وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ
سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sungguh, inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah!. Jangan
kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al An’am: 153).
Allah ‘Azza wa Jalla yang menciptakan manusia dan menempatkannya di
bumi adalah yang paling mengetahui hakikat keadaan manusia dan hakikat
alam semesta. Untuk itulah agar manusia selamat dalam mengarungi
kehidupan dunia serta tercapai tujuan penciptaannya, yaitu untuk
beribadah kepada Allah, maka Allah menurunkan petunjuk kepada manusia.
Petunjuk yang dibawa para utusan Allah tersebut akan menuntun manusia
kepada jalan keselamatan di dunia dan keselamatan pada kehidupan
selanjutnya di alam akhirat. Maka siapa yang mengikuti petunjuk tersebut
akan mendapatkan kebaikan, keselamatan dan kemuliaan di dunia dan
akhirat. Namun siapa yang enggan atau bahkan berpaling dari petunjuk
tersebut maka ia akan mengalami kesempitan hidup di dunia dan
kesengsaraan hidup di akhirat.
Diutusnya para Rosul oleh Allah kepada manusia adalah untuk menyeru
mereka agar mengikuti petunjukNya saja dan tidak mengikuti petunjuk lain
yang akan membawa mereka kepada kesesatan. Ini menunjukkan bahwa di
dunia akan ada petunjuk-petunjuk lain yang akan menyesatkan manusia dari
jalan Allah. Dan petunjuk lain yang memalingkan manusia dari jalan
Allah itu adalah petunjuk setan yang menyeru manusia untuk menempuh
jalan-jalan setan yang sesat. Maka terbagilah manusia dalam dua kelompok
besar, yaitu mereka yang berjalan di atas jalan Allah dan para menempuh
jalan setan. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ
الضَّلالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Sebagian diberiNya petunjuk dan sebagian lagi sepantasnya sesat.
Mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah. Mereka
mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30).
Pada ayat diatas Allah menyebut bahwa sebagian manusia menempuh jalan
yang lurus, yaitu jalan keselamatan dan jalan kebenaran yang
ditunjukkan oleh Allah. Sementara sebagian yang lain berjalan diatas
jalan kesesatan disebabkan mereka menjadikan setan sebagai teman dan
pembimbing dalam menempuh kehidupan dunia. Allah menyesatkan mereka
sebagai hukuman dikarenakan mereka berpaling dari petunjuk Allah dan
menjadikan setan sebagai teman. Meskipun mereka telah sesat namun mereka
mengira berada diatas jalan yang benar. Sungguh sebuah nestapa dan
kerugian yang sempurna, yaitu sudah tersesat tapi tidak tahu dirinya
tersesat bahkan mengira berada diatas kebenaran.
Seorang hamba tidak akan selamat dan tidak akan bisa mencapai derajat
taqwa kecuali dengan mengikuti petunjuk Allah. Sebab Allah yang
menciptakan si hamba agar beribadah kepadaNya dan dengan ibadah itu
diharapkan si hamba mencapai derajat taqwa. Maka untuk sampai kepada
derajat tersebut Allah membimbing dengan petunjukNya.
Keselamatan seorang hamba di akhirat tergantung dari ketaatannya
dalam mengikuti petunjuk Allah yang disampaikan melalui utusanNya. Hal
tersebut sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rosul (Muhammad) agar kamu diberi rahmat.” (QS. Ali Imran: 132).
Maka tidaklah seorang hamba akan mendapatkan rahmat kecuali dengan
jalan mentaati Allah dan RosulNya. Dan seorang hamba akan masuk surganya
Allah bukan karena amalnya, melainkan karena ia mendapatkan rahmat
Allah. Maka surganya Allah hanya akan dimasuki oleh hamba yang mentaati
Allah dan RosulNya.
Dan seorang hamba akan diberi kemudahan untuk mengikuti petunjuk
Allah adalah ketika ia melapangkan dadanya terhadap Al-Qur’an. Sementara
mereka yang disesatkan adalah karena dadanya merasa sesak dengan
Al-Qur’an. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“(Inilah) kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad), maka
janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan
dengan (Kitab) itu, dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman. Ikutilah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti
selain dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS Al-A’raf: 2-3).
Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan RosulNya terlebih dahulu
melapangkan dadanya terhadap Al-Qur’an. Dengan itu maka Rosul bisa
memberi peringatan dan pelajaran bagi orang-orang beriman. Dan akan ada
kemudahan untuk mengikut petunjuk Al-Qur’an bagi orang yang melapangkan
dada terhadapnya dan ridho dengan pimpinan Allah. Sedangkan mereka yang
tidak ridho dengan pimpinan Allah maka ia tidak akan senang untuk
mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan akan berakibat kesesatan.
