Allah SWT menurunkan Zabur padanya
untuk membimbing orang Israil. Zabur berisi petunjuk-petunjuk dasar yang sama
dengan yang terdapat dalam Taurat.
Nabi
Daud adalah anak bungsu dari tiga belas bersaudara. Ayahnya bernama Yisya. Ia
adalah generasi ke-13 dari keturunan Nabi Ibrahim. Ia berasal dari keluarga
Bani Israil. Mereka bermukim di Betlehem, yang kemudian menjadi kota kelahiran
Nabi Isa a.s. Ketika mulai dewasa, Daud dan dua kakaknya ikut berperang melawan
pasukan Jalut dari Filistin (Palestina) yang menjajah Bani Israil. Karena
berhasil mengalahkan Jalut, Daud dinikahkan oleh Raja Talut dengan Mikyal,
putrinya. Mikyal sangat setia kepada Daud. Raja Talut, yang sebelumnya berniat
membunuh Daud, akhirnya meninggalkan mahkota kerajaannya. Daud dinobatkan
menjadi raja Bani Israil ketika masih berusia di bawah 30 tahun. Ia kemudian
menjadikan Baitulmakdis (Yerusalem) ibukota kerajaannya. Ketika berusia 40
tahun, Daud menerima risalah kenabian. Allah Swt. memberinya kitab Zabur (QS.[4]:163; [17]:55) dan beberapa mu'jizat.
Nabi Daud a.s. memerintah Bani Israil selama sekitar 40 tahun dan dianugerahi
usia 100 tahun 6 bulan.
Ilustrasi yang menggambarkan Daud melawat Jalut
Allah
SWT menurunkan Zabur padanya untuk membimbing orang Israil. Zabur berisi
petunjuk-petunjuk dasar yang sama dengan yang terdapat dalam Taurat. Oleh karena itu kitab yang diturunkan
kepada Nabi Daud AS merupakan penyempurnakan petunjuk Allah SWT yang dibawa
oleh Nabi Musa AS. Zabur berbentuk lagu-lagu. Allah SWT tidak hanya
menganugerahkan keNabian kepada Daud AS, tetapi juga dinasti yang teramat besar
yang tersebar di Syria, Irak, Palestina, Jordan Timur dan sekitarnya. Ia adalah
seorang pembicara yang fasih dan pidatonya sangat menarik, efektif, dan mudah
dimengerti. Ia selalu memimpin untuk mengambil keputusan yang tepat bahkan pada
urusan-urusan yang rumit. Allah SWT berfirman dalam
Shad 20.
Dan
Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan
dalam menyelesaikan perselisihan.
Allah
SWT menganugerahkan banyak mukjijat kepada Nabi Daud AS. Ia selalu membiasakan
dirinya dalam banyak berzikir dan memuji Allah SWT. Ia memiliki suara yang
begitu berirama sehingga orang-orang, burung-burung, binatang lainnya, jin-jin,
dan bahkan gunung-gunungpun turut bergoyang dan menyanyi bersamanya. Ini
disebutkan di dalam tiga ayat yang berbeda dalam Al Qur’an. Shad 18, 19
Sesungguhnya
Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia di waktu petang dan
pagi, dan burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat ta'at
kepada Allah.
Dan
dalam Saba 10
Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami.: "Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama
Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
Juga
dalam Al Anbiya 79
maka
Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum; dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami
tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan
kamilah yang melakukannya.
Mungkin
anda tercengang membaca bahwa gunung-gunung bernyanyi bersama Nabi Daud AS.
Jangan lupa bahwa Allah SWT telah mencipta alam semesta, dan kepadaNyalah semua
unsur-unsur alam semesta ini patuh dan memuji kepada Allah SWT serta membesarkan
nama Penciptanya, di dalam bahasa yang kita tidak sanggup mengetahuinya. Allah
SWT berfirman di dalam Al Isra 44
Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.
Adalah
mukjizat Nabi Daud AS sehingga binatang-binatang, burung-burung, jin-jin dan
bahkan gunung-gunung mengikutinya dalam bertasbih kepada Allah SWT. Juga telah
diketahui umum bahwa batu-batu kecil biasanya bersyahadat bila ada Nabi
Muhammad SAW, dan batu-batu kecil ini semua bertasbih kepada Allah SWT.
Binatang-binatang juga biasa berbicara dengan Nabi Muhammad SAW. Selain itu,
Nabi Muhammad SAW juga biasa bersandar di batang pohon tua bila sedang
berdakwah kepada para Sahabatnya. Kemudian sebuah podium dibuat untuk Nabi
Muhammad SAW untuk digunakan ketika beliau berdakwah. Sahabat-Sahabat Nabi
Muhammad SAW mendengar suara tangisan dari pohon tua yang ditinggalkan oleh
Nabi yang mulia. Nabi Muhammad SAW menyentuh pohon itu dengan tangannya untuk
menghibur. Kemudian pohon itu berhenti menangis. Sebuah pilar didirikan di
tempat pohon ini di dalam Masjid Nabi Muhammad SAW di Madinah Munawarah. Pilar
itu disebut Ustan Hannan.
Sheikh
Jalalud Din Sayuti mengatakan di dalam Khasaes Al Kubra bahwa walaupun
batu-batu kecil bertasbih kepada Allah SWT sepanjang waktu, tetapi kejadian
ketika para Sahabat Rasul bisa turut mendengar puji-pujian ini sewaktu
batu-batu ini berada di dalam genggaman Nabi Muhammad SAW adalah mukjizat
baginya semata.
Abdullah
bin Masoud RA meriwayatkan bahwa, “Kami biasa makan bersama Nabi Muhammad SAW,
dan kami biasa mendengar dengan telinga kami puji-pujian kepada Allah SWT dari
makanan yang dihidangkan itu.” (Bukhari)
Jabar
bin Samra RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku bisa mengenal
batu-batu yang biasa mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika aku belum
menjadi Rasul. Bahkan sekarangpun aku bisa mengenalinya.” (Muslim)
Abu
Saeed Khudhri RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Manusia, jin,
pohon-pohon, dan batu-batuan semua mendengar suara Azan dan mereka akan menjadi
saksi bagi para Muazin ini pada hari Pembalasan nanti.” (Ibn Majah).
Oleh
karena itu semua mahluk termasuk gunung-gunung selalu bertasbih kepada Allah
SWT. Mukjizat sebetulnya bagi Nabi Daud AS adalah bahwa puji-pujian kepada
Allah SWT yang dilakukan oleh gunung-gunung itu bisa didengar oleh
telinga-telinga manusia.
Walaupun
Nabi Daud AS adalah seorang kaisar yang besar, tetapi dia tidak ingin
menggunakan satu senpun dari uang negara untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan
dirinya. Dia biasa melakukan bermacam-macam pekerjaan dengan tangannya untuk
mencari nafkah seperti orang awam lainnya. Ia biasa berdoa kepada Allah SWT
agar meringankan pekerjaannya supaya selama hidupnya tidak pernah ia harus
tergantung pada uang negara.
Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Berapapun besar penghasilan seseorang bila didapatkan
dengan tangannya sendiri, adalah penghasilan yang terbaik. Sesungguhnya, Nabi
Daud AS biasa mencari nafkah dengan tangannya sendiri.” (Bukhari)
Hafiz
Ibnu Hajr berkata, “Walaupun Kalifah Islam diijinkan untuk mengambil jumlah
yang pantas dari uang negara untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya, tetapi
lebih baik bila ia mencari alternatif lain, yaitu hidup dari penghasilannya
sendiri”. Sebagai contoh Kalifah Abu Bakar RA sebelum meninggal telah
mengembalikan ke kas negara seluruh dana yang dipinjamnya dalam bentuk gaji
selama kekhalifahannya.
Allah
SWT mengabulkan doa Nabi Daud AS untuk memudahkan kehidupan sehari-harinya
karena ia juga telah memenuhi kewajiban untuk mengatur kekaisaran yang teramat
luas. Allah SWT telah membuat besi menjadi lunak di tangannya. Saba 10
dan
Kami telah melunakkan besi untuknya,
Juga
di dalam Al Anbiya 80
Dan
telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara
kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur.
Ini
adalah mukjizat lainnya dari Nabi Daud AS.
Syed
Mahmood Alose meriwayatkan dari Qurtabi dalam Ruhul Maani bahwa Allah SWT
mengajarkan Nabi Daud AS untuk membuat pakaian besi untuk perang yang tidak
terasa berat bagi para prajurit itu. Sehingga gerakan prajurit-prajurit di
medan perang tidak terganggu dengan menggunakan pakian besi yang ringan ini.
Sebelumnya tidak ada seorangpun yang mampu membuat pakaian perang yang seringan
itu.
Penting
diperhatikan bahwa kita tidak boleh memandang rendah orang-orang yang bekerja
dengan tangannya sendiri di pabrik-pabrik. Orang-orang yang tidak mengerti
sering mengejek para ahli besi dan tukang/pengrajin lainnya. Kita seyogyanya
menghormati orang-orang ini karena mereka mengikuti jejak dari Nabi Daud AS.
Allah
SWT mengkaruniakan banyak kebaikan yang unik kepada Nabi Daud AS dan Nabi
Sulaiman AS. Dengan segala karunia dari Allah SWT ini, menjadi bertambah
besarlah rasa syukur mereka kepadaNya. Allah SWT mengingatkan mereka tentang
kewajiban untuk bersyukur ini di dalam Saba 13
Para
jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang
tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang seperti kolam dan periuk yang
tetap . Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur . Dan sedikit sekali dari
hamba-hambaKu yang berterima kasih.
Ibnu
Katsir menyebutkan bahwa di dalam rumah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS,
seluruh anggota keluarga setuju bahwa paling kurang salah seorang dari keluarga
selalu membiasakan diri untuk banyak-banyak berzikir kepada Allah SWT sepanjang
malam dan siang hari.
Nabi
Muhammad SAW bersabda bahwa Allah SWT sangat menyukai shalat Nabi Daud AS. Nabi
Daud AS biasa tidur pada pertengahan pertama dari malam, kemudian ia shalat
sepertiga malam, dan tidur lagi pada seperenam malam sisanya. Allah SWT juga
paling menyukai puasa Nabi Daud AS. Nabi Daud AS biasa berpuasa setiap dua hari
sekali, puasa yang paling berat. (Bukhari dan Muslim)
Tirmidzi
dan Imam Abu Bakar Jassas meriwayatkan dari Atta-bin-Yasar, bahwa ketika ayat
13 dari surat Saba diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, ia naik ke mimbar dan
setelah membacakan ayat ini bersabda, “Bila seseorang melakukan tiga perkara,
pahalanya akan sama dengan Nabi Daud AS”. Para Sahabat bertanya, “Perkara
apakah itu?” Nabi Muhammad menjawab, “Berlaku adil dalam kemarahan atau
ketenangan; mengambil jalan tengah baik dimasa sulit maupun sejahtera, dan
bertakwa kepada Allah SWT baik terang-terangan maupun diam-diam”. (Qurtabi,
Ahkam-Ul-Qur’an)
Ketika
bertambah banyak pemberian Allah SWT dikaruniakan kepada Nabi Daud AS, Allah
SWT mengingatkan keluarga Nabi untuk membiasakan diri banyak-banyak mengucapkan
syukur kepada Allah SWT.
Diriwayatkan
oleh Fadheel RA bahwa ketika peringatan untuk bersyukur ini diturunkan kepada
Nabi Daud AS, dia menjawab, “Ya Allah, bagaimana aku bisa memenuhi perintahMu
ini karena mengucapkan syukur itu sendiri adalah satu karuniaMu yang patut
disyukuri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai Daud, sekarang engkau telah
bersyukur kepadaKu dengan sepenuhnya karena sekarang kamu sudah mengetahui dan
menyadari keterbatasanmu.”
Semoga
Allah SWT memberi kita ke-tawadhu-an Nabi Daud Alaihissalam. Amin.
BUKTI PENINGGALAN NABI DAUD
Baju
dari besi dan perlengkapan perang abad ke-10 SM berhasil ditemukan sejumlah
peneliti.
Pada jamannya, Nabi Daud AS telah membuat baju perang dari lempengan
besi. Gambar ini adalah contoh baju besi peninggalan tahun 1000 SM.
