Sepertinya
topik ini sangat jarang atau mungkin kurang menarik untuk di angkat
menjadi topik sebuah blog atau artikel. Tetapi perjalanan saya ke bali
kemarin memberikan inspirasi bagi saya untuk menulis tentang “sabuk”
atau lebih di kenal dengan “grading” dalam beladiri. Wajah
bahagia murid-murid saya yang baru mendapatkan promosi menjadi motivasi
saya untuk menulis, tanpa saya sadari saya pun teringat ketika pertama
kali saya mendapatkan promosi dalam pelatihan bela diri. Rasanya memang
luar biasa..tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata.. rasa bangga itu
terus melekat dalam diri saya sampai hari ini. Sabuk dalam bela diri itu
seperti “naik kelas” , setelah sekian lama berkutat dengan “pelajaran”
yang sama akhirnya “lulus" dan berhak untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Dalam berlatih beladiri, saya tidak pernah menjadikan sabuk sebagai tujuan saya. Tujuan utama saya adalah menjadi lebih ahli dalam beladiri tersebut. Royce Gracie pernah berkata “ a black belt only covers two inches of your ass, you have to cover the rest”
yang arti bahasa indonesianya kira - kira seperti ini “ sabuk hitam
hanya menutupi 2 inci dari pantat anda, anda harus menutupi sisanya
sendiri ” yah, tentunya sabuk hitam harus ditutupi dengan keahlian
anda. Namun perlu saya akui, setiap kali saya mendapat promosi sabuk
dari pelatih saya, saya merasa sangat bahagia. Saya merasa berbahagia
karena saya mendapatkan penghargaan dari pelatih saya bahwa keahlian
saya telah meningkat, bahwa menurut penilaian beliau, saya telah
mencapai titik baru dalam kemampuan saya.
Fungsi sabuk di beladiri menurut saya,
1.Fungsi utamanya adalah untuk menandakan ada di titik mana keahlian seseorang.
2.Sabuk bisa menjadi motivasi seseorang untuk berlatih mencapai tingkatan tertentu.
3.Simbol senioritas.
Ada beberapa kriteria dalam memberikan promosi sabuk. Menggunakan
sistem pertandingan, apabila seseorang aktif mengikuti pertandingan dan
sering memenangkan kejuaraan maka ia akan mendapatkan promosi sabuk.
Ada juga yang menggunakan cara sparing atau sering di sebut “rolling”
, seseorang akan di promosikan apabila ia bisa menerapkan tekniknya
dalam sesi sparing/rolling. Atau cara yang paling umum, yaitu ujian. Yes,
ujian. Layaknya ujian sekolah. Dalam ujian tersebut, si murid akan di
tunjuk dan di haruskan memperagakan teknik yang di sebutkan oleh sang
penguji. Atau bisa juga dengan cara berdasarkan subjektifitas pelatih.
Cara-cara tersebut di atas memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Saya akan coba menjelaskan secara singkat,
1.Pertandingan
Apabila aktif mengikuti pertandingan dan memenangkannya maka ia akan dengan cepat mendapatkan promosi sabuk. Orang seperti ini ujiannya di “medan tempur” atau sebutan keren saya “let the mat be the judge”. Namun tidak semua orang bisa mengikuti pertandingan dan memenangkannya. Hanya orang-orang berbakatlah yang bisa menggunakan cara ini untuk promosi.
2.Sparing/Rolling
Dalam BJJ, teknik dari sabuk putih sampai dengan hitam sebenarnya sama saja. Yang membedakan adalah efisiensi,timing, dan membaca lawan. Seorang sabuk putih mungkin memerlukan 10 langkah untuk melakukan sebuah kuncian, tetapi seorang sabuk hitam hanya memerlukan 1 langkah. Sebagai seorang pelatih tentunya dapat menilai apabila seseorang ini pantas mendapatkan promosi hanya dengan mengajak si murid sparing.
3.Ujian
Cara ini adalah cara paling umum dan cara tertua dalam semua aliran bela diri. Dalam cara ini, biasanya si murid akan di beritahukan untuk mempelajari semua gerakan yang akan di ujikan. Kemudian akan di tunjuk dan harus memperagakan gerakan tersebut. Dan penilaiannya hanya ada dua. Lulus atau tidak lulus.
