UJIAN
SESUNGGUHNYA
Rasulullah s.a.w bersabda yang
bermaksud: “Sesungguhnnya bagi setiap
umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan.”
Riwayat at-Tirmidzi
Banyak pemicu peristiwa-peristiwa besar di jaman
ini bermula dari harta dan kemewahannya, berikut sebagian penalaran
fitnah-fitnah yang disebabkan harta.
Diantara semua Yahudi, yang paling terkenal dan berpengaruh secara
turun-temurun adalah keturunan Rothschild (Dinasti Rothschild). Berikut kisah
hidup mereka:
1744 : Pada 23 Februari 1744, Mayer Amschel Bauer, seorang
Yahudi Ashkenazi lahir di Frankfurt, Jerman. Dia adalah anak dari Moses Amschel
Bauer, seorang pedagang uang. Moses Amschel Bauer memasang sebuah tanda merah
di pintu depan kantornya. Ini adalah sebuah heksagram merah (yang secara
geometris dan numeris menunjuk ke angka 666) yang atas instruksi dari
Rothschild akan menjadi bendera Israel dua abad kemudian.
Mayer Amschel Bauer
1760 : Mayer Amschel Bauer bekerja di sebuah bank milik
Oppenheimers di Hanover, Jerman. Dia sangat berhasil dan kemudian menjadi
mitranya. Selama masa ini dia mulai berhubungan baik dengan Jenderal von
Estorff. Setelah kematian ayahnya, Bauer kembali ke Frankfurt dan mengambil
alih bisnisnya. Bauer mengetahui pentingnya heksagram merah ini dan kemudian
mengganti namanya menjadi Rothschild (artinya “tanda merah”).
Gambar: Heksagram merah
Mayer Amschel Rothschild, menemukan bahwa Jenderal von Estorff berhubungan
baik dengan Pangeran William IX dari Hesse-Hanau, salah satu keluarga kerajaan
terkaya di Eropa, yang mendapatkan kekayaan mereka lewat pengiriman tentara
Hessian ke negara lain (sebuah praktek yang masih eksis sampai hari ini dalam
bentuk pengiriman “pasukan penjaga perdamaian” di seluruh dunia).
Rothschild kemudian menjual koin-koin dan perhiasan berharga kepada
Jenderal dengan harga murah, dan kemudian diperkenalkan dengan Pangeran William
yang sangat senang mendapatkan koin langka dan perhiasan dengan harga diskon.
Kemudian Rothschild menawarkan kepadanya berbagai bonus bila Pangeran bisa
memberikan sejumlah bisnis kepadanya.
Rothschild akhirnya menjadi sangat dekat dengan Pangeran William, dan
kemudian berbisnis dengannya dan juga anggota-anggota kerajaan lainnya. Dia
kemudian menyadari bahwa meminjamkan uang ke pemerintah jauh lebih
menguntungkan daripada meminjamkan kepada individual, karena pinjaman pemerintah
jauh lebih besar dan dijamin oleh pajak dari negara tersebut.
1770 : Rothschild memulai rencana pendirian Illuminati dan
mempercayakannya kepada seorang Yahudi Ashkenazi lainnya, Adam Weishaupt, untuk
merancang organisasi dan perkembangannya. Illuminati akan dibentuk dengan
ajaran dari Talmud, yang merupakan ajaran dari Rabi Yahudi. Kata Illuminati
berasal dari kelompok Luciferian yang artinya “Sang Pembawa Cahaya.”
Mayer Amschel Rothschild menikah dengan seorang wanita Yahudi Ashkenazi
yang bernama Gutle Schnaper, puteri dari Wolf Solomon Schnaper, seorang
pedagang kenamaan. Dari pernikahannya ini, dia dikarunia 5 anak laki-laki dan 5
anak perempuan.
Sumber: akhirjaman.info
Yang menarik dari Dinasti Rothschild adalah penetapan 6 hukum keluarga,
yang terdapat dalam surat wasiat Mayer Amschel Rothschild setelah dia meninggal,
yaitu:
- Jabatan kunci bisnis keluarga dipegang oleh anggota keluarga.
- Anggota keluarga laki-laki yang boleh ikut dalam bisnis keluarga.
- Keluarga Rothschild akan kawin dengan sepupu-sepupu pertama dan kedua untuk melestarikan kekayaan keluarga.
- Inventaris publik mengenai tanahnya tidak boleh dipublikasikan.
- Tidak ada tindakan hukum sehubungan dengan nilai warisan.
- Putera tertua dari putera tertua menjadi kepala keluarga, dan hanya bisa diubah setelah sebagian besar anggota keluarga menyetujui hal lainnya.
Kendali Rothschild di Amerika
1791: Keluarga Rothschild dapat “mengendalikan uang
suatu negara” lewat Alexander Hamilton (utusan mereka di kabinet George
Washington), ketika mereka mengatur sebuah bank sentral di Amerika Serikat yang
disebut “First Bank of the United States”. Bank ini didirikan
dengan sebuah piagam 20 tahun. Kondisi ini jelas berhubungan erat dengan
pernyataan Mayer Amschel Rothschild pada tahun 1790:
“Cuma saya yang menerbitkan dan mengendalikan uang suatu
negara dan saya tidak peduli siapa yang menulis hukumnya”.
1811: Setelah 20 tahun, piagam Bank of the United States milik
Keluarga Rothschild kadaluwarsa dan suara yang dipungut di Kongres menentang
pembaruannya. Hal tersebut membuat Nathan Mayer Rothschild (anak ke-4 Mayer
Amschel Rothschild) mengeluarkan ancaman untuk memberi pelajaran kepada
orang-orang Amerika dan membuat status mereka menjadi kolonial lagi.
Nathan Mayer Rothschild-Sumber: en.wikipedia.org
1812: Dengan didukung oleh uang Rothschild dan perintah dari
Nathan Mayer Rothschild, Inggris menyatakan perang terhadap Amerika Serikat.
Tujuan penyerangan ini untuk membuat Amerika Serikat terlilit utang yang besar
sehingga menyerah kepada Inggris dan piagam Bank of the United States kembali
diperbarui. Namun karena Inggris masih sibuk melawan Napoleon, mereka tidak
bisa mengalahkan Amerika, dan perang pun berakhir pada tahun 1814 dengan
Amerika tidak terkalahkan.
1816: Kongres Amerika meluluskan sebuah rancangan
undang-undang yang mengizinkan satu bank sentral yang dikuasai Rothschild, yang
kemudian terkenal dengan sebutan “Second Bank of the United States“,
dengan sebuah piagam yang berlaku selama 20 tahun.
Setelah 12 tahun kemudian, Second Bank of the United States membuat
rakyat Amerika muak karena praktek manipulasi ekonomi dengan meraih keuntungan
besar dan merugikan rakyat, sehingga musuh-musuh bank ini menominasi Senator
Andrew Jackson dari Tennessee agar mencalonkan diri menjadi presiden.
Sialnya bagi Keluarga Rothschild, Jackson memenangkan pencalonan presiden
dan mulai memecat 2.000 orang dari 11.000 pegawai Pemerintah Federal, sebagai
aksi melawan bank Rothschild.
1832: Perlawanan Presiden Jackson semakin terlihat, Second
Bank of the United States yang dikuasai Rothschild meminta Kongres
meluluskan pembaruan piagam, 4 tahun lebih cepat. Kongres menyetujui usulan
tersebut yang menyebabkan Presiden Jackson memveto rancangan undang-undang
tersebut.
Pada bulan Juli tahun yang sama, Presiden Jackson maju untuk kedua kalinya
pada pencalonan presiden Amerika. Di sisi lain, Keluarga Rothschild yang
memusuhinya selama masa kampanye pemilihan presiden, menghabiskan lebih dari
3.000.000 Dollar untuk membantu Senator Henry Clay dari Partai Republik untuk
mengalahkan Jackson. Namun, Presiden Jackson memenangkannya dengan selisih
suara yang amat banyak pada November 1832.
Setelah terpilih, Presiden Jackson mulai memindahkan deposito pemerintah
dari Second Bank of the United States ke bank-bank yang langsung
dipimpin oleh bankir-bankir mandiri. Peristiwa ini menjadi sejarah penting bagi
Amerika karena Presiden Jackson adalah satu-satunya Presiden yang pernah lunas
membayar utang pemerintah, dengan menebus angsuran terakhir utang negara.
Sumber: lincoln.lib.niu.edu
1835: Perseteruan antara Presiden Jackson dan Keluarga
Rothschild, mengakibatkan aksi pembunuhan terhadap presiden. Tapi ajaib, kedua
pistol si pembunuh meleset. Belakangan Presiden Jackson mengklaim tahu bahwa
Keluarga Rothschild bertanggung jawab atas usaha pembunuhan tersebut.
Bahkan si pembunuh bayaran, Richard Lawrence, yang dianggap tidak bersalah
dengan alasan gangguan jiwa, belakangan mengaku bahwa orang-orang kuat di Eropa
yang telah menyewa dia dan berjanji akan melindunginya kalau dia tertangkap.
1836: Presiden Andrew Jackson berhasil melempar bank sentral
Rothschild keluar dari Amerika, setelah berakhir dan tidak diperbarui kembali
piagam bank tersebut.
Seiring perjalanan waktu, Dinasti Rothschild memiliki hasrat untuk
menguasai kembali Amerika, ditandai dengan perkembangan bisnis katun antara
kaum ningrat Amerika Selatan dan pabrik katun di Inggris. Katun itu diangkut
dari Amerika ke Perancis dan Inggris dengan kapal-kapal milik Rothschild.
1860: Keluarga Rothschild juga secara hati-hati memanipulasi
penduduk dengan berkonspirasi dengan politisi-politisi setempat yang mereka
genggam. Hal ini menyebabkan pemisahan diri Carolina Selatan pada Desember
1860. Hanya beberapa minggu kemudian, 6 negara bagian lain bergabung dengan
konspirasi melawan Serikat dan membentuk sebuah negara pecahan “Confederate
States of Amerika (Amerika Sekutu)” dengan Jefferson Davis sebagai
presidennya. Inilah awal dari perseteruan Selatan dan Utara Amerika, buah dari
hasil propaganda Keluarga Rothschild.
1861: Propaganda Dinasti Rothschild terus berlanjut, bahkan
setelah Presiden Abraham Lincoln dilantik. Mereka memberikan pinjaman kepada
Napoleon III Prancis (sepupu Napoleon dari perang Waterloo) sebesar 210 juta
franc untuk merampas Meksiko, lalu memangkalkan pasukan di sepanjang perbatasan
Selatan Amerika Serikat, mengambil keuntungan dari perang saudara Amerika.
Sementara itu, Inggris menyusul dengan menggerakkan 11.000 pasukan ke Kanada
dan menempatkan pasukan mereka di sepanjang perbatasan utara Amerika. Presiden
Lincoln tahu dia berada dalam masalah, bersama Sekretaris Bendahara, Salomon P.
Chase, mereka berangkat ke New York untuk mengajukan pinjaman yang dibutuhkan
untuk mendanai Departemen Pertahanan Amerika.
Keluarga Rothschild kemudian memberikan instruksi kepada bank-bank Amerika
yang dibawah kontrol mereka, untuk menawarkan pinjaman dengan bunga 24 % sampai
26 %. Presiden Lincoln menolak dan kembali ke Washington.
1863: Tsar Rusia, Alexander II (1855-1881), yang juga memiliki
masalah dengan Keluarga Rothschild karena menolak tawaran terus-menerus untuk
mendirikan bank sentral di Rusia, memberikan bantuan tak terduga kepada
Presiden Lincoln.
Sang Tsar membuat perintah, jika Inggris dan Perancis terlibat aktif dan
campur tangan dalam perang saudara Amerika dengan membantu Selatan, Rusia akan
memihak Presiden Lincoln. Lalu Sang Tsar mengirim sebagian dari Armada
Pasifiknya untuk berlabuh di San Fransisco dan sebagian lainnya berlabuh di New
York.
Dalam kurun waktu ini juga, Keluarga Rothschild menggunakan salah seorang
dari keluarga mereka sendiri di Amerika, John D. Rockefeller (salah seorang
Rothschild lewat garis darah perempuan), untuk membentuk bisnis minyak
bernama “Standard Oil” yang pada akhirnya mengalahkan semua pesaingnya.
1865: Tepatnya pada tanggal 14 April, atau setelah 41 hari
setelah pelantikannya yang kedua, Presiden Lincoln ditembak oleh John Wilkes
Booth di Ford’s Theater. Dia meninggal akibat lukanya, kurang dari 2 bulan
sebelum perang saudara Amerika berakhir.
John Wilkes Booth-Sumber:
biography.com
Lebih dari 70 tahun kemudian, cucu
perempuan Booth yang bernama Izola Forrester, memberikan bocoran di dalam
bukunya tentang Booth, “This One Mad Act“, bahwa Booth dipesan melakukan
pembunuhan ini oleh orang-orang kuat di Eropa (Keluarga Rothschild). Pernyataan
ini dikuatkan oleh seorang Jaksa Kanada bernama Gerald G. Mcgeer yang
mengatakan, bahwa pembunuhan Lincoln dilakukan oleh bankir-bankir internasional
(sebutan untuk Keluarga Rothschild karena setengah kekayaan dunia mereka kuasai
dari pusat-pusat perbankan yang mereka miliki di seluruh dunia).
Menyusul satu masa latihan singkat di Bank London, Keluarga Rothschild,
Jacob Schiff (seorang Rothschild yang lahir di rumah mereka di Frankfurt)
tiba di Amerika pada usia 18 tahun dengan instruksi dan uang yang diperlukan
untuk membeli sebagian usaha rumah perbankan di sana. Tujuannya adalah:
- Mendapatkan kendali sistem uang Amerika dengan mendirikan sebuah bank sentral.
- Mencari orang-orang yang akan menjadi antek-antek “Illuminati” dan mempromosikan mereka ke posisi tinggi di Pemerintah Federal, Kongres, Mahkamah Agung dan semua badan Federal.
- Membuat kelompok minoritas cekcok di seluruh penjuru negeri, khususnya isu perseteruan kaum kulit putih dan hitam.
- Membuat gerakan untuk menghancurkan agama di Amerika Serikat dengan Kristen sebagai sasaran utama.
1869: Dalam kaitan persekongkolan ini, menarik untuk dicermati
pernyataan Rabi Reichorn di pemakaman Rabi Besar Simeon Ben-Iudah:
“Berkat kekuatan dahsyat bank-bank internasional kita,
kita telah memaksa orang Kristen berperang tanpa jumlah. Perang punya nilai
istimewa bagi orang Yahudi, karena orang Kristen saling membantai sehingga ada
ruang lebih luas bagi kita orang Yahudi. Perang adalah panen Yahudi, dan
bank-bank Yahudi menjadi gemuk saat orang Kristen berperang. Lebih dari 100
juta orang Kristen telah tersapu dari muka bumi berkat perang, dan ini belum
berakhir”.
1871: Seorang Jenderal Amerika bernama Albert Pike, yang telah
terbujuk ikut “Illuminati” oleh Guiseppe Mazzini (seorang pemimpin
revolusioner Italia, yang dipilih oleh “Illuminati” untuk memimpin program
revolusioner mereka di seluruh dunia), menyelesaikan cetak biru militernya
untuk 3 perang dunia dan berbagai macam revolusi di seluruh penjuru dunia.
Perang Dunia Pertama, dipecahkan untuk menghancurkan Tsar di Rusia, sebagaimana
dijanjikan oleh Nathan Mayer Rothschild pada 1815. Perang Dunia Kedua,
digunakan untuk menyulut kontroversi antara Fasisme dan Zionisme politis dengan
penindasan Yahudi di Jerman. Ini adalah unsur terpenting untuk membawa
kebencian terhadap orang-orang Jerman. Dan Perang Dunia Ketiga, dimainkan
dengan menggerakkan kebencian terhadap dunia Muslim agar seluruh non Muslim
menjadi benci dan memerangi umat Muslim.
Albert Pike sendiri adalah Komandan Besar Kedaulatan untuk Yurisdiksi
Selatan Scottish Rite of Freemasonry pada tahun 1859, yang merupakan
Freemason terkuat di Amerika. Sedangkan Giuseppe Mazzini dari Italia, adalah
ketua Illuminati Eropa yang juga pendiri MAFIA (Mazzini Autorizza Furti,
Incendi, Avvelenamenti - Mazzini Authorizes Thefts, Arson, Poisoning),
pengganti Adam Weishaupt, pada tanggal 15 Agustus 1871.
Albert Pike (kiri) dan Guiseppe Mazzini (kanan)-Sumber:
akhirjaman.info
1880: Utusan-utusan Rothschild mulai menyulut rangkaian
pembasmian ras di Rusia, Polandia, Bulgaria dan Rumania. Pembasmian-pembasmian
ini mengakibatkan dibantainya ribuan orang Yahudi, menyebabkan sekitar 2 juta
orang melarikan diri ke New York, Chicago, Philadelphia, Boston dan Los
Angeles. Namun, beberapa orang yang dibantu dengan uang Rothschild mulai
bermukim di Palestina.
Alasan-alasan pembantaian-pembantaian ini adalah menciptakan sebuah basis
Yahudi yang besar di Amerika. Lalu mereka dididik untuk memberikan suara
Demokrat. Dan sekitar 20 tahun kemudian, orang-orang terdepan Rothschild
seperti Woodrow Wilson terpilih ke kursi presiden untuk menjalankan perintah
Keluarga Rothschild.
Di Amerika, kekuatan Dinasti Rothschild juga menembus dunia jurnalisme. Ini
tergambar jelas dari pernyataan John Swinton, seorang jurnalis ulung, yang
marah dalam sebuah jamuan makan karena seseorang mengajaknya bersulang untuk
kebebasan pers:
“Saat ini dalam sejarah dunia, di Amerika tidak ada yang
namanya kebebasan pers. Kalian tahu itu dan saya tahu itu. Tidak ada satu pun
di antara kalian yang berani menulis pendapat kalian dengan jujur, dan kalau
kalian melakukannya, kalian sudah tahu bahwa pendapat itu tidak akan pernah
dicetak. Saya dibayar per minggu untuk menjauhkan pendapat jujur saya dari
koran tempat saya bekerja. Kalian juga ada yang dibayar dengan harga serupa
untuk hal-hal seperti itu, dan siapa pun di antara kalian yang dengan bodohnya
menulis pendapat jujur akan terlantar di jalanan mencari pekerjaan baru. Kalau
saya membiarkan pendapat jujur, saya muncul di salah satu terbitan koran saya,
sebelum 24 jam pekerjaan saya sudah melayang. Tugas para jurnalis adalah
menghancurkan kebenaran, berdusta sama sekali, menyesatkan, memfitnah, menjilat
kaki dewa kekayaan dan menjual negara dan rasnya demi sesuap nasi sehari-hari.
Kalian tahu itu dan saya tahu itu, dan kebodohan apa ini mengajak kita
bersulang bagi kebebasan pers? Kita adalah alat-alat pengikut orang-orang kaya
di balik panggung. Kita adalah dongkrak, mereka menarik benang lalu kita
menari. Bakat kita, kemungkinan kita, dan hidup kita semua, adalah milik orang
lain. Kita adalah pelacur intelektual”.
1907: Seorang Rothschild, Jacob Schiff, kepala Kuhn Loeb and
Co., dalam sebuah pidato kepada Dewan Perniagaan New York, memperingatkan:
“Kalau kami tidak mendapatkan sebuah bank sentral dengan
kendali yang cukup atas sumber kreditnya, negara ini akan mengalami kepanikan
uang yang paling parah dan luas jangkauannya dalam sejarah”.
Mendadak Amerika terjebak di tengah-tengah krisis finansial yang dikenal
sebagai “Panik 1907″. Krisis tersebut lalu melumatkan kehidupan jutaan orang
Amerika.
Jacob Schiff-Sumber:
akhirjaman.info
1912: George R. Conroy, dalam majalah Truth terbitan Desember,
menggambarkan Jacob Schiff sebagai ahli strategi keuangan. Dia bahu-membahu
bersama Kelurga Harriman, Keluarga Gould dan Keluarga Rockefeller di semua
perusahaan rel kereta api dan telah menjadi kekuatan dominan dalam bisnis rel
kereta api dan kekuatan finansial Amerika.
Jacob Schiff juga mendirikan ADL atau Anti-Demafation League (Liga
Anti-Penistaan) sebagai cabang B’nai n B’rith (didirikan oleh orang-orang
Yahudi di New York City sebagai sebuah kelompok lokal Mason) di Amerika
Serikat. Organisasi ini diciptakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang
menentang tindakan-tindakan ilegal orang-orang elit Yahudi atau konspirasi
global Rothschild sebagai “Anti-Semit” dan menentang ras Yahudi secara
keseluruhan.
1913: Tepatnya tanggal 31 Maret, J. P Morgan (penguasa Wall
Street) meninggal. Dia dikira sebagai orang terkaya di Amerika, tapi wasiatnya
mengungkapkan bahwa dia hanya memiliki 19 % perusahaan J. P Morgan. Sedangkan
81 % sisanya dimiliki oleh Keluarga Rothschild.
Pada tahun yang sama, orang-orang Yahudi Jahat mendirikan bank sentral
terakhir di Amerika yang masih berdiri sampai sekarang ini, yaitu “Federal
Reserve atau Bank Cadangan Negara”, yang dikenal sebagai bank sentral
Amerika Serikat. Untuk mendapatkan dukungan dari publik, mereka berbohong
dengan menyatakan bahwa sebuah bank sentral bisa mengekang inflasi dan depresi.
Padahal, bank sentral didirikan untuk memanipulasi asupan uang untuk
menyebabkan inflasi dan depresi.
Penting untuk dicatat, bahwa Federal Raserve atau Bank Cadangan
Negara adalah perusahaan swasta, bukan Federal dan tidak punya cadangan apapun.
Dan diperkirakan bahwa labanya melebihi 150 miliar Dollar per tahun, tapi Federal
Reserve tidak pernah sekalipun dalam sejarah menerbitkan laporan keuangannya.
Beberapa bukti telah tersingkap tentang siapa sebenarnya yang memiliki Federal
Reserve, yaitu bank-bank berikut ini:
- Rothschild Bank of London
- Warburg Bank of Hamburg
- Rothschild Bank of Britain
- Lehman Brothers of New York
- Lazard Brothers of Paris
- Kuhn Loeb Bank of New York
- Israel Moses Seif Banks of Italy
- Goldman Sachs of New York
- Warburg Bank of Amsterdam
- Chase Manhattan Bank of New York
Semua ini adalah Bank Rothschild.
