MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN MELALUI MEDIA INI KITA SALING BERBAGI SUKA DAN DUKA MENYAMBUNG TALISILATURAHMI YANG KEKAL ABADI,INI ADALAH WADAH DARI PSHT RAYON JURUG SEKERTARIAT KIPAS 210 (Kekeluargaan Ing Paseduluran Anak Silat 210)RANTING WONOSARI,CABANG KLATEN

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Posted by KIPAS 210 - -

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

(Syuruth Laa ilaaha illallah)



Syarat-syarat Laa ilaaha illallah adalah :
  1. Al-ilmu
Yaitu mengetahui maknanya baik dari sisi penafian dan penetapan, tidak sah syahadat seseorang jika tidak mengetahui makna Laa ilaaha illallah. Ilmu itu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan apa yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti. Dalil syarat Laa ilaaha illallah harus mengilmunya sebagaimana firman Allah Ta’ala :

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad : 19)

إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” (az-Zukhruf : 86).
Al-Haq disini yaitu “Laa ilaaha illallah”, “sedangkan mereka mengetahui” yaitu mereka mengetahui dengan hati mereka makna dan hakikat apa yang mereka ucapkan dengan lisan mereka.
Dan dari as-Sunnah, hadits shahih dari ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

من مات وهو يعلم ان لا اله الا الله دخل الجنة

Barangsiapa mati sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada ilaah yang berhaq di ibadati kecuali Allah maka dia masuk surga.” (HR. Muslim)
Seandainya dia mengetahui secara sempurna dan mengamalkan konsekuensi secara sempurna maka dia otomatis masuk surga. Tapi jika tidak secara sempurna mengamalkannya dan tidak menggugurkan perkara yang pokoknya, maka dia masuk surga terakhir, karena banyak kekurangan maka di adzab dahulu sesuai dengan kadar dosa yang dia lakukan atau sesuai kehendak Allah Ta’ala.
Kalimat yang Agung iniلا اله الا الله  memiliki dua rukun yaitu an-nafyu (penafian) dan itsbat (penetapan). Yang di maksud an-nafyu (لا اله) yaitu menafikan semua yang di ibadati selain Allah atau pengosongaan. Dan al-itsbat (الا الله) yaitu menetapkan seluruh macam ibadah hanya kepada Allah saja tidak ada sekutu baginya.
Penafian murni saja bukanlah tauhid, penetapan murni saja itu pun bukanlah tauhid, tauhid itu harus menggabungkan antara keduanya. Makna لا اله الا الله yaitu tidak ada yang berhaq di ibadati kecuali Allah, atau tidak ada yang berhak terhadap segala peribadatan ini tanpa disertai lainnya kecuali hanya Allah Ta’ala.
  1. Al-Yaqin
Yaitu kesempurnaan ilmu terhadapnya yang menafikan keraguan dan kebimbangan. Orang yang mengatakannya (Laa ilaaha illallah) harus meyakini terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan dan tanpa tawakkuf, karena keimanan tidak bermanfaat di dalamnya kecuali keyakinan bukan keraguan. Maka bagaimana jika dimasuki syak? kita berlindung kepada Allah dari keraguan[1] dan syak.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (al-Hujurat : 15)
Allah mensyaratkan kebenaran iman mereka kepada Allah dan Rasul-Nya itu tanpa adanya keraguan, adapun kalau ragu-ragu maka termasuk kedalam munafiqin.
Dan dari as-Sunnah, dari Abi Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

“أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ ، لا يُلْقَى بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلا دَخَلَ الْجَنَّةَ ” . أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

“Saya bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhaq di ibadati kecuali Allah dan bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah, tidak seorang hambapun berjumpa dengan Allah dengan membawa dua kalimat ini yang dia tidak ragu di dalamnya melainkan dia itu masuk surga” (HR. Muslim).
  1. Al-Ikhlas, yang menafikan kemusyrikan.
Ikhlas secara bahasa yaitu memurnikan sesuatu dan meng-Esakannya serta menjauhkannya dari segala yang mengotori. Hakikat ikhlas itu adalah memurnikan maksud mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dari segala kotoran-kotoran kemusyrikan.
Dalil ikhlas firman Allah Ta’ala :

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (az-Zumar : 3)

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al Bayyinah : 5).
Dan dari as-Sunnah dari Abi Hurairah radhiyallah ‘anhu dari Rasulullah bersabda :

إِنَّ أَسْعَدَ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ

Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah murni dari lubuk hatinya”. (HR. Bukhari, No. 199)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Pokok Islam itu adalah saya bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhaq di ibadati kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu Rasulallah, barangsiapa mencari riya’ dan sum’ah didalam peribadatan kepada Allah maka dia tidak merealisasikan syahadat Laa ilaah illallah”
  1. Ash-Shidqu (Jujur), yang menafikan kebohongan
Jujur itu keselarasan ucapan dengan realita,[2] harus mengucapkannya. Jujur dari lubuk hatinya. Hatinya selaras dengan lisannya, adapun kalau dia mengucapkan secara dlahir padahal bathinnya bohong maka dia munafiq. Nifaq itu menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Allah Ta’ala berfirman :

الم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (al-Ankabut : 1-3).
Ujian itu yang akan menampakkan kejujuran dan kebohongan. Dan dalam kitab Shahihain dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

Tidak seorangpun bersyahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah dengan jujur dari lubuk hatinya maka Allah haramkan neraka dari orang tersebut. (HR. Bukhari)
  1. Al-Mahabbah (Kecintaan)
Al-mahabbah itu kecenderungan hati kepada sesuatu yang tentram dan bahagia dengannya, yaitu mencintai kalimat tauhid dan apa yang ditunjukkannya. Sehingga ketika ada apapun yang menimpanya tetap komitmen karena adanya ketentraman dengan kalimat tauhid tersebut.
Lawan mahabbah itu al-karahiyah (kebencian) yaitu jauhnya hati dan tidak tenang dengan tauhid ini. Dalil mahabbah, Allah Ta’ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (al-Baqarah : 165), Andad yaitu segala sesuatu yang memalingkan dari AllahTa’ala.
Dan dari sunnah dalam kitab Shahihain dari Anas radliyallahu ‘anhu :

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka.” (HR. Muslim No. 60).
Imam Bukhari mengambil faedah dari hadits ini bahwa kekafiran itu bandingannya neraka, maka tidak ada rukhshah dalam kekafiran kecuali karena adzab (ikrah/dalam keadaan terpaksa).
  1. Al-Inqiyad (ketundukan) lawannya at-Tark (meninggalkan)
Secara bahasa yaitu tunduk dan menghinakan diri, saya menundukkannya dan dia tunduk dan dia menundukkan diri kepadaku hingga dia menyerahkan ketundukkan. Maknanya tunduk kepada Laa ilaaha illallah dan terhadap apa yang dituntut olehnya baik dlahir dan bathin dengan ketundukan yang menafikan sikap meninggalkan. Dan juga berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam dengan ketaatan, yaitu dengan mengamalkan apa yang Allah wajibkan dan meninggalkan apa yang Allah haramkan serta komitmen dengan hal tersebut, orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah tidak akan mengambilkan manfaat kecuali dengan ketundukan seperti ini. Allah Ta’ala berfirman ;

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh” (Luqman : 22)
Berkata Ibnu ‘Abbas dan ibnu Zubair al ‘urwah al wusqa yaitu Laa ilaaha illallah.
  1. Al-Qabul (menerima) menafikan Rad (penolakan)
Ridla dengan segala sesuatu, yaitu maksudnya menerima Laa ilaaha illallah dan apa yang dituntutnya dan makna yang ditunjukkan olehnya yaitu menerima dengan hati lisan dan anggota badan dengan penerimaan yang menafikan penolakan. Dimana dia tidak menolak kalimat ini dan juga tidak menolak dari sesuatupun konsekuensi-konsekuensinya, Karena syahadat itu bisa diucapkan oleh orang yang mengetahui maknanya akan tetapi dia tidak menerima sebagian konsekuensinya baik karena kibr (sombong), hasad atau karena hal lainnya maka orang macam initidak merealisasikan syarat penerimaan Laa ilaaha illallah ini.

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ  وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

“Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (ash-Shaffat: 35-36)
Jadi harus menerima kalimat ini dengan hati dan lisan, barangsiapa tidak menerimanya dan menolaknya serta menyombongkan diri darinya maka dia kafir seperti orang-orang kafir quraisy menolaknya karena pembangkangan dan menyombongkan diri.

SALAM PERSAUDARAAN....!!!
Kirimkan kritik dan saran untuk kebaikan bersama.

  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK PLAY
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK PLAY DAN DOWNLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK DOWOLOAD
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT DAN MEMBACA
  • KLIK UNTUK MELIHAT
  • KLIK UNTUK MELIHAT

Chatting Temu Kangen Sedulur,
Salam Persaudaraan...!!!"