Nabi
Daud Alaihissalam (AS) adalah seorang utusan Allah yang mempunyai kelebihan
dibandingkan Rasul lainnya. Kelebihan Daud AS diantaranya bisa berbicara dan
paham bahasa hewan, burung dan gunung tunduk pada kehendak Daud (atas izin
Allah) dan mereka bertasbih bersama Daud (QS Saba[34]
ayat 10).
Selain
kemampuan dan kelebihan tersebut, Nabi Daud juga diberikan anugerah oleh Allah
berupa kemampuan untuk menundukan besi. (QS Saba[34]:
10-11, Al-Anbiyaa’[21]: 80).
Besi-besi yang keras itu mampu dilunakkan Nabi Daud untuk membuat
berbagai alat kebutuhan hidup serta dijadikan perisai (pakaian perang).
Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan sesuatu yang ada di bumi dan alam
semesta ini sia-sia, baik yang besar maupun kecil. (QS Ali Imran[3]: 191).
Dalam surah Al-Baqarah[2] ayat 26, Allah ‘menyindir’ orang yang
selalu mengira bahwa tidak ada manfaatnya Allah menciptakan sesuatu yang kecil.
“Hai manusia, telah
dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalat pun, walau mereka bersatu menciptakannya….” (QS Al-Hajj[22]:
73)
Ayat-ayat
di atas menunjukan bahwa tidak sesuatu pun yang diciptakan Allah itu sia-sia.
Semuanya ada manfaatnya. Dari berbagai perumpamaan yang Allah ciptakan itu,
justru dapat diketahui apakah manusia itu termasuk orang yang bersyukur atau
ingkar terhadap nikmat dan ciptaan Allah SWT.
Demikian
pula ketika Allah menciptakan besi. Didalamnya terdapat manfaat yang sangat
besar bagi umat manusia. “Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al-Hadid[57]: 25).
Selain
dapat digunakan sebagai perisai, besi juga dapat dimanfaatkan untuk membangun
rumah, gedung bertingkat, kendaraan transportasi, barang hiasan, dan lain
sebagainya.
Penemuan Besi
Sebagaimana
diterangkan dalam AlQuran, Nabi Daud AS adalah seorang nabi yang mempunyai
kerajaan. Namun, sebelum Allah menganugerahi sebuah kerajaan padanya, Nabi Daud
harus berjuang terlebih dahulu bersama dengan Thalut untuk melawan Jalut, serta
berperang melawan pasukan dari negeri lainnya.
Dalam
beberapa peperangan itulah Nabi Daud AS diperintahkan untuk memanfaatkan besi
sebagai alat untuk berperang, seperti pedang, pisau, tombak, panah, maupun baju
perang.
“Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi intuk kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (QS Al-Anbiyaa’[21]:80).
Dalam surah Saba’[34] ayat 11, Daud diperintahkan membuat baju
perang yang terbuat dari besi.
Secara tegas, ayat tersebut diatas memberikan contoh cara membuat
baju perang dari besi. Kapankah peristiwa itu terjadi, dan seperti apa baju besi
yang dibuat oleh Nabi Daud tersebut?
Dalam buku Sami Abdullah al-Maghluts disebutkan, Nabi Daud AS
diperkirakan hidup pada tahun 1041-971 SM. Dalam masa itulah Nabi Daud pernah
membuat baju dari besi.
Para
ahli tafsir, seperti Al-Qurthubi mengungkapkan, kata Labus dalam surah Al-Anbiya ayat 80 dan Saba’ ayat 10-11, bermakna
baju-baju besi karena dipakai untuk membentengi atau melindungi diri dari
serangan musuh-musuh. Alba’su dalam kalimat tersebut bermakna peperangan
setelah dibuang mudlaf: Aalatu ba’sikum.
Pengolah Besi Pertama
Dalam
menafsirkan ayat 10-11 surah Saba’[34] ini, Ibnu Katsir mengutip pendapatnya
Hasan Bashri mengatakan, anugrah yang diberikan Allah kepada Nabi Daud salah
satunya kemampuan yang luar biasa dalam menipiskan atau memipihkan dan
membakarnya untuk menempa besi tersebut. “Daud tidak perlu membakar besi
terlebih dulu untuk memipihkannya dengan palu, namun cukup dengan
lipatan-lipatan tangannya sebagaimana yang dilakukan para tukang jahit. Karena
itu, Allah berfirman, “Buatlah baju besi
yang besar-besar.”