1919: Pada tanggal 30 Mei, sebuah pertemuan tambahan dari
“Konferensi Perdamaian Versailles” diadakan di Hotel Majestic di Paris. Di sana
diputuskan bahwa sebuah organisasi akan didirikan untuk memberikan nasihat
(mengendalikan) apa yang dilakukan pemerintah. Lembaga ini disebut “Institute
of International Affairs (Lembaga Urusan Internasional)”, yang akan
bermetamorfosis menjadi 2 cabang:
- Royal Institute of International Affairs (RIIA) di Inggris pada tahun 1920, dan
- Council on Foreign Relations (CFR) di Amerika Serikat pada tahun 1921.
Menariknya, tuan rumah Konferensi Perdamaian Versailles dan ketua pertemuan
tambahan dari konferensi ini adalah Baron Edmond de Rothschild. Baron Edmond de
Rothschild adalah anak termuda dari Jacob (James) Mayer Rothschild (putera
bungsu dari Mayer Amschel Rothschild), hasil dari pernikahannya dengan
kopanakannya sendiri, Betty von Rothschild, anak perempuan Salomon Mayer
Rothschild (Putera ke-3 dari Mayer Amschel Rothschild).
Di AS, CFR (Council of Foreign Relations atau Dewan Hubungan Luar Negeri)
berada di bawah perintah Jacob Schiff. Organisasi ini didirikan oleh orang
Yahudi Ashkenazi, yaitu Bernard Baruch dan Kolonel Edward Mandell House.
Keanggotaan CFR pada awalnya sekitar 1.000 orang di Amerika Serikat.
Keanggotaan ini termasuk bos-bos industri di Amerika, semua bankir internasional
berbasis Amerika dan kepala semua yayasan mereka yang bebas pajak. Pada
dasarnya mereka adalah semua orang yang memberikan modal yang diperlukan bagi
siapa pun yang ingin mencalonkan diri untuk kursi Kongres, Senat, atau
Presiden.
Tugas pertama CFR adalah mendapatkan kendali pers. Tugas ini diberikan
kepada John D. Rockefeller yang mendirikan sejumlah majalah berita nasional
seperti Life and Time. Rockefeller mendanai Samuel Newhouse (seorang
Yahudi) untuk membeli dan mendirikan secara besar-besaran serentetan surat
kabar di seluruh penjuru negeri. Dia juga mendanai orang Yahudi lainnya, Eugene
Meyer, yang akan membeli banyak penerbitan seperti Washington Post, Newsweek,
dan The Weekly Magazine.
Federal Reserve atau Bank Cadangan Negara mengklaim bahwa mereka akan
melindungi negara terhadap inflasi dan depresi. Namun antara tahun 1929 dan
1933, mereka mengurangi asupan uang sampai 33 %. Bahkan Milton Friedman, pakar
ekonomi pemenang penghargaan nobel, menyatakan hal berikut ini dalam sebuah
wawancara radio pada Januari 1996:
“Federal Reserve jelas menyebabkan depresi besar yang
menyusutkan jumlah uang yang beredar sampai sepertiganya dari 1929 sampai
1933.”
Di saat depresi besar ini terjadi, jutaan Dollar Amerika dihabiskan untuk
membangun ulang Jerman akibat kerusakan yang diderita selama Perang Dunia I,
untuk persiapan Keluarga Rothschild berikutnya yaitu Perang Dunia II.
Menariknya, uang yang dipompakan ke Jerman untuk membangunnya sebagai
persiapan Perang Dunia II masuk ke bank-bank German Thyssen yang berafiliasi
dengan kelompok Harriman yang dikendalikan oleh Keluarga Rothschild di New
York.
Antara tahun 1930 dan 1935, Elizabeth Donnan menerbitkan bukunya yang
terdiri dari 4 jilid, “Document Illustrative of the History of the Slave
Trade to America (Dokumen Bergambar tentang Sejarah Perdagangan Budak ke
Amerika)”. Buku ini menunjukkan bahwa orang Yahudi mendominasi perdagangan
budak Afrika ke Amerika dan setidaknya 15 kapal yang digunakan untuk mengangkut
para budak dimiliki oleh Yahudi, beberapa diantaranya sangat erat berkaitan
dengan Keluarga Rothschild. Untuk menipu pihak berwenang bahwa tidak ada orang
Yahudi yang terlibat, mereka sering mengganti semua kru dan kapten dengan orang
non-Yahudi.
1936: Pada 3 Oktober, seorang pejabat Kongres dari Partai Republik,
Louis T. McFadden, Ketua House Banking and Currency Committee (Komite
Rumah Perbankan dan Mata Uang) diracun sampai mati. Ini adalah usaha pembunuhan
ketiga terhadap dirinya. Sebelumnya dia pernah selamat dari keracunan dan
ditembak dengan senjata api. McFadden adalah pengkritik setia Federal
Reserve dan kelompok kriminal Yahudi yang ada dibaliknya.
Di Bretton Woods, New Hampshire, IMF dan Bank Dunia (awalnya disebut
International Bank for Reconstruction and Development atau IBRD – nama Bank
Dunia baru diadopsi mulai 1975) disetujui dengan keikutsertaan penuh
Amerika Serikat.
IMF diberikan kuasa untuk menerbitkan sebuah uang perintah dunia yang
bernama “Special Drawing Rights (Hak Tarik Istimewa) atau SDR’s”. Negara-negara
anggota pada akhirnya akan ditekan untuk membuat mata uang mereka sepenuhnya
bisa ditukar dengan SDR’s.
IMF dikendalikan oleh Dewan Gubernurnya, yang juga merupakan kepala
bank-bank sentral yang berbeda atau kepala departemen-departemen bendahara
bermacam-macam negara yang dikuasai oleh bank-bank sentral mereka. Kekuatan
pemungutan suara di IMF juga memberikan Amerika Serikat dan Inggris (Federal
Reserve (Bank Sentral AS) dan Bank of England (Bank Sentral Inggris)
– kedua-duanya dikuasai Keluarga Rothschild) kendali penuh atas dirinya.
1948: Pada musim semi tahun ini, Keluarga Rothschild menyogok
Presiden Harry S. Truman (Pre-siden ke-33 Amerika Serikat, 1945-1953) untuk
mengakui Israel sebagai negara berdaulat dengan 2 juta Dollar yang mereka
berikan padanya untuk rangkaian kampanyenya.
Pada tengah malam 14 Mei 1948, negara Israel secara resmi diproklamirkan di
Tel Aviv, sebelas menit kemudian Presiden Truman menyatakan Amerika Serikat
sebagai negara asing pertama yang mengakuinya.
1963: Pada 22 November, Presiden John F. Kennedy dibunuh oleh
Keluarga Rothschild. Salah satu alasan utama dibunuhnya Kennedy adalah fakta
bahwa dia memastikan kepada Perdana Menteri Israel, David Ben-Gurion, bahwa
dalam keadaan apapun dia tidak akan setuju Israel menjadi negara yang memiliki
nuklir. Surat kabar Israel, Ha’aretz, pada tanggal 5 February 1999 dalam sebuah
ulasan tentang sebuah buku Avner Cohen yang berjudul “Israel and the Bomb“,
menyatakan:
“Pembunuhan Presiden AS John F. Kennedy mendadak
mengakhiri tekanan besar yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika terhadap
Pemerintah Israel untuk menghentikan program nuklir. Buku ini menyiratkan bahwa
kalau Kennedy tetap hidup, diragukan apakah Israel dewasa ini bisa membuat
nuklir”.
Selain itu, alasan mengejutkan lainnya Presiden Kennedy dibunuh adalah
berkat adanya Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva.
Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva dibuat dan
ditandatangani pada 21 November 1963 di Hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS,
John F Kennedy (beberapa hari sebelum dia terbunuh) dan Presiden RI, Ir.
Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss, William Vouker. Perjanjian ini
menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian
itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni
batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan
pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya
sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan bagi pembangunan keuangan
AS. Hal ini tentu saja membuat Rothschild sangat gundah, karena salah satu
rencana jahatnya adalah menguasai emas batangan yang beredar di seluruh dunia,
demi memuluskan misi bejatnya untuk mengendalikan dunia. Selain itu, adanya MoU
tsb juga membuat AS dapat menghilangkan ketergantungannya terhadap utang yang
diberikan oleh Federal Reserve.
John F. Kennedy & Presiden Soekarno-Sumber: haiqiao.s.anyp.com (kiri),
indische-archipelago.blogspot.com (kanan)
Disamping itu, alasan utama pembunuhan John F. Kennedy adalah sikapnya yang
tegas dalam menentang proyek kaum Illuminati untuk mewujudkan Tatanan Dunia
Baru (The New World ) yang bertujuan untuk mengendalikan dunia dengan
cara-cara yang licik, kotor, dan keji.
Berikut pidato Kennedy yang mengindikasikan penentangannya terhadap The
New World Order:
“Di seluruh dunia, kita dihadapkan pada konspirasi monolitis dan
kejam, yang bersandar terutama pada kedengkian demi memperluas cakupan
pengaruhnya. Ini adalah sistem pengerahan manusia dan sumber daya materi
besar-besaran untuk membangun mesin yang sangat kuat dan efisien yang
menggabungkan operasi militer, intelijen, ekonomi, sains, dan politik.
Persiapan pembangunan mesin itu sangat tertutup, dan tidak diketahui publik.
Kesalahan-kesalahan yang muncul terkubur, tidak muncul ke permukaan. Siapapun
yang mencoba lari, akan dibungkam, dan bukannya diberi penghargaan.”
1973: Pada 15 April, Senator Demokrat dari Arkansas, J.
William Fulbright, menyatakan hal berikut ini di televisi CBS, sehubungan
dengan kekuatan Yahudi di Amerika:
“Senat Amerika Serikat tunduk kepada Israel, Israel mengendalikan Senat.
Ini sudah sangat sering ditunjukkan, dan inilah yang membuat pemerintah
kesulitan.”
Pada tahun ini juga, George J. Laurer, seorang pegawai IBM yang
dikendalikan oleh Keluarga Rothschild, menciptakan UPC (Universal Product
Barcode) yang pada akhirnya akan dipasang pada setiap barang yang
diperdagangkan di seluruh dunia dan membawa nomor 666 (Heksagram Merah Mayer
Amschel Rothschild).
1993: Mantan penjabat Kongres Paul Findley, menerbitkan
bukunya yang berjudul “Deliberate Deceptions: Facing the Fact About the
U.S-Israeli Relationship (Muslihat yang Disengaja: Menghadapi Fakta tentang
Hubungan AS-Israel)”. Di dalam buku ini dia menulis daftar 65 Resolusi Anggota
PBB yang menentang Israel dari periode 1955 sampai 1992, dan Amerika Serikat
memveto 30 Resolusi demi Israel. Kalau AS tidak membuat veto, ada 95 Resolusi
yang menentang Israel. Namun, 65 Resolusi yang menentang Israel tersebut
berjumlah lebih banyak dari semua Resolusi yang dilulus-kan untuk
menentang negara-negara lain jika digabungkan sekaligus.
Israel tidak peduli dengan pandangan PBB. Jika Anda mau mempertimbangkan
bukti yang pernah ada, bahwa kurang dari 2 minggu setelah serangan Israel
terhadap USS Liberty (serangan yang dirancang untuk mengkambinghitamkan
Mesir, sehingga AS terdorong untuk berperang melawan Mesir), Menteri Luar
Negeri Israel, Abba Eban, membuat pernyataan tentang PBB, sebagaimana yang
dilaporkan The New York Times pada 19 Juni 1967:
“Kalau pun General Assembly (Majelis Umum) memungut suara
sampai 121 suara berbanding 1 mendukung Israel kembali ke garis gencatan
senjata (perbatasan pra-Juni 1967), Israel akan menolak tunduk terhadap
keputusan tersebut”.
“Mereka adalah peminjam uang dan kontraktor utang besar
di dunia. Konsekuensinya adalah negara-negara di dunia mengerang diinjak
sistem-sistem pajak dan utang negara yang besar. Mereka adalah musuh terbesar
bagi kebebasan”. (Lord Harrington)
1995: Pada 21 Oktober, mantan agen Mossad, Victor Ostrovsky,
yang menerbitkan 2 buku yang memaparkan kegiatan-kegiatan Mossad, muncul di
acara pagi televisi Kanada, Canada AM, bersama jurnalis Israel bernama Yosef
Lapid, mantan Kepala Televisi Israel, via hubungan satelit. Yosef Lapid
memanggil Mossad untuk mencari Ostrovsky di Kanada untuk membunuhnya, karena
telah menulis 2 buku yang membocorkan kegiatan mereka ini. Karena Mossad Israel
tidak bisa membunuh Ostrovsky di Kanada tanpa menyebabkan insiden diplomatis.
Yosef Lapid mengatakan secara langsung di acara itu, bahwa:
“Saya harap ada seorang Yahudi yang baik di Kanada yang
mau melakukan tugas itu untuk kita”.
Victor Ostrovsky-Sumber:
akhirjaman.info
Ostrovsky memutuskan untuk menuntut Yodef Lapid di Pengadilan Kanada karena
menghasut publik untuk membunuhnya. Namun, Ostrovsky tidak bisa menemukan
pengacara satu pun di Kanada yang mau mengambil kasus itu.
1996: Pada 12 Mei, Duta Besar PBB sekaligus seorang Yahudi
Ashkenazi, Madeleine Albright, ketika muncul di program 60 minutes, ditanya
oleh koresponden Lesley Stahl, sehubungan dengan tahun-tahun Amerika Serikat
memimpin sanksi ekonomi terhadap Irak:
“Kami telah mendengar bahwa setengah juta anak meninggal.
Maksudku, itu lebih banyak dari anak yang meninggal di Hiroshima. Lalu, anda
tahu, bahwa harga itu sepadan?”
Jawaban Duta Besar Madeleine Albright adalah:
“Menurut saya itu pilihan yang sangat sulit, tapi harga
itu sepadan”.
Komentarnya tersebut tidak menimbulkan protes dari publik. Sesungguhnya,
Holocaust setengah juta rakyat Irak dipandang positif dan dikagumi oleh
Pemerintah Amerika Serikat. Karena kurang dari 8 bulan kemudian, Presiden Bill
Clinton menunjuk Madeleine Albright sebagai Menteri Luar Negeri.
Pada siaran Larry King Live pada bulan April 1996, aktor Marlon Brando
membuat pernyataan:
“Hollywood dipimpin oleh orang-orang Yahudi. Hollywood
dimiliki oleh orang-orang Yahudi, dan mereka harus punya sensitivitas tentang
persoalan yang diderita oleh orang lain, akibat apa yang telah mereka
eksploitasi kepada orang-orang itu”.
Akibat pernyataan ini, Jewish Defense League (Liga Pertahanan Yahudi)
langsung meminta agar Marlon Brando dibuang dari Hollywood Walk of Fame. Tapi,
karena takut diprotes publik, Hollywood Chamber of Commerce (Majelis
Perdagangan Hollywood) menolak melakukannya.
Pada tahun yang sama, beberapa kejadian penting juga mewarnai kehidupan
Amerika, diantaranya:
Washington Post melaporkan bahwa intelijen Amerika Serikat telah menyadap
sebuah percakapan. Di dalam percakapan tersebut, dua Pejabat Israel membahas
kemungkinan mendapatkan surat rahasia yang telah ditulis oleh Sekretaris
Bendahara Luar Negeri waktu itu, Warren Christopher, kepada Pemimpin Palestina,
Yasser Arafat.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Martin Indyk, mengeluh secara
pribadi kepada Pemerintah Israel tentang pengawasan tidak bijaksana yang
dilakukan oleh Badan Intelijen Israel.
Agen-agen Israel memasang penyadap pada telepon seorang Yahudi Ashkenazi
sekaligus anak seorang Rabi, Monica Lewinsky, di Watergate dan mereka menyadap
sesi seks telepon antara wanita itu dan Presiden Bill Clinton. Laporan Ken
Starr menegaskan bahwa Clinton memperingatkan Lewinsky bahwa percakapan mereka
direkam, dan kemudian Clinton mengakhiri perselingkuhan tersebut.
Pada tahun ini juga, Kofi Annan menjadi Sekretaris Jenderal PBB yang
bermarkas di New York City. Isterinya adalah Nane Lagergren, seorang Rothschild
dari Swedia, yang dinikahi pada tahun 1984. Menurut suatu sumber, bahwa naiknya
Annan dapat semakin memuluskan rencana AS untuk menjalankan berbagai misi
bejatnya.
Annan & Lagergren-Sumber:
nairaland.com
Di Los Angeles, sebuah penyelidikan narkoba besar tingkat lokal, telah
membuat daerah dan negara menjadi bermasalah. Tersangka dalam penyelidikan ini
adalah jaringan kejahatan Israel yang beroperasi di New York, Miami, Las Vegas,
Kanada, Israel dan Mesir. Jaringan kejahatan Israel ini terlibat dalam
pengedaran narkoba dan ekstasi, begitu juga penipuan kartu kredit dan komputer
yang rumit terhadap golongan pekerja kantoran. Yang mengagetkan para opsir
penyelidikan, orang-orang Israel yang diselediki ternyata mengawasi
pager/beeper, ponsel bahkan telepon rumah para penyelidik. Para penyelidik
kemudian mencari tahu dari mana informasi ini mungkin berasal. Mereka segera
mengetahui bahwa ini bersangkutan dengan Firma Israel AMDOCS yang hampir memonopoli
jasa rekening telepon di Amerika Serikat. Dan ketika mereka memeriksa hasil
telepon mereka sendiri tentang bagaimana mereka disadap, mereka menemukan bahwa
kontraktor utama mereka adalah Converse Infoys, Firma Israel lainnya yang
bekerja dekat dengan Pemerintah Israel.
1998: Pada 31 Oktober, berdasarkan instruksi dari kelompok
PNAC (Project for a New American Century – Proyek untuk Abad Amerika Baru),
Presiden Bill Clinton menandatangani Hukum H. R. 4655, yaitu “Iraq Liberation
Act (Undang-Undang Pembebasan Irak)” yang mendukung usulan perubahan rezim di
Irak. Tujuan sebenarnya dari proyek ini adalah menempatkan rezim boneka untuk
AS, agar AS dapat menguasai ladang minyak di Irak.
Untuk memuluskan rencana ini, maka sebelumnya pada Februari 1990, seorang
Sayan Mossad (agen rahasia Israel) di New York menjejalkan suatu cerita palsu
ke ABC Television bahwa Saddam Husein punya pabrik uranium di Irak, satu tahun
sebelum Amerika membombardir Irak.
2000: Pada bulan April, Jacob “Cookie” Orgad, sebagai mantan
agen Mossad ditangkap karena menjalankan salah satu operasi penyelundupan
ekstasi terbesar dalam sejarah Amerika. Operasi ini mengantarkan ratusan juta
Dollar dalam bentuk narkoba illegal yang diproduksi di Belanda, ke kota-kota di
seluruh Amerika Serikat.
Pada tahun ini juga di Argentina, IMF mengharuskan negara ini mengurangi
defisit anggaran pemerintah dari 5,3 miliar Dollar pada saat itu menjadi 4,2
miliar Dollar pada tahun berikutnya (2001), yang menyebabkan pengangguran di
Argentina sebesar 20 % penduduk usia kerja. Lalu mereka menambah tuntutannya
menjadi defisit harus dihapuskan. IMF menawari Argentina beberapa gagasan untuk
mencapai ini, dengan mengurangi program ketenagakerjaan darurat pemerintah dari
200 Dollar per bulan menjadi 160 Dollar sebulan.
Mereka juga meminta pemotongan gaji 12% – 15% bagi pegawai negeri dan
pemotongan pensiun bagi orang tua sebanyak 13%. Keduanya berdampak bagi banyak
orang. Pada Desember 2001, orang-orang Argentina kelas menengah (secara
harfiah) muak berburu di jalanan mencari sampah untuk dimakan. Mereka mulai
rusuh dan membakar Buenos Aires.
2001: Puncak tragedi di Amerika terjadi pada 11 September,
yaitu serangan terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon yang disusun
dengan hati-hati oleh Israel dengan keterlibatan Inggris dan Amerika, dibawah
perintah Keluarga Rothschild. Kejadian ini mereka lakukan untuk
mengkambinghitamkan Muslim sebagai “Teroris”. Ini adalah babak pertama untuk
memicu Dunia Barat agar berperang dengan Dunia Arab, demi Yahudi. Dan perang melawan
teroris di negara-negara Muslim pun dimulai.
Beberapa pengamat menduga bahwa mereka menggunakan serangan-serangan ini
untuk mendapatkan kendali atas beberapa negara di dunia yang tidak mengizinkan
bank-bank sentral Rothschild. Dengan demikian, kurang dari sebulan setelah
kejadian ini, Amerika Serikat menyerang Afghanistan, satu dari hanya tujuh
negara pada saat itu di dunia yang tidak memiliki bank sentral yang
dikendalikan oleh Rothschild. Negara ini didominasi penduduk Muslim yang
menolak ikut serta dalam sistem simpan-pinjam uang (Riba), sesuatu yang telah
membuat para Yahudi Jahat gusar selama bertahun-tahun. Selain itu, juga demi
memperoleh keuntungan eksplorasi cadangan minyak bumi yang berada di
Afganistan.
Jack Abramoff (kiri) dan Mohamed Atta (kanan)-Sumber:
akhirjaman.info
Kurang dari seminggu setelah serangan 11 September, tepatnya pada 5
September 2001, orang yang katanya Ketua Pembajak, Mohamed Atta, dan beberapa
pembajak lainnya melakukan kunjungan ke salah satu perahu kasino seorang pelobi
pro-Israel, seorang Yahudi Ashkenazi bernama Jack Abramoff. Tidak ada
penyelidikan dilakukan tentang apa yang mereka lakukan di sana. Menariknya, 7
orang dari 19 orang (yang katanya) pembajak yang disalahkan melakukan serangan
pada 11 September, ternyata masih hidup. Beberapa orang malahan muncul di
Kedutaan Besar Amerika Serikat di negara-negara Arab.
Pada serangan 11 September juga, terdapat 5 orang Israel yang menyamar
dalam pakaian Arab ditangkap karena menari dan bersorak sambil merekam menara
WTC yang runtuh. Disewa oleh Urban Moving System (Sistem Perpindahan Kota),
sebuah daerah Mossad Israel, orang-orang Israel ini tertangkap punya banyak
paspor, satu van teruji positif mengandung peledak dan banyak uang tunai.
Akibat penangkapan ini, Walikota Yerussalem (yang akan menjadi Perdana Menteri
Israel), Ehud Olmert, secara pribadi menelepon Walikota New York City, Rudi
Giuliani, menyatakan bahwa orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan
serangan teroris, dan hanya sedang sedikit bersenang-senang.
