Gichin Funakoshi --yang dianggap sebagai bapak karate modern--
adalah salah seorang tokoh beladiri yang membawa karate dari Okinawa
ke Jepang, beliau pula-lah yang mengubah kara(to)te (kanji: åę) menjadi karate (kanji: ē©ŗę)* sehingga seni beladiri tersebut lebih bisa diterima oleh rakyat Jepang saat itu.
Perhatikan bahwa setiap poin dalam Niju-kun dimulai dengan 'hitotsu' yang berarti pertama atau satu. Ini dimaksudkan bahwa setiap poin sama pentingnya, dan tidak ada satu poin yang lebih penting dari poin lainnya.
#1. Do not forget that karate begins and ends with rei
#3. Karate stands on the side of justice
#12. Do not think about winning; think rather of not losing
#14. The outcome of a battle depends on how one handles emptiness and fullness (weakness and strengh)
#16. When you step beyond your own gate, you face a million enemies
#17. Formal stances are for beginners; later one stands naturally
#19. Do not forget the employment of withdrawal of power, the extension and contraction of the body, the swift or leisurely application of technique
* walaupun huruf å dan huruf ē©ŗ sama-sama dibaca 'kara', huruf å juga bisa dibaca 'to' yang berarti cina.
** nama shotokan bukanlah buah pikiran Gichin Funakoshi tetapi adalah 'hasil karya' murid-muridnya yang memasang papan nama di atas pintu masuk dojo bertuliskan 'shoto-kan' yang berarti 'rumahnya shoto'.
Gichin Funakoshi, bapak karate modern |
Selain seorang ahli beladiri, Funakoshi-sensei juga adalah seorang
penyair dengan nama pena 'shoto', itulah sebabnya aliran karate
ciptaannya disebut dengan 'shotokan'**.
Salah satu peninggalan Funakoshi-sensei yang paling penting adalah 20 prinsip dasar (Niju-kun) --diterbitkan pada tahun 1938-- yang dianggap oleh Funakoshi-sensei sebagai filosofi paling penting yang harus dipahami dan diamalkan oleh semua karateka.
Salah satu peninggalan Funakoshi-sensei yang paling penting adalah 20 prinsip dasar (Niju-kun) --diterbitkan pada tahun 1938-- yang dianggap oleh Funakoshi-sensei sebagai filosofi paling penting yang harus dipahami dan diamalkan oleh semua karateka.
Niju-kun (image dari en.wikipedia.org) |
Walaupun ke-20 prinsip dasar ini mungkin terdengar muluk-muluk dan
sangat idealis, bahkan mungkin beberapa diantaranya sangat sulit untuk
dilakukan, tetapi menurut saya banyak yang bisa kita pelajari dari
prinsip-prinsip dasar tersebut.
Perhatikan bahwa setiap poin dalam Niju-kun dimulai dengan 'hitotsu' yang berarti pertama atau satu. Ini dimaksudkan bahwa setiap poin sama pentingnya, dan tidak ada satu poin yang lebih penting dari poin lainnya.
#1. Do not forget that karate begins and ends with rei
Hitotsu, karate-do wa rei ni hajimari rei ni owaru koto a wasaru na
Rei atau membungkukkan badan adalah simbol dari rasa hormat,
rasa hormat kepada rekan latihan maupun kepada karate/seni beladiri
yang sedang kita pelajari. Tetapi yang lebih penting rei menunjukkan
sikap rendah hati dan kesiapan untuk belajar. Perlu diingat rei tidak
hanya di lakukan di dalam dojo/tempat latihan saja, tetapi juga di luar
dojo dengan cara menghargai orang lain siapapun itu.
#2. There is no first attack in karate
Hitotsu, karate ni sente nashi
Praktisi karate/seni beladiri yang lain tidak boleh berperilaku agresif
atau suka mencari gara-gara. Jangan sampai kita menyebabkan terjadinya
perkelahian, tetapi bukan berarti kita tidak boleh menyerang terlebih
dulu bila jelas-jelas kita akan diserang.
#3. Karate stands on the side of justice
Hitotsu, karate wa, gi no tasuke
Kode etik budo menyebutkan bahwa kita tidak boleh menggunakan kemampuan beladiri kita untuk hal-hal yang buruk seperti mem-bully
atau mencari keributan. Sebaliknya kita harus punya keberanian dan
menggunakan kemampuan beladiri tersebut untuk membela yang lemah.
Seperti kata Pakdhe Ben Parker: "From great power comes great responsibility", terdapat tanggung jawab yang besar di balik kekuatan yang besar.
#4. First know yourself and then know others
#4. First know yourself and then know others
Hitotsu, mazu onore o shire, shikashite ta o shire
Sebelum memahami orang lain, Anda harus memahami diri Anda terlebih
dulu. Tidak akan ada gunanya bila Anda paham 'cara kerja' dunia tetapi
Anda tidak mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan 'cara kerja'
tersebut.
#5. Mentality over technique
#5. Mentality over technique
Hitotsu, gijitsu yori shinjitsu
Di dalam seni beladiri, mental (baca: keteguhan hati; bahasa jawa: tatag) dan refleks jauh lebih penting daripada teknik. Setinggi apapun teknik yang Anda kuasai, kalau mental Anda lemah Anda nggak akan bisa mengaplikasikan teknik tersebut dalam pertarungan yang sebenarnya.
#6. The heart must be set free
#6. The heart must be set free
Hitotsu, kokoro wa hanatan koto o yosu
Jangan hanya berpikir satu arah, buka pikiran (dan hati) Anda untuk
segala kemungkinan. Jangan sampai emosi/perasaan Anda mempengaruhi
tindakan Anda, kalau bahasa gaulnya jangan baper.
#7. Calamity springs from carelessness
#7. Calamity springs from carelessness
Hitotsu, wazawai wa ketai ni seizu
Kecerobohan Anda dalam bertindak atau berkata-kata bisa menimbulkan
'bencana', dan ini tidak hanya berlaku dalam seni beladiri saja tetapi
juga di semua bidang kehidupan, seperti kata Paul C. Brunson: "Think once before you act, twice before you speak, and three times before you post on Facebook".
#8. Karate goes beyond the dojo
#8. Karate goes beyond the dojo
Hitotsu, dojo nomino karate to omou na
Karate (dan seni beladiri lain) bukanlah sesuatu yang bisa
dihidup-matikan sebagaimana Anda masuk-keluar dojo. Hal-hal seperti
postur dan kekuatan (mental maupun fisik) harus selalu kita aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. 'Do' dalam budo berarti 'jalan hidup' yang
berarti Anda harus menunjukkan standar fisik dan moral yang tinggi
sepanjang waktu Anda menjalani hidup sehari-hari.
#9. Karate is a life-long pursuit
#9. Karate is a life-long pursuit
Hitotsu, karate-do no shugyo wa issho de aru
Sekali Anda menceburkan diri kedalam 'do' Anda tidak akan bisa keluar
lagi. Budo adalah perjalanan tanpa akhir untuk mencapai kesempurnaan
(yang tidak akan mungkin kita capai). Seperti halnya makan makanan
sehat, atau kejujuran, karate (dan seni beladiri lain) tidak akan pernah
kehilangan nilai dan manfaatnya.
#10. Apply the way of karate to all things. Therein lies its beauty
#10. Apply the way of karate to all things. Therein lies its beauty
Hitotsu, ara yuru mono o karateka seyo; sokoni myomi ari
Karena karate (dan seni beladiri lain) tidak hanya melatih aspek fisik
tetapi juga mental, banyak hal yang bisa kita aplikasikan dalam
kehidupan seperti disiplin di sekolah atau di tempat kerja, menghargai
orang lain, serta kejujuran dalam bertindak dan berbicara.
#11. Karate is like boiling water, without heat it returns to its tepid state
#11. Karate is like boiling water, without heat it returns to its tepid state
Hitotsu, karate wa yu no gotoku taezu netsu o atae zareba motono mizuni kaeru
Karate (dan seni beladiri lain) membutuhkan latihan yang rutin dan
berkelanjutan. Jika Anda 'libur' latihan satu atau dua minggu saja, Anda
akan kehilangan 'sentuhan' Anda.
#12. Do not think about winning; think rather of not losing
Hitotsu, katsu kangae wa motsuna; makenu kangae wa hitsuyo
Dalam perkelahian, kalau kita berpikir harus menang, kita akan
terpancing untuk agresif dan 'membabi buta' yang justru membuat kita
'terbuka' untuk diserang. Jika Anda 'hanya' tidak ingin kalah, Anda akan
bisa menyeimbangkan antara menyerang atau bertahan, ataupun meng-counter atau mengelak.
#13. Make adjustments according to your opponent
#13. Make adjustments according to your opponent
Hitotsu, tekki ni yotte tenka seyo
Tidak ada taktik universal yang bisa digunakan untuk setiap lawan atau
setiap keadaan. Taktik bertarung Anda ketika melawan seseorang yang
'cepat' tentunya berbeda dengan taktik Anda saat melawan seseorang yang
'lambat dan kuat' misalnya. Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam
perkelahian tetapi juga dalam situasi 'konfrontasi' lain seperti
interaksi dengan bos atau rekan kerja Anda.
#14. The outcome of a battle depends on how one handles emptiness and fullness (weakness and strengh)
Hitotsu, tatakai wa kyo-jitsu no soju ikan ni ari
Jangan memaksakan sesuatu yang 'mustahil' seperti menyerang ketika lawan
juga sedang melancarkan serangan. Bertahan atau mundur saat diserang,
merangsek ke depan dan menyerang saat lawan mundur atau bertahan.
#15. Think of hands and feet as swords
#15. Think of hands and feet as swords
Hitotsu, hi to no te-ashi wa ken to omoe
Anda bisa menggunakan tangan dan kaki Anda sebagaimana Anda menyabet dan
menusuk menggunakan pedang. Sasaran yang bisa diserang menggunakan
pedang biasanya juga bisa diserang dengan cara yang sama menggunakan
tangan dan kaki Anda.
#16. When you step beyond your own gate, you face a million enemies
Hitotsu, danshi mon o izureba hyakuman no teki ari
Bahaya mengancam segera setelah Anda keluar dari 'zona nyaman' Anda
seperti rumah, lingkungan tempat tinggal Anda, ataupun cara berpikir
Anda. Yang dimaksud lawan disini bukan hanya lawan secara fisik tetapi
juga semua 'bahaya' dalam kehidupan sehari-hari. Waspadalah...
waspadalah.
#17. Formal stances are for beginners; later one stands naturally
Hitotsu, kamae wa shoshinsha ni atowa shizentai
Kamae (sering disebut kuda-kuda)
'resmi' hanyalah untuk pemula, pemula berlatih kamae untuk belajar
bagaimana cara menggunakan bobot tubuhnya dan memposisikan dirinya untuk
menyerang atau bertahan. Bila kedua hal ini sudah dikuasai, kamae
'resmi' tidak lagi dibutuhkan (kecuali untuk ujian kenaikan tingkat
:-)).
#18. Perform kata exactly; actual combat is another matter
#18. Perform kata exactly; actual combat is another matter
Hitotsu, kata wa tadashiku, jisen wa betsumono
Kata/tan'en hokei tidak hanya melatih gerakan bertarung tetapi juga
'alat' untuk mendisiplinkan raga dan jiwa. Tetapi Anda perlu ingat bahwa
pertarungan sebenarnya lebih tidak tertebak, lebih 'kacau', dan lebih
brutal daripada kata. Kata adalah gambaran ideal (dan indah) dari
pertarungan.
#19. Do not forget the employment of withdrawal of power, the extension and contraction of the body, the swift or leisurely application of technique
Hitotsu, chikara no kyojaku tai no shinshuku wazano kankyu
Dalam mengaplikasikan teknik beladiri, tidak cukup bila Anda selalu lambat dan full power atau selalu cepat; tidak cukup bila Anda selalu bertahan atau selalu menyerang. Anda harus menyeimbangkan keduanya.
#20. Be constantly mindful, diligent, and resourceful, in your pursuit of the way
#20. Be constantly mindful, diligent, and resourceful, in your pursuit of the way
Hitotsu, tsune ni shinen ku fu seyo
Jangan berhenti berpikir, selalu kreatif, dan kembangkan terus latihan Anda.
Itulah dia 20 prinsip dasar karate, walaupun ke-20 prinsip ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para karateka, tidak ada salahnya Anda yang belajar seni beladiri lain (bukan karate) untuk ikut mempelajarinya. Ke-20 prinsip ini sangat applicable tidak hanya untuk karate tetapi juga untuk semua seni beladiri bahkan untuk kehidupan.
Itulah dia 20 prinsip dasar karate, walaupun ke-20 prinsip ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para karateka, tidak ada salahnya Anda yang belajar seni beladiri lain (bukan karate) untuk ikut mempelajarinya. Ke-20 prinsip ini sangat applicable tidak hanya untuk karate tetapi juga untuk semua seni beladiri bahkan untuk kehidupan.
* walaupun huruf å dan huruf ē©ŗ sama-sama dibaca 'kara', huruf å juga bisa dibaca 'to' yang berarti cina.
** nama shotokan bukanlah buah pikiran Gichin Funakoshi tetapi adalah 'hasil karya' murid-muridnya yang memasang papan nama di atas pintu masuk dojo bertuliskan 'shoto-kan' yang berarti 'rumahnya shoto'.