SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT
Tarekat berasal
dari kata “thoriqoh” yang artinya jalan, metode atau tata cara. Adapun pengertian
lain menyebutkan bahwa tarekat adalah beramal
dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang
rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal
ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan
syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya;
meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang
sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuanya ini di
bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang
telah mencapai maqamnya (ulama sufi : Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili
al-Syafi al-Naqsyabandi)
Tarekat
dilakukan untuk mengajarkan jiwa berbuat welas asih dan menjauhi larangan Allah
agar selamat di dunia dan di akhirat. Dengan melakukan hal-hal yang telah
ditentukan oleh pemimpin tarekat.
Tarekat sebagai
salah satu jalan yang ditempuh oleh seseorang melalui seorang guru untuk
mencapai tujuan baik secara lahir maupun batin. Oleh sebab itu, guru dalam
tarekat harus memiliki pribadi yang berakhlakul karimah dan mengetahui seluk
beluk ilmu syariat dan hakekatnya.
Dalam
menjalankan tarekat dikenal dua macam tarekat yaitu tarekat wajib dan sunat.
Tarekat wajib berkenaan dengan amalan wajib, yaitu mengamalkan rukun Islam dan
amalan fardu ain serta fardu kifayah. Contoh amalan wajib yang utama adalah
shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat
, makan makanan halal dan lain sebagainya.
Sedangkan
tarekat sunat berkenaan dengan amalan sunat dan mubah biasanya telah disusun
oleh guru tarekat untuk diamalkan oleh para jemaah tarekat. Contoh tarekat
sunat yaitu shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain
sebagainya.
Berdasarkan
sejarah, tarekat telah mulai di kenal pada abad ke- 3 dan 4 H(abad ke-9 dan 10
M). Tasawuf berkembang pesat di negeri Arab, Persia, Afghanistan dan Asia
Tengah. Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap
kemewahan hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat
muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya
degradasi moral masyarakat. Praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga
tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia Islam.
Para sufi dalam
melihat tingkat laku kerabat dan sahabat dekat mereka tercermin perasaan dan
perbuatan mereka sendiri. Apabila mereka melihat kekeliruan dalam perbuatan
tetangga mereka, maka mereka segera bercermin ke dalam perbuatan mereka
sendiri. Kebiasaan di atas mendorong munculnya salah satu aspek penting gerakan
tasawuf, yaitu persaudaraan sufi yang didasarkan atas cinta dan saling
bercermin pada diri sendiri. Persaudaraan sufi inilah yang kemudian disebut
Tarekat Sufi.
Sufi yang
pertama kali mempraktekkan ithaar ialah Hasan al-Nuri, sufi abad ke-9 M dari
Baghdad. Tarekatnya merupakan salah satu tarekat sufi awal dalam sejarah. Pada
abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri-negeri Islam. Mula-mula
ia merupakan gerakan lapisan elit masyarakat Muslim, tetapi lama kelamaan
menarik perhatian masyarakat lapisan bawah. Pada abasd ke-12 M banyak orang
Islam memasuki tarekat-tarekat sufi. Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di
kanqah, yaitu sebuah pusat latihan Sufi yang banyak terdapat di Persia dan
wilayah sebelah timur Persia.
Tempat lain
berkumpulnya Sufi ialah ribat (tangsi atau barak militer). Pada masa
berkecamuknya peperangan yang menyebabkan orang mengungsi, dan juga berakibat
banyaknya tentara tidak aktif lagi dalam dinas militer, membuat ribat
ditinggalkan tentara dan dirubah menjadi tempat tinggal para Sufi dan pengungsi
yang mengikuti perjalanan mereka.
Nama TAREKAT dan Perkembangannya
TAREKAT (tariqah) mempunyai beberapa arti,
antara lain "jalan lurus" (Islam yang benar, yang berbeda dari
kekufuran dan syirik), "tradisi sufi" atau "jalan
spiritual" (tasawuf), dan "persaudaraan sufi". Pada arti
ketiga, tarekat berarti "organisasi sosial sufi" yang memiliki
anggota dan peraturan yang harus ditaati, serta berpusat pada hadirnya seorang
mursyid (guru sufi). Di bawah ini beberapa tarekat atau persaudaraan sufi
terkenal di seluruh dunia.
NAMA TAREKAT
|
PENDIRI
|
PUSAT PERKEMBANGAN
|
|
1.
|
Adhamiyah
|
Ibrahim bin Adham
|
Damascus, Surih
|
2.
|
Ahmadiyah
|
Ahmad Badawi
|
Mesir
|
3.
|
Alawiyah
|
Abu Abbas Ahmad bin Mustafa
al-Alawai
|
Mostaganem, Aljazair
|
4.
|
Alwaniyah
|
Alwan
|
Jiddah, Arab Saudi
|
5.
|
Ammariyah
|
Ammar Bu Senna
|
Constantine, Aljazair
|
6.
|
Asyaqiyah
|
Hasanudin
|
Istanbul, Turki
|
7.
|
Asyafiyah
|
Asyraf Rumi
|
Chin Iznik, Turki
|
8.
|
Babaiyah
|
Abdul Gani
|
Adrianopel (Edirne), Turki
|
9.
|
Bahramiyah
|
Hajji Bahrami
|
Ankara, Turki
|
10.
|
Bakriyah
|
Abu Bakar Wafai
|
Aleppo, Suriah
|
11.
|
Bektasyiyah
|
Bektasy Veli
|
Kir Sher, Turki
|
12.
|
Bistamiyah
|
Abu Yazid al-Bustami
|
Jabal Bistam, Iran
|
13.
|
Gulsyaniyah
|
Ibrahim Gulsyani
|
Cairo, Mesir
|
14.
|
Haddadiyah
|
Abdullah bin Alwi bin Muhammad
al-Haddad
|
Hijaz, Arab Saudi
|
15.
|
Idrisiyah
|
Ahmad bin Indris bin Muhammad Ali
|
Asir, Arab Saudi
|
16.
|
Ighitbasyiyah
|
Syamsuddin
|
Magnesia, Yunani
|
17.
|
Jalwatiyah
|
Pir Uftadi
|
Bursa, Turki
|
18.
|
Jamaliyah
|
Jamaluddin
|
Istanbul, Turki
|
19.
|
Kubrawiyah
|
Najmuddin
|
Khurasan, Iran
|
20.
|
Kadiriyah
|
Abdul Qadir al-Jailani
|
Baghdad, Irak
|
21.
|
Khalwatiyah
|
Umar al-Khalwati
|
Kayseri, Turki
|
22.
|
Maulawiyah
|
Jalaludin ar-Rumi
|
Konya, Anatolia
|
23.
|
Muradiyah
|
Murad Syami
|
Istanbul, Turki
|
24.
|
Naqsyabandiyah
|
Muhammad bin Muhammad bin
al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandiyah
|
Qasri Arifan, Turki
|
25.
|
Niyaziyah
|
Muhammad Niyas
|
Lemnos, Yunani
|
26.
|
Ni'matallahiyah
|
Syah Wali Ni'matillah
|
Kirman, Iran
|
27.
|
Nurbakhsyiyah
|
Muhammad Nirbakh
|
Khurasan, Iran
|
28.
|
Nurudduniyah
|
Nuruddin
|
Istanbul, Turki
|
29.
|
Rifaiyah
|
Sayid Ahmad ar-Rifa'i
|
Baghdad, Irak
|
30.
|
Sadiyah
|
Sa'duddin Jibawi
|
Damascus, Surih
|
31.
|
Safawiyah
|
Safiuddin
|
Ardebil, Iran
|
32.
|
Samaniyah
|
Muhammad bin Abdul Karim as-Samani
|
Mesir
|
33.
|
Sanusiyah
|
Sidi Muhammad bin Ali as-Sanusi
|
Tripoli, Lobanon
|
34.
|
Saqatiyah
|
Sirri as-Saqati
|
Baghdad, Irak
|
35.
|
Siddiqiyah
|
Kiai Mukhtar Mukti
|
Jombang, Jawa Timur, Indonesia
|
36.
|
Sinan
Ummiyah
|
Alim Sinan Ummi
|
Alwali, Turki
|
37.
|
Suhrawardiyah
|
Abu an Najib as-Suhrawardi dan
Syihabuddin Abu Hafs Umar bin Abdullah as-Suhrawardi
|
Baghdad, Irak
|
38.
|
Sunbuliyah
|
Sunbul Yusuf Bulawi
|
Istanbul, Turki
|
39.
|
Syamsiyah
|
Syamsuddin
|
Madinah, Arab Saudi
|
40.
|
Syattariyah
|
Abdullah asy-Syattar
|
India
|
41.
|
Syaziliyah
|
Abdul Hasan Ali asy-Syazili
|
Mekah, Arab Saudi
|
42.
|
Tijaniyah
|
Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad
at-Tijani
|
Fez, Maroko
|
43.
|
Umm
Sunaniyah
|
Umm Sunan
|
Istanbul, Turki
|
44.
|
Whabiyah
|
Muhammad bin Abdul Wahhab
|
Nejd, Arab Saudi
|
45.
|
Zainiyah
|
Zainuddin
|
Kufah, Irak
|
46.
|
Tarekat tanpa
Tarekat (ittiba)
|
Tingkat Kesufian menurut Ahli Tasawuf
Seorang sufi harus melalui tingkatan
tasawuf (maqam) dalam mencapai tujuan akhir yaitu pendekatan diri kepada Allah
SWT. Tingkatan tasawuf ini berbeda-beda menurut pengalaman beberapa sufi yang
menjalaninya.
Abu Nasr
as-Sarraj
|
Abu
Bakar al-Kalabazi
|
Al-Ghazali
|
Abdul
Karim al-Jili
|
1. Tobat
|
1. Tobat
|
1. Tobat
|
1. Islam
|
2. Warak
|
2. Zuhud
|
2. Sabar
|
2. Iman
|
3. Zuhud
|
3. Sabar
|
3. Kefakiran
|
3. as-Salah (kesalehan)
|
4. Fakir
|
4. Fakir
|
4. Zuhud
|
4. Ihsan
|
5. Sabar
|
5. Tawaddu' (rendah hati)
|
5. Tawakal
|
5. Syahadah (penyaksian)
|
6. Tawakal
|
6. Takwa
|
6. Makrifat
|
6. Siddiqiyyah (kebenaran)
|
7. Rida
|
7. Tawakal
|
7. Qurbah (kedekatan [di sisi
Allah])
|
|
8. Rida
|
al-Kullah
|
||
9. Mahabbah (cinta)
|
al-Hubb
|
||
10. Makrifat
|
al-Khitam
|
||
al-Ubudiyyah
|
Abu Sa'id bin Abu al-Khair
|
||
1. Niat
|
15. Ibadah
|
29. Wijd (ekstase)
|
2. Inabah (penyesalan)
|
16. Warak
|
30. Qurb (kehampiran)
|
3. Tobat
|
17. Ikhlas
|
31. Tafakur (perenungan)
|
4. Iradah (Kemauan)
|
18. Sidq (benar/jujur)
|
32. Wisal (hubungan langsung)
|
5. Mujahadah (kesungguhan)
|
19. Khauf (takut akan kemurkaan
Allah SWT)
|
33. Kasyf (terbuka hijab yang
membatasi manusia dan Allah SWT)
|
6. Muraqabah (mawas diri)
|
20. Raja' (harap akan rahmat Allah
SWT)
|
34. Khidmat
|
7. Sabar
|
21. Fana
|
35. Tajrid atau tajarrud
(pembersihan hati dari selain Allah SWT)
|
8. Zikir
|
22. Baka
|
36. Tafrid (menyendiri dengan
Allah SWT)
|
9. Rida
|
23. Ilm al-yaqin (ilmu yakin)
|
37. Inbisat (melapangkan hati
menerima ilahi)
|
10. Mukhalafah an-nafs (melawan
hawa nafsu)
|
24. Haqq al-yaqin (yakin yang
sebenarnya)
|
38. Tahkik (menerima kebenaran)
|
11. Mufakat
|
25. Makrifat
|
39. Nihayah (akhir perjalanan
kerohanian)
|
12. Taslim (penyerahan)
|
26. Juhd (usaha keras)
|
40. Tasawwuf (tasawuf)
|
13. Tawakal
|
27. Walayah (kewalian)
|
|
14. Zuhud
|
28. Mahabbah
|
Manusia yang layak menjadi khalifah/Pemimpin
Islam, haruslah memenuhi 5 syarat utama, yaitu :
- Gudang Ilmu Agama
- Mempunyai Jasa besar dalam perkembangan Islam
- Imam jamaah sholat
- Akhlak Terpuji
- Cara berpikir/pengajaran dan atau pemerintahan yang mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian
- Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Umar bin Al-Khaththab
- Utsman bin Affan
- Ali bin Abi Thalib
- Iman Mahdi
Kondidat dari generasi sesudah Khalifah ar-Rasyidin
- Umar bin Abdul Aziz
- Salahuddin Al-Ayyubi
- Quthbuddin Al Yunaini
- Muhammad Al-Fatih
- Harun ar-Rasyid
- 10-11 Imam lainnya dari ahlulbait
Penulis
merasa sebuah keanehan kenapa dari ahlulbait disebut 12 Imam, bukan 12
khalifah, apakah yang dimaksud adalah khalifah tanpa mahkota kekhalifahan atau
sifat pemerintahan bisa gugur dalam satu waktu karena ada jamannya tanpa
khalifah, dengan pengertian lain penyebutan Imam karena dikuatkan pada rujukan
manusia yang berilmu yang menjadi rujukan yang ramai dari manusia lainnya pada
masanya, dengan kata lain point ke-5 gugur untuk bentuk pemerintahan tapi masuk
katagori cara berpikir/pengajaran mengikuti manhaj (cara/metode/sistem)
Kenabian dengan nama umum adalah ulama, Apa imam mahdi adalah sosok yang
dianggap ulama sebelum Beliau diketahui sebagai Imam mahdi pada saat
pemba’iatan.
“Abdullah bin al Mubarak dan para
Imam dari para ahli hadits, sebagaimana juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, bahwa
Sulaiman bin Dawud an Nahri meriwayatkan kepada kami dari Ibnu Wahab, dari
Sa’id bin Abu Ayub, dari Syurahail bin Yazid al Maghazi dari Abu Alqamah, dari
Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, dimana beliau
bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk umat ini di dalam setiap
penghujung seratus tahun seorang pembaharu dalam perkara agama-Nya.”17 Abu
Dawud hanya sendiri dalam meriwayatkan redaksi hadits ini. Kemudian ia
mengatakan, diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Syuraih dan tidak diperiksa pada
Syurahail, dimana berarti riwayatnya menjadi mauquf padanya.
Setiap golongan telah mengadakan
pengakuan, bahwa Imam mereka adalah yang dimaksud dalam hadits ini. Yang jelas,
wallahu a’lam, bahwa Imam dimaksud bersifat universal dan berfungsi sebagai
mobilisator (penggerak) bagi setiap ilmu yang berkembang dan setiap golongan.
Juga setiap golongan dari para ulama dan para ahli tafsir, ahli hadits, ahli
fikih, ahli nahwu, ahli bahasa, dan dari berbagai golongan lainnya, wallahu
a’lam.
Sebagaimana terdapat pula sabda
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan dari
jalur Abdullah bin Amru. “Bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menarik ilmu
agama dengan mencabutnya dari manusia, akan tetapi dengan mengambil
(mewafatkan) para ulama.”18 Di sini termuat penjelasan, bahwa Allah tidak akan
pernah mengambil ilmu dari dada manusia setelah mereka dianugerahi ilmu
oleh-Nya.”
Tingkatan Orang Islam :
-
Ulul
Azmi
-
Rasul
-
Nabi
-
Shidiq
-
Syuhada
-
Orang
bertaqwa
-
Orang
sholeh
-
Orang
beriman
-
Ahli
Ibadah
Tingkatan Keimanan :
-
Islam
-
Iman
-
Ihsan
Sebagaimana
Alloh Ta’ala telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan ‘Kami
telah beriman’. Katakanlah ‘Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian
mengatakan: ‘Kami telah berislam’.” (Al Hujuroot: 14)
Tingkatan orang yang buruk :
-
Munafik
-
Fasik
-
Sesat
-
Durhaka/kufur/kafir
-
Dimurkai
Berusahalah,
beramallah! Masing-masing didekatkan pada apa yang ditakdirkan untuknya.