Adapun mereka yang berpaling dari petunjuk Al-Qur’an maka Allah akan memberikan beberapa hukuman sebagaimana firmanNya:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ
نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ .وَإِنَّهُمْ
لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Dan barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha
Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi
teman karibnya. Dan sungguh mereka (setan-setan itu) benar-benar
menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS Az-Zukhruf: 36-37).
Dan hukum bagi orang yang berpaling dari petunjuk Al-Qur’an adalah:
- Akan Didatangkan Baginya Setan Yang Menjadi Pembimbing Dan Teman Yang Menyesatkan.
Jika seseorang atau suatu kaum meninggalkan ajaran Allah (Al-Qur’an
atau Islam) maka bisa dipastikan ia akan mengikuti ajaran setan. Disaat
manusia berpaling dari ajaran Allah maka setan akan hadir untuk menjadi
pembimbingnya, baik setan itu berbentuk jin maupun yang berbentuk
manusia. Lihatlah apa yang terjadi atas manusia yang lampau maupun
sekarang ketika mereka tidak ridho dengan ajaran Islam. Maka kemudian
hadirlah setan membawa petunjuk dan ajaran untuk diikuti oleh mereka
yang ingkar dari ajaran Allah.
Ada banyak setan yang hadir ditengah manusia dengan membawa ajarannya
masing-masing dan menyeru manusia untuk mengikutinya. Diantara
setan-setan itu ada yang bernama Karl Mark, Marxis dan Lenin yang
membawa ajaran Komunis. Setan yang lain bernama Jhon Jaques Rouso dan
Montesque dengan membawa ajaran Demokrasi. Ada juga setan yang bernama
Sun Yat Sen dengan ajaran Nasionalisme kebangsaan. Itu adalah
setan-setan yang ajarannya banyak diikuti oleh manusia di dunia. Dan
masih banyak lagi setan-setan kelas lokal yang ajarannya diikuti oleh
manusia pada kawasan yang terbatas pada satu wilayah negara.
Semua setan-setan tersebut menggelincirkan manusia dari ajaran Allah
‘Azza wa Jalla. Namun dengan kecerdikannya para setan tersebut
memperindah ajarannya dengan logika-logika yang menipu manusia sehingga
seolah ajaran tersebut baik dan benar. Akibatnya kemudian manusia yang
telah lari dari petunjuk Allah mengikuti ajaran setan dengan anggapan
bahwa ajaran tersebut baik dan benar. Akibatnya kemudian manusia yang
telah lari dari petunjuk Allah mengikuti ajaran setan dengan anggapan
bahwa ajaran tersebut lebih bisa diterima akal dan sesuai dengan hawa
nafsunya. Jadilah kemudian para manusia ingkar tersebut menjadi pengikut
setan dengan meyakini bahwa dirinya adalah penempuh jalan kebenaran.
- Setan Menghalangi Mereka Dari Jalan Allah.
Bisa dipastikan bahwa semua ajaran yang dibawa oleh setan yang
berbentuk manusia akan menghalangi manusia dari jalan Allah. Sebab
ajaran-ajaran tersebut bersumber dari hawa nafsu yang menyelisihi ajaran
yang bersumber dari wahyu Allah. Logika-logika nafsu kemudian akan
berbenturan dengan wahyu Allah. Yang terjadi kemudian logika akan
diunggulkan dari wahyu Allah. Maka hal selanjutnya yang terjadi adalah
ajaran setan akan menjauhkan para pengikutnya dari jalan Allah yang
lurus.
Sang Trouble Maker dan panglima para setan telah bersumpah sebagaimana yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaanMu, pasti aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya.” (QS. Sad: 82).
Maka untuk mewujudkan sumpahnya kemudian Iblis mengerahkan seluruh
bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia. Maka tidaklah yang
diserukan oleh setan melainkan kemungkaran yang menyelisihi ajaran
Allah. Sehingga ajaran apapun namanya baik itu Demokrasi, Komunis,
Nasionalis ataupun Pancasila pasti menjauhkan manusia dari ajaran Islam
dan merusak tujuan hidup manusia. Sebab semua ajaran tersebut
memalingkan manusia dari peribadatan kepada Allah menuju ibadah kepada
selain Allah.
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.” (QS. Al-Baqarah: 169).
Siapa yang meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti ajaran atau
ideologi buatan manusia yang pada hakikatnya adalah petunjuk setan akan
menjerumuskan ia pada perbuatan keji dan jahat serta berkata yang tidak
benar tentang Allah. Adapun perbuatan keji dan jahat itu adalah
berpalingnya ia dari ketaatan kepada Allah kepada ketaatan kepada selain
Allah. Inilah beberapa contohnya:
— Orang yang mengikuti paham Demokrasi akan memalingkan dirinya dari
penyandaran hukum kepada Allah menjadi penyandaran hukum kepada selain
Allah. Sebab dalam ajaran Islam menetapkan atau membuat hukum adalah hak
Allah, sedangkan dalam ajaran demokrasi membuat atau menetapkan hukum
adalah hak anggota Legislatif atau dewan perwakilan rakyat. Dan ketika
ajaran demokrasi diterapkan pada kehidupan kaum muslimin maka akan
memalingkan mereka dari berhukum dengan hukum Allah menjadi berhukum
dengan hukum buatan manusia. Dan ini termasuk perbuatan keji dan jahat.
— Ketika seorang muslim mengikuti ajaran nasionalisme maka ia harus menanggalkan al-wala’ wal baro’ atas dasar iman berganti dengan al-wala’ wal baro’
atas dasar kebangsaan. Ia harus meninggalkan persaudaraan atas dasar
Islam (ukhuwah Islamiyah) berganti dengan persaudaraan sesama anak
bangsa tanpa memandang apa agama mereka dan apa sesembahan mereka.
Padahal Allah menetapkan:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Maka siapa yang mengikuti persaudaraan atas dasar kebangsaan dan
bukan atas dasar keimanan berarti ia telah berbuat keji dan jahat.
— Ketika seorang muslim mengikuti dan membenarkan ajaran Pancasila
maka ia harus mengakui bahwa sumber dari segala sumber hukum adalah
pancasila. Dan ia juga harus mengakui persaudaraan dengan orang-orang
kafir yang juga mengikuti ajaran pancasila. Serta harus mengutamakan
pengamalan ajaran pancasila dari pada pengamalan ajaran Islam. Dan itu
semua adalah perbuatan keji dan jahat. Sebab sumber hukum utama dalam
Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun persaudaraan dan persatuan
yang diakui dalam Islam adalah persatuan dan persaudaraan atas dasar
Iman. Dan seorang muslim harus berpegang teguh dan mengamalkan ajaran
Islam meskipun bertentangan dengan kebanyakan manusia dan meskipun
bertentangan dengan semua ajaran yang ada dimuka bumi.
Dan seorang hamba tidak dikatakan mengikuti petunjuk Allah kecuali
dengan cara menerima dan mentaati seluruh ajaran Islam. Siapa yang
menerima dan mentaati ajaran Islam pada hal tertentu namun menolaknya
pada persoalan yang lain maka ia masih dikategorikan mengikuti petunjuk
setan. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman!, Masuklah kalian kedalam Islam
secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208).
Siapa yang menerima dan mentaati ajaran Islam dalam ranah ritual
ibadah seperti sholat, puasa dan haji, namun menolak ajaran Islam
sebagai sistem kenegaraan maka ia masih dikategorikan mengikuti
langkah-langkah setan. Hal tersebut seperti orang-orang yang mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Romadhon dan menunaikan ibadah haji, namun membenarkan dan
mengikuti ajaran demokrasi sebagai sistem pemerintahan, perpolitikan dan
kenegaraan. Atau orang yang mengaku muslim dan melaksanakan ajaran
Islam dalam hal ibadah ritual namun ia menolak Islam sebagai hukum
rujukan dan pemutus perkara dalam setiap urusan. Bahkan kemudian ia
malah rela menjadikan KUHP dan KUHAP yang merupakan hukum buatan
penjajah Belanja sebagai rujukan dan pemutus perkara. Semua jenis
manusia diatas adalah pengikut setan, bukan muslim, bahkan ia adalah orang-orang yang kafir dengan sebenarnya, sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ
وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ
يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا .أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا
وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan RosulNya
dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan
Rosul-RosulNya dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami
mengingkari sebagian (yang lain)”, Serta bermaksud (mengambil) jalan
tengah (iman dan kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 150-151).
- Berada Di Atas Kesesatan Namun Merasa Di Atas Petunjuk Jalan Yang Benar.
Hukuman selanjutnya atas orang-orang yang berpaling dari ajaran Allah
(Islam) adalah mereka merasa berada diatas kebenaran padahal hakekatnya
mereka tersesat. Sebab ajaran yang benar hanyalah ajaran yang bersumber
dari Allah Rabbnya manusia dan Rabbnya alam semesta. Hal tersebut
sebagaimana firmanNya:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147).
Adapun seluruh ajaran, ideologi dan hukum diluar Islam adalah
kebatilan dan kesesatan. Sebab hanya Islam yang bersumber dari Zat Yang
Maha Benar. Maka kebenaran hanya ada pada Islam, sedangkan yang lainnya
adalah batil lagi sesat. Tentang hal ini Allah berfirman:
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
“Maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)?” (QS. Yunus: 32).
Lalu apakah sebabnya orang-orang yang mengikuti petunjuk setan itu
merasa berada di atas kebenaran?. Karena setan memperindah kesesatan
yang diajarkannya, sehingga manusia tertipu dengan polesan dan kemasan
indah yang dibuat oleh setan. Hal tersebut sebagaimana yang Allah
sebutkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ .إِلا
عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Ia (Iblis) berkata: “Tuhanku karena Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi
mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali
hamba-hambaMu yang terpilih diantara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).
Perhatikanlah bagaimana setan telah memperindah ajaran sesat bernama
demokrasi, sehingga para pemeluknya merasa berada di atas kebenaran dan
bangga ketika disebut orang yang demokratis. Setan memperindah ajaran
demokrasi sebagai ajaran kesetaraan atas semua manusia dan kebebasan
dalam berkeyakinan dan berekspresi. Sehingga demokrasi dianggap sebagai
simbol masyarakat modern dan maju oleh para pemeluknya. Sedangkan
keteguhan dalam memegang ajaran Islam dianggap sebagai keterbelakangan
dan kemunduran.
Dan untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya maka sesama setan
saling bekerjasama untuk memperindah dan mengkampanyekan ajaran
kesesatannya. Inilah yang Allah ungkapkan tentang kolaborasi sesama
setan dengan firmanNya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ
عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ
زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah untuk setiap Nabi kami menjadikan musuh yang
terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan
kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan.” (QS. Al-An’am: 112).
Para pengikut ajaran kesesatan tidak sadar bahwa sesungguhnya ajaran
yang mereka ikuti adalah bisikan atau wahyu setan yang dibisikkan oleh
setan kepada teman-temannya. Bisikan tersebut kemudian diperindah agar
manusia tertipu dan menganggapnya kebenaran. Maka sesungguhnya semua
ajaran, ideologi dan hukum yang menyelisihi ajaran Allah adalah wahyu
atau bisikan setan. Jadi ideologi seperti demokrasi, komunis, nasionalis
dan yang lainnya serta hukum seperti KUHP atau hukum buatan manusia
lainnya adalah bisikan setan. Sebab ajaran, ideologi dan hukum tersebut
memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana
firmanNya:
وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ
اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ
إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ
لَمُشْرِكُونَ
“Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika
disembelih) tidak disebut nama Allah, benar-benar perbuatan itu suatu
kefasikan. Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti
mereka, tentu kamu menjadi orang musyrik.” (QS Al-An’am: 121).
Allah ‘Azza wa Jalla menerangkan dalam ayat di atas bahwa logika orang kafir ketika mendebat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam persoalan pengharaman bangkai dengan ucapan, “Kambing yang
disembelih Allah (maksudnya bangkai) kalian katakan haram, sedangkan
kambing yang disembelih dengan tangan kalian itu yang halal, maka itu
artinya sembelihan kalian lebih baik dari sembelihan Allah”, adalah
wahyu setan. Tujuan dari bantahan orang kafir Quraisy kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan diatas adalah agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling dari hukum Allah yang mengharamkan bangkai dan mengikuti hukum mereka yang menghalalkan bangkai. Dan jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetujui atau menerima hukum mereka maka akan menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh kedalam perbuatan kemusyrikan.
Maka siapa saja yang mengikuti atau membenarkan satu saja dari
ajaran, ideologi atau hukum selain Islam berarti ia telah mengikuti dan
membenarkan wahyu setan. Dan yang berbuat demikian telah jatuh kedalam
perbuatan kemusyrikan yang menghilangkan keimanan dari dirinya. Maka
siapa yang menghendaki keselamatan di dunia dan di akhirat hendaknya
menerima dan mengikuti ajaran Islam secara totalitas.
Tidaklah dibedakan antara yang menolak satu, sebagian atau seluruh
ajaran Islam, mereka semua sama dalam kekafiran. Maka terima dan ikuti
ajaran Islam secara keseluruhan yang dengannya berarti seorang hamba
telah beriman dengan sempurna. Jangan kalian menolak sebagian ajaran
Islam dan menerima sebagian yang lain. Sebab di akhirat hanya ada dua
tempat yaitu surga bagi orang beriman yang tunduk dan patuh dengan
ajaran Islam. Dan neraka bagi orang kafir yang menolak ajaran Islam.
Yakinlah di akhirat tidak ada tempat ketiga.
Maka selamatkanlah diri kalian dengan meninggalkan ajaran setan, dan
berpegang teguhlah dengan ajaran Rabb kalian, sebelum datangnya waktu
seperti yang Allah sebutkan:
حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ
بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ .وَلَنْ
يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ
مُشْتَرِكُونَ
“Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada
Kami (pada hari kiamat), dia berkata, “Wahai sekiranya jarak antara aku
dan kamu seperti jarak antara timur dan barat ! Memang setan itu teman
yang paling jahat (bagi manusia)”. Dan (harapanmu) itu
sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena
kamu telah mendzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas
bersama-sama dalam azab”. (QS. Az-Zukhruf: 38-39)
Masih mau mengikuti ajaran setan?