Kerancuan Ittihad, Hulul dan Wahdah al-wujud
Sebelum
membahas kerancuannya, marilah dilihat apa yang dimaksudkan dengan Ittihad, Hulul dan Wahdah
al-wujud dalam versi mereka yang memakai dan mengamalkannya :
Pengalaman ittihad
ini ditonjolkan oleh
Abu Yazid al Bustami
(w. 874 M). Ucapan-ucapan
yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa
untuk mencapai ittihad diperlukan
usaha yang keras dan waktu yang
lama. Seseorang pernah
bertanya kepada Abu Yazid
tentang perjuangannya untuk
mencapai ittihad. Ia menjawab, "Tiga tahun," sedang umurnya
waktu itu telah lebih
dari tujuh puluh
tahun. Ia ingin mengatakan bahwa dalam usia tujuh puluh tahunlah
ia baru sampai
ke stasion ittihad.
Sebelum sampai
ke ittihad, seorang
sufi harus terlebih dahulu
mengalami fana' dan baqa'. Yang dimaksud dengan fana' adalah hancur
sedangkan baqa' berarti
tinggal. Sesuatu didalam diri
sufi akan fana atau hancur dan
sesuatu yang lain akan
baqa atau tinggal.
Dalam literatur tasawuf disebutkan, orang
yang fana dari
kejahatan akan baqa (tinggal) ilmu
dalam dirinya; orang yang fana dari maksiat akan baqa (tinggal) takwa
dalam dirinya. Dengan
demikian, yang tinggal dalam
dirinya sifat-sifat yang baik. Sesuatu hilang dari diri sufi dan sesuatu
yang lain akan
timbul sebagai gantinya. Hilang
kejahilan akan timbul ilmu. Hilang sifat buruk akan timbul sifat
baik. Hilang maksiat
akan timbul takwa.
Untuk sampai
ke ittihad, sufi
harus terlebih dahulu mengalami al-fana' 'an al-nafs, dalam
arti lafdzi kehancuran jiwa. Yang dimaksud bukan hancurnya jiwa sufi menