Turbulensi
adalah sebuah keadaan yang ditandai ketidakstabilan (disorder) dan keacakan
(randomness) pergerakan di setiap skalanya. Turbulensi menarik
komponen-komponen yang dipengaruhinya ke arah tertentu dan kemudian melepasnya
secara tiba-tiba. Timbullah guncangan.
Wilayah turbulensi ini dipengaruhi oleh apa yang dinamakan dengan downdraft (gerakan massa udara ke bawah).
Turbulensi banyak sekali jenisnya.
Turbulensi
atau turbulence adalah gerakan tidak beraturan ataw berputar tidak beraturan
akibat perbedaan tekanan udara atau perbedaan temperatur udara.
- Ada mechanical turbulence karena gesekan angin dengan bangunan atau gunung, dll.
- Ada wake turbulence yang disebabkan oleh gerakan manuver pesawat. Semakin besar pesawat, semakin besar juga efek wake turbulence-nya. Biasanya kalo ada pesawat kecil terbang di belakangnya bisa terkena efek bergoyang-goyang bahkan bisa terhempas.
- Ada juga Convection Turbulence akibat udara panas yang mengalir ke atas sebagai akibat perbedaan temperatur.
- Inversion turbulence, perubahan arah angin (berbalik) karena perubahan temperatur.
- Frontal turbulence perubahan arah angin karena arah angin horizontal mendadak karena perbedaan tekanan.
- Terakhir adalah clear air turbulence (CAT) karena fenomena alam, disebut juga atau termasuk dari jenis jet stream.
Jet
stream sendiri adalah arus angin berkecepatan tinggi (bisa lebih dari 150 knot
= > 277 Km/jam) yang terjadi di lapisan atmosfir bagian atas yang sangat
tinggi (high altitude), di atas 30.000 kaki.
Nah, yang terjadi dengan pesawat B747 China Airlines tujuan Denpasar adalah bagian dari clear air turbulence.
Dikabarkan,
ketika terjadi turbulensi, pesawat sedang terbang dengan ketinggian jelajah
36.000 kaki di aatas permukaan laut. setelah terkena turbulensi pesawat berada
di ketinggian 30.000 kaki atau terhempas 6.000 kaki ke bawah.
Menurut BMG, turbulensi yang terjadi di sekitar wilayah Kalimantan dan Sulawesi saat itu sebagai akibat perbedaan tekanan udara di benua Asia dan benua Australia. Biasanya pada waktu pergantian musim sering terjadi.
Para pilot di seluruh dunia paling takut sama yang namanya clear air turbulence, sama halnya dengan jetstream, karena tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dideteksi oleh radar cuaca. Makanya para penerbang di airline setelah mendapat ATPL (Airline Transport Pilot Licence) akan mengikuti suatu training untuk mngantisipasi kejadian tersebut, nama trainingnya adalah Windshear Training.
Penyebab :
- Suhu – Pemanasan dari matahari menyebabkan masa udara panas naik dan sebaliknya masa udara dingin turun, turbulensi jenis ini sering disebut dengan ”turbulensi thermis”
- Jet stream – Pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level ketinggian yang tinggi, dan mempengaruhi udara disekitarnya.
- Pegunungan – Massa udara yang melewati pegunungan dan mengakibatkan turbulensi pada saat pesawat terbang diatasnya pada sisi yang lain. Turbulensi jenis ini sering disebut dengan “turbulensi mekanis”
- Wake turbulence – Turbulensi yang terjadi karena dekat dengan permukaan yang dilewati pesawat atau helikopter
Berikut
ini tiga tipe turbulensi pada pesawat terbang seperti yang dikutip dari salah
satu situs :
1. Turbulensi Selama Badai
1. Turbulensi Selama Badai
Pola
cuaca konvektif atau badai menurut pilot dan ahli meteorologi merupakan
satu-satunya turbulensi yang dapat dilihat. Arus naik dan turun yang kuat di
pusat badai dapat mendorong pesawat ke atas atau turun sebanyak 6.000 kaki.
Dengan kondisi seperti itu tidak bisa dilalui, disarankan menjauh dari badai.
Turbulensi terburuk terjadi di tengah badai, biasanya antara 12.000 sampai 20.000 kaki. Badai dan turbulensi dapat meningkat setinggi 50.000 kaki, jauh di atas batas tertinggi pesawat yakni antara 30.000 sampai 40.000 kaki. Prakiraan cuaca, radar, dan laporan terkini dari bandara dan pesawat lain dapat membantu pilot mengarahkan pesawat dengan jelas pada cuaca terburuk.
Cuaca buruk bukanlah unsur paling berbahaya dalam penerbangan yang melewati badai. Bencana ini mendatangkan bahaya lain, seperti petir dan hujan batu es yang dapat memecah jendela kokpit atau merusak mesin.
2. Turbulensi di Gunung
Saat
angin kencang bertiup mengarah ke pegunungan, udara mengalir dari puncak gunung
menghasilkan turbulensi dalam bentuk gelombang saat mencapai sisi lain gunung.
Proses ini sama seperti gelombang laut yang memecah pada sisi karang yang
terendam.
Turbulensi ini tidak dapat terlihat jelas. Pilot dapat mengantisipasi "gelombang gunung" saat mereka terbang di atas gunung. Para pilot seharusnya sudah paham dengan potensi bahaya ini. Saat kondisi pesawat aman dari gelombang gunung, ada peringatan lain yakni "gelombang awan" lenticular.
3. Turbulensi Tak Terduga
Jenis
paling berbahaya dari turbulensi yakni Clear Air Turbulence (CAT). Turbulensi
ini tidak terlihat dan datang tanpa diduga. Ancaman ini bisa menimpa kapan saja
selama penerbangan.
Salah satu penyebab utama CAT yakni batas antara aliran jet dan gerakan udara yang lambat berdekatan dengan pesawat. Batas tidak terlihat ini memberikan kejutan. Ancaman terberat mengarah pada penumpang yang melepas sabuk pengaman saat pesawat melintasi area ini.
Tanggungjawab terhadap penumpang merupakan kunci untuk keselamatan saat pesawat terkena turbulensi, khususnya turbulensi yang datang tanpa diduga. Itu berarti pasanglah sabuk pengaman, sama seperti himbauan pilot dan pramugari pada kapan saja sedang duduk. Dan jangan berkeliaran di lorong pesawat.
Salah satu penyebab utama CAT yakni batas antara aliran jet dan gerakan udara yang lambat berdekatan dengan pesawat. Batas tidak terlihat ini memberikan kejutan. Ancaman terberat mengarah pada penumpang yang melepas sabuk pengaman saat pesawat melintasi area ini.
Tanggungjawab terhadap penumpang merupakan kunci untuk keselamatan saat pesawat terkena turbulensi, khususnya turbulensi yang datang tanpa diduga. Itu berarti pasanglah sabuk pengaman, sama seperti himbauan pilot dan pramugari pada kapan saja sedang duduk. Dan jangan berkeliaran di lorong pesawat.