Belakangan terungkap bahwa dua dari lima orang Israel ini ternyata Mossad,
bertentangan dengan klaim Olmert, ketiga orang lainnya dengan kuat dicurigai
Mossad juga. Begitu laporan-laporan saksi melacak kegiatan orang-orang Israel
itu, terungkap bahwa mereka terlihat di Taman Liberty pada saat tubrukan
pertama. Laporan ini menduga bahwa mereka sudah tahu apa yang akan terjadi.
Orang-orang Israel itu diinterogasi oleh FBI, lalu diam-diam dikirim
kembali ke Israel. Para petugas yang menangkap mereka dari Departemen
Kepolisian New Jersey diperintahkan agar tidak membahas penangkapan mereka.
Kelima orang Israel yang menari dan menyoraki runtuhnya WTC, belakangan
muncul di radio dan televisi Israel. Di sana mereka menyatakan bahwa mereka
berada di New York City pada 11 September untuk “mendokumentasikan peristiwa
tersebut” karena Amerika belum pernah mengalami serangan seperti itu di
daratannya.
Dua jam sebelum serangan 11 September, Odigo, sebuah perusahaan Israel
dengan kantor-kantornya yang bertempat hanya beberapa blok dari menara WTC,
menerima sebuah peringatan pendahuluan akan serangan tersebut lewat pesan
instan internet. Manajer New York Office memberikan FBI alamat IP pengirim
pesan tersebut, tapi FBI tidak menindaklanjutinya.
Sekitar 200 orang Israel yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan
pemindahan Israel, yang dicurigai merupakan garis depan intelijen Israel, yang
sangat aktif di WTC beberapa bulan sebelum serangan, lalu ditangkap karena
dicurigai terlibat ketika sisa ban ditemukan di beberapa van pembuangan yang
mereka gunakan. Namun, di bawah perintah langsung Pejabat Departemen Peradilan
Amerika Serikat, Michael Chertoff, mereka dideportasi ke Israel akibat
“Pelanggaran Visa”. Chertoff adalah seorang warga negara ganda AS/Israel yang
ayahnya seorang Rabi dan ibunya adalah salah satu pekerja pertama Mossad, lalu
kemudian dia memerintahkan penangkapan sekitar 900 Muslim yang tidak berkaitan
dengan kejadian WTC.
Pada 12 September, The Yerussalem Post diam-diam memperingatkan kemungkinan
terungkapnya Israel sebagai pelaku serangan 11 September. Surat kabar tersebut
menampilkan sebuah cerita bahwa 2 orang Israel meninggal pada saat pesawat
terbang dibajak, dan 4.000 orang menghilang di WTC. Seminggu kemudian, sebuah
stasiun televisi Beirut melaporkan bahwa 4.000 pegawai WTC yang merupakan orang
Israel tidak hadir pada hari serangan itu. Ini tampaknya menegaskan cerita di
The Yerussalem Post.
Setelah serangan WTC, surat-surat tanpa nama yang berisi virus antraks
dikirim ke berbagai politisi dan eksekutif media. Akibat terjangkit virus
antraks dalam surat-surat ini, 5 orang meninggal dunia. Seperti serangan 11
September, serangan ini langsung disalahkan kepada Al-Qaeda, sampai diketahui
bahwa virus antraks yang dijadikan senjata tersebut, dibuat oleh laboratorium
militer Amerika Serikat.
FBI kemudian mengetahui bahwa tersangka utama surat-surat antraks ini
adalah orang Yahudi Ashkenazi, Dr. Philip Zack, yang pernah dicerca beberapa
kali oleh para pegawainya akibat kata-katanya yang ofensif tentang orang-orang Arab.
Dr. Philip Zack tertangkap kamera sedang memasuki daerah penyimpanan tempat dia
bekerja di Fort Detrick. Di sanalah antraks disimpan. Pada titik ini, baik FBI
maupun media berhenti membuat pernyataan publik apa pun mengenai kasus ini.
Seminggu sebelum serangan WTC, Zim Shipping Company (Perusahaan Pengapalan
Zim) memindahkan kantor-kantornya di WTC, melepaskan kontrak sewanya yang
memakan biaya 50.000 Dollar bagi perusahaan tersebut. Tidak ada alasan yang
pernah diberikan mengenai hal ini, dan Zim Shipping Company, setengahnya
dimiliki oleh negara Israel.
Akibat serangan 11 September disalahkan kepada Osama bin Laden (yang
diberitakan berada di Afganistan), Amerika Serikat menginvansi Afghanistan
dan menumbangkan para penguasa Taliban di sana. Tentu saja alasan sebenarnya
terjadi invansi itu menjadi terang. Karena alasan sesungguhnya adalah pemimpin
Taliban, Mullah Omar, telah melarang produksi opium pada Juli 2000. Dengan
demikian, panen opium pada tahun itu hancur.
Dalam sejarah, bisnis opium merupakan bisnis illegal yang digerakkan oleh
Keluarga Rothschild seperti yang terjadi di China pada tahun 1839. Ketika
Kaisar Manchu di China memerintahkan penghancuran opium, Keluarga Rothschild
memerintahkan tentara Inggris untuk pergi ke sana untuk memerangi China demi
melindungi bisnis narkobanya yang sedang berjalan.
Itulah tepatnya apa yang sedang terjadi. Afghanistan adalah sumber 75%
heroin dunia. Akibat Mullah Omar menghancurkan laba 2001, maka terjadilah
invansi pada Oktober 2001. Segera sesudahnya, media melaporkan panen besar
opium pada Maret 2002.
Pada 3 Oktober, Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, membuat pernyataan
berikut ini kepada seorang Yahudi Ashkenazi, Simon Peres, sebagaimana
dilaporkan di Radio Kol Yisrael:
“Setiap kali kita melakukan sesuatu, anda akan berkata
Amerika akan melakukan ini dan itu. Saya ingin memberitahu anda sesuatu yang
sangat jelas. Jangan cemaskan tekanan Amerika terhadap Israel. Kita orang-orang
Yahudi mengendalikan Amerika, dan orang-orang Amerika tahu itu.”
Pada tahun 2001 pula, Profesor Joseph Stiglitz, mantan Chief Economist Bank
Dunia dan mantan Ketua Dewan Penasehat Ekonomi Presiden Clinton secara publik
mengungkapkan “Strategi 4 Langkah” Bank Dunia yang dirancang untuk memperbudak
negara-negara kepada para bankir. Ke-4 Strategi tersebut adalah:
*) Privatisasi, disini para pemimpin ditawarkan komisi 10% ke
rekening-rekening Bank Swiss rahasia mereka sebagai ganti mereka memangkas
beberapa miliar Dollar dari harga aset negara, seperti maraknya terjadi suap
dan korupsi.
Profesor Joseph Stiglitz-Sumber:
classwarfareexists.com
*) Pembebasan Pasar Modal, ini pencabutan
hukum bahwa uang pajak melintasi perbatasan. Ketika ekonomi di negara itu mulai
menjanjikan kekayaan, kekayaan ini ditarik langsung dari luar sehingga ekonomi
negara itu ambruk. Lalu negara itu membutuhkan bantuan IMF. Dan IMF
memberikannya dengan syarat mereka menaikkan suku bunga antara 30% dan 80%. Ini
terjadi di Indonesia dan Brazil, juga di negara-negara Asia dan
Amerika Latin lainnya.
*) Penentuan Harga Berdasarkan Pasar, disini harga
makanan, air dan gas domestik dinaikkan yang diperkirakan dapat menyebabkan
huru-hara sosial di masing-masing negara, sekarang lebih umum disebut dengan
“Hura-Hara IMF”.
*) Perdagangan Bebas, disini
perusahan-perusahaan internasional menyerbu Asia, Amerika Latin, dan Afrika.
Pada saat yang sama Eropa dan Amerika menghalangi pasar mereka sendiri terhadap
pertanian dunia ketiga. Mereka juga mengenakan tarif yang menjulang tinggi yang
harus dibayar oleh negara-negara ini untuk obat-obatan bermerek, menyebabkan
melejitnya rasio kematian dan penyakit.
Ada banyak pihak yang akan kalah dalam sistem ini, kecuali satu pemenang,
yaitu sistem perbankan yang dimiliki dan dioperasikan oleh Yahudi Jahat.
Sebenarnya IMF dan Bank Dunia telah membuat syarat pinjaman bagi penjualan
sistem listrik, air, telepon dan gas di setiap negara berkembang. Ini
diperkirakan mencapai 4 Triliun Dollar aset milik publik.
Pada September tahun 2001, Profesor Joseph Stiglitz diberi penghargaan Nobel
dalam bidang ekonomi.
2002: Kamus Internasional Baru Ketiga Webster (Lengkap) dicetak
ulang, menyediakan satu definisi baru tentang Anti-Semit. Definisi belum
dimutakhirkan pada 1956. Definisi barunya adalah:
“Anti-Semitisme: (1) permusuhan terhadap orang-orang
Yahudi sebagai kelompok minoritas agama atau ras, sering disertai diskriminasi
sosial, politik dan ekonomi; (2) menentang Zionisme; (3) simpati untuk
musuh-musuh Israel”.
Definisi (2) dan (3) ditambahkan dalam edisi 2002, tepat
sebelum Amerika memutuskan untuk menginvansi Irak atas perintah Israel.
Thomas Stauffer, seorang Konsultan Ekonomi di Washington, memperkirakan
bahwa sejak 1973, Israel telah menghabiskan uang Amerika Serikat sekitar 1,6
Triliun Dollar, yang kalau dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun 2002,
setiap orang akan mendapatkan lebih dari 5.700 Dollar.
Kondisi dunia yang rapuh akibat perlakuan Yahudi yang didukung dana besar
Keluarga Rothschild, menggerakkan orang seperti Perdana Menteri Malaysia,
Mahathir Muhammad, yang mengeluarkan sikap dengan pernyataan:
“Orang-orang Yahudi menguasai dunia dengan tangan orang
lain. Mereka membuat orang lain berperang dan mati demi mereka”.
2004: Penyelidikan FBI berlanjut kepada American Israel Public
Affairs Committee (AIPAC, Komite Urusan Publik Israel Amerika), kelompok lobi
politik terbesar di Amerika Serikat dengan lebih dari 65.000 anggota yang
tugasnya adalah memimpin pemerintah Amerika Serikat demi Israel. FBI dilaporkan
percaya bahwa AIPAC adalah garis depan mata-mata Israel.
Pada awal Maret, warga negara ganda AS/Israel sekaligus Rabi Yahudi bernama
Dov Zakheim mengundurkan diri sebagai Pengawas Keuangan Pentagon sekaligus
Kepala Petugas Keuangan, ketika terungkap dalam sebuah audit anggaran Pentagon
bahwa dia tidak bisa mempertanggung-jawabkan hilangnya 2,6 juta Dollar,
termasuk inventaris pertahanan 56 pesawat terbang, 32 tank, dan 36 satuan
peluncuran komando misil Javelin.
Pada 20 Mei, Senator Ernest Hollings membuat pernyataan tentang kendali
AIPAC terhadap Amerika:
“Kita tidak bisa membuat kebijakan Israel selain yang
diberikan oleh AIPAC. Saya telah mengikuti sebagian besar diantaranya, tapi
saya juga telah menolak menandatangani surat-surat dari waktu ke waktu untuk
memberi kesempatan kepada Presiden yang malang. Saya bisa mengatakan kepada
kalian bahwa tidak ada presiden yang menjabat, entah dari Republik atau
Demokrat, mendadak AIPAC akan memberitahunya persis kebijakan apa yang harus
diambil”.
Pada tahun ini juga, Mel Gibson merilis filmnya “The Passion of the
Christ (Hasrat Kristus)”. Untuk menjaga keasliannya, dialog film itu
disajikan sepenuhnya dalam Bahasa Ibrani dan teks Latin. Namun, ada satu teks
yang tidak muncul. Kalimat itu diucapkan tapi untuk alasan tertentu teksnya
dibuang. Tentu saja ini akibat tekanan dari media Yahudi. Adegan yang teksnya
dibuang itu adalah ketika Pilate berusaha membuat orang-orang Yahudi berhenti
menyeru agar Yesus Kristus disalib. Dan apa kata orang-orang Yahudi sebagai
tanggapan Pilate sampai-sampai lobi Yahudi setengah mati ingin menyensornya?:
“Biarkan darahnya mengucuri kami dan anak-anak kami”.
Pada 16 Oktober, Presiden Bush menandatangani pengesahan hukum Global
Anti-Semitism Preview Act (Undang-Undang Tinjauan Anti-Semitisme Global) yang
dirancang untuk memaksa seluruh dunia agar tidak pernah mengkritik dunia
Yahudi, apapun yang mereka lakukan. Undang-undang ini menetapkan sebuah
departemen istimewa di dalam Departemen Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat
untuk menguasai anti-semitisme global yang akan memberikan laporan tahunan
kepada Kongres.
2005: Pada 27 Februari, pemimpin gerakan Nation of Islam,
Louis Farrakhan, membuat pernyataan berikut ini sehubungan dengan Yahudi yang
menguasai penyelundupan perdagangan budak Afrika ke Amerika:
“Dengar, tidak ada tangan orang Yahudi yang tidak berlumuran
darah kita. Mereka memiliki kapal-kapal budak. Mereka membeli dan menjual kita.
Mereka memperkosa dan merampok kita”.
Louis Farrakhan-Sumber:
cityonthemove.us
Setelah invansi ke Afghanistan dan Irak, sekarang hanya ada 5 negara di
dunia yang tersisa tanpa bank sentral milik Rothschild. Kelima negara tersebut
adalah Iran, Korea Utara, Sudan, Kuba, dan Libya.
Profesor Fisika Stephen E. Jones dari Brigham Young University menerbitkan
sebuah majalah yang di dalamnya dia membuktikan bahwa gedung-gedung WTC hanya
bisa diruntuhkan dengan peledak. Dia tidak mendapatkan pemberitaan di media
arus utama untuk klaim yang terbukti ilmiah ini.
Pada bulan November, sekelompok orang Demokrat yang konservatif hingga
moderat yang disebut “Blue Dog Coalition (Koalisi Anjing Biru)” yang fokus
kepada tanggung jawab fiskal pemerintah, melaporkan bahwa Presiden Yahudi
George W. Bush telah meminjam lebih banyak uang dari bank dan pemerintah asing
dibandingkan ke semua 42 presiden Amerika Serikat digabungkan sekaligus. Angka
Departemen Bendahara menunjukkan bahwa total pinjaman semua presiden AS antara
1776-2000 adalah 1,01 Triliun Dollar, sementara dalam 4 bulan terakhir saja
Pemerintahan Bush telah meminjam 1,05 Triliun Dollar.
Pada 6 Desember, isteri Presiden Bush, Laura Bush, ditemani oleh Rabi
Binyomin Taub, Rabi Hillel Baron dan Rabi Mendy Minkowitz melakukan penghalalan
ala Yahudi untuk dapur Gedung Putih. Sebuah foto peristiwa ini ketika berdiri
bersama staf diambil oleh fotografer Shealah Craighead lalu dipajang di situs
resmi Gedung Putih.
2006: Pada 5 sampai 7 Maret, AIPAC menyelenggarakan konvensi
tahunan mereka di Washington D.C. Lebih dari setengah Senator AS dan sepertiga
pejabat Kongres AS hadir.
“Tidak sia-sia orang Yahudi telah tertarik kepada
Jurnalisme. Di tangan mereka, jurnalisme menjadi senjata kuat yang sangat cocok
untuk kebutuhan mereka demi perang kelangsungan hidup mereka.” (Haim Nachman
Bialik)
2012: Peluncuran film anti Islam berjudul ”Innocence of
Muslims” di AS telah memicu aksi protes di beberapa negara.
Mormon di Central Intelligence Agency (CIA), dan Zionis diduga berada di
balik ide pembuatan film tersebut. Seperti dikutip dari Press TV, Dr
Webster Griffin Tarpley, analis politik menduga kelompok Mormon Amerika di CIA
dan Zionis berada di balik ide pembuatan film tersebut.
”Saya telah mengidentifikasi terkait film itu. Ada dua atau tiga komponen
di balik film itu”, kata Tarpley. Komponen pertama adalah kelompok Mormon di
CIA.
Komponen berikutnya menurut Tarpley adalah Brent Scowcroft. Dia adalah
tangan kanan dari Henry Kissinger. Kissinger sendiri dikenal sebagai tokoh
Yahudi Amerika yang sangat berpengaruh. Ia juga mantan Menteri Luar Negeri AS
yang sangat populer. Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan
partainya, Partai Likud diduga juga terlibat atas film ini.
Apalagi, pembuat film tersebut yakni Sam Bacile merupakan warga AS berdarah
Yahudi Israel.
Tak hanya itu, sejumlah tokoh anti
Islam lainnya juga diduga terlibat dalam film tersebut. Mereka adalah Steve
Klein, Terry Jones (pembakar Al-Quran), Pamela Geller, dan Daniel Pipes. Mereka
adalah orang-orang yang anti Islam. ”Aku pikir, provokator utama dari
film ini adalah Pamela Geller. Dia adalah tokoh anti Islam yang sangat dekat
dengan Israel”, kata Tarpley.
Film ”Innocence of Muslims” sengaja dibuat untuk memancing amarah
umat Muslim agar membenci orang non Muslim. Jika seluruh umat Muslim di seluruh
dunia termakan provokasi, maka Perang Dunia Ke-3 antara Muslim vs Non Muslim
bisa menjadi tak terelakkan.
Dinasti Rothschild di Eropa
1694: Bank of England
didirikan dengan nama yang menipu. Nama itu menipu karena bank yang
dikendalikan oleh Pemerintah Inggris tersebut adalah institusi swasta yang
didirikan oleh orang-orang Yahudi.
Sumber: akhirjaman.info
1698: Selama 4 tahun
berikutnya, kendali Yahudi terhadap asupan uang Inggris melejit, sehingga utang
pemerintah kepada Bank of England berubah dari yang awalnya sebesar 1.250.000
Pounsterling menjadi 16.000.000 Poundsterling hanya dalam 4 tahun. Kenaikannya
sebesar 1.280 %.
1785: Pemerintah Bavaria
(Bavaria diidentikkan dengan Jerman, karena terletak
di sebelah Tenggara Jerman dengan penduduknya yang sangat padat) mencabut “Illuminati” dan menutup semua kelompok lokal
Grand Orient di Bavaria, setelah ditemukan sebuah buku yang ditulis oleh Xavier
Zwack, rekan Adam Weishaupt (seorang kepercayaan
Mayer Amschel Rothschild untuk menciptakan Illuminati) tentang Revolusi Perancis.
1789: Rencana
“Illuminati” untuk Revolusi Perancis berhasil dan berakhir pada tahun 1793,
akibat tidak pedulinya Eropa terhadap peringatan Pemerintah Bavaria. Revolusi
Perancis adalah mimpi para bankir pusat, karena Revolusi akan menetapkan
ketentuan baru dan meluluskan hukum-hukum baru yang akan melarang Gereja Roma
untuk memungut pajak dan mencopot hak gereja untuk bebas dari pungutan pajak.
1798: Nathan Mayer
Rothschild (anak keempat Mayer Amschel Rothschild) ketika berusia 21 tahun
meninggalkan Frankfurt menuju Inggris. Dengan banyak uang yang diberikan oleh
ayahnya, dia membangun sebuah rumah perbankan di London.
1810: Sir Francis Baring
dan Abraham Goldsmid meninggal. Dengan kejadian ini, Nathan Mayer Rothschild
menjadi satu-satunya bankir besar di Inggris. Pada tahun yang sama, Salomon
Mayer Rothschild (anak ketiga Mayer Amschel Rothschild) pergi ke Vienna,
Austria, dan mendirikan bank M. Von Rothschild und Söhne.
1812: Jacob (James)
Mayer Rothschild (anak terakhir Mayer Amschel Rothschild) pergi ke Paris,
Perancis, untuk mendirikan Bank de Rothschild Frères.
1815: Lima pria
Rothschild bersaudara bekerja untuk memasok emas kepada tentara Wellington
(lewat Nathan di Inggris) dan tentara Napoleon (lewat Jacob di Perancis), dan
memulai kebijakan mereka untuk mendanai kedua pihak dalam perang. Tidak jadi
soal negara mana yang kalah perang, karena pinjaman diberikan dengan jaminan
bahwa pihak yang menang akan menguangkan utang-utang pihak yang kalah.
Dalam perang ini juga, Keluarga Rothschild menggunakan
bank-bank yang telah mereka sebarkan di seluruh Eropa untuk membangun jaringan
layanan pos. Cuma kurir-kurir Rothschild yang diizinkan melewati blokade
Inggris dan Perancis.
Salah satu kurir Rothschild, seorang pria bernama
Rothworth setelah tahu bahwa Inggris memenangkan perang Waterloo, pergi ke
channel mengantarkan berita ini kepada Nathan Mayer Rothschild. Nathan kemudian
memasuki bursa saham dan memerintahkan semua pekerjanya untuk menjual konsul
(sekarang dikenal dengan istilah obligasi). Para pedagang lain panik, mengira
Inggris kalah perang, dan mulai menjual konsul mereka dengan kalut.
Akhirnya, nilai konsul-konsul anjlok. Saat itu, Nathan
Mayer Rothschild diam-diam memerintahkan para pekerjanya untuk membeli semua
konsul yang bisa mereka dapatkan.
Ketika pada kenyataannya Inggris memenangi perang,
konsul-konsul itu meroket tinggi, yang membuat Nathan mendapatkan laba 20
banding 1 terhadap investasinya. Kepemilikin obligasi atau konsul ini memberi
Keluarga Rothschild kendali penuh atas ekonomi Inggris, sehingga memaksa
Inggris membangun sebuah Bank of England baru di bawah kendali Nathan Mayer
Rothschild.
Fakta yang unik, Nathan secara terang-terangan
menyombongkan diri bahwa dalam 17 tahun keberadaannya di Inggris, dia telah
meningkatkan saham awalnya sebesar 20.000 Poundsterling yang diberikan oleh
ayahnya sebanyak 2.500 kali menjadi 50.000.000 Poundsterling.
Pada akhir abad ini, periode masa yang dikenal sebagai
“Jaman Rothschild”, diperkirakan menguasai lebih dari setengah kekayaan dunia.
Namun ada
yang tidak berjalan seperti yang diinginkan oleh Keluarga Rothschild, yaitu
Kongres Wina yang dimulai pada September 1814 dan diakhiri pada Juni 1815.
Kongres Wina ini diadakan agar Keluarga Rothschild dapat menciptakan sebuah
bentuk pemerintahan dunia. Namun rencana mereka gagal ketika Tsar Alexander I
Rusia, salah satu kekuatan besar yang tidak takluk pada bank sentral
Rothschild, menolak menerima gagasan pemerintahan dunia.
Karena berang, Nathan Mayer Rothschild bersumpah bahwa
suatu hari dia atau keturunannya akan menghancurkan seluruh keluarga dan
keturunan Tsar Alexander I.
1818: Menyusul Perancis
yang menjamin pinjaman besar pada 1817 untuk membantu membangun ulang setelah
kekalahan besar mereka di Waterloo, utusan-utusan Rothschild membeli sejumlah
besar obligasi Pemerintah Perancis yang menyebabkan nilainya meningkat.
Pada 5 November, mereka melimpahkan semua obligasi itu ke
pasar terbuka sehingga nilainya terperosok dan Perancis secara keseluruhan
terjerumus dalam kepanikan finansial. Keluarga Rothschild lalu melangkah masuk
dan mengambil kendali asupan uang Perancis, dimana dengan cara yang sama mereka
memanipulasi bursa saham Inggris 6 tahun sebelumnya.
1821: Kalmann (Carl)
Mayer Rothschild (anak ketujuh Mayer Amschel Rothschild) dikirim ke Napoli,
Italia. Di sana dia melakukan banyak bisnis dengan Vatikan, dan Paus Gregory XVI
lalu menganu-gerahinya gelar “The Order of St. George”. Sehingga pada tahun
1823, Keluarga Rothschild mengam-bil alih pelaksanaan keuangan Gereja Katolik
di seluruh dunia.
Kalman Mayer Rothschild-Sumber: iamthewitness.com
1835: Keluarga
Rothschild memperoleh hak ke tambang-tambang air raksa Almadén di Spanyol. Pada
masa itu Almadén adalah pertambangan terbesar di dunia. Karena air raksa
merupakan komponen vital dalam menyempurnakan emas dan perak. Ini membuat
Keluarga Rothschild hampir memonopoli dunia. Sebagai akibat dari akuisisi ini,
N. M. Rothschild and Sons kemudian akan mulai menyempurnakan emas dan perak
untuk Royal Mint, Bank of England, dan banyak pelanggan internasional lainnya.
1844: Salomon Mayer
Rothschild membeli pertambangan batu bara gabungan Vitkovice dan perusahaan
perapian Blast Austro-Hungaria yang kemudian menjadi salah satu dari sepuluh
besar firma industri global.
1848: Seorang Yahudi
Ashkenazi, Karl Marx (nama aslinya Moses Mordechai Levy), menerbitkan “The Communist Manifesto“. Menariknya,
bersamaan dengan dia mengerjakan ini, Karl Ritter dari Frankfurt University
sedang menulis antitesis yang berikutnya menjadi dasar bagi “Nietzscheanisme”
oleh Freidrich Wilhelm Nietzsche. “Nietzscheanisme” ini kemudian berkembang
menjadi Fasisme dan Nazisme dan akan digunakan untuk menggerakkan perang dunia
pertama dan kedua.
Max, Ritter
dan Nietzsche semua didanai dan diperintah oleh Keluarga Rothschild. Gagasan
dibalik skema ini adalah orang-orang yang memimpin keseluruhan konspirasi ini
bisa menggunakan perbedaan-perbedaan dan ideologi-ideologi tersebut untuk
membelah faksi-faksi ras manusia agar saling berperang. Pada dasarnya, ini
rencana yang sama dengan yang diajukan oleh Adam Weishaupt pada 1776.
1849: Gutle Schnaper,
isteri Mayer Amschel Rothschild meninggal. Sebelum kematiannya, ia berkata:
“Kalau anak-anak lelakiku tidak
ingin ada perang, maka tidak ada perang.”
1850: Dimulainya konstruksi pada rumah-rumah Manor Metmore di
Inggris dan Ferrières di Perancis. Lebih banyak manor (rumah bangsawan)
Keluarga Rothschild akan menyusul di seluruh dunia, semua berisi karya-karya
seni mereka yang tak ternilai harganya.
Kekayaan Jacob (James) Mayer Rothschild di Perancis
dikatakan bernilai 600 juta franc, yang berarti 150 juta franc lebih banyak
dari semua bankir di Perancis jika digabungkan sekaligus.
1858: Lionel de
Rothdchild (anak pertama dari Nathan Mayer Rothschild dari pernikahannya dengan
Hannah Barent Cohent, puteri dari seorang pedagang London yang kaya raya, lahir
pada tahun 1808) menjadi orang Yahudi pertama yang menjadi anggota parlemen
Inggris.
1865: Nathaniel de
Rothschild (juga anak Nathan Mayer Rothschild) menjadi anggota parlemen untuk
Aylesbury di Buckinghamshire.
1868: Pada tanggal 15
November, Jacob (James) Mayer Rothschild meninggal, tidak lama setelah membeli
Château Lafite, salah satu dari 4 lahan anggur besar utama di Perancis.
1873: Tambang tembaga Rio
Tinto di Spanyol dibeli oleh sebuah kelompok pemilik modal asing, termasuk
Keluarga Rothschild. Tambang ini adalah sumber tembaga terbesar Eropa.
1886: Bank Rothschild
Perancis, de Rothschild Frères memperoleh banyak ladang minyak Rusia dan membentuk
perusahaan Caspian and Black Sea
Petroleum yang segera menjadi produsen
minyak terbesar kedua di dunia.
1897: Keluarga Rothschild
mengadakan Kongres Zionis Dunia. Zionisme adalah konspirasi untuk menundukkan
seluruh dunia ke sebuah pemerintahan dunia yang dikendalikan oleh Yahudi, dan
khususnya, oleh Keluarga Rothschild. Pertemuan pertama diselenggarakan di
Basel, Swiss, pada 29 Agustus 1897. Pertemuan ini diketuai oleh seorang Yahudi
Ashkenazi, Theodor Herzl.
Theodor Herzl-Sumber: factspage.blogspot.com
Herzl lalu terpilih sebagai Presiden Organisasi Zionis
Dunia yang mengadopsi “Heksagram Merah Rothschild” sebagai bendera zionis yang
51 tahun kemudian menjadi bendera Israel.
Di konferensi ini, Chaim Weizmann, yang nanti menjadi
kepalanya, menyatakan:
“Tidak ada orang
Yahudi Inggris, Yahudi Perancis, Yahudi Jerman atau Yahudi Amerika. Hanya ada
orang Yahudi yang tinggal di Inggris, Perancis, Jerman atau Amerika”.
1903: Pada bulan Agustus,
pada Kongres Zionis Dunia ke-6 di Basel, Swiss, diselenggarakan diskusi mengenai
tawaran dari Inggris yang menawarkan Uganda sebagai basis negara zionis Yahudi
masa depan. Orang-orang Yahudi mengajukan keberatan bahwa mereka menginginkan
Palestina.
1905: Sekelompok
Rothschild yang didukung oleh orang-orang Yahudi Zionis dipimpin oleh Georgi
Apollonovich Gapon berusaha menggulingkan Tsar Rusia di dalam sebuah kudeta
komunis. Mereka gagal dan terpaksa kabur dari Rusia hanya untuk diberikan
perlindungan di Jerman.
1914: Dimulainya Perang
Dunia I. Dalam perang ini, Keluarga Rothschild Jerman meminjamkan uang kepada
Jerman, Keluarga Rothschild Inggris meminjamkan uang kepada Inggris, dan
Keluarga Rothschild Perancis meminjamkan uang kepada Perancis. Lebih jauh lagi,
Keluarga Rothschild menguasai kantor berita Eropa, Wolff (didirikan pada tahun
1849) di Jerman, Reuters (didirikan pada tahun 1851) di Inggris, dan Havas
(didirikan pada tahun 1835) di Perancis.
Keluarga Rothschild menggunakan Wolff untuk memanipulasi
rakyat Jerman agar bersemangat untuk berperang.
1915: Satu tahun berikutnya,
pemerintahan Islam Ottoman Turki digulingkan oleh para sosialis Yahudi Masonis
yang dengan menipu menyebut diri mereka “Young Turks (Pemuda Turki)”.
Penting untuk dicatat, gerakan Pemuda Turki ini terdiri dari Yahudi keturunan
Balkan, seperti Tallat, Enver, Behaeddin Shakir, Jemal, dan Nazim.
Akibat revolusi ini, orang yang akan dikenal sebagai
Mustafa Kemal Attaturk, seorang Yahudi Kripto Alkoholis, akan menanjak ke kursi
diktator Turki. Bahkan beberapa petinggi dalam pemerintahan sekuler Kemal
ternyata dipenuhi oleh kalangan Yahudi.
1917: Keluarga
Rothschild memerintahkan orang-orang faksi Bolsheviks Yahudi yang mereka
kendalikan untuk mengeksekusi Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya. Meski
Sang Tsar telah turun tahta pada 2 Maret tahun tersebut. Ini sebagai bentuk
untuk memperoleh kendali atas Rusia dan sebagai pembalasan terhadap Tsar
Alexander I yang memblokir rencana pemerintahan dunia mereka pada tahun 1815 di
Kongres Wina. Dan Tsar Alexander II yang memihak Presiden Abraham Lincoln pada
tahun 1864.
Sangat penting bagi mereka untuk membantai seluruh
keluarga termasuk wanita dan anak-anak, demi memenuhi janji yang dibuat oleh
Nathan Mayer Rothschild pada tahun 1815. Tindakan ini merupakan sebuah
pertunjukan kekuatan dan tantangan orang-orang Yahudi kepada seluruh dunia.
1918: Koresponden London
Times untuk Rusia, Robert Wilson, memperlihatkan sebuah meja yang menunjukkan
struktur etnis 284 Commissar (Kepala Departemen Pemerintahan Rusia, terutama
kelompok militer) di pemerintahan Rusia komunis baru. Para Commissar ini
termasuk: 2 negro, 13 Rusia, 15 China, 22 Armenia, dan lebih dari 300 orang
Yahudi. Di antara orang-orang Yahudi itu, 264 orang telah datang ke Rusia dari
Amerika Serikat sejak jatuhnya pemerintahan Kekaisaran Rusia.
1919: Seorang Yahudi
bernama Karl Liebknecht dan seorang Yahudi Sephardis Rosa Luxemburg terbunuh
saat berusaha memimpin kudeta komunis lainnya yang didanai oleh Rothschild
juga. Kali ini kudeta itu dilaksanakan di Berlin, Jerman.
Pada tahun ini juga, orang-orang Bolsheviks Yahudi yang
didanai oleh Rothschild, dalam sejarah, membantai 60 juta orang Kristen (yang merupakan umat mayoritas ketika itu) dan non-Yahudi. Tidak heran Aleksandr Solzhenitsyn dalam
karyanya, Gulag Archipelago, vol. 2, menguatkan bahwa orang-orang Yahudi
menciptakan dan mengendalikan sistem perkemahan terpusat Soviet teratas. Di
dalam perkemahan tersebut, 10 juta orang Kristen dan non-Yahudi meninggal. Pada
halaman 79 dari buku ini bahkan dia menyebutkan orang-orang yang mengatur
perkemahan ini adalah mesin pembunuh terbesar dalam sejarah dunia. Mereka
adalah Aron Solts, Yakov Rappoport, Lazar Kogan, Matvei Berman, Genrikh Yagoda,
dan Naftaly Frenkel. Keenam-enamnya adalah orang Yahudi.
Pada tahun
ini pula, N. M. Rothschild and Sons diberikan peran permanen untuk mengubah
harga emas dunia secara harian. Ini terjadi di kantor-kantor City of London,
secara harian selama 1.100 jam, di ruangan yang sama, sampai tahun 2004.
1924: Josef Stalin,
seorang Georgia, menjadi Premier of Soviet Union. Nama aslinya adalah Djugashvili yang terjemahannya dari
bahasa Georgia adalah “Putera Yahudi”. Dalam bahasa Georgia, Shvili berarti
“Putera Dari” dan Djuga berarti “Yahudi”. Stalin juga punya 3 isteri dalam
hidupnya, yaitu Ekaterina Svanidze, Kadya Allevijah, dan Rosa Kaganovich yang
semuanya adalah orang Yahudi. Menariknya, Stalin meluluskan hukum selama
kepemimpinannya yang membuat siapa pun yang terbukti bersalah atas anti-semit
dihukum mati.
Josef Stalin-Sumber: mahalo.com
1926: N. M. Rothschild
and Sons mendanai kembali Underground Electric
Railways Company of London Ltd. (Perusahaan
Rel Listrik Bawah Tanah London) yang berkepentingan mengendalikan seluruh
sistem transportasi bawah tanah London.
1930: Tiga puluh tahun
setelah Kongres Zionis Dunia Pertama diadakan di Basel, Swiss, “Bank Dunia”
Rothschild pertama yaitu “Bank of International Settlement – BIS (Bank untuk
Pembayaran Internasional)” didirikan di tempat yang sama yaitu Basel, Swiss.
Bank ini didirikan oleh Charles G. Dawes (utusan
Rothschild dan Wakil Presiden di bawah Presiden Calvin Coolidge dari 1925
sampai 1929), Owen D. Young (utusan Rothschild, pendiri RCA – Radio Corporation
of America, 1919 dan Ketua General Electric dari 1922 sampai 1939, dan Hjalmar
Schacht dari Jerman (pendiri Reichsbank).
BIS disebut
oleh para bankir sebagai “Bank sentralnya bank-bank sentral”. Berdasarkan sudut
pandang masa kini, mengingat bahwa IMF dan Bank Dunia berurusan dengan
pemerintahan-pemerintahan, BIS hanya berurusan dengan bank-bank sentral. Semua
pertemuannya diadakan secara rahasia dan melibatkan para bankir sentral dari
seluruh dunia. Contohnya adalah mantan Kepala Federal Reserve atau Bank
Cadangan Negara, Alan Greenspan, akan pergi ke markas BIS di Basel, Swiss, 10
kali dalam setahun untuk pertemuan-pertemuan privat tersebut.
“Didirikannya
sebuah bank sentral sama dengan 90% mengkomuniskan sebuah negara” (Lenin)
1933: Adolf Hitler
menjadi konselor Jerman. Dia mengusir semua orang Yahudi dan komunis keluar
dari jabatan pemerintahan di Jerman. Menariknya pada saat itu, jumlah orang
Yahudi di pemerintahan Jerman lebih dari 20 kali jumlah mereka pada akhir
Perang Dunia I. Akibat dari pemaksaan ini, pada bulan Juli, orang-orang Yahudi
mengadakan sebuah konferensi dunia di Amsterdam. Di sana mereka menuntut agar
Hitler mengembalikan jabatan setiap orang Yahudi.
Hitler menolak. Akibatnya, Samuel Untermyer, orang Yahudi
Ashkenazi yang memeras Presiden Wilson, dan sekarang menjadi Kepala Delegasi
Amerika sekaligus Presiden konferensi itu, kembali ke Amerika Serikat dan
menyerukan di radio untuk menolak berurusan dengan pedagang atau penjaga toko
manapun yang menjual barang buatan Jerman apa pun atau yang berlangganan kapal
tua pengapalan Jerman.
Lalu orang-orang Yahudi di seluruh Amerika Serikat ikut
serta dalam boikot ini. Mereka melakukan aksi protes di luar dan merusak toko
mana pun yang mereka temukan menjual produk yang bertuliskan “Made in Germany”.
Akibatnya, toko-toko harus membuang produk mereka atau mengambil resiko
bangkrut.
Salah satu pengaruh boikot ini mulai dirasakan di Jerman.
Orang-orang Jerman mulai memboikot toko-toko Yahudi dengan cara yang sama
seperti orang-orang Yahudi lakukan pada toko-toko yang menjual produk Jerman di
Amerika.
Akhirnya, Nazi dan Yahudi di Palestina bekerja sama atas
dasar Yahudi ingin semua orang Yahudi tinggal di Palestina, sementara Nazi
ingin semua orang Yahudi keluar dari Jerman. Kedua belah pihak lalu
menandatangani sebuah perjanjian pemindahan yang dikenal dengan “Ha’avara”.
Perjanjian itu mengizinkan pemindahan semua orang Yahudi dan modal mereka dari
Jerman ke Palestina.
Akibat dari perjanjian ini, sebanyak 60.000 orang Yahudi
Jerman (sekitar 20 % orang Yahudi Jerman) bermigrasi ke Palestina. Mereka
menjadi 15 % dari penduduk Yahudi di sana sampai 1939. Mereka membawa 40 juta
Dollar aset (bernilai sekitar 600 juta Dollar sekarang) dengan persetujuan
rezim Nazi.
1934: Hukum Kerahasiaan
Perbankan Swiss direformasi. Setiap pegawai bank yang melanggar rahasia bank
dianggap melakukan tindakan illegal yang berakibat kurungan penjara. Ini semua
adalah persiapan bagi Perang Dunia II yang dirancang oleh Rothschild, seperti biasa,
mereka akan mendanai kedua pihak di dalam perang tersebut.
1939: I. G. Farben (yang
pada akhirnya berubah nama menjadi Bayer), penghasil kimia terdepan di dunia
dan penghasil baja terbesar di Jerman meningkatkan produksinya. Peningkatan
produksi ini hampir semata-mata untuk mempersenjatai Jerman dalam Perang Dunia
II.
Di Jerman, Hitler secara fenomenal berhasil mengubah
negaranya dalam hal ekonomi sejak dia berkuasa. Dia berhenti berhubungan dengan
para bankir internasional Yahudi, dan berdagang dengan barter tanpa utang
tercatat di kedua pihak.
Sebagai akibat dari kebijakan ini, Jerman mampu
menghidupkan kembali kehidupan sosial dan spiritual semua warga negaranya. Dan
warga Jerman mampu membuat Jerman menjadi negara paling kuat dan paling makmur
di Eropa hanya dalam waktu 7 tahun. Ini membuat Jerman mampu membuat senjata
canggih dan membiayai perang dalam jangka waktu yang lama.
1944: Di akhir Perang
Dunia II, pabrik-pabrik I. G. Farben yang dikendalikan oleh Rothschild secara
khusus tidak dibidik dalam serangan-serangan bom terhadap Jerman. Menariknya,
pada akhir perang, sementara daerah-daerah Jerman menjadi puing-puing,
pabrik-pabrik I. G. Farben ditemukan hanya menderita kerusakan 15%.
1946: Bank of England
dinasionalisasikan, itu berarti negara mendapatkan semua saham di Bank of
England yang sekarang menjadi milik Bendahara Negara dan dipercayakan di tangan
Jaksa Agung Muda Bendahara. Namun, karena pemerintah tidak punya uang untuk
membayar saham, mereka malah memberikan para pemegang saham rahasia saat itu
saham dari uang. Ini berarti meskipun negara menerima laba operasi bank,
perolehan ini sangat dikurangi fakta bahwa pemerintah sekarang harus membayar
bunga kepada saham-saham baru yang diterbitkannya untuk membayar saham lama.
Jadi, asupan uang Inggris masih hampir seluruhnya
dipegang tangan swasta, dengan 97 % di antara-nya dalam wujud bunga yang
berbuah pinjaman atau semacamnya yang diciptakan oleh bank-bank komersial
swasta. Akibatnya bank ini sangat dikendalikan dan dijalankan oleh orang-orang dari
dunia perbankan komersial dan ekonomi konvensional. Angota-anggota Dewan
Direksi, yang menentukan kebijakan berasal hampir seluruhnya dari dunia
perbankan, asuransi, ekonomi dan bisnis besar, dan tentu saja seorang
Rothschild terus duduk di dewannya.
Menariknya lagi, dalam keadaan ini, bank ini tidak
diwajibkan memperlihatkan detil-detil langkah apa pun seperti itu, untuk
menghindari krisis kepercayaan.
1950: Angka-angka
mengungkapkan bahwa sebagaimana direncanakan oleh Keluarga Rothschild, setiap
negara yang terlibat dalam Perang Dunia II mengalami penambahan utang berlipat
ganda. Akibatnya, mereka semakin di bawah kendali Yahudi. Antara 1940 dan 1950,
utang negara Amerika Serikat bertambah dari 43 Miliar Dollar menjadi 57 Miliar
Dollar, naik 598 %. Utang Perancis naik 583% dan utang Kanada naik 417 %.
1954: Di Belanda,
Bilderberg Group bertemu untuk kali pertama di Hotel Bilderberg di Arnhem.
Bilderberg Group adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan oleh
Rothschild berisi 100-200 orang berpengaruh, kebanyakan politisi dan pebisnis.
Mereka bertemu sekali setahun dan diam-diam menjalankan perintah kekuasaan
dunia Yahudi di balik layar. Mereka bisa memeriksa para pemimpin potensial
suatu negara, dan memutuskan apakah mereka menginginkan orang itu menjadi
pemimpin negara yang bersangkutan. Contohnya, Bill Clinton ada di sana pada
tahun 1991, Tony Blair ada di sana pada tahun 1993, dan Angela Merkel ada di
sana pada tahun 2005.
1959: Bank de Rothschild
Frères di Perancis, mendirikan Imétal sebagai sebuah perusahaan yang memayungi
semua bisnis pertambangan mineral mereka. Bank de Rothschild Frères ini pada
tahun 1967, berganti nama menjadi Banque Rothschild.
1978: Pada tanggal 16
Oktober, Uskup Besar Wojtyla menjadi Paus non-Italia pertama sejak Hadrian VI
(455 tahun sebelumnya), tapi memilih untuk tidak mengungkapkan bahwa ibunya
orang Yahudi, dengan tujuan agar dirinya tidak dijadikan warga negara Israel.
Dia adalah Paus termuda dalam 132 tahun, baru berusia 58 tahun dan dia
mengambil nama John Paul II.
John Paul II-Sumber: goodjesuitbadjesuit.blogspot.com
1981: Banque Rothschild
dinasionalisasikan oleh Pemerintah Perancis. Bank baru ini disebut Compagnie
Européenne de Banque. Keluarga Rothschild kemudian mengatur seorang penerus
bagi bank Perancis ini, Rothschild and Cie Banque (RCB) yang akan menjadi rumah
investasi Perancis terdepan.
1985: N. M. Rothschild
and Sons menganjurkan Pemerintah Inggris untuk memprivatisasi gas Inggris.
Mereka lalu menganjurkan Pemerintah Inggris untuk memprivatisasi hampir semua
aset milik negara, termasuk baja Inggris, batu bara Inggris, semua dewan
pengurus listrik daerah Inggris, dan semua dewan pengurus air daerah Inggris.
Anjuran ini akan menghasilkan beberapa miliar Poundsterling untuk mereka.
Seorang anggota parlemen Inggris yang terlibat dalam privatisasi ini adalah
Norman Lamont yang akan menjadi Konselor Bendahara, mantan bankir Rothschild.
1986: Di Inggris,
Undang-Undang Tata Tertib Umum 1986 dijadikan hukum. Undang-undang dirancang
untuk mencegah rakyat Inggris membahas masalah-masalah imigrasi dan supremasi
Yahudi dalam cara apapun. Ini juga memberi kekuatan kepada pihak kepolisian
untuk dengan kasar memasuki rumah siapapun yang mereka anggap menentang
Undang-Undang Hubungan Ras. Undang-undang ini diajukan ke parlemen oleh
Sekretaris Dalam Negeri, Leon Brittan, sebenarnya dia adalah seorang Yahudi
Lithuania dengan nama asli Leon Brittanisky. Dia dibantu oleh saudara sepupunya
, juga seorang Yahudi Lithuania, Malcolm Rivkind atau juga dikenal dengan
Malcolm Rifkind, yang kemudian akan menjadi Sekretaris Luar Negeri.
1987: Edmond de
Rothschild membuat Bank Konservasi Dunia yang dirancang untuk memindahkan
hutang-hutang dari negara-negara dunia ketiga ke bank ini, sebagai ganti tanah
yang negara-negara ini ingin berikan kepada bank ini. Hal tersebut dirancang
agar Keluarga Rothschild bisa mendapatkan kendali dunia ketiga, yang mewakili
30% permukaan bumi.
1992: Privatisasi mulai
sungguh-sungguh dilakukan di Rusia. Akibatnya, lewat korupsi, banyak kekayaan
Rusia berakhir di tangan “7 Kepala Oligarki”. Mereka semua adalah para biliuner
baru yang mendukung Boris Yeltsin dengan uang dan media. Mereka bertujuh adalah
Boris Berezovsky, Vladimir Gusinsky, Mikhail Khodorkovsky, Mikhail Friedman,
Alexander Smolensky, Pyotr Aven, semuanya adalah Yahudi. Ditambah satu orang
Rusia, yaitu Vladimir Potanin. Potanin digunakan sebagai penghubung mereka
secara publik kepada pemerintah.
Bantuan yang diterima oleh Rusia dari Barat juga langsung
masuk ke dalam kantong kelompok perbankan Yahudi. Ini terungkap ketika
Washington Times melaporkan bahwa Presiden Rusia, Boris Yeltsin marah karena
sebagian besar pemasukan bantuan luar negeri disedot.
Pada 16
September, Poundsterling Inggris ambruk ketika para spekulan mata uang yang
dipimpin oleh utusan Rothschild, seorang Yahudi Ashkenazi bernama George Soros
meminjam Poundsterling dan menjualnya untuk Mark Jerman dengan harapan bisa
membayar kembali hutang dalam mata uang yang merosot nilainya dan mengantongi
selisihnya.
Akibatnya, Konselor Bendahara Inggris, Norman Lamont
(sebelum menjadi anggota parlemen, dia adalah seorang bankir modal bersama N.M
Rothschild and Sons), mengumumkan kenaikan suku bunga bank sebanyak 5% dalam
satu hari. Inggris pun terjerumus ke dalam resesi yang berlangsung
bertahun-bertahun ketika banyak bisnis jatuh dan pasar perumahan hancur.
1997: Edgar Bronfman,
Ketua Kongres Yahudi Dunia, benar-benar memeras 1,5 Miliar Dollar dari Swiss
untuk korban-korban holocoust yang dia klaim sudah mendepositokan uang mereka
di sana. Dia tidak punya bukti yang cukup, tapi Pemerintah Swiss menyerah
karena Bronfman adalah salah satu pendukung finansial Presiden Clinton, dan
Swiss takut akan konsekwensi-konsekwensi diplomatis kalau mereka tidak
melakukannya.
Menariknya, pada tahun tersebut sebuah pengadilan dengan
17 anggota yang berbasis di Zurich mengatur untuk menyelidiki
identitas-identitas 5.500 rekening asing dan 10.000 rekening Swiss yang telah
tidur sejak akhir Perang Dunia II, lalu menemukan bahwa hanya 200 rekening
berisi total sekitar 10 juta dolar, kurang dari 1% nya 1,5 Miliar Dollar yang
diperas oleh Bronfman, bisa dilacak kembali kepada korban-korban holocoust itu.
Apakah Bronfman mengembalikan sisa 99 % dari 1,5 Miliar
Dollar itu kepada Swiss? Tentu saja tidak, dan kebetulan, sekitar 6 tahun
kemudian, dia hampir tidak memberikan apa-apa kepada para korban holocoust.
Orang-orang Yahudi dituduh menyalahgunakan uang yang mereka dapatkan dengan
meniup atas nama “keadilan untuk korban” holocoust yang belum tentu benar
adalah korban.
Pada tanggal
2 Mei 1997, Pemimpin Partai Buruh Inggris, Tony Blair, terpilih sebagai Perdana
Menteri. Sedangkan pada 6 Mei di tahun yang sama atau 4 hari sesudahnya,
Konselor Bendahara-nya, Gordon Brown, mengumumkan bahwa dia akan memberikan
kemerdekaan penuh kepada Bank of England dari kendali politik.
1998: Pada tanggal 18
Januari, Michael Specter menerbitkan sebuah cerita di New York Times yang
berjudul “Trafficker’s New Cargo: Naive Slavic Women (Muatan Baru Para Pedagang
Illegal: Wanita-Wanita Slavia yang Naif)”. Kisah ini mengungkap cara mafia
Yahudi Rusia mendominasi perdagangan budak wanita kulit putih dalam pelacuran.
Banyak di antara wanita polos yang mereka tipu itu berakhir di Israel.
2000: Seorang kepala
Oligarki Yahudi Rusia, Boris Berezovsky, melarikan diri ke London agar tidak
ditangkap di Rusia dan mengalihkan urusan bisnisnya kepada pelindungnya,
seorang Yahudi Rusia lainnya, Roman Abramovich, yang kemudian membeli Chelsea
Football Club.
Roman Abramovich-Sumber: telegraph.co.uk
Pada 1 Oktober, Rome Observer menampilkan sebuah cerita
tentang bagaimana polisi Italia memutus jaringan pedofilia yang telah menculik
anak-anak non-Yahudi berusia antara 2 dan 5 tahun dari panti asuhan, lalu
memperkosa dan membunuh mereka. Jaringan pedofil (terdiri dari 11 anggota geng
Yahudi) ini telah memfilmkan pemerkosaan dan pembunuhan tersebut demi
keuntungan industri film porno sadis dan sudah menjual salinannya. Lebih dari
1.700 pelanggan telah membayar sebanyak 20.000 Dollar untuk melihat anak-anak
berusia 2 sampai 5 tahun ini diperkosa secara brutal dan dibunuh.
2001: Seorang kepala
Oligarki Yahudi Rusia, Vladimir Gusinsky, melarikan diri ke Rusia. Di sana dia
menghadapi tuntutan pencucian uang, lalu bersembunyi di Israel. Dia
berkewarganegaraan ganda Rusia dan Israel.
2005: Pada tanggal 30
September, surat kabar Denmark, Jyllands-Posten, menerbitkan 20 ilustrasi
kartun. Sebagian besar di antaranya menggambarkan Nabi Muhammad. Kartun-kartun
ini lalu dicetak ulang di lebih 50 negara yang mengakibatkan protes skala besar
dari komunitas muslim sedunia.
Alasan tepat dari percetakan kartun ini adalah untuk
menyulut ketegangan antara dunia Barat dan komunitas muslim. Menariknya, editor
budaya Jyllands-Posten yang bertanggung jawab atas terbitan asli kartun-kartun
ini adalah Flemming Rose, seorang Yahudi Jahat.
Pada 5 Desember, setelah tuduhan dari para perevisi
holocoust bahwa pemimpin-pemimpin Perang Dunia II tidak pernah menyebutkan
holocoust orang-orang Yahudi di kamar-kamar gas. Richard Lynn, Profesor
Emeritus di University of Ulster, melaporkan penelitiannya tentang masalah ini:
“Saya telah
memeriksa tulisan dan pidato Perang Dunia II Churchill dan pernyataannya sangat
tepat, tidak sekali pun dia menyebut “kamar gas Nazi”, genosida orang Yahudi”,
atau “enam juta” korban Yahudi dalam perang”.
Pada 6 Desember, David Cameron terpilih sebagai Pemimpin
Partai Konservatif Inggris. Cameron adalah kesukaan lama Keluarga Rothschild.
Cameron telah menjadi penasehat khusus Norman Lamont ketika dia menumbangkan
ekonomi Inggris untuk Keluarga Rothschild pada tahun 1993. Cameron juga punya
hubungan dengan keluarga kerajaan Inggris.
Menariknya,
organisasi “Conservative Friends of Israel (Teman-Teman Konservatif bagi Israel)” berkoar dengan
bangga di situs mereka bahwa lebih dari dua pertiga anggota konservatif Inggris
di parlemen adalah anggota organisasi mereka. Hal ini sungguh menjadi luar
biasa, karena angka pemerintah resmi mengungkapkan bahwa orang-orang Yahudi
hanya mewakili kurang dari setengah persen penduduk Inggris.
2006: Sejarawan Inggris,
David Irving, dihukum 3 tahun penjara di Austria karena menyangkal holocoust
orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II. Penting untuk dicatat bahwa
satu-satunya peristiwa sejarah yang bisa membuat anda ditangkap karena
mempertanyakannya adalah holocoust ini.
Mengenai
holokaus, memang hal tsb ada, tetapi sepertinya jumlahnya tidaklah sebesar
seperti yang digembar-gemborkan. Untuk lebih jelasnya mengenai holokaus, Anda
dapat melihat/mengunduh buku “Kekejaman Holokaus” karya Harun Yahya di link:
http://id.harunyahya.com/id/works/4729/KEKEJAMAN-HOLOKAUS.
Pada buku
tsb juga diceritakan tentang genosida orang-orang cacat dan
berpenyakit, serta perpindahan kaum Yahudi Ethiopia, Irak, dan Yaman ke Israel
oleh gerakan Mossad-Aliyah Bet (badan rahasia Israel) yang menyebarkan
propaganda Anti Semit.
Dinasti Rothschild di Asia Timur dan Asia Selatan
1830: David Sassoon (seorang Yahudi dan bankir Yahudi untuk
David Sassoon and Co., dengan cabang-cabang di Cina, Jepang, dan Hongkong)
menggunakan monopoli perdagangan opium di daerah ini atas nama Rothschild,
untuk mengendalikan Pemerintah Inggris untuk memperjualbelikan 18.956 peti
opium. Ini menghasilkan jutaan Dollar bagi Keluarga Rothschild dan Keluarga
Kerajaan Inggris.
David Sassoon-Sumber:
en.wikipedia.org
1836: David Sassoon meningkatkan perdagangannya di Cina sampai
lebih dari 30.000 peti opium per tahun, dan kecanduan obat-obatan di kota-kota
pesisir menjadi endemik.
1839: Cina mengalami kecanduan opium yang merajalela yang
mengisi kocek David Sassoon, keluarga kerajaan Inggris dan Keluarga Rothschild.
Akibatnya, Kaisar Manchu memerintahkan perdagangan opium dihentikan. Dia
memilih Komisioner Kanton, Lin Tse Hu, sebagai pemimpin kampanye melawan opium.
Lin Tse Hu mengatur penyitaan 2.000 peti opium Sassoon dan membuangnya ke
sungai. David Sassoon memberi tahu Keluarga Rothschild yang menuntut Angkatan
Bersenjata Inggris untuk membalas demi melindungi bisnis perdagangan narkoba
mereka.
Angkatan Bersenjata Inggris menyerang kota dan memblokade pelabuhan.
Tentara Cina sudah berkurang hingga tinggal sepersepuluhnya saja akibat
kecanduan opium, dan terbukti bukan tandingan tentara Inggris. Perang berakhir
pada tahun 1942 dengan penandatanganan Pakta Nanking, yang isinya:
- Pengesahan penuh perdagangan opium di Cina.
- Kompensasi bagi David Sassoon 2 juta Poundsterling untuk opium yang dibuang ke dalam sungai oleh Lin Tse Hu.
- Kedaulatan Teritorial untuk Raja Inggris atas beberapa pulau lepas pantai yang dipilih.
- Ketentuan-ketentuan berikut dirancang untuk menjamin Keluarga Rothschild, lewat boneka mereka, David Sassoon, hak untuk menyediakan opium bagi segenap penduduk Cina.
Treaty of Nankin 1842-Sumber:
akhirjaman.info
1945: Pada tanggal 16 Juli, dilakukan uji coba atom pertama
yang berhasil di Situs Trinity, 200 mil ke Selatan Los Alamos. Penciptanya, J.
Robert Oppenheimer, seorang Rothschild, yang menyatakan:
“Saya menjadi kematian, penghancur dunia”.
Dan pada bulan itu juga, ledakan berikutnya di Jepang mengakibatkan matinya
140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 orang di Nagasaki.
1949: Pada 1 Oktober, Mao Tse Tung menyatakan didirikannya
Republik Rakyat Cina (RRC) di lapangan Tiananmen, Beijing. Dia didanai oleh
Komunisme yang diciptakan oleh Rothschild di Rusia dan ditangani oleh
utusan-utusan Rothschild., yaitu:
- Salomon Adler, mantan pejabat Bendahara Amerika Serikat yang juga mata-mata Soviet;
- Israel Epstein, putera seorang Bolsheviks Yahudi yang dipenjara oleh Tsar Rusia karena berusaha menyulut revolusi di sana;
- Frank Coe, pejabat terdepan IMF yang dimiliki oleh Rothschild.
Mao Tse Tung-Sumber:
headline-news-89.blogspot.com
1984: Mossad melatih angkatan bersenjata khusus Sri Langka dan
pemberontak Macan Tamil dari Sri Langka di sekolah pelatihan Mossad yang sama,
Kfar Sirkin, Israel. Ini terjadi setelah menjual kursus latihan militer kepada
kedua belah pihak, sebagai langkah maju dari Keluarga Rothschild yang mendanai
kedua pihak dalam perang. Dan ketika kedua faksi pergi untuk kembali ke Sri
Langka, tidak ada yang tahu bahwa musuh mereka dilatih di perkemahan yang sama
oleh organisasi yang sama.
1988: Pada tanggal 17 Agustus, Presiden Pakistan, Jenderal Zia
ul Haq, dibunuh dalam sebuah kecelakaan udara. Duta Besar Amerika Serikat untuk
India pada saat itu, John Dean, melaporkan kepada para atasannya bahwa dia
punya bukti kalau Mossad berada di balik pembunuhan ini untuk mencegah Pakistan
mengembangkan bom nuklir. Dean kemudian dituduh mempunyai ketidak-seimbangan
mental dan dibebaskan dari tugasnya di Departemen Hubungan Luar Negeri.
Bagai-manapun, dia menolak untuk melepaskan pandangan ini dan membeberkannya
kepada publik pada tahun 2005 ketika dia berusia 80 tahun.
Jenderal Zia ul Haq-Sumber:
in.wikipedia.org
Dinasti Rothschild di Timur Tengah
1875: Keluarga Rothschild mengendalikan Terusan Suez untuk
melindungi kepentingan bisnis besar mereka di daerah itu. Maka Lionel de
Rothschild (anak pertama Nathan Mayer Rothschild) meme-rintahkan Perdana
Menteri Yahudi, Benjamin Disraeli, untuk membeli saham di Terusan Suez dari
Khedive Said di Mesir. Keluarga Rothschild meminjamkan uang kepada Pemerintah
Inggris untuk memudahkan pembelian ini, karena mereka membutuhkan pemerintahan yang
mereka kendalikan sehingga mereka bisa menggunakan kekuatan militer pemerintah
tersebut untuk melindunginya.
1924: Edmond de Rothschild (anak Jacob (James) Mayer
Rothschild) mendirikan Palestine Jewish Colonization Association (PJCA) yang
memperoleh tanah seluas lebih dari 500 km2. Lalu dia mendirikan
berbagai usaha bisnis di sana, termasuk mendirikan industri anggur Israel.
Edmond de Rothschild-Sumber:
mirdisaina.ru
Pada 1 Juli, ketika Edmond de
Rothschild meninggalkan rumah sakit Zedek Shaarei di Yerussalem, Dr. Yaakov
Yisrael Dehan dibunuh oleh seorang Zionis bernama Avraham Tahomi. Ini adalah
hasil dari pertemuan organisasinya antara delegasi para pemimpin ortodoks dan
sekelompok pemimpin Arab yang dikepalai oleh Raja Abdullah. Dr. Dehan adalah pejuang
perdamaian bersama para penghuni Arab veteran di tanah suci, kebalikan langsung
dari apa yang diinginkan oleh para zionis.
1925: Ensiklopedia Yahudi tahun itu membuat pernyataan tentang
keberadaan orang-orang Yahudi Ashkenazi (yang mewakili sekitar 90 % umat
Yahudi) dengan pengakuan mengejutkan bahwa musuh orang Yahudi, yaitu Esau (juga
dikenal sebagai Edom), sesungguhnya merupakan sebagian besar ras Yahudi.
1946: Pada 12 Februari, David Ben-Gurion, orang yang akan
menjadi Perdana Menteri Israel, seorang Yahudi Ashkenazi, memerintahkan
Menachem Begin, yang juga akan menjadi Perdana Menteri Israel, juga seorang
Yahudi Ashkenazi, untuk melaksanakan sebuah serangan teroris terhadap Hotel
King David di Palestina. Serangan itu bertujuan untuk berusaha dan mendesak
Inggris keluar. Akibat kejadian ini, 91 orang terbunuh, kebanyakan mereka
adalah rakyat sipil: 41 orang Arab, 28 orang Inggris, 17 orang Yahudi dan 5
orang lainnya. Sekitar 45 orang terluka.
Ketika ditanya oleh seorang jurnalis ternama Russell Warren Howe, tentang
apakah dia menganggap dirinya Bapak Terorisme di Timur Tengah. Menachem Begin
dengan bangga menjawab:
“Tidak, di seluruh dunia”.
1947: Inggris menyerahkan kendali atas Palestina kepada PBB.
PBB memutuskan Palestina dibagi menjadi 2 negara; satu Yahudi dan satu Arab,
dengan Yerussalem tetap menjadi Zona Internasional yang dinikmati oleh semua
keyakinan agama.
Padahal PBB tidak punya hak untuk memberikan properti Arab kepada siapapun.
Orang Yahudi hanya memiliki 6% dari total tanah orang Palestina pada saat itu,
tapi Resolusi PBB 181 menghibahkan 57% tanah Palestina kepada Yahudi. Dengan
demikian, orang Arab Palestina yang pada saat itu memiliki tanah sejumlah 94 %,
hanya disisakan 43 %.
Serangan-serangan teror terhadap Inggris di Palestina berlanjut. Selama
musim panas, 3 teroris Yahudi (Jacob Weiss, Meir Nakar dan Aushalom Habib)
ditemukan bersalah atas serangan terhadap Penjara Acre pada 4 Mei 1947. Mereka
akan dihukum gantung.
Pada waktu yang sama, geng teroris Irgun yang dikepalai oleh Menachem
Begin, menahan 2 Sersan Inggris, yaitu Mervyn Paice dan Clifford Martin,
sebagai tawanan untuk 3 teroris Yahudi di atas.
Eksekusi para teroris dilakukan, dan para Sersan Inggris ditemukan
dieksekusi juga, digantung dari 2 pohon eukaliptus. Tidak puas dengan membunuh
para prajurit Inggris ini, orang-orang Yahudi meranjau mayat mereka.
Menariknya, sebuah surat kabar Inggris, Daily Express, pada awalnya
memasang di berita utama sebuah foto besar kedua prajurit ini digantung di
pohon, tapi halaman depan ini sudah dihapus dari arsip Daily Express. Pemilik
Daily Express adalah Richard Desmond, seorang pornografi Yahudi.
1948: Pada dini hari tanggal 19 April, 132 teroris Yahudi dari
geng Irgun yang dipimpin oleh Menachem Bagin, dan geng Stren yang dipimpin oleh
Yitzhak Shamir memimpin pembantaian 200 pria, wanita, dan anak-anak saat mereka
sedang tidur dengan damai di sebuah desa Arab bernama Deir Yassin.
Lehi (“Fighters for the Freedom of Israel”), also known
as the Stern Gang-Sumber:
akhirjaman.info
Sesudah PBB mengubah Palestina menjadi sebuah negara Yahudi merdeka dan
sebuah negara Arab merdeka pada 15 Mei 1948, orang-orang Israel meluncurkan
serangan militer lainnya kepada orang-orang Arab (Palestina) dengan alat-alat
pengeras suara di atas truk-truk yang meraung-raung kepada orang-orang Arab
bahwa kalau mereka tidak segera pergi, mereka akan dibantai.
Sebanyak 800.000 orang Arab yang teringat pembantai Deir Yassin kabur
dengan panik sambil meninggalkan akta kelahiran mereka. Negara Israel kemudian
meluluskan hukum bahwa hanya orang Arab yang bisa membuktikan kewarganegaraan
mereka yang boleh kembali ke tanah mereka. Itu berarti 400.000 orang Arab tidak
bisa kembali dan kehilangan semua properti yang mereka miliki di sana.
Setelah rangkaian kejahatan perang genosida perbuatan Yahudi ini,
orang-orang Yahudi sekarang menguasai 78% bekas tanah penduduk Palestina,
dibandingkan dengan 57% yang telah diberikan kepada mereka secara illegal oleh
PBB yang dikendalikan oleh Yahudi. Ironisnya, orang-orang Arab Palestina, yang
banyak juga diantara mereka adalah orang Kristen, tidak akan pernah mendapat
ganti rugi atas rumah, properti dan bisnis yang dicuri dari mereka selama
genosida ini.
1954: Agen-agen Israel merekrut warga Mesir keturunan Yahudi
untuk mengebom sasaran-sasaran Barat di Mesir, untuk mengkambinghitamkan
orang-orang Arab. Ini jelas merupakan usaha untuk merusak hubungan Amerika dan
Mesir. Menteri Pertahanan Israel, seorang Yahudi Ashkenazi bernama Pinhas Lavon
akhirnya dicopot dari jabatannya, meskipun banyak orang berpikir sesung-guhnya
David Ben Gurion lah yang bertanggung jawab.
1957: Dalam sebuah invasi gabungan Inggris, Israel dan Perancis
di Terusan Suez, Ariel Sharon mengomando unit-unit yang membunuh
tawanan-tawanan perang Mesir, begitu pula para pekerja sipil Sudan yang
ditangkap oleh orang-orang Yahudi. Total 273 tahanan tak bersenjata dieksekusi
dan dibuang ke kuburan-kuburan massal. Cerita ini dipendam selama hampir 40
tahun sampai muncul edisi 16 Agustus 1995 dari London Daily Telegraph.
1967: Perlakuan orang-orang Yahudi terhadap orang-orang
Palestina akhirnya menyulut kemarahan dunia Arab terutama di Mesir, Yordania
dan Suriah untuk bersiap-siap di perbatasan Israel. Ketiga negara ini mendadak
diserang oleh Israel. Akibatnya, Sinai dicuri dari Mesir, sedangkan West Bank
dan Sungai Yordania dicuri dari Yordania. Bahkan pada 9 Juni 1967, Israel
secara illegal menduduki Dataran Tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah.
Daerah ini lalu menyediakan sepertiga air bersih Israel.
1973: Dalam usaha untuk mendapatkan tanah-tanah yang dicuri
Israel tersebut; Mesir, Yordania, Suriah dan Irak menyerang Israel dan mendesak
pasukan Israel untuk mundur. Karena Israel terancam kalah, pemerintah Amerika
Serikat yang dikendalikan oleh Yahudi mengirim banyak peralatan dan
persenjataan militer Amerika Serikat dari uang pajaknya untuk mendukung tentara
Israel. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat menyiagakan Angkatan Bersenjata-nya
baik di Jerman maupun di Fort Bragg, Carolina Utara, sehingga sewaktu-waktu
bisa dikirim ke Israel untuk membantu tentara Israel dalam perang ini.
1977: Pada tanggal 25 Desember, Knesset Israel meluluskan
hukum anti missionaris, 5738-1977, yang mendekritkan bahwa kalau ada orang
Kristen non-Yahudi memberikan sebuah Perjanjian Baru kepada seorang Israel, dia
bisa dipenjara sampai 5 tahun.
1978: Pada bulan Maret, tentara Israel memasuki Lebanon Selatan
dan menduduki bentangan tanah 6 mil ke utara perbatasan mereka. Peristiwa ini
akibat serangan kepada Israel yang berakibat terbunuhnya 30 orang penumpang
sebuah bus. Dari situ mereka meluncurkan serangan-serangan bom Cluster tanpa
pandang bulu. Serangan ini mengakibatkan kematian lebih dari 1.500 orang
Lebanon dan Palestina, kebanyakan diantara mereka adalah rakyat sipil.
1981: Pada tanggal 10 Juli, kekerasan lagi-lagi meledak di
Lebanon Selatan dan Israel lagi-lagi membombardir Beirut hingga membunuh 450
orang. Menurut Kurt Waldheim, Sekretaris Jenderal PBB, Angkatan Udara Israel
membombardir sasaran-sasaran Palestina di Lebanon Selatan.
1982: Dari 16 sampai dengan 18 September, Ariel Sharon,
seorang Yahudi Ashkenazi sekaligus orang yang akan menjadi Perdana Menteri
Israel lalu Menteri Pertahanan, dengan hati-hati mengatur invansi Israel ke
Lebanon, yang menyediakan penyerangan udara untuk memudahkan pembunuhan antara
1.000 sampai 2.000 wanita dan anak-anak dalam pembantaian Sabra dan Shatilla.
Mereka menyebut operasi ini sebagai “Operasi Kedamaian untuk Galilee”. Sharon
lalu mengalihkan perha-tiannya ke ibukota Beirut, dan dalam rangkaian serangan
udara terhadap sasaran-sasaran sipil, setidaknya 18.000 rakyat sipil Lebanon
dan Palestina terbunuh.
Pembantaian Shabra dan Shatila yang dilakukan Israel
terhadap Penduduk Sipil Lebanon
-Sumber:
akhirjaman.info
Publik diberitahukan alasan invansi
illegal terhadap Lebanon untuk menghentikan serangan-serangan lintas perbatasan
oleh para gerilyawan Palestina di Lebanon Selatan terhadap pemukiman-pemukiman
utara Israel. Bagaimanapun, alasan sesungguhnya baru diketahui ketika
penjagalan ini dihentikan, begitu pemimpin Palestinian Liberation Organisation
(PLO, Organisasi Pembebasan Palestina), Yasser Arafat, yang tinggal di Beirut,
kabur ke Tunisia.
1985: Israel menjalankan “Operasi Hitam” di kapal pesiar
“Achille Lauru”, ketika kapal itu berlayar dari Alexandria ke Port Said, Mesir.
Kapal ini dibajak, Israel semakin memperburuk posisinya, ketika seorang
penumpang berkursi roda, seorang Yahudi Amerika, Leon Klinghoffer, dieksekusi
dan dilempar keluar kapal, menyebabkan seluruh dunia marah, terutama di
Amerika. Lebih jauh lagi, orang-orang Yahudi memastikan hal ini menjadi berita
utama hari itu di seluruh dunia di media cetak dan televisi.
Taktik ini dijelaskan dalam buku “Profits of War (Keuntungan
Perang)”. Di dalamnya mantan penasihat intelijen khusus untuk Perdana Menteri
Israel, Yitzhak Shamir, Ari Ben-Menashe, menjelaskan bagaimana intelijen Israel
telah mendanai kelompok-kelompok teror Palestina untuk melakukan serangan
kepada sasaran-sasaran Israel, agar dunia terutama Amerika, bersimpati kepada
Israel dan orang-orang Yahudi, serta membenci orang-orang Palestina.
1991: Menyusul invansi Irak terhadap Kuwait pada 2 Agustus
1990, pada 6 januari 1991, Amerika Serikat dan Inggris memulai rentetan
pengeboman udara ke sasaran-sasaran di dalam Irak. Pada 24 Februari, rentetan
serangan darat dimulai yang berlangsung selama 100 jam sampai 28 Februari,
ketika sebuah kejahatan terjadi.
Kejahatan ini adalah pembantaian 150.000 tentara Irak dengan bahan bom
udara bahan bakar. Orang-orang Irak ini melarikan diri lewat jalan tol yang
padat dari Kuwait ke Basrah. Presiden George Herbert Walker Bush memerintahkan
pesawat udara Amerika Serikat dan unit-unit darat untuk membunuh tentara yang
menyerah ini, yang kemudian di buldozer ke dalam kuburan massal tanpa tanda di
gurun pasir.
Kejadian ini bertepatan dengan jatuhnya Hari Purim (hari libur Yahudi) pada
tahun tersebut. Inilah hari orang-orang Yahudi merayakan kemenangan mereka atas
Babilonia kuno yang sekarang bertempat di dalam batas-batas Irak, dan hari
ketika orang-orang Yahudi didorong untuk mendapatkan pembalasan berdarah
terhadap musuh-musuh mereka, yang Purim nyatakan pada dasarnya adalah semua
orang non-Yahudi.
1993: Pada 25 Juli, tentara Israel meluncurkan “Operasi
Pertanggungjawaban” terhadap Lebanon Selatan sebagai tanggapan terhadap
serangan tentara Hizbullah yang membunuh 7 prajurit Israel di Israel Utara.
Serangan Israel ini merupakan rangkaian serangan udara sepanjang minggu yang
membunuh 130 rakyat sipil Lebanon dan 300.000 orang lainnya terpaksa melarikan
diri dari rumah mereka.
1994: Pada 25 Februari, tepatnya pada hari Purim, di Israel,
Dr. Baruch Kappel Goldstein, yang melayani sebagai seorang dokter di Israeli
Defense League (IDF, Liga Pertahanan Israel), dan merupakan keturunan langsung
dari Rabi Shneur Zalman dari Liadi, pendiri gerakan Chabad Lubavitch, memasuki
Masjid Cave of the Patriachs (gua para kepala keluarga) saat shalat dan
membunuh 29 orang muslim serta melukai 125 orang lainnya. Dia melakukan ini
dengan menembaki mereka dengan sebuah senjata otomatis. Akhirnya dia kalah
jumlah oleh orang-orang yang selamat dan dihajar sampai mati.
Hanya 2 hari setelah pembantaian Goldstein, Rabi Yaacov Perrin menyatakan:
“Satu juta orang Arab tidak sebanding dengan kuku jari
seorang Yahudi”.
1996: Dalam rangkaian serangan militer Israel terhadap tentara
Hizbullah di Lebanon Selatan yang disebut “Operation Grapes of Wrath
(Operasi Anggur Kemurkaan)”, tentara Israel melancarkan semua roket kepada
sebuah ambulans di Beirut, membunuh 6 orang rakyat sipil, yaitu 2 wanita dan 4
anak-anak.
Kurang dari seminggu kemudian, tepatnya pada 18 April, Israel melakukan
“Tragedi yang Menge-rikan” lagi ketika mereka dengan sengaja menembaki sebuah
perkemahan perlindungan PBB di desa Qana, Lebanon Selatan, membunuh 106 rakyat
sipil Lebanon yang sedang mengungsi di sana. Mereka mengungsi ke sana karena
tahu tempat itu disetujui menjadi tempat tanpa pertempuran antara tentara
Hizbullah dan Israel yang sedang berperang.
2002: Perdana Menteri Israel, seorang penjahat perang, Ariel
Sharon, memerintahkan genosida terhadap warga Palestina dengan pembantaian di
perkemahan pengungsi Jenin di West Bank. Sebagai tanggapan atas pembunuhan ini,
Presiden Bush awalnya menuntut tentara Israel langsung ditarik dari kota-kota
Palestina. Ariel Sharon secara publik menolak melakukannya. Bush pada 18 April
2002 menyatakan hal berikut ini:
“Ariel Sharon adalah orang yang damai”.
Israel Membantai Pengungsi Palestina di Jenin dan West
Bank - Sumber:
akhirjaman.info
2003: Pada 16 Maret, seorang Amerika berusia 23 tahun, Rachel
Corrie, pergi ke Jalur Gaza untuk melindungi orang-orang Palestina dari
kejahatan perang Israel yang dilakukan di sana. Dia terbunuh saat berusaha
mencegah penggusuran rumah seorang ahli farmasi Palestina, yang tinggal bersama
isterinya dan 3 anak mereka yang masih kecil. Ketika Corrie berdiri di depan
rumah ini untuk memprotes di depan sebuah Buldozer Caterpillar D9 milik Israeli
Defence Force (IDF), dia dengan sengaja dilindas oleh supir buldozer itu.
Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa untuk mengkritik Israel atas
peristiwa ini. Amerika Serikat menerima saja alasan mereka bahwa ini adalah
kecelakaan. Padahal beberapa saksi mata yang tanpa ragu berkata bahwa tindakan
ini disengaja dan bahkan ada bukti foto ketika pembunuhan ini terjadi di siang
hari, Corrie sedang mengenakan jaket orange terang.
2006: Hamas terpilih berkuasa dalam pemilihan umum Palestina.
Israel menuntut agar bantuan dihentikan untuk Palestina, dan dilakukan dengan
taat oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada. Ini untuk mendukung cita-cita
jangka panjang Israel, yaitu genosida seluruh rakyat Palestina yang menolak
meninggalkan Palestina.
Mantan Agen Mossad, Victor Ostrovsky, meramalkan bahwa terjadinya hal ini
pada halaman 252 di dalam bukunya “The Other Side of Deception“, yang
diterbitkan pada tahun 1994:
“Kalau Mossad bisa mengatur agar Hamas (Partai Perjuangan Sejati Rakyat
Palestina) mengambil alih jalan-jalan Palestina dari PLO, maka rencana itu
terbukti benar”.
Rencana yang dimaksudkannya adalah mendukung elemen-elemen radikal muslim
sehingga para fundamentalis tersebut tidak akan bisa bernegosiasi dengan Barat.
Pada 12 Juli, 2 prajurit Israel menyasar ke wilayah Lebanon dan ditangkap
sebagai tahanan perang oleh tentara Lebanon. Media Yahudi di seluruh dunia
berteriak bahwa mereka diculik, tapi tidak menyebutkan fakta bahwa Israel telah
menangkap dan memenjarakan lebih dari 9.000 orang Palestina tanpa peradilan.
Israel mulai mengebom Lebanon tanpa pandang bulu.
Sehubungan dengan 9.000 orang Palestina yang dipenjara tanpa peradilan,
Artikel 111 Hukum Israel memandatkan bahwa pemerintah boleh menahan siapapun
selama waktu yang tidak terbatas, tanpa peradilan dan tanpa menyatakan
tuntutannya.
Ketika media Yahudi melaporkan konflik antara Israel dan Lebanon ini,
mereka tidak menyebutkan jumlah penganut Kristen di Lebanon yang mencapai
40-45% dari populasi penduduknya. Mereka malah menggambar Lebanon sebagai
segerombolan teroris Al-Qaeda muslim yang jahat. Dalam sebulan, lebih dari
1.000 pria, wanita dan anak-anak Lebanon terbunuh. Ratusan ribu orang terluka,
dan seperempat penduduk negara itu mengungsi.
Perang berakhir dengan Israel menarik diri, banyak orang Yahudi tidak puas
dengan hasil akhir dan menuduh Perdana Menteri Ehud Olmert kalah dalam perang
ini. Bagaimanapun, ketika dia hadir di hadapan Komite Urusan Asing dan
Pertahanan Knesset pada 5 September 2006, dia menyatakan:
“Klaim bahwa kita kalah tidak punya landasan, setengah Lebanon hancur,
apakah itu kekalahan?”
“Tidak akan pernah ada retorika Hak Asasi Manusia pada orang-orang Yahudi.
Kalau pun ada, itu pasti sebuah kesalahan.”
Dari rentetan peristiwa diatas, tidak heran jika John Pilger, jurnalis
independen yang sering mengkritik kebijakan kapitalis Barat, menulis:
“Di Timur Tengah, semua diktator dan raja dilanggengkan oleh AS. Dalam
“Operation Cyclone” CIA dan MI6 (Dinas Rahasia Inggris) secara rahasia
membungkam gerakan-gerakan Islam di sana. Korban dari terorisme yang dilakukan
Barat di berbagai penjuru dunia, mayoritasnya adalah muslim. Rakyat pemberani
yang ditembaki di Bahrain dan Libya pada hakikatnya bergabung dengan anak-anak
Gaza yang diledakkan oleh pesawat F16 buatan AS. Revolusi di Arab tidaklah
sekedar melawan diktator lokal namun melawan tirani ekonomi global yang
didesain oleh AS dan dijalankan oleh USAID, IMF, Bank Dunia; yang menyebabkan
rakyat di negeri yang kaya seperti Mesir harus hidup dengan 2 dollar sehari.”
Dinasti Rothschild di Afrika
1899: Berdasarkan temuan jumlah kekayaan yang semakin bertambah
besar dalam bentuk emas dan berlian di Afrika Selatan, Keluarga Rothschild,
melalui utusan-utusan mereka yang bernama Lord Alfred Milner dan Cecil Rhodes,
mengirim 400.000 serdadu Inggris ke sana untuk berperang melawan “musuh” yang
terdiri dari 30.000 petani Boer bersenapan yang lebih memilih tidak
meninggalkan tanah mereka.
Selama perang inilah perkemahan
terpusat diciptakan, ketika Inggris mengumpulkan siapapun yang bersimpati
kepada para Boer, termasuk wanita dan anak-anak, lalu menempatkan mereka di
perkemahan-perkemahan tidak sehat dan dijangkiti demam. Tentara Inggris
Rothschild lalu menang perang, dan kekayaan besar emas dan berlian mengalir ke
kocek Keluarga Rothschild.
Lord Alfred Milner dan Cecil
Rhodes
- Sumber: antimatrix.org (kiri), nndb.com (kanan)
1972: World Health Organization (WHO, organisasi kesehatan
dunia) melakukan program vaksinasi cacar besar-besaran untuk jutaan orang
Afrika. Vaksin cacar ini ditempeli virus HIV/AIDS sehingga program pengurangan
penduduk yang didukung oleh Rothschild bisa dimulai di kalangan penduduk
berkulit hitam miskin yang tumbuh dengan kecepatan tinggi.
1994: Nelson Mandela terpilih menjadi menjadi Presiden Afrika
Selatan yang digembar-gemborkan oleh media di seluruh dunia. Media milik Yahudi
memuji hari bersejarah tersebut bahwa seorang pria berkulit hitam terpilih
untuk memimpin Afrika Selatan.
Sebelumnya, Nelson Mandela
menjalani 26 tahun di penjara akibat, di antara banyak hal lainnya, 193 tuduhan
terorisme yang dilakukan sejak 1961 hingga 1963. Dia menyatakan di pengadilannya
pada 1964:
“Saya tidak menyangkal bahwa
saya melaksanakan sabotase itu.”
Apa yang tidak media Yahudi
sebutkan adalah bahwa Mandela yang kebetulan sebelum dikurung menulis pamflet
“Cara Menjadi Komunis yang Baik”, sekedar ditempatkan di penjara agar tidak ada
gangguan bagi Afrika Selatan yang dijalankan oleh Keluarga Oppenheimer
Rothschild dan khususnya bisnis-bisnis tambang emas dan berlian mereka.
Memang, Kepala Keluarga
Oppenheimer, Harry Oppenheimer, memiliki 95% tambang berlian dunia. Tidak mengejutkan
bahwa media Yahudi lalai memberi tahu pembaca kenapa orang-orang kulit hitam di
Afrika Selatan memang mendapatkan Afrika untuk rakyat Afrika, itu karena semua
tambang emas dan berlian (kekayaan Afrika Selatan) masih dikendalikan oleh
orang-orang Yahudi.
Maka tidak mengejutkan bahwa
African National Conggress (ANC) di Afrika Selatan dibimbing oleh 2 orang
Yahudi Komunis, yaitu Albie Sachs dan Yossel Mashel Slovo (Joe Slovo). Bahkan,
ketika ANC Nelson Mandela mengambil alih Afrika Selatan, Slovo diangkat menjadi
Menteri Perencanaan.
Nelson Mandela dan Yossel
Mashel Slovo. Kedua pemimpin Partai Komunis dan anggota pendiri “Bangsa
Pelangi”. Sumber:
danskernesparti.dk
Akibatnya, negara itu menderita
penurunan standar yang dramatis bagi penduduk kulit hitamnya, dan dengan cepat
menurun ke status negara yang paling penuh kekerasan dan kejahatan. Infeksi
AIDS melonjak sampai setidaknya 25% penduduk kulit hitam. Penerus Mandela,
Govan Mbela, setelah menjadi penerus Mandela sebagai Presiden, menyatakan bahwa
kemiskinanlah, bukan HIV, penyebab AIDS.
2000: Di Tanzania, dengan sekitar 1,3 juta orang sekarat akibat
AIDS; Bank Dunia dan IMF yang bertanggung jawab atas ekonomi Tanzania sejak
1985, memutuskan Tanzania mengubah periksa gratis di rumah sakit. Mereka juga
memerintahkan Tanzania untuk mengubah biaya sekolah dari sistem pendidikan yang
sebelumnya gratis, lalu mengungkapkan keterkejutan ketika pendaftaran sekolah
jatuh dari 80% menjadi 66%. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania jatuh dari 309
Dollar menjadi 210 Dollar per kapita, standar melek huruf jatuh dan rasio
kemiskinan melarat telah meningkat, meliputi 50% penduduk.
2004: Para pemimpin Islam di Nigeria Utara, mengklaim kampanye
imunisasi United Nations Children’s Fund (UNICEF, Dana Anak-Anak PBB) merupakan
bagian dari plot Amerika Serikat untuk mengurangi penduduk daerah itu dengan
menyebarkan AIDS dan alat-alat sterilisasi. Orang-orang Afrika berkaca pada uji
coba laboratorium mereka sendiri yang menunjukkan vaksin itu terkontaminasi.
Untuk membuktikan vaksin itu aman, Pemerintah Amerika Serikat mengirim satu tim
ilmuwan, pemimpin agama, dan lain-lainnya ke sana untuk menyaksikan uji coba
vaksin itu di laboratorium-laboratorium asing. Bagaimanapun, begitu uji coba
itu selesai, mereka menolak untuk merilis hasilnya.
2011: Dalam artikelnya yang diterbitkan tahun 2011 di
Kompasiana berjudul “Kini Tiba Giliran Libya”, Dina Sulaeman mengatakan:
“Menurut
Wall Street Journal (28 Aug 2009), Libya ternyata adalah negara dengan sumber
minyak terbanyak di Afrika. Konsesi minyak Libya diserahkan kepada
perusahaan-perusahaan minyak yang di antaranya sudah umum didengar telinga,
British Petroleum, Shell, atau ExxonMobil. Perusahaan-perusahaan yang sama yang
juga mengeruk minyak dan gas di Indonesia dan negara-negara Dunia Ketiga
lainnya, yang saham terbesarnya dikuasai oleh orang-orang Zionis.
Namun
yang menarik, Wall Street Journal mengeluhkan sikap Libya yang menyulitkan
investor. Sejak tahun 2007, Pemerintah Libya rupanya memaksa
perusahaan-perusahaan minyak asing untuk menegosiasi ulang kontrak. Perusahaan
yang ingin memperpanjang kontrak diharuskan membayar bonus yang sangat besar
dan hanya mendapatkan hak eksplorasi yang lebih sedikit. Libya mengancam
perusahaan-perusahaan itu dengan nasionalisasi bila mereka menolak
syarat-syarat yang ditetapkan. Menurut Wall Street Journal, dalam kondisi
seperti ini, tender hanya mungkin dimenangkan oleh perusahaan minyak yang
dimiliki negara seperti Gazprom dari Rusia atau Sonatrach dari Aljazair.
Artinya, perusahaan-perusahaan swasta milik pengusaha-pengusaha Zionis itu
merasa tergencet.
Laporan Wall Street Journal ini sangat bersesuaian dengan doktrin lama
kekuatan-kekuatan kapitalis Zionis: bila sebuah rezim mengancam kepentingan
kapitalis, gulingkanlah! Lembaga-lembaga think-tank Zionis, mulai dari Freedom House, National
Democrat Institute, International Republican Institute, USAID, hingga LSM-LSM
swasta yang didanai milyarder Zionis macam Open Society-nya George Soros sudah
terbukti menjadi dalang dari upaya-upaya penggulingan rezim (baik yang sudah
berhasil maupun belum) di Serbia, Georgia, Ukraina, Kyrgystan, Nikaragua,
Myanmar, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Palestina, Lebanon, dan Iran. Tentu
saja, upaya ‘pemberian bantuan’ untuk penggulingan rezim di sebuah negara bukan
mereka lakukan dengan niat tulus membebaskan rakyat dari kediktatoran sebuah
rezim, tapi semata-mata demi memuluskan jalan bagi korporasi-korporasi
transnasional milik Zionis.
Tentu,
tulisan ini bukan untuk membela Qaddafi yang jelas-jelas diktator itu. Saya
hanya ingin menunjukkan bahwa ternyata ada banyak jenis kroni AS-Zionis. Ada
yang budak dalam arti seutuhnya, tunduk patuh pada apapun kata Sang Tuan, macam
Ben Ali atau Hosni Mobarak, sampai-sampai rakyat mereka hidup miskin. Ada pula
yang berwujud diktator, macam Qaddafi, tetapi masih berani bermulut besar di
depan Barat sehingga rakyatnya tetap punya uang sekitar 14.000 dolar per tahun.
Ada pula yang menjaga citra sebagai pemimpin yang ramah dan demokratis, namun
sesungguhnya lewat tangannyalah kekayaan alam negaranya diobral habis kepada
korporasi AS-Zionis. Dan manusia merdeka, tak seharusnya tunduk pada kroni
AS-Zionis, dalam wujud apapun.”
Hakim
Maulani dalam artikelnya berjudul “Sisi Lain Krisis Libya” mengatakan: “Victor
Ostrovsky, seorang pembelot dari dinas intelijen Mossad yang sekarang tinggal
di Kanada, pernah membocorkan bahwa tuduhan-tuduhan terhadap Libya sebenarnya
adalah fitnah yang dikerjakan oleh operasi intelijen Israel”.
Dinasti Rothschild di Vietnam
Apa yang diungkapkan disini
merupakan saduran dari artikel “Sejarah Intervensi AS: Ada Minyak, Dibalik
“Perang-Perangan” Vietnam” karangan Sri Endang Susetiawati. Berikut beritanya:
1945: Sekitar akhir Perang Dunia II, ketika Jepang menyerah,
Jenderal Douglas Mac Arthur menjadi Gubernur militer Jepang. Asisten
Mac Arthur adalah Laurance
Rockefeller, salah satu dari empat cucu John D. Rockefeller, pendiri raksasa perusahaan minyak AS,
Standard Oil. Tepat
sebelum Jepang menyerah, AS telah mempersiapkan invasi besar-besaran dengan menimbun banyak senjata
dan amunisi di Pulau
Okinawa, sebagai basis pertahanannya. Sebuah persediaan persenjataan yang sangat cukup untuk menyerang
Jepang. Apa yang pernah terjadi pada semua perlengkapan militer itu?
Laurance Spelman Rockefeller
Sumber: openminds.tv
Oleh Laurence, sebagian besar senjata itu dijual kepada pemimpin Vietnam, Ho Chi
Minh, dengan harga sangat murah, atas dasar jasa baik Ho.
Alasannya, Ho Chi
Minh dianggap telah membantu Sekutu dalam melawan Jepang selama perang. Namun demikian, alasan yang sesungguhnya adalah terkait
dengan buku yang ditulis oleh Herbert Clark Hoover, seorang insinyur
pertambangan dan ahli geologi dunia, yang kemudian menjadi presiden AS ke-31
(1929-1933). Dalam bukunya yang terbit tahun 1920, Hoover menyebutkan adanya
potensi cadangan minyak sangat besar pada daerah sepanjang pantai Indo-China,
atau yang kemudian dikenal dengan Vietnam.
Masalahnya, saat buku itu
diterbitkan, Vietnam masih dikuasai (dijajah) oleh Perancis. Sementara itu, metode
survei dan teknik pengeboran minyak lepas pantai belum berkembang seperti
sekarang. Jelang kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, kesempatan untuk
menguasai daerah cadangan minyak itu terbuka. Caranya, adalah dengan melakukan
penjualan senjata dengan harga murah kepada Ho Chi Minh yang dimaksudkan agar
dapat mengusir Perancis dari Vietnam.
Laurence
Rockefeller berpikir bahwa ia akan
bisa “menipu” Ho Chi Minh dengan menawarkan sen-jata untuk mengusir Perancis, kemudian Standard Oil akan
mengambil alih ladang lepas pantai yang belum berkembang.
1950: Metode eksplorasi minyak bawah laut lebih dikembangkan
dengan menggunakan ledakan kecil di dalam air, sehingga menghasilkan efek gema
suara yang memantul dari berbagai lapisan batuan di bawahnya. Dengan metode
ini, surveyor kemudian bisa menentukan lokasi yang tepat, dimana akumulasi
cadangan minyak yang besar terdapat di bawahnya. Jika metode ini digunakan di
lepas pantai Vietnam, maka Standard Oil dianggap tidak memiliki hak, sehingga
Vietnam, Cina, dan Jepang mungkin akan beradu cepat dengan Perancis untuk
mengadu pada PBB, bahwa Amerika telah mencuri minyak, dan diminta untuk segera
menutup operasinya.
Itulah gunanya perang Vietnam.
Kegiatan survei cadangan minyak dapat dilakukan dengan tanpa kekhawatiran pengaduan
negara-negara lain ke PBB.
1954:
Sial bagi Rockeller, ketika Vietnam, melalui Jenderal Giap akhirnya berhasil mengalahkan dan mengusir Perancis di
Dien Bien Phu, ternyata Ho
mengingkari kesepakatan. Mengapa?
Karena, ternyata rahasia buku
Hoover telah diketahui oleh banyak pihak, termasuk Perancis, Vietnam, Jepang
dan Cina. Itulah pula, mengapa sekitar tahun 1950-an, sejak lepasnya Vietnam, Perancis cukup sewot terhadap AS, dimana Presiden Perancis Charles De Gaul
ingin keluar dari NATO.
Ho
Chi Minh dianggap tidak
akan membiarkan Standard Oil seenaknya
dalam menguasai ladang minyak Vietnam. Maka, Vietnam pun dicap sebagai negara komunis, karena
memiliki pandangan bahwa minyak adalah dikuasai oleh negara, milik masyarakat,
sehingga tidak ada ruang bagi perusahaan minyak swasta, seperti Standard Oil
untuk mengembangkan bisnisnya. Rencana perlawanan pun disusun dengan “menyewa”
anak muda Amerika berperang melawan Vietnam “komunis”. Komunisme menjadi isu
Amerika dalam membenarkan intervensi dan peperangan di Vietnam.
1955: Perang Vietnam pecah yang berlangsung selama 20 tahun
(berakhir pada tahun 1975), yang menurut Smith tak lain adalah sebuah “penipuan minyak”.
Amerika melawan tentara Vietnam
yang senjatanya diperoleh dari AS sendiri dengan harga sangat murah. Pertanyaan
yang muncul, meskipun senjata AS sangat unggul dan telah kehilangan 57.000 orang Amerika, dan 500.000 orang Vietnam, mengapa AS tidak berhasil memenangkan “perang?”.
Mengapa Presiden AS memerintahkan tentaranya yang dipastikan mereka tidak akan menang?
Mengapa Henry Kissinger, seorang
asisten pribadi untuk Nelson Rockefeller (Wapres AS
1974-1977) menghabiskan
begitu banyak waktu di Paris untuk pembicaraan
damai, dan tidak pernah pergi secara langsung ke Vietnam selama bertahun-tahun?
Dr. Henry Kissinger
Jawabannya, adalah amat mungkin bahwa memenangkan “perang” itu bukan bagian
dari rencana para penguasa
bisnis energi. Sangat mungkin, bahwa lamanya waktu
“perang” adalah jauh lebih
penting dari kemenangan atas perang itu sendiri. Oleh sebab itu,
beberapa sumber mengatakan bahwa CIA diduga kuat beberapa kali mengirimkan info
tentang strategi tentara AS kepada Vietkong (sebutan untuk tentara Vietnam)
1960: Untuk menutupi fakta bahwa perang Vietnam hanyalah “perang-perangan” alias “perang yang
‘dibuat-buat’”, maka diperlukan alasan yang memadai untuk mengakhiri perang. Apa yang
dilaku-kan? Pada akhir 1960, Standar Oil merekrut banyak pemuda idealis yang menentang perang dan
wajib militer. Perusahaan minyak ini memberikan dukungan penuh pada mereka dalam hal bantuan
keuangan dan organisasi.
Mereka, para pemuda idealis tersebut, diorganisir dan sepenuhnya didukung untuk melakukan demonstrasi
besar-besaran secara terus-menerus yang menyatakan anti perang Vietnam
sepanjang tahun 60-an hingga 70-an. Ternyata, hampir tidak ada demonstran yang tahu bahwa mereka sedang diperalat atau dimanfaatkan oleh kepentingan pengusaha
minyak tersebut. Sebuah keadaan yang dianggap memiliki kaitan dengan mundurnya
Presiden Nixon atas kasus Watergate, kemudian digantikan oleh Gerald Ford
dengan wakilnya Nelson Rockefeller, salah seorang cucu pendiri Standard Oil.
Nelson Aldrich Rockefeller
Sumber: en.wikipedia.org
1964: Pada tahun 1964, setelah Vietnam terbagi menjadi dua,
yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, serta peristiwa “Teluk Tonkin”,
beberapa kapal
induk AS ditempatkan di lepas pantai Vietnam, dan “perang” pun dimulai.
Setiap
hari ada pesawat
jet lepas landas menuju lokasi pengeboman di Utara dan Vietnam Selatan.
Selanjutnya, dengan menggunakan
prosedur militer yang normal, pesawat
itu kembali
ke kapal induk, lalu membuang ledakan bom yang tersisa di laut sebelum kembali mendarat. Tentu saja, pengeboman “bohong-bohongan” dilakukan
di zona aman yang telah ditentukan, jauh dari posisi operasi
survei. Para pengamat hanya akan melihat ledakan kecil yang terjadi
setiap hari di perairan Laut Cina Selatan dan berpikir itu hanya bagian dari
“perang”.
1995: Pada tahun 1995, jelang normalisasi hubungan AS-Vietnam, dalam
sebuah siaran TV BBC tentang industri minyak, presiden salah satu perusahaan
minyak, anak perusahaan dari
Standard Oil, dengan enteng menyatakan,
“.... Itu hanya kebetulan, bahwa kami baru selesai melakukan survei minyak lepas pantai saat hampir bersamaan dengan hari terakhir perang, seperti helikopter
terakhir meninggalkan atap kedutaan di Saigon... “.
Benarkah hanya kebetulan? Pada
15 tahun kemudian, usai penyatuan kembali Vietnam Utara dan Vietnam Selatan
(1975), ketika kebanyakan orang sudah lupa tentang “perang”, dan saat Vietnam
membutuhkan uang tunai, maka eksplorasi minyak lepas pantai pun mulai
dimungkinkan bagi perusahaan swasta asing. Pembagian zona eksplorasi minyak pun
dilakukan oleh pemerintah Vietnam, untuk kemudian ditawarkan kepada sejumlah
perusahaan minyak asing dari berbagai negara.
Beberapa perusahaan
minyak dari 12 negara mengajukan penawaran. Antara lain: Statoil Norwegia, British Petroleum, Royal
Shell Belanda, bahkan Rusia, Jerman dan Australia pun termasuk yang mengajukan diri untuk eksplorasi
tersebut. Bagaimana hasilnya? Perusahaan dari berbagai negara yang melakukan
pengeboran di bagian ladang mereka hanya mendapatkan lubang kering tanpa hasil
minyak. Hanya perusahaan milik “Amerika” yang berhasil menangguk kuntungan miliaran
dolar, di ladang Golden Dragon, Blue Lotus, dan White
Tiger, ladang minyak di Laut Cina Selatan, lepas pantai Vietnam.
Apakah semuanya itu hanya kebetulan?
Apakah perusahaan minyak AS itu hanya sedang beruntung saja?
Tentu saja tidak. Perusahaan AS
telah tahu letak cadangan minyak, sementara perusahaan-perusahaan
minyak negara lainnya
tidak. Mengapa lebih tahu? Karena, mereka telah melakukan
survei selama 10 tahun, saat perang Vietnam berlangsung. Itulah hebatnya
Amerika! Peluang bisnis di Vietnam kian terbuka, dan pada tahun 1995 hubungan
Vietnam-AS pun dinormalisasi.
Hmm… sebuah model operasi
politik, bisnis, dan militer yang dikemas secara rapi.
2005: Adalah menarik tulisan Marshall Douglas Smith (2005)
yang berjudul Black Gold Hot Gold. Seorang profesional dan praktisi bisnis perminyakan di
AS ini menyebutkan bahwa perang Vietnam sebenarnya hanyalah “perang-perangan”
yang sengaja dibuat untuk menutupi kepentingan bisnis minyak di sepanjang lepas
pantai Vietnam, atau Laut Cina Selatan. Menurutnya, perang vietnam adalah
perang yang sengaja tidak untuk dimenangkan. Mengapa? Karena, tujuannya memang
bukan untuk kemenangan perang, namun sekedar untuk mengelabui kegiatan survei
kandungan minyak di lepas pantai Vietnam.
Dinasti Rothschild di
Indonesia
1602: Pada 20 Maret, VOC yang merupakan cabang dari Freemason
(kelompok pemuja iblis yang dikembangkan dan didanai
Rothschild) melakukan
penjajahan di Indonesia dan mengeruk sumber daya alamnya selama ratusan tahun.
1917: Josephus Beek atau yang dikenal dengan nama Pater Beek
lahir. Ia seorang penganut agama Katolik yang taat dan merupakan anggota Ordo Jesuit, sebuah sekte
dalam agama Kristen yang didirikan Ignatius Loyola, Fransiscus Xaverius dan
lima rekannya di Kapel Montmatre, Perancis, pada 15 Agustus 1534.
Seperti halnya kebanyakan
pemuda Belanda kala itu, cerita tentang sebuah negara kaya raya dengan
mayoritas penduduk beragam Islam yang sedang dikuasai negara mereka, juga menarik minat
Beek remaja untuk ‘bertualang’ di negara yang kala itu masih bernama Hindia
Belanda tersebut.
Kesempatan datang kala ia
berusia 22 tahun. Diduga kuat berkat rekomendasi ordonya, ia dikirim ke
Indonesia dengan mengemban dua misi, yakni menyebarkan agama Kristen dan
melakukan kajian tentang pola hidup masyarakat di Pulau Jawa. Tujuan misi kedua
ini jelas, demi melanggengkan
penjajahan yang dilakukan
negaranya terhadap Bumi Pertiwi. Beek bekerja dengan sangat baik. Ia mencatat
apapun yang berhasil diamatinya dari kehidupan masyarakat Pulau Jawa setiap
hari.
Menurut buku ‘Pater Beek,
Freemason, dan CIA’, dari pengamatan itu ia bahkan akhirnya berkesimpulan bahwa
yang paling membahayakan eksistensi penjajahan Belanda di Indoensia, terutama
di Pulau Jawa, adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakatnya; Islam. Dalam ajaran
Islam, mengorbankan nyawa demi membela tanah air, ganjarannya adalah surga,
sebab hal tsb merupakan salah satu bentuk jihad terbesar.
Tak heran jika kelompok-kelompok
perlawanan masyarakat terhadap Belanda dimotori oleh para pemuka agama ini. Contohnya Pangeran
Diponegoro. Ia bahkan menyimpulkan, jika penjajahan yang dilakukan Belanda
terhadap Indonesia ingin langgeng, maka Islam harus dilumpuhkan. Dengan cara
ini, Belanda bahkan mendapat keuntungan lain, yakni penduduk Pulau Jawa dapat
diKristenkan dengan lebih mudah. Sebuah usulan yang cerdik, cerdas dan licik.
Sesuai dengan karakternya.
Josephus Gerardus Beek
Sumber: pustakalewi.net
Tugas
Beek selesai, dan ia kembali ke Belanda. Namun keinginannya untuk
kembali ke Indonesia sangat besar. Apalagi karena hasil kajiannya membuat ia
terobsesi untuk juga melakukan seperti apa yang diusulkan kepada
pemerintahnya; menghancurkan Islam dan mengKristenkan
pemeluknya demi melanggengkan penjajahan Belanda di bumi Nusantara. Ia pun
berupaya agar dapat menjadi pastur, dan ditugaskan lagi ke Indonesia.
Pada
1948, Beek ditasbihkan menjadi pastur, namun baru kembali ke Indonesia pada
1956 atau setahun setelah pemilu pertama dilaksanakan di Indonesia. Selama
kurun waktu delapan tahun sejak ditasbihkan hingga ditugaskan kembali di
Indonesia, ia mengasah diri dengan mempelajari banyak hal, terutama mempelajari
metode-metode efektif untuk menghancurkan Islam. Diduga kuat, sejak ia kembali
ke Belanda dan menjelang kembali lagi ke Indonesia, ia didekati dua organisasi
yang hingga kini sangat berpengaruh di dunia, yakni Freemasonry
dan CIA. Tak heran jika M. Sembodo dalam buku
berjudul ‘Pater Beek, Freemason, dan CIA’ menyebut: “Ketika Beek
menjejakkan kaki kembali di Bumi Pertiwi, statusnya bukan hanya seorang misionaris
Kristen Katolik, tapi juga anggota CIA dan Freemason”.
1965: Pada 30 September, gerakan pembunuhan para Jenderal yang
dianggap loyal terhadap Soekarno dilakukan oleh PKI. Namun ternyata,
berdasarkan kesaksian para saksi, kuat dugaan bahwa gerakan tsb dikendalikan
oleh Letjen Soeharto, yang pada akhirnya memanfaatkan Supersemar untuk
menduduki posisi Presiden yang dipegang oleh Soekarno.
Namun fakta menunjukkan bahwa
dalang sebenarnya dari Gestapu adalah Henry Kissinger yang menggerakkan CIA
untuk menjatuhkan Soekarno lewat Soeharto, dimana mereka merancang peristiwa
yang dikenal dengan sebutan “Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia
(G30S PKI)”. Henry Kissinger adalah orang kepercayaan Rothschild dan sangat
dekat dengan keluarga Rockfeller (keluarga Rothschild dari garis anak
perempuan). Mereka semua tergabung dalam grup Bilderberg (salah satu organisasi
yang berisi para pejabat dan penguasa paling berpengaruh yang bertujuan untuk
menguasai dan mengendalikan dunia).
Dipilihnya Soeharto untuk
menjadi penguasa Indonesia oleh AS, karena sikap Presiden Soekarno yang ‘keras’
untuk tidak mau tunduk kepada kepentingan asing yang ingin menguasai sumber
daya alam Indonesia. Ucapan terkenal Soekarno: “Amerika… go to hell with your aid”, adalah bukti kerasnya sikap Presiden RI tsb.
Setelah Soeharto berkuasa, maka
apa yang diinginkan oleh Yahudi Jahat untuk membuat Indonesia menerapkan “The New World Order” menjadi
terlaksana. Sumber Daya Alam Indonesia hampir semua dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan asing milik Yahudi, dan Indonesia menjadi terkungkung
karena tidak bisa lepas dari jeratan hutang.
Screenshot diatas adalah
dokumen CIA yang merupakan hasil perbincangan antara Presiden Nixon (Presiden
AS), Henry Kissinger (Sekretaris Negara AS), dan Presiden Soeharto (Presiden
Indonesia). Mereka memperbincangkan penerapan “The New World Order” di Indonesia, yang sepertinya
dijalankan oleh Soeharto dengan baik oleh Pemerintahan “New Order” (Orde Baru) nya. Baik
Nixon maupun Kissinger pernah dinobatkan oleh majalah Time sebagai “Men of The
Year” setelah mereka berhasil mendeklarasikan “New World Order” di Cina.
Sumber: Film “Invisible Empire (A New World Order Defined)” di YouTube.
1967: Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara
pemerintah Indonesia dengan Freeport menjadi landasan bagi perusahaan ini untuk
memulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi
dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember
1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.
1973: Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka
di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan
lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan
raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Dari eksploitasi
kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas telah
mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai
diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800 m.
Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas
yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
Tambang Freeport-Sumber:
ruang-suara.blogspot.com
Aktivitas Freeport yang
berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah,
terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/BUMN
untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang
sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan
Erstberg. Kerusakan lingkungan telah mengubah bentang alam seluas 166 km
persegi di daerah aliran sungai Ajkwa.
1995: Pada tahun 1995 Freeport baru secara resmi mengakui
menambang emas di Papua. Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994,
Freeport mengaku hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang
ditambang selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh
orang Papua sendiri. Panitia Kerja Freeport dan beberapa anggota DPR RI Komisi
VII pun mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi emas
Freeport. Mereka mencurigai jumlahnya lebih dari yang diperkirakan sebesar 2,16
hingga 2,5 miliar ton emas. DPR juga tidak percaya atas data kandungan
konsentrat yang diinformasikan sepihak oleh Freeport.
Anggota DPR berkesimpulan bahwa
negara telah dirugikan selama lebih dari 30 tahun akibat tidak adanya
pengawasan yang serius. Bahkan Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak dan Bea
Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa produksi Freeport berikut penerimaannya.
Di sisi lain, pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang
penghasilannya hanya sekitar $132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk
Papua tak terkerek naik dengan kehadiran Freeport yang ada di wilayah
mereka tinggal. Di wilayah operasi Freeport, sebagian besar penduduk asli
berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais- ngais emas yang
tersisa dari limbah Freeport.
Selain permasalahan kesenjangan
ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif
serta menimbulkan pelanggaran HAM. Timika bahkan menjadi tempat berkembangnya
penyakit mematikan seperti HIV/AIDS dan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS
berada di Papua. Keberadaan Freeport juga menyisakan persoalan pelanggaran HAM
yang terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia di masa lalu dan kini.
Ratusan orang telah menjadi korban pelanggaran HAM berat bahkan meninggal dunia
tanpa kejelasan. Hingga kini, tidak ada satu pun pelanggaran HAM yang
ditindaklanjuti serius oleh pemerintah bahkan terkesan diabaikan.
2010: Pengamat A. Nizami lewat artikelnya berjudul
“Yahudi Kuasai Ekonomi Indonesia” mengatakan
bahwa perusahaan-perusahaan migas asing seperti ExxonMobil,
Chevron, Conoco, Amoco, BP, Arco, dsb merupakan pecahan dari Standard Oil yang
dimiliki oleh Rockefeller. Perusahaan-perusahaan
“Yahudi AS” telah menguasai
90% migas di Indonesia.
Freeport
dimana mantan Menlu AS Henry Kissinger duduk dalam Dewan Komisaris; menguras
emas, perak, dan tembaga Papua mendapatkan puluhan trilyun (dan mungkin
sebetulnya ratusan trilyun) per tahun dari kekayaan alam Indonesia. Konyolnya
lagi, untuk mendapat 10% saham perusahaan tsb, Indonesia harus bayar mahal.
Padahal mereka mendapatkan tanah milyaran meter per segi berikut emas, tembaga,
perak secara “GRATIS” dari Indonesia.
Juli 2010, Nathaniel Rothschild
melalui perusahaannya, Vallar PLC meraup US$ 1,1 miliar dalam IPO-nya. Dana
dari hasil penjualan saham ke publik itu akan digunakan untuk mengakuisisi
sejumlah perusahaan pertambangan, namun tidak termasuk di Indonesia. Lantas
kenapa akhirnya Rothschild melirik Indonesia?
Nathaniel Rothschild-Sumber: supercicak.blogspot.com
Seperti diketahui, Vallar yang
dibangun oleh Nathaniel Rothschild dan James Campbel berhasil meraup dana 707
juta poundsterling (US$ 1,07 miliar), dan sahamnya dicatatkan di Bursa London
pada 14 Juli 2010. Hasil dana IPO itu memang dimaksudkan untuk mengakuisisi
sejumlah pertambangan.
“Kami gembira telah menerima respons yang positif
dari investor global dalam situasi yang sulit ini”, ujar Rothschild dalam
pernyataannya beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Reuters. “Pasar yang
menantang tersebut mendatangkan kami dengan kesempatan akuisisi yang menarik
dan kami yakin kami dapat mengakuisisi bisnis pertambangan yang besar pada
valuasi yang dapat meningkatkan nilai pemegang saham secara signifikan dan
memberikan kerangka bagi pertumbuhan masa depan Vallar”, jelas Rothschild. Vallar
semula berniat untuk mengakuisisi pertambangan batubara di Colombia yang
dimiliki perusahaan berbasis di AS, Drummond Co.
Namun nyatanya, Vallar justru
banting setir dan memilih Indonesia. Mengapa? “Karena aset-aset
(batubara di Indonesia) secara signifikan jumlahnya lebih besar dan biayanya
lebih rendah”, jelas Rothschild dalam conference call-nya seperti
dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (17/11/2010).
Indonesia kini tercatat sebagai eksportir
batubara terbesar di dunia dengan konsumen terbesar adalah dari
pembangkit-pembangkit listrik. Rothschild selanjutnya ingin menjadikan
perusahaan gabungannya dengan Bakrie itu sebagai pemasok terbesar dunia. “Kami telah
mengumumkan terciptanya jawara batubara Indonesia… yang akan menjadi pemasok
batubara thermal terbesar ke China”, ujar Rothschild.
Pada tahun 2009, total impor
batubara China mencapai 126 juta ton, atau melonjak hingga 3 kali lipat
dibandingkan tahun 2008. Selain batubara, Rothschild juga mengincar sejumlah
bahan tambang berharga lain di Indonesia seperti tembaga, emas, bijih besi,
timbal, molybdenum, seng. Rothschild berharap bisa mendapatkan bahan-bahan
tambang itu dari anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), yakni PT Bumi
Resources Mineral (BRM) . Anak usaha ini juga akan memberi Vallar akses ke
Afrika.
BRM sendiri juga akan segera mencatatkan sahamnya
di lantai bursa dengan harga saham ditetapkan sebesar Rp 635 per saham. Sejauh
ini pemesanan saham BRM telah mengalami kelebihan permintaan (over
subscribe) mencapai 5 kali dengan pesanan senilai US$ 1 miliar. Selain
memiliki 6 tambang, BRM juga membawahi Bumi Resources Japan Company Ltd,
perusahaan pemasaran batubara dan mineral yang berdiri di bawah hukum negara
Jepang. Hingga 30 Juni 2010, total nilai aset BRM tercatat sebesar Rp 18,705
triliun.
Pendapatan BRM sebesar Rp
62,780 miliar pernah diperoleh dari bumi Jepang. Pendapatan lain-lain tercatat
sebesar Rp 413,758 miliar, terutama disumbangkan dari dividen 18% yang diterima
BRM dari NNT. Untuk laba bersih tercatat sebesar Rp 174,686 miliar. Seperti
diketahui, PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) menggelar aksi korporasi menggemparkan
dengan melakukan tukar guling saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan Vallar
milik Rothschild, keluarga bankir terkaya di dunia. BNBR menandatangani
perjanjian jual beli dengan Vallar Plc untuk melepaskan 5,2 miliar saham BUMI
di Rp 2.500 untuk mendapatkan 90,1 juta saham baru Vallar, dimana BNBR akan
menerima 50,5 juta saham baru di Vallar seharga GBP 10 per saham. Rothschild
juga mengambil alih 75% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Harga akuisisi
saham BRAU akan dilakukan pada Rp 540. PT Bukit Mutiara, anak usaha Recapital
Advisors melepaskan 75% sahamnya di PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan akan
memperoleh dana tunai Rp 6,596 triliun dan 24,9% saham Vallar Plc, perusahaan
milik keluarga Rothschild.
Pelepasan 75% saham BRAU ini
akan dilakukan melalui 2 cara. Sebesar 35% saham BRAU akan dibayar tunai pada
harga Rp 540 per saham senilai Rp 6,596 triliun, sedangkan 40% saham BRAU akan
ditukar guling dengan 52,2 miliar saham Vallar Plc. Usai transaksi ini, BNBR
akan menjadi induk usaha Vallar Plc, sedangkan Vallar Plc akan menjadi pemegang
25% saham BUMI.
Setelah transaksi, Vallar
berganti nama menjadi Bumi Plc. Dengan rampungnya transaksi dimaksud, Bakrie
akan menjadi pemegang saham terbesar pada Bumi PLC serta berhak menunjuk
posisi-posisi kunci di jajaran Direksi dan Manajemen Bumi PLC, khususnya posisi
Chairman, CEO dan CFO di Vallar.
Dengan demikian Bakrie akan
secara langsung maupun tidak langsung memegang kendali manajemen dan operasi di
BUMI. Transaksi ini ditangani oleh Credit Suisse sebagai penasihat keuangan
BNBR. Secara tidak langsung, grup Bakrie dan Recapital pemilik Berau akan ikut
tercatat di Bursa London.
Namun Rothschild lewat Vallar
Plc ternyata punya ‘rencana busuk’, sehingga rela berbuat demikian. Mereka
mempunyai agenda besar untuk menguasai perusahaan tambang dengan berbagai macam
cara.
2011: Direktur
Eksekutif Indonesian Resources Studies Marwan Batubara mengatakan, potensi
kerugian negara dari kontrak karya pertambangan dengan PT Freeport diperkirakan
mencapai Rp 10.000 triliun. Marwan mengklaim, PT Freeport selama ini hanya
membayar royalti sebesar 1 persen. Padahal, sesuai aturan, PT Freeport harus
membayar royalti kepada pemerintah sebesar 3 persen. Selain itu, ada dugaan
pajak yang dibayarkan kepada pemerintah terlalu kecil dibandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh perusahaan tambang Amerika itu.
Marwan
Batubara menambahkan, kontrak karya pertambangan dengan PT Freeport merupakan
salah satu kontrak karya yang merugikan Indonesia. Karena itu, pemerintah harus
menegosiasi ulang kontrak karya tersebut. Salah satu poin penting yang harus
dimasukkan dalam negosiasi ulang adalah penempatan wakil dari pemerintah
Indonesia sebagai salah satu direktur. Posisi ini penting agar Indonesia tidak
selalu dirugikan dalam setiap kebijakan yang diambil PT Freeport.
Sementara
itu, Anggota Komisi VII DPR Chandra Tirta Wijaya mengatakan penerimaan PT
Freeport Indonesia yang mengoperasikan tambangnya di Tembagapura, Papua masih
tiga kali lipat lebih besar daripada penerimaan pemerintah melalui pajak,
royalti, dan dividen yang diberikan PT Freeport selama ini. “Penerimaan
pemerintah dari pajak, royalti, dan dividen PT Freeport jauh lebih rendah dari
yang diperoleh PT Freeport,” kata Chandra di gedung DPR. Menurutnya, sejak
tahun 1996 pemerintah Indonesia hanya menerima 479 juta dolar AS, sedangkan
Freeport menerima 1,5 miliar dolar AS. Kemudian, di tahun 2005, pemerintah
hanya menerima 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan pendapatan Freeport
(sebelum pajak) sudah mencapai 4,1 miliar dolar AS. Chandra menjelaskan,
PT Freeport sejauh ini hanya memberikan royalti bagi pemerintah senilai 1
persen untuk emas, dan 1,5 persen-3,5 persen untuk tembaga. Royalti ini jelas
jauh lebih rendah dari negara lain yang biasanya memberlakukan 6 persen untuk
tembaga dan 5 persen untuk emas dan perak.
Yang
jelas perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS), Freeport-McMoran, sudah
mengumum-kan kondisi force majeure untuk pengapalan produk
pertambangan dari tambang emas dan tembaga di Indonesia. Pengumuman kondisi force
majeure itu, berarti Freeport bisa menghindari denda biasanya karena gagal
memenuhi kewajiban sesuai kontrak. Masalah kerusuhan di Freeport sangat
dimungkinkan juga tidak jauh dari modus untuk memenangkan renegosiasi oleh
Freeport.
Pada
tahun ini juga, Eggi Sudjana, seorang pengacara dan mantan aktifis HMI,
menerbitkan buku “SBY Antek Yahudi-AS? Suatu Kondisional Menuju Revolusi”. Dalam
buku tsb, Eggi mengatakan:
*)
Penandatanganan Joint
Operating Agreement (JOA) Blok Cepu (15-3-2006) yang menetapkan ExxonMobil
pada posisi puncak dalam organisasi pengelola Blok Cepu setelah sebelumnya juga
dilakukan Kontrak Kerja Sama (KKS) pada 17-9-2005 (KKS memperpanjang
keikutsertaan ExxonMobil dalam pengelolaan Blok Cepu hingga 2035) menunjukkan
betapa kuatnya pengaruh AS dengan paham neoliberalisme dan kapitalisme mereka
dalam percaturan ekonomi Indonesia.
*)
Freeport diperpanjang masa kontraknya selama 95 tahun ke depan di masa Presiden
SBY yang mana hal ini dapat diduga sebagai salah satu bentuk kompensasi
Pemerintah SBY kepada AS untuk didukung penuh menjadi Presiden RI, atau
bertujuan agar tidak diganggu oleh jaringan Yahudi-AS selama SBY menjabat
Presiden dan tetap langgeng menjadi antek AS?.
*) Hampir seluruh sumber daya alam
milik bangsa/rakyat Indonesia sudah tergadaikan. Dengan demikian, terjadilah
kemiskinan struktural sebagai akibat dari kebijakan Pemerintah SBY yang
bercirikan neoliberalisme dan kapitalisme serakah. Semua itu tentulah dibawah
kendali AS melalui paham Kesepakatan Washington (Washington Consensus).
Intisari mengenai isi buku “SBY Antek Yahudi-AS?” karya Eggi Sudjana, dapat dilihat melalui link media.kompasiana.com/buku/2012/05/26/sby-antek-yahudi-as/.
Indonesian Capital Market
Directory 2011 mencatat bahwa Vallar Investments UK memiliki 29,18% saham BUMI
resource. Masih tersisa 68,54% saham public yang dapat diperebutkan oleh siapa
saja. Terdapat beberapa motif untuk menurunkan harga saham, diantaranya adalah
menyebarkan isu negatif ke pasar.
2012: Dan benar saja, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mendapat
hantaman serius dari bapaknya sendiri, Bumi Plc. Perusahaan investasi asal
London ini berniat mengaudit kinerja operasi dan keuangan BUMI karena menemukan
keganjalan. Banyak konspirasi yang melatarbelakangi aksi Bumi Plc.
Salah satu yang paling santer
terdengar, Rothschild sedang ‘bermain-main’ dengan anak usahanya di Indonesia
ini untuk tujuan tertentu. Langkah Bumi Plc, yang didalangi Rothschild,
kabarnya dimulai dari surat kaleng yang berasal dari Jakarta.
Surat tersebut menyebut adanya
kejanggalan atas kinerja perusahaan batu baranya di Indonesia. Bumi Plc
langsung memberi pernyataan kepada publik untuk melangsungkan audit
investigasi. Sontak saja, saham Bumi Plc dan BUMI langsung melorot pada awal
pekan.
Analis PT Lautandhana
Securindo, Willy Sanjaya mengatakan, sebagai perusahaan global dan tercatat di
Bursa London, Bumi Plc seharusnya tidak mengambil langkah terburu-buru. Apalagi
sumbernya tidak relevan. “Ini dari surat kaleng yang dikirim Jakarta. Ini ada
apa? Menurunkan harga BUMI dengan maksud apa?” kata Willy di Jakarta, Jumat
(28/9/2012). Pengumuman audit BUMI oleh Bumi Plc ini, lanjut Wily, menjadi
sulit ‘dicerna’ mengingat awalnya Rothschild melalui Vallar Plc yang ngebet
masuk sebagai pemegang saham. “Rothschild pasti telah melalui proses uji tuntas
(due dilligence), dan jika menemukan kejanggalan tidak mungkin
perusahaan tetap nafsu membeli saham BUMI di 2010. Waktu ambil alih BUMI tentu
sudah melewati due dilligence. Masak nggak ketahuan, ada aspek penyimpangan”,
tambahnya.
Wily
meminta investor tidak terpancing dan ikut menurunkan harga saham BUMI. Tentu
ada skenario besar dalam aksi Bumi Plc kali ini. “Selama BUMI masih beroperasi,
KPC tetap berproduksi tentu tidak masalah. Investor harus jeli”, tegasnya.
Pengamat
Ekonomi Universitas Pancasila, Agus S. Irfani mengatakan hal senada. Agus
menduga ada permainan dari Bumi Plc sendiri untuk mendapatkan saham BUMI di
harga rendah. “Logikanya begini, kalau pemilik perusahaan melihat adanya
penyelewengan, umumnya dilakukan peneguran secara tertutup, karena memang
selayaknya pemilik menjaga citra perusahaannya. Dalam kasus ini, kenapa malah
di-blow up ke publik melalui media massa? Saya mencurigai ada permainan Bumi
Plc sendiri disini, untuk menurunkan harga saham BUMI lalu membelinya dari
bawah”, jelas Agus saat dihubungi. Menurut Agus, kemunduran CEO Bumi Plc Ari
Saptari Hudaya menunjukkan bahwa benar sedang terjadi perselisihan kembali
antara kelompok usaha Bakrie dengan Rothschild di Bumi Plc. “Ini mengingatkan
kita Nathaniel Rothschild, pendiri Bumi Plc, sempat berupaya take over
posisi CEO beberapa waktu lalu. Rothschild ingin mendepak orang-orang Bakrie
dari Bumi Plc”, papar Agus.
Selama
periode 19 – 24 September 2012, harga saham Bumi Plc anjlok tajam hampir 200%.
Penurunan tajam ini jauh lebih besar dari penurunan harga-harga saham serupa di
bursa London. Saham Xstrata, Rio Tinto, Anglo American dan Glencore,
masing-masing hanya turun 5,37%, 3,82%, 4,72% dan 3,02% pada periode yang sama.
“Kelihatannya isu ini dihembuskan untuk mendapatkan harga murah. Itu terlihat
dari pemberitaan terkini dari Bumi Plc yang berencana menjual kepemi-likannya
di BUMI”, jelas Agus.
Pada awal 2012, Freeport mengajukan perpanjangan kontrak (untuk ke sekian
kalinya) hingga 2041, padahal kontraknya baru akan habis 2021. Sebagaimana
diketahui bahwa tambang
emas PT Freeport Indonesia di Papua adalah yang terbesar di dunia, baik dari
sisi luas area maupun produksi per tahunnya. Menurut Thompson Reuters dan
Metals Economics Group yang dilansir CNBC (19/3/2012), tambang dengan luas
527.400 hektar itu pada tahun 2011 lalu memproduksi emas sebanyak 1.444.000 ons
atau 40.936 kg.
Gambar:
Tambang Freeport
Sumber:
sabdalangit.wordpress.com (kiri), marhaenisme.com (kanan)
Menurut
pihak Freeport, jumlah cadangan emasnya sekitar 46,1 juta troy ounce. Bila
dihitung dengan acuan harga emas sekarang yang sudah menyentuh kisaran Rp
550.000 per gram, maka jumlah cadangan emas Freeport itu mencapai Rp 1.329
trilyun.
Jubir
HTI, Muhammad Ismail Yusanto mengatakan: “Beberapa tahun lalu saya pernah
berjumpa dengan salah satu Vice President (VP) Freeport. Saat itu ia
menceritakan bahwa Freeport baru saja menginvestasikan 125 juta USD (sekitar Rp
1,1 trilyun) untuk kegiatan pengembangan eksplorasi yang dilakukan jauh keluar
area kerja mereka sekarang ini hingga mencapai puncak Soekarno.
Hasilnya,
sangat mengejutkan. Di sana ditemukan emas yang kandungannya jauh lebih besar
dari apa yang mereka dapatkan selama ini yaitu 200.000 ounce emas/hari!
Tentu
saja mereka tidak mau kehilangan peluang yang sangat menggiurkan itu.
Rencananya, mereka akan menggerus emas yang sangat melimpah itu dengan metode
penambangan bawah permukaan, alias tambang tertutup.
Bila
itu dilakukan, tidak akan ada orang yang tahu, kecuali mereka yang ikut masuk
ke dalam terowongan-terowongan itu.”
Indonesian
for Global Justice lewat websitenya (http://www.igj.or.id) mengatakan:
“Freeport-Mc
MoRan Copper & Gold Inc., adalah perusahaan tambang internasional yang
bergerak di bidang produksi tembaga, emas, dan molybdenum yang berkantor pusat
di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Freeport adalah perusahaan publik
penghasil tembaga terbesar di dunia, produsen emas terbanyak di dunia, dan
penghasil utama molybdenum (logam yang digunakan pada campuran logam baja
berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas).
Freeport
menguasai daerah pertambangan dengan kontrak jangka panjang yang tersebar
secara geografis di empat benua. Mulai dari pegunungan di Papua, Indonesia,
hingga gurun-gurun di barat daya Amerika Serikat, gunung api di Peru, daerah
penghasil tembaga tradisional di Chile, dan peluang baru menggairahkan di
Republik Demokrasi Kongo.
Freeport
mengisi penuh gudang emasnya melalui beberapa anak perusahaan utama yaitu PT
Freeport Indonesia, Freeport-McMoRan Corporation, dan Atlantic Copper. PT
Freeport Indonesia (PT FI) beroperasi di kompleks tambang Grasberg, daerah
dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Papua, yang merupakan tempat pertambangan
terluas di dunia dan penghasil tembaga dan emas terbesar di dunia.
Tidak
hanya itu, lokasi Grasberg sendiri berada di jantung suatu wilayah mineral yang
sangat melimpah, dimana kegiatan eksplorasi yang berlanjut akan membuka peluang
untuk terus menambah cadangan tembaga dan emas yang berusia panjang kepada
Freeport. Ini terbukti dengan rilis yang ada di PT FI bahwa tambang Grasberg
mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil terbesar di dunia dan cadangan
tunggal emas terbesar di dunia.
Dengan
kandungan emas yang besar di Papua tersebut, pemerintah hanya mendapatkan 9,36
persen saham. Sedangkan untuk menaikkan kepemilikan saham di Freeport,
pemerintah terbentur dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1994 tentang
kepemilikan saham dalam perusa-haan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal
Asing (PMA), yang dibuat pada era Orba ala Soeharto. Dimana dalam PP tersebut
menerangkan bahwa perusahaan asing tidak diwajibkan untuk mendivestasikan
sahamnya. Hal ini berbeda dengan yang berlaku pada PT Newmont Nusa Tenggara
(NNT), dimana PT NNT diwajibkan mendivestasikan sahamnya kepada pemerintah
Indonesia, walaupun tetap dengan harga pasar.
Dengan
demikian, walaupun Freeport masih menjadi pemasok utama logam di dunia hingga
puluhan tahun kedepan, pemerintah tetap tidak mendapatkan keuntungan yang
maksimal. Selain itu selaku pemimpin industri logam, Freeport memiliki keahlian
dalam teknologi produksi untuk menghasilkan logam tembaga, emas, perak dan
molybdenum; dimana semua teknologi tersebut diolah melalui pabriknya yang
berada di negara asal Freeport yaitu Amerika Serikat.
Hal ini membuat negara asal
tambang seperti Indonesia hanya menjadi tempat pengambilan bahan baku saja,
sedangkan keuntungan besar dari industri pengolahannya yang menyerap banyak
tenaga kerja, transfer teknologi, dan keuntungan dari penjualan bahan jadi,
tidak dapat dinikmati. Bahkan informasi hasil produksi utamanya yaitu emas,
tidak dapat diketahui persisnya sama sekali, terserah pada laporan Freeport
saja, sedangkan pemerintah “terpaksa” menerima, dan rakyatnya “dipaksa”
pemerintah untuk diam”.
Rentetan kejadian diatas
menunjukkan bagaimana Rothschild beserta konco-konconya, telah menguasai
Indonesia dalam bidang ekonomi, bahkan telah merambah bidang agama. Ini
terlihat pula dari pernyataan ustadz Zulkarnain El-Madury tentang Nahdlatul
Ulama (NU) yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.
Dalam statusnya di FB, ustadz
Zulkarnain El-Madury mengatakan:
“Kalau NU harus hidup dari ketiak Israel, itu tentunya
sangat memalukan. Ada dua lembaga NU yang pernah menjadi simbol pluralisme
model NU, untuk bisa bertahan hidup dan tetap makan serta agar dipandang loyal.
Gus Dur semasa hidupnya pernah kerjasasama dengan Israel, mendirikan
Yayasan Simon Peres (nama mantan PM Israel), yang sekarang dilanjutkan anak- anaknya. Ini yang benar benar Yahudi.
Bahkan pada masa pemerintahannya, Gus Dur bersikeras kerjasasama dan ingin
membuka kedutaan di kedua belah pihak.
Gus Dur pun menuduh Muslim yang tidak setuju
sebagai manusia yang tidak berbudaya.
Yeni
Wahid dengan kelompoknya mendirikan Wahid Institute., Wahid Institute yang
sengaja didirikan untuk membela non Muslim mendapat dukungan dana dari Yahudi.
Ini tentunya sebuah kejahatan seorang muslim atas nama Islam. Karena Wahid
Institute adalah sebuah lembaga yang kerjanya mengacak-ngacak Islam, melindungi gereja, dan kerjasama dengan kelompok-kelompok non Muslim, serta merendahkan Islam. Wahid Institute ini
menjadi lembaga obral janji kepada Non Muslim, dan selalu mengambil hati Non Muslim.”
Demikianlah sejarah “kotor”
Dinasti Rothschild. Informasi tentang Rothschild tsb, sebagian besar diperoleh
dari situs http://akhirjaman.info, sementara sebagiannya lagi diperoleh dari
berbagai sumber, seperti buku “The Synagogue of Satan” karangan Andrew C. Hitchcock, serta e-book “Sejarah
Dinasti Rothschild” yang dapat diunduh gratis di: http://www.mediafire.com/?xcx2lzlu11hddxn.