MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN

BUIH PASTI AKAN TERHEMPAS KE TEPIAN

Posted by KIPAS 210 - -

فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ
“Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya, tetapi yang bermanfaat bagi manusia akan tetap ada di bumi. Demikian Allah membuat perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 17)
Kancah perjuangan menegakkan dienullah laksana gelombang di lautan. Ada masa-masa lautan mengalami pasang surut, ada masa lautan bergelombang dahsyat disertai badai dan kadang pula lautan mengalami masa-masa teduh. Itulah kancah perjuangan menegakkan dienullah. Ada di antara pelakunya yang tetap bertahan dalam pasang surutnya gelombang, namun tidak sedikit yang pada akhirnya muncul kepermukaan di atas gelombang dan menjadi buih lalu terhempas ke tepian tanpa ada guna.
Proses penyaringan untuk memisahkan antara orang-orang yang beriman secara jujur dan pendusta (munafik) telah terjadi sejak para Rasul diutus untuk menyerukan dienullah. Kisah Nabi Musa ‘alaihissalam bersama bani Israil adalah kisah yang paling banyak disebut secara berulang di dalam Al-Qur’an. Di dalam kisah-kisah tersebut terdapat banyak dan mengandung pesan bahwa perjalanan umat ini akan mengalami kemiripan dengan sejarah bani Israil. Jika bani Israil mengalami banyak ujian untuk memisahkan antara mereka yang jujur dengan yang dusta, maka hal yang sama juga akan dialami oleh umat ini.
Jika kita memperhatikan kisah bani Israil di dalam Al-Qur’an maka akan kita temukan banyak fitnah (ujian) yang menimpa mereka, di antaranya:
-. Pembunuhan terhadap bayi laki-laki oleh Fir’aun dan bala tentaranya,
-. Pemenjaraan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang beriman,
-. Ujian larangan pergi melaut (mencari ikan) pada hari sabtu,
-. Ujian berupa perintah penyembelihan sapi betina,
-. Pembunuhan terhadap para tukang sihir yang bertaubat dan beriman oleh Fir’aun dan bala tentaranya,
-. Pengejaran bani Israil dan Nabi Musa ‘alaihissalam oleh bala tentara Fir’aun,
-. Fitnah dengan munculnya Samiri yang membuat anak sapi dari emas yang bisa berbicara dan kemudian disembah,
-. Fitnah ulama jahat yang bernama Bul’am bin Baurah,
-. Perintah untuk berperang ketika memasuki Baitul Maqdis,
-. Ujian dengan diturunkannya makanan dari langit, dan lain-lain.
Dan ujian juga telah menimpa atas generasi Islam pertama yang mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjuangan. Kerasnya ujian telah mereka alami sejak komunitas kaum muslimin pertama terbentuk di Mekkah. Bagaimana kerasnya ujian yang menimpa mereka digambarkan oleh Allah dalam firmanNya:
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 214)
Kerasnya ujian yang dialami generasi pertama Islam berupa intimidasi dari kaum kafir Quraisy, telah terjadi sejak masa dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dan semakin keras ketika memasuki masa dakwah secara terang-terangan. Hingga akhirnya untuk menyelamatkan iman mereka, maka hijrah meninggalkan negerinya ke Habasyah menjadi solusi ketika itu. Dan kemudian disusul dengan perintah mewajibkan untuk berhijrah ke Madinah ketika komunitas muslim yang kuat telah terbentuk di Madinah. Hijrah itu sendiri adalah ujian bagi orang-orang beriman untuk membuktikan sejauh mana kecintaan mereka terhadap dienullah.
Dan tatkala kaum muslimin telah mampu menegakkan Daulah Islam pertama di Madinah, ujian tidak kunjung juga berhenti. Sebab kaum kafir tidak menginginkan eksisnya komunitas muslim, apalagi memiliki sebuah negara yang berdaulat. Maka ujian masih datang silih berganti, berupa peperangan dengan kaum kafir dalam banyak medan laga. Dan peperangan itu sendiri adalah ujian untuk memisahkan antara orang-orang yang beriman dan kaum munafik yang berada dalam barisan kaum muslimin.