4.Subjektifitas
Subjektifitas ini tidak ada tolak ukur pasti. Semua tergantung dari penilaian sang pelatih. Subjektifitas bisa menjadi baik atau buruk tergantung pada sang pelatih. WHY? karena apabila pelatih tersebut memiliki standart yang rendah, maka kualitas muridnya pun akan kurang.
Saya pribadi, lebih suka menggunakan cara yang terakhir, tolak ukur yang saya gunakan adalah pertandingan, sparing, ujian, dedikasi, dan tingkah laku seseorang murid. Yes! Benar saya sangat “old fashioned” dalam hal ini, karena menurut saya dedikasi dan tingkah laku seseorang sangat penting, karena bela diri itu seperti memiliki “super power”. Seseorang bisa mengalahkan orang lain dengan ilmu bela dirinya, “with great power comes great responsibility” karena dari itu saya sangat memperhatikan tingkah laku sebelum menerima atau mempromosikan seorang murid.
Well, sepertinya pembahasan saya sudah cukup panjang. Sekian untuk blog kali ini. Semoga bermanfaat. Dan saran saya, teruslah berlatih, janganlah mudah menyerah, janganlah menjadikan sabuk sebagai tujuan dalam pelatihan. Tetapi berlatihlah dengan sepenuh hati, promosi akan datang dengan sendirinya.
Apabila aktif mengikuti pertandingan dan memenangkannya maka ia akan dengan cepat mendapatkan promosi sabuk. Orang seperti ini ujiannya di “medan tempur” atau sebutan keren saya “let the mat be the judge”. Namun tidak semua orang bisa mengikuti pertandingan dan memenangkannya. Hanya orang-orang berbakatlah yang bisa menggunakan cara ini untuk promosi.
2.Sparing/Rolling
Dalam BJJ, teknik dari sabuk putih sampai dengan hitam sebenarnya sama saja. Yang membedakan adalah efisiensi,timing, dan membaca lawan. Seorang sabuk putih mungkin memerlukan 10 langkah untuk melakukan sebuah kuncian, tetapi seorang sabuk hitam hanya memerlukan 1 langkah. Sebagai seorang pelatih tentunya dapat menilai apabila seseorang ini pantas mendapatkan promosi hanya dengan mengajak si murid sparing.
3.Ujian
Cara ini adalah cara paling umum dan cara tertua dalam semua aliran bela diri. Dalam cara ini, biasanya si murid akan di beritahukan untuk mempelajari semua gerakan yang akan di ujikan. Kemudian akan di tunjuk dan harus memperagakan gerakan tersebut. Dan penilaiannya hanya ada dua. Lulus atau tidak lulus.
4.Subjektifitas
Subjektifitas ini tidak ada tolak ukur pasti. Semua tergantung dari penilaian sang pelatih. Subjektifitas bisa menjadi baik atau buruk tergantung pada sang pelatih. WHY? karena apabila pelatih tersebut memiliki standart yang rendah, maka kualitas muridnya pun akan kurang.
Saya pribadi, lebih suka menggunakan cara yang terakhir, tolak ukur yang saya gunakan adalah pertandingan, sparing, ujian, dedikasi, dan tingkah laku seseorang murid. Yes! Benar saya sangat “old fashioned” dalam hal ini, karena menurut saya dedikasi dan tingkah laku seseorang sangat penting, karena bela diri itu seperti memiliki “super power”. Seseorang bisa mengalahkan orang lain dengan ilmu bela dirinya, “with great power comes great responsibility” karena dari itu saya sangat memperhatikan tingkah laku sebelum menerima atau mempromosikan seorang murid.
Well, sepertinya pembahasan saya sudah cukup panjang. Sekian untuk blog kali ini. Semoga bermanfaat. Dan saran saya, teruslah berlatih, janganlah mudah menyerah, janganlah menjadikan sabuk sebagai tujuan dalam pelatihan. Tetapi berlatihlah dengan sepenuh hati, promosi akan datang dengan sendirinya.