengan ibadah, di ambil dari perkataan mereka :

استسلام فلان للقتل اذا اسلم نفسه و ذل و انقاد و خضع

Yang maknanya si fulan pasrah untuk di bunuh bila si fulan menyerahkan dirinya dan merendahkan serta tunduk.
Muslim itu merasa hina, tunduk, patuh kepada Allah saja serta pasrah secara sukarela untuk ibadah kepada Allah Ta’ala tidak kepada yang lainnya.
Sedangkan makna tunduk dengan ketaatan yaitu tidak cukup sekedar istislam dan tunduk saja tapi harus disertai tunduk terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam rangka ketaatan kepada Allah dan dalam rangka mengharapkan Wajah-Nya dan karena kecintaan apa yang ada disisi-Nya dan karena takut dari siksa-Nya.
Bara’ dari syirik dan pelakunya itu keberlepasan diri dan cuci tangan dari kemusyrikan baik besar maupun kecil serta dari pelaku kesyirikan dengan menampakan permusuhan kepada mereka dan membenci dan mengkafirkan mereka, serta tidak tinggal dan makan bersama mereka dan tidak menyerupai mereka dalam ucapan dan perbuatan.
Dan bila dikatakan kepadamu siapa Nabimu, maka katakanlah Nabiku adalah Muhammad ibnu ‘Abdillah ibnu ‘Abdil Muthallib ibnu Hasyim. Dimana Allah mengutusnya kepada seluruh alam sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan mengajak kepada Allah dengan idzin-Nya dan lentera yang menerangi. Dia adalah penutup para Nabi dan Rasul, dan makhluk paling utama. Dia itu adalah hamba Allah yang tidak diibadahi dan Rasul yang tidak boleh didustakan akan tetapi harus ditaati dan diikuti. Allah telah memuliakannya sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Sehingga wajib atas setiap mukallaf untuk mengenalnya, mengimaninya, mencintainya, mentaatinya, mengagungkan dan memuliakannya.
Pasal
Tauhid itu Ada Tiga Macam
Pertama, Tauhid Rububiyah yaitu mentauhidkan Allah dengan perbuatan-perbuatan-Nya seperti penciptaan, pemberian rezeki, menghidupkan, mematikan, memberikan manfaat, memberikan mudharat.
Dalilnya firman Allah Ta’ala :

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” (Yunus : 31)
Tauhid macam ini diakui oleh orang-orang kafir pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, akan tetapi pengakuan mereka tidak memasukkan mereka ke dalam lingkaran Islam. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tetap memerangi mereka, menghalalkan darah dan harta mereka dikarenakan mereka menyekutukan Allah dalam ibadah.
Kedua, Tauhid Uluhiyah yaitu mentauhidkan Allah dengan perbuatan-perbuatan si hamba. Dan inilah yang terdapat pertikaian didalamnya sejak zaman dulu sampai sekarang. Seperti do’a, nadzar, nahr (menyembelih), raja’, khauf, tawakkal, raghbah, rahbah dan inabah (kembali kepada Allah) macam-macam ini ada dalilnya di dalam al-Qur’an.
Dalil dalil tentang tauhid Uluhiyah banyak sekali, Allah Ta’ala berkalam :

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahibnya (ahli ibadahnya) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (at-Taubah : 31)
Tafsir ayat ini adalah hadits ‘Ady bin hatim[4] berkaitan dengan masalah penyandaran hak penghalalan dan pengharaman serta penetapan hukum. Makna Ubudiyah disini yaitu menjadikan selain Allah sebagai pembuat hukum, sedangkan makna mengibadati yaitu dengan taat dan loyal kepada hukum yang dibuat oleh rahib dan pendeta tersebut.
Tasyri’ (penyandaran hukum kepada selain Allah) itu merupakan bentuk kesyirikan dari tiga sisi sekaligus, yaitu kesyirikan dari sisi Rububiyah karena mereka menetapkan pembuat hukum selain Allah, kesyirikan dari sisi Uluhiyah karena mereka memberikan ketaatan loyalitas kepada hukum tersebut dan kesyirikan dari sisi asma wa sifat karena menyandarkan nama yang hanya khusus bagi Allah yaitu Musyarri’ (Sang Pembuat hukum).
Dan juga Allah Ta’ala berkalam :

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al Bayyinah : 5)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاّ الله، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ الله، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ. وَحِسَابُهُ عَلَى الله

Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah dan kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah maka haram harta dan darahnya, dan perhitungannya atas Allah Ta’ala. (HR. Muslim)

مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan dia tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah maka dia masuk surga, dan barangsiapa berjumpa dengan Allah seraya menyekutukan sesuatu dengan Allah maka masuk neraka” (HR. Muslim).
Ketiga, Tauhid Asma wa Shifat yaitu mengimani keberadaan Allah Ta’ala dan bahwa Dia itu memilik Dzat yang layak dengan ke agungan-Nya yang tidak menyamai dzat-dzat makhluk. Serta menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan Sunnah berupa Asma’ dan Sifat tanpa ta’thil (menggugurkan sifat/makna yang haq), atau tanpa tamtsil (menyerupakan dengan setiap yang ada), atau tanpa tahrif (memalingkan makna yang sebenarnya), atau tanpa takyif (menerka-nerka) dan menafikan apa yang dinafikan oleh Allah dan Rasul-Nya.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ .

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (al-Ikhlas 1-4),

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (al-A’raf : 180).[5]

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.(asy-Syura : 11)

SALAM PERSAUDARAAN....!!!
Kirimkan kritik dan saran untuk kebaikan bersama.

  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY DAN DOWNLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK DOWOLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT DAN MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT
  • KLIK UNTUK MELIHAT

Chatting Temu Kangen Sedulur,
Salam Persaudaraan...!!!"