Bahkan generasi pertama kaum muslimin pernah mengalami masa-masa genting dan kritis, yaitu ketika menghadapi pengeroyokan dari kaum kafir dalam Perang Ahzab. Dan peperangan-peperangan setelahnya pun tak kalah sengit dan tak kalah dahsyat. Dan setelah masa-masa genting dan sulit terlewati, akhirnya kemenangan dan penaklukan besar diraih oleh kaum muslimin. Futuh Mekkah menjadi kemenangan yang seakan menghapus duka lara yang selama dua dekade menyesakkan dada-dada kaum muslimin. Begitulah, hadiah indah selalu Allah berikan kepada para pemenang di akhir ujian. Adapun para pecundang sudah lama hengkang dari gelanggang perjuangan.
Apa yang pernah dialami oleh kaum beriman pada kurun waktu yang lalu akan juga dialami oleh kaum beriman pada setiap kurun setelahnya. Ujian yang sama pun akan dialami oleh kaum beriman pada akhir zaman. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan dalam banyak haditsnya, akan datangnya berbagai macam fitnah yang akan menimpa umat pada akhir zaman. Sehingga setelah berlalu satu fitnah, akan disusul fitnah selanjutnya, begitu seterusnya. Dan tatkala berlalu seluruh fitnah, maka masa kejayaan dan keemasan Islam akan kembali melalui tangan-tangan generasi tangguh dan pemenang.
Dan kita adalah umat yang hidup di akhir zaman, yang mana potongan-potongan fitnah silih berganti bergulir di tengah kehidupan kita. Belum berlalu sebuah fitnah sudah disusul dengan fitnah yang baru yang tak kalah dahsyat. Saking gelapnya fitnah yang menerpa, tidak sedikit orang yang sebelumnya melihat tiba-tiba menjadi buta seketika. Sedang orang yang awalnya sudah rabun, kian buta matanya dari melihat kebenaran.
Dan fitnah yang menimpa orang-orang yang beriman yang menempuh jalan perjuangan tentu tidak sama dengan orang-orang Islam awam atau kebanyakan. Ujian yang menimpa kaum beriman yang berada dalam barisan perjuangan adalah sebagai tamhis (saringan) untuk membersihkan barisan dari kaum munafik dan orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam perjuangan. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
مَّا كَانَ ٱللَّهُ لِيَذَرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ عَلَىٰ مَآ أَنتُمۡ عَلَيۡهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ ٱلۡخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِۗ
“Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik…” (QS. Ali ‘Imran [3] : 179)
Ketetapan Allah di atas akan terus berlaku hingga kelompok terakhir dari umat ini memerangi Al-Masih Dajjal dibawah kepemimpinan Isa bin Maryam dan Al-Mahdi. Maka apa yang telah dicapai oleh umat ini, pada kurun ini, dengan kembalinya Khilafah ‘ala Minhajjinnubuwah, bukan menjadi akhir dari tamhis. Telah nyata bahwa sampai dengan kembalinya Khilafah ini berbagai ujian telah menyaring setiap orang beriman dan para penempuh jalan perjuangan secara khusus. Maka dengan ujian tersebut telah dimuliakan mereka yang jujur oleh Allah dan telah dihempaskan para pendusta menjadi buih yang tak memiliki arti.
Dalam rentang waktu perjalanan panjang, dari hancurnya kekhilafahan terakhir di Andalusia hingga kembalinya Khilafah pada hari ini, berbagai macam ujian pernah dialami oleh umat ini. Dan masa-masa sulit penuh penderitaan dan kesulitan juga telah dialami oleh para pejuang, dan hingga kini belum juga berakhir. Dalam waktu yang sangat panjang tersebut hingga hari ini, para pejuang tauhid menjadi kelompok yang sedikit dari yang sedikit dan dari yang sedikit. Ia bahkan menjadi kelompok yang paling asing dari mereka yang terasing.
Lahirnya para pejuang pada zaman penuh fitnah ini ternyata melalui proses yang penuh dengan ujian dan rintangan. Bahkan rintangan untuk munculnya seorang pejuang tauhid bukan hanya dari makar kaum kafir, namun juga dari mereka yang mengaku muslim. Selama kurun hampir sepuluh dekade, salah satu pihak yang menjadi penghalang bangkitnya para pemuda Islam untuk berjihad adalah para ulama su’. Mereka adalah para pendusta yang berbaju ahli agama yang mencari makan dengan menjadikan agama sebagai barang dagangan. (Baca tulisan saya yang berjudul: KETIKA SI MUNAFIK DIJADIKAN ULAMA).
Para ulama su’ inilah yang secara aktif menyebarkan syubhat dan menyerukan manhaj sesat kepada kaum muslimin. Sehingga ajaran Islam yang sampai kepada umat adalah ajaran yang telah dimanipulasi bahkan dimodifikasi sesuai dengan hawa nafsu para ulama su’. Akhirnya ajaran Islam yang sampai kepada kaum muslimin, bukan Islam seperti yang difahami dan dipraktekkan oleh generasi Islam pertama yang merupakan hasil kaderisasi dari Rasulullah.
Pokok ajaran Islam yaitu Tauhidullah dijauhkan pembahasannya dari majelis-majelis ilmu. Jika pun dibahas, maka tak lebih dari sekadar kulit-kulitnya saja dan sebatas wacana. Bukan pada bagaimana mempraktekkan ajaran tauhid dalam kehidupan. Para ulama su’ dan da’i-da’i yang tidak jujur menganggap bahwa pembahasan tauhid akan menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin. Padahal problem utama yang menimpa umat ini adalah kejahilan mereka dalam persoalan tauhid, sehingga kehidupan mereka bertentangan dengan ajaran tauhid. Dan penyakit yang paling mewabah dan paling berbahaya yang menjangkiti umat ini adalah syirik.
Para ulama su’ yang membawa manhaj sesat menipu umat dengan mendakwahkan pemahaman tauhid yang menyelisihi pemahaman Salafus Ummah. Namun para penganut manhaj Irja’ tersebut sekali lagi melakukan penipuan dengan melabeli manhaj dakwahnya sebagai dakwah salaf. Dari kerusakan dalam  memahami tauhid, yang difahami oleh umat sebagai hasil dari dakwahnya para ulama su’, berakibat pada kerusakan-kerusakan dalam memahami persoalan furu’u dien. Maka bencana besar pun menimpa umat ini dalam persoalan dien dan dunia.
Salah satu dari fitnah yang disebarkan oleh ulama su’ kepada umat ini, adalah menyebut para penguasa yang memberlakukan hukuman selain hukum Islam sebagai pemimpin kaum muslimin yang wajib ditaati. Akibat dari pemahaman demikian yang menyebar di kalangan pemuda Islam, maka secara langsung menghalangi mereka dari berjihad untuk menegakkan syariat Islam. Bahkan mereka akan turut bersama penguasa murtad tersebut untuk memerangi para muwahidin yang berjihad menegakkan syariat Islam dengan memerangi penguasa murtad. Para pemuda Islam yang tertipu itu pun mengikuti ucapan-ucapan para ulama su’ yang menyebut para muwahidin dan mujahidin sebagai kaum khawarij.
Syubhat lain yang dihembuskan oleh para ulama su’ adalah menyebutkan bahwa jihad bisa dilakukan jika ada izin dari penguasa. Sementara penguasa yang mereka maksud adalah penguasa yang memberlakukan hukum selain hukum Islam. Maka bagaimana mungkin penguasa yang demikian akan mengizinkan kaum muslimin untuk berjihad? Dengan dua syubhat yang sering diulang-ulang oleh para ulama su’ dan para da’i pendusta, maka hal tersebut cukup untuk menghalangi kaum muslimin dari berjihad di jalan Allah.
Maka sesungguhnya para pemuda Islam yang hari ini meramaikan kancah-kancah jihad yang ada di seluruh dunia, adalah para pemuda yang selamat dari pemahaman sesat yang yang didakwahkan oleh para ulama su’. Mereka adalah para pemuda yang mereguk kemurnian ajaran tauhid seperti yang difahami oleh Salaful Ummah. Dan itu mereka dapatkan dari pengajaran para ulama dan da’i yang menempuh manhaj istiqamah. Para pemuda itu adalah buah dari dakwah tauhid dan dakwah manhaj yang lurus.
Sementara itu pada sisi yang lain, betapa banyak pemuda Islam yang secara dzahir adalah orang-orang yang mencintai Islam dan berperilaku hidup sesuai sunnah. Namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan tidak mempergunakannya untuk berjihad. Padahal kesempatan untuk itu terbentang. Tiada hal yang menghalangi mereka untuk berjihad kecuali karena rusaknya manhaj mereka yang dibangun di atas syubhat-syubhat yang rapuh. Mereka adalah hasil dari kaderisasi para ulama su’ dan para da’i pendusta pengikut manhaj Irja’.
Yang lebih mengenaskan lagi adalah para pemuda yang mencintai Islam dan mencintai perjuangan Islam, namun menempuh jalan kesesatan dan kehinaan dalam perjuangannya. Mereka adalah para pemuda yang bernaung di dalam partai-partai berlabel Islam, lalu menempuh jalan demokrasi yang kafir dalam perjuangannya. Para pemuda tersebut hasil dari kaderisasi manhaj bathil lagi syirik yang dibawa oleh Ikhwanul Muslimin (baca: Musyrikin), yang salah satu tokohnya pada hari ini adalah Yusuf Qardhawi.
Masa muda yang hanya sekali ini telah mereka sia-siakan karena mereka telah tertipu oleh para ulama su’ dan da’i pendusta. Sungguh kasihan! Padahal di antara mereka ada para pemuda yang sangat mencintai Islam.
Lihatlah akibat fitnah para ulama su’, ribuan bahkan jutaan para pemuda Islam hanya menjadi buih yang tidak berguna! Masa muda dan potensi mereka tidak memberikan sumbangsih apapun bagi perjuangan Islam menuju kejayaan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi batu sandungan bagi laju kebangkitan dan kejayaan Islam.
Munculnya tandzim-tandzim yang mengusung manhaj bathil juga menjadi fitnah yang menyia-nyiakan potensi umat Islam menuju kejayaaan. Rusaknya manhaj dan jalan yang mereka tempuh membuat jutaan kaum muslimin hanya menjadi buih yang tidak memberikan kontribusi apapun bagi kebangkitan Islam. Lihatlah bagaimana Hizbut Tahrir yang memiliki jutaan pengikut namun tidak pernah sekalipun ‘benderanya’ berkibar di tengah-tengah Medan jihad. Perjuangan menegakkan Khilafah yang mereka kampanyekan hanyalah isapan jempol. Sebab jalan yang mereka tempuh untuk mewujudkannya adalah jalan kebathilan. Dan faktanya hari ini tatkala Khilafah telah terwujud, mereka menjadi penentang dan batu sandungan tegaknya Khilafah. Dan Hizbut Tahrir pun kini ternyata hanyalah gumpalan buih yang tidak lama lagi akan terhempas ke tepian tanpa memiliki arti.
Para pemuda Islam yang selamat dari tipuan para ulama su’ dan dari jerat tandzim-tandzim bathil, mereka itulah yang matanya secara terang melihat kebenaran. Dan merekalah yang kemudian melangkahkan kakinya dengan ringan ke medan-medan jihad. Ya, merekalah yang telah lulus seleksi dan mendapat nominasi sebagai mujahid. Para pemuda inilah yang menjadi pilar-pilar kebangkitan Islam pada hari ini.
Namun tergabungnya seorang hamba dalam barisan para mujahid bukan menjadi akhir dari tamhis/penyaringan. Bahkan ujian dan fitnah yang lebih besar akan menghadang untuk menyeleksi antara yang jujur dan yang dusta, antara yang ikhlas dengan yang riya’, dan memisahkan antara yang mukmin dan yang munafik. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ
“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS. Muhammad [47] : 31)
Dan telah diuji para mujahidin dari dulu hingga sekarang. Ada yang diuji dengan musibah dalam perjuangan berupa penangkapan, pemenjaraan dan pengusiran. Yang lainnya diuji dengan kemelaratan, luka-luka dalam perjuangan dan keterasingan. Dan Allah telah menyelamatkan orang-orang yang ikhlas dan bersabar dengan keistiqamahan dan keteguhan. Sementara itu mereka yang tidak bersabar ataupun yang rusak niatnya akhirnya terhempas dari perjuangan dan menjadi buih yang tidak berguna.
Tidak sedikit para mujahid yang diuji dengan kecintaan pada keluarga, harta dunia, kemewahan dan ketenaran. Yang ikhlas dan teguh dalam pendirian, Allah selamatkan dengan keistiqamahan dalam perjuangan. Namun mereka yang lemah tekadnya dan kuat syahwatnya terhadap dunia, akhirnya meninggalkan almamater mujahid dan menempuh jalan kehinaan. Sebab hanya orang-orang yang kuat tekadnya dan kokoh kesabarannya yang akan menjadi pemenang.
Meluruskan manhaj dengan mengulang terus pelajaran tauhid, menguatkan tekad perjuangan dengan melaksanakan ketaatan membekali diri dengan amal shaleh dan berperilaku sesuai sunnah, menjauhi kemaksiatan dan hal yang sia-sia, senantiasa ikhlas dalam beramal dan tidak memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin, adalah upaya-upaya yang harus ditempuh para mujahidin agar bisa teguh dalam perjuangan. Sehingga semoga dengan semua usaha tersebut Allah mengkaruniakan keistiqamahan dan keteguhan kepada kita dalam perjuangan. Dan Allah memelihara kita dari menjadi buih yang terhempas ke tepian tanpa memiliki arti.

Wallahu musta’an.

SALAM PERSAUDARAAN....!!!
Kirimkan kritik dan saran untuk kebaikan bersama.

  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY DAN DOWNLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK DOWOLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT DAN MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT
  • KLIK UNTUK MELIHAT

Chatting Temu Kangen Sedulur,
Salam Persaudaraan...!!!"