Alat perang tahun 1000 SM.
Kemampuan
yang dimiliki Nabi Daud dalam melunakkan besi ini berbeda dengan yang dimiliki
Dzulqarnain pada abad ke-6 SM (545 SM) – lihat (QS al-Kahfi[18]:
96)
Lebih
lanjut Ibnu Katsir menyatakan, Daud merupakan orang yang pertama kali dalam
membuat baju besi. Sebelum itu, hanya berupa lempengan tameng, “Dan ukurlah anyamannya,” yakni jangan
terlalu melunakkan penyambungan antarlempeng karena akan membuat longgar dan
berisik, serta jangan pula terlampau mengencangkan anyamannya karena bisa
merekat. Namun, buatlah sesuai dengan ukuran tertentu.
Sami
al-Maghluts mengatakan, pada awalnya manusia menggunakan batu yang ditempa
untuk melakukan perburuan atau peperangan, baik untuk membuat pedang, panah,
atau pisau. Sementara itu, pada masa Nabi Daud AS, lanjut Sami, manusia bisa
membuat baju-baju besi yakni berupa lembaran-lembaran, jadi Daud merupakan
manusia pertama yang memperkenalkan dan menjalinkan besi menjadi sebuah bentuk
baju besi sebagaimana disebutkan dalam surah Saba’[34] ayat 10-11 tersebut.
Situs Pertambangan Nabi Sulaiman?
Sebagaimana
diterangkan dalam AlQuran, Nabi Sulaiman Alaihissalam
(AS), mewarisi sikap dan akhlak Nabi Daud AS, baik dalam hal kerajaan, kemampuannya dalam bercakap dengan binatang, menaklukkan
gunung, menguasai jin, dan lain sebagainya (QS An-Naml[27]:16). Demikian juga
dengan besi atau baja.
Baru-baru ini, pada tanggal 28 Oktober 2008 lalu, nationalgeographic.com memberitakan, sekelompok penambang
di Yordania bagian selatan menemukan sebuah lokasi penambangan yang diduga
berasal dari jaman Nabi Sulaiman AS. Tidak dijelaskan secara resmi lokasi
penemuan galian bekas tambang tersebut.
Penggalian yang dilakukan sekelompok penambang di Yordania
yang diduga merupakan bekas lokasi tambang di jaman Sulaiman.
Berbagai
jenis barang tambang (emas, perak, tembaga, besi, perunggu, dan lain
sebagainya) yang dulu digunakan Sulaiman untuk membangun Haikal Sulaiman (solomon temple) di Jerusalem. Emas,
perak dan perunggu dipergunakan untuk memperindah interior kuil.
Sejauh
ini, para arkeologi belum menemukan persisnya areal pertambangan di jaman
Sulaiman. Beberapa areal tambang yang ditemukan di kawasan Timur Tengah setelah
diteliti masih lebih muda usianya dari masa hidup Sulaiman (diperkirakan hidup
sekitar abad ke-10 SM / 989-931 SM.). penemuan areal bekas tambang di Yordania
ini memberi angin segar kepada para arkeolog dalam meneliti peradaban dan
kejayaan Nabi Sulaiman.
Temuan
itu semakin diperkuat dengan tes uji karbon terhadap areal tambang tembaga di
Yordania itu. Hasil tes menunjukan usia yang sama dengan masa Nabi Sulaiman,
kawasan ini berada di perbukitan, di lokasi ini ditemukan bekas-bekas
penggalian dan reruntuhan bangunan yang diduga menjadi bagian dari industri
pertambangan kuno. Kawasan itu sebenarnya pernah diteliti tahun 1970 tetapi
hasil penelitian menunjukan areal tersebut berusia sekitar abad ke-7 SM,
sekitar 300 tahun setelah Nabi Sulaiman.
Sebelumnya
ada laporan dari nationalgeographic.com
pada 27 Oktober 2007, kabarnya sejumlah pekerja muslim menemukan kuil Sulaiman.
Di lokasi tersebut para pekerja menemukan berbagai jenis barang keramik,
tembikar, yang diduga merupakan peninggalan Sulaiman setelah kehancuran Haikal Sulaiman. Kuil itu terletak di sebelah Masjid
Al-Aqsha. Kendati tidak utuh, kuil
Sulaiman itu diyakini masih ada berupa tembok ratapan (wailing wall) yang bersebelahan dengan Masjid Kubah Batu (Dome Of the Rock).
Sentra Pengolahan Besi
Damaskus,
ibu kota Suriah (Syria) dikenal sebagai salah satu kota pengolahan besi yang
sangat hebat. Kualitasnya telah diakui berbagai kalangan. Bahkan pada masa awal
keislaman, besi-besi Damaskus dijadikan sebagai alat utama pembuatan senjata
seperti pedang, pisau, tombak dan anak panah.
Pada
abad 7-8 Masehi, ketika Dinasti Umayyah berkuasa, Damaskus menjadi pusat
pembuatan pedang yang terkenal di dunia islam. Begitu pula pada abad ke-9
hingga 12 M. ketika Damaskus dalam kekuasaan Ayyubiyah, kota ini menjadi pusat
pembuatan pedang yang sangat kesohor. Selain kuat dan tajam, pedang buatan
Damaskus juga sangat berkualitas dengan teksturnya yang indah dan menarik.
Ketika
Perang Salib, tentara musuh islam terperangah melawan pasukan muslim, sebab
disamping memiliki kuda-kuda yang handal, pedang-pedang tentara islam mampu
menembus baju besi musuh dengan sekali tebas. Saat Perang Salib itulah
peradaban barat mulai mencari rahasia teknologi tempa baja yang dikuasai dunia
islam. Tentara Perang Salib menyebut baja yang hebat dari Damaskus itu dengan
sebutan Damascus Steel. Teknologi
pengolahan besi dan baja Damaskus mampu menempa dan mengeraskan wootz steel
menjadi indah dan lentur.
Seni
membuat pedang di era kejayaan islam mendapat perhatian khusus dari peradaban
barat. Robert Hoyland dan Brian Gilmore menulis buku bertajuk “Medieval Islamic Swords and Swordmaking.”
Buku setebal 216 halaman itu mengupas risalah yang ditulis ulama muslim
terkemuka pada abad ke-9 M, Ya’kub Ibnu Ishaq Al-Kindi, tentang ‘Pedang dan
Ragam Jenisnya’
Al-Kindi
menulis secara lengkap tentang teknologi pembuatan pedang. Ia juga
mengklasifikasikan beragam jenis besi dan baja untuk membuat pedang.
Menurutnya, pedang itu terbuat dari dua jenis besi, yakni alami (yang
ditambang) dan tak alami (buatan). Besi alami terbagi menjadi dua, Shaburqan
(besi laki - yang sangat keras yang diolah dalam keadaan panas), serta Narmahin
(besi perempuan – adalah besi yang lembek yang tidak dapat diolah dalam kondisi
panas).
Pada
era kejayaan islam, pedang-pedang yang dibuat pandai besi di dunia islam, besi
dan bajanya berasal dari Khurasan, Basrah, Damaskus, Mesir dan Kufah. juga ada
yang di import dari Sarandib (kini wilayah Srilangka).
Ilmuwan
muslim lainnya yang menguasai teknologi pembuatan pedang adalah Abu Al-Raihan
Al-Biruni (973 M – 1048 M). secara khusus ia menulis kitab berjudul, Al-Jamahir fi ma’rifat al-Jawahir. Dalam
karyanya itu, Al-Biruni menggambarkan proses karbonisasi besi tempa dan
pembuatan baja dari besi tuang.
Prof.
Ahmad Al-Hassan dalam tulisannya yang berjudul, The Origin of Damascus Steel in Arabic Sources, mengungkapkan,
hampir semua pedang di dunia islam terbuat dari besi Damaskus, dan salah satu
cirinya dihiasi dengan pola hias (firind).
Menurut Al-Khindi, firind dapat
ditemukan dalam semua jenis besi buatan. Sedangkan pedang yang terbuat dari
besi alami tak memiliki pola hias atau firind.