ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۚ كَذَٰلِكَ حَقًّا عَلَيۡنَا نُنجِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٠٣
“Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman, demikianlah menjadi kewajiban Kami menyelamatkan orang-orang
beriman.” (QS. Yunus [10]: 103)
Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan atas diriNya untuk menolong dan
menyelamatkan orang-orang beriman. Ini adalah bentuk keMahaMurahan
Allah kepada para hambaNya. Ia bukan hanya menyelamatkan orang-orang
beriman dalam kehidupan di dunia saja, namun Ia juga akan menolong dan
menyelamatkan mereka pada kehidupan akhirat. Dan pertolongan kepada para
hambaNya terjadi dalam bentuk dan jenis yang beragam banyak. Ia bukan
hanya pertolongan dalam urusan dunia, namun juga urusan agama serta
berkaitan dengan urusan yang lahir maupun batin.
Selama seorang mukmin berada dalam ketaatan kepada Allah maka ia
senantiasa berada dalam jaminan pertolongan Allah. Maka sesungguhnya
pertolongan Allah kepada hambaNya adalah balasan atas keimanan dan
ketaatan hamba kepadaNya. Dan ketika Allah mencintai hambaNya maka Allah
akan menguji hamba tersebut. Namun dibalik ujian tersebut ada hikmah
dan kebaikan bagi si hamba.
Para Rasul Allah, para da’i, ulama dan mujahid adalah orang-orang
yang mencurahkan tenaganya untuk menyiarkan dienullah. Mereka adalah di
antara para hamba Allah yang mencintai Allah dan mencintai dienNya.
Sehingga Allah pun mencintai mereka dan kemudian menguji mereka
semuanya. Pada zaman yang penuh fitnah ini para ulama yang ikhlas, para
da’i yang lurus dan para mujahid adalah kaum beriman yang terdepan di
dalam berjuang menegakkan dienullah. Dan mereka juga adalah orang-orang
yang paling berat ujiannya.
Agar menjadi mukmin yang mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari
Allah, maka seorang mukmin harus menjadi salahsatu dari orang dibawah
ini dan atau memiliki sifat-sifat berikut ini:
- Istiqomah Dalam Keimanan
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ
ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا
تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ
تُوعَدُونَ ٣٠ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي
ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا
مَا تَدَّعُونَ ٣١ نُزُلٗا مِّنۡ غَفُورٖ رَّحِيمٖ ٣٢
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat -malaikat
akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan
memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Didalamnya
(surga) kamu memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan
(bagimu) dari Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Fussilat [41]: 30-32)
Allah ‘azza wa jalla memberikan jaminan perlindungan dan pertolongan
kepada para hambaNya yang istiqomah di dalam keimanan. Pertolongan ini
baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan akhirat. Jaminan
perlindungan dan pertolongan dari Allah tersebut tidak berlaku jika
seorang hamba tidak istiqomah dalam keimanan, dalam arti ia telah murtad
dikarenakan melakukan perbuatan kekafiran. Sebab Allah berlepas diri
dan menyatakan permusuhan terhadap orang-orang kafir.
Istiqomah artinya melazimi ketaatan kepada Allah. Maka seorang hamba
yang istiqomah dalam keimanan adalah orang yang hidupnya senantiasa
dalam ketaatan kepada Allah. Setiap saat aktifitas hidupnya adalah
berpindah dari satu ketaatan ke ketaatan lainnya. Sehingga saat dia
melakukan satu ketaatan kepada Allah, maka Allah membalasnya dengan
menolongnya untuk melakukan jenis ketaatan yang lain kepadanya, begitu
seterusnya. Atau dalam kata lain, ketika dia melakukan satu kebaikan
(amal shalih) maka Allah membalasnya dengan menolongnya diberikan
kemudahan untuk melakukan amal shalih yang lainnya. Inilah makna firman
Allah:
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ ٦٠
“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]: 60)
Hal yang paling dibutuhkan oleh seorang hamba dari Allah adalah
diberikan keistiqomahan dalam keimanan. Sebab di dalam keistiqomahan
tercakup seluruh kebaikan yang dibutuhkan oleh seorang hamba. Hal
tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
“Diriwayatkan dari Abu Amru -ada yang memanggilnya Abu Amrah- Sufyan
bin Abdillah Radhiyallahu’anhu bahwa dia berkata, “Aku pernah berkata,
“Ya Rasulullah katakanlah kepadaku ungkapan tentang Islam, dimana aku
tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain engkau.” Beliau
kemudian bersabda, “katakan : “Aku beriman kepada Allah, kemudian
istiqomahlah.” (HR. Muslim)
Seluruh amal seorang hamba menjadi sia-sia jika dirinya tidak
istiqomah dalam keimanan. Apalah artinya amal kebaikan seperti shadaqah,
shaum sunnah, shalat sunnah bahkan jihad, jika kemudian pelakunya
meninggalkan keimanan kepada Allah atau tidak istiqomah?
يوَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ
فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِرٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي
ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا
خَٰلِدُونَ ٢١٧
“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat
dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 217)
Jika seorang hamba menginginkan dan berniat untuk istiqomah dengan
melazimi ketaatan kepada Allah, maka Allah akan menolongnya dengan
mengaruniakan keistiqomahan kepadanya. Ini adalah bentuk kemurahan Allah
kepada para hambaNya. Sebaliknya, jika seorang hamba menginginkan
kesesatan dengan menempuh jalan kesesatan, maka Allah akan
menyesatkannya. Ini adalah bentuk keadilan Allah, dan ini juga hukuman
bagi yang menginginkan untuk sesat. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ
لِمَ تُؤۡذُونَنِي وَقَد تَّعۡلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡۖ
فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي
ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٥
“Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran) Allah memalingkan
hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaff [61] : 5)
- Mukmin Yang Loyal (Setia) Kepada Allah, Rasul dan Orang-orang Beriman
وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَإِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ
“Dan barangsiapa menjadikan Allah, RasulNya dan orang-orang
beriman sebagai penolongnya, maka sungguh (agama) Allah, itulah yang
menang.” (QS. Al-Ma’idah [5] : 56)
Allah ‘azza wa jalla menjamin memberikan kemenangan kepada
orang-orang yang berwala (memberikan loyalitas/kesetiaan) hanya kepada
Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman. Pertolongan Allah dengan
memberikan kemenangan kepada mereka adalah sebagai balasan atas
kesetiaan mereka kepada Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman.
Bentuk loyalitas seorang hamba kepada Allah adalah dengan beribadah
kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun dalam ibadah
tersebut. Ia juga mentaati setiap syariat dan hukum yang ditetapkan oleh
Allah ‘azza wa jalla.
Bentuk loyalitas seorang hamba kepada Allah yang lainnya adalah
mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa yang dibenci
oleh Allah, serta rela berkorban untuk membela dienullah dan
menegakkannya. Ketika seorang hamba mencintai Allah, maka Allah akan
membalas dengan mencintainya. Dan salahsatu bukti cinta Allah kepada
hambaNya adalah dengan menolongnya dan mengaruniakan kemenangan di dunia
dan di akhirat. Pertolongan itu bisa berupa penjagaan Allah kepada
hamba dari ketergelinciran dan kesesatan. Adapun kemenangan hidup di
dunia bisa berupa akhir hidup sebagai seorang mukmin yang istiqomah.
Adapun bentuk loyalitas kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam adalah dengan mencintainya melebihi kecintaan kepada
seluruh manusia di muka bumi. Yang lainnya adalah dengan membenarkan
setiap kabar yang dibawa oleh Rasulullah. Membenarkan dan mentaati
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah secara global dan terperinci.
Kemudian siap berkorban untuk membela dan menegakkan syari’at yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Sedangkan bentuk loyalitas kepada orang-orang beriman adalah
mencintai mereka karena keimanannya dan memberikan hak-haknya
berdasarkan ketentuan syariat. Membela mereka dari kezaliman pihak lain.
Baik kezaliman dari sesama muslim maupun kezaliman dari kaum kafir.
Senang hidup ditengah-tengah kaum mukminin dan benci untuk hidup
ditengah kaum musyrikin adalah bentuk loyalitas lain kepada orang-orang
beriman. Dengan sebab loyalitasnya kepada para hambaNya yang beriman
maka Allah pun berkenan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada
mereka.
Dan puncak loyalitas seorang hamba kepada Allah, Rasul dan
orang-orang beriman adalah dengan berjihad untuk tegaknya syariat Allah
dan RasulNya serta menolong kaum mukminin dari kezaliman kaum kafir. Dan
yang sanggup untuk melakukan itu semua adalah para mujahid. Sedangkan
mujahid yang berjihad di jalan Allah adalah salahsatu hamba yang
mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah.
- Mukmin Yang Sabar Dalam Menghadapi Ujian
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ
وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ
مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ
ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ
إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu
sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang
(dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang beriman yang
bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah? “Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 214)
Allah ‘azza wa jalla menetapkan bahwa Ia akan menguji setiap hamba
yang menyatakan dirinya beriman. Ujian itu untuk membuktikan akan dusta
atau benarnya keimanan seorang hamba. Hal tersebut sebagaimana
firmanNya :
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن
يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا
ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ
وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan
mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh,
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti
mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang
dusta.” (QS. Al-’Ankabut [29] : 2-3)
Dan tidaklah Allah menguji iman seorang hamba kecuali sesuai dengan
kadar kemampuannya. Dibalik ujian yang Allah berikan kepada seorang
hamba sesungguhnya ada pertolongan dan hikmah yang baik bagi si hamba.
Semakin keras dan berat ujian (musibah) yang menimpa hamba menandakan
semakin dekatnya pertolongan Allah jika hamba tersebut bersabar dan
tidak menyerah. Bahkan besarnya pahala di akhirat yang didapat seorang
hamba salahsatunya adalah berdasar beratnya ujian yang menimpa dan
bersabar karenanya.
Jika saja seorang hamba bersabar tatkala musibah atau ujian pada
puncaknya, maka itu pertanda sudah sangat dekatnya pertolongan Allah.
Contoh dalam hal ini adalah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika
hendak dibakar oleh Raja Namrudz. Ketika tangan dan kaki Nabi Ibrahim
‘alaihissalam diikat kemudian dilemparkan ke dalam api, secara logika
berakhirlah kisah Nabi Ibrahim. Namun pertolongan Allah justru datang
dari dalam api yang direncanakan oleh Raja Namrudz untuk membinasakan
Nabi Ibrahim. Api tersebut menjadi dingin dan sejuk serta membakar
tali-tali yang mengikat tubuh Nabi Ibrahim.
Kisah lain adalah tatkala Nabi Musa ‘alaihissalam dan bani Israil
dikejar oleh pasukan tentara Raja Fir’aun dan sampai di tepi laut merah.
Secara logika berakhirlah kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan bani Israil
karena tidak ada lagi celah bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Namun
pertolongan Allah justru muncul dari tempat berpijak Nabi Musa
‘alaihissalam. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa ‘alaihissalam
memukulkan tongkatnya ke laut merah maka terbentanglah jalan yang
menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dan bani Israil sekaligus tempat
dibinasakannya Fir’aun dan bala tentaranya.
Maka ditengah musibah yang menimpa Daulah Islam hari ini berupa
pengeroyokan dengan gempuran yang sangat massif oleh koalisi kafir
internasional, adalah pertanda semakin dekatnya pertolongan dan
kemenangan dari Allah bagi Daulah Islam. Jika Daulah Islam mampu
bersabar dan bertahan dalam masa-masa kritis ini, maka tidak lama lagi
-biidznillah- kemenangan-kemenangan besar akan segera dicapai oleh
Daulah Islam. Sebab pertolongan dan kemenangan dari Allah datang tatkala
seolah tidak ada lagi jalan keluar bagi seorang hamba. Tetap bersabar,
optimis dan berprasangka baik kepada Allah tatkala musibah datang akan
menjadi wasilah datangnya pertolongan Allah.
- Mukmin Yang Berhijrah di Jalan Allah
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ
وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ
دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di
sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. At-Taubah [9] : 20)
Dengan berhijrahnya seorang mukmin dari negara kafir menuju Negara
Islam demi menyelamatkan agamanya, sesungguhnya mereka sudah
dikategorikan sebagai orang yang menang. Sebab dengan hijrahnya ke
Negara Islam ia telah menang dan berhasil menyelamatkan imannya. Dan
dengan berpindahnya dia dari bermukim di tengah kaum musyrikin menuju
hidup di tengah kaum muslimin, itu artinya ia juga telah berhasil lari
dari tempat yang dimurkai oleh Allah menuju tempat yang diridhai oleh
Allah.
Pada hari ini dengan berhijrahnya kaum muslimin dari negeri-negeri
kafir menuju wilayah Daulah Islam adalah kemenangan. Sebab dengan mereka
berhijrah terselamatkanlah iman mereka, misi perjuangan mereka dan para
pengemban perjuangan mereka. Bahkan dengan berkumpulnya kaum mukminin
di wilayah Daulah Islam tersatukanlah potensi dan kekuatan mereka,
sehingga kemenangan-kemenangan yang lebih besar akan sangat mungkin
lebih cepat dicapai dengan pertolongan Allah. Hijrah juga telah merubah
status seorang mukmin yang sebelumnya hidup terjajah dengan sistem
kafir, menjadi mukmin yang merdeka dalam naungan syariat Islam.
Allah ‘azza wa jalla menjanjikan kebaikan dalam urusan agama, dunia
dan akhirat bagi mukmin yang mau berhijrah meninggalkan negara kafir
menuju Negara Islam. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ
بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ
ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ
غَفُورٗا رَّ١
“Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan
mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang
banyak..” (QS. An-Nisa’ [4] : 100)
Maka siapa yang ingin memperkuat pasukan kaum muslim dan mengharapkan
datangnya kemenangan atas umat ini, berhijrah menuju Daulah Islam
adalah salahsatu jalan untuk itu.
- Orang Yang Berjuang Untuk Menolong dan Membela Dienullah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad [47] : 7)
Setiap mukmin yang menolong dienullah baik menolong dengan lisannya
seperti para da’i dan ulama. Atau yang menolong dengan harta melalui
infaq dan shadaqah. Atau yang menolong dengan jiwa dan raganya seperti
para mujahid, mereka semua dalam jaminan pertolongan Allah. Di antara
bentuk pertolongan Allah kepada mereka adalah meneguhkan dan menguatkan
keimanan mereka serta menjaganya dari ketergelinciran oleh tipudaya
setan. Allah juga menolong mereka dalam menghadapi musuh-musuhnya, di
antaranya adalah dengan mendatangkan orang-orang yang menyertai mereka
untuk mengemban misi perjuangan, serta Allah karuniakan kepada mereka
kemenangan dalam menghadapi musuh.
Seseorang yang berjihad untuk menolong dienullah adalah orang yang
menang sejak hari pertama ia menginjakkan kakinya di medan jihad. Hal
tersebut jika ia berjihad semata-mata untuk tingginya kalimat Allah
serta ia bersabar dan istiqomah di dalam jihadnya. Sebab ketika dia
sanggup berjihad berarti dia telah menang melawan setan yang
menghalanginya berjihad dan menang melawan hawa nafsunya yang
menakut-nakutinya dengan kesedihan di dalam jihad. Bahkan orang yang
berjihad ketika dia ikhlas dan bersabar, apapun hasil dari jihadnya baik
dia membunuh atau terbunuh, memperoleh kemenangan dalam pertempuran
ataukah kekalahan, tetaplah ia adalah orang yang menang. Sebab Allah
menjanjikan kepada mereka dengan janji yang tidak akan diingkari,
sebagaimana firmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ
أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠
تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ
تَعۡلَمُونَ ١١ يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّٰتٖ
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ
عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢ وَأُخۡرَىٰ تُحِبُّونَهَاۖ نَصۡرٞ
مِّنَ ٱللَّهِ وَفَتۡحٞ قَرِيبٞۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٣
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu
mengetahui, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke
tempat-tempat tinggal yang baik di dalam Surga ‘Adn. Itulah kemenangan
yang agung, dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu)
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang beriman.” (QS. As-Saff
[61] : 10-13)
Allah menjanjikan pertolongan dan kemenangan di dunia dan sekaligus
di akhirat bagi orang yang berjihad. Jika dia menang maka dienullah
menjadi tegak dan dia memperoleh janji Allah seperti ayat di atas. Dan
jika dia gugur maka ia menjadi orang yang mati syahid dengan memperoleh
banyak keutamaan dari Allah kelak di akhirat. Maka sesungguhnya orang
yang berjihad di jalan Allah tidak pernah kalah jika ia ikhlas dan
sabar dalam jihadnya.
Semoga Allah menjadikan aku dan kalian sebagai orang-orang yang menang. Wallahu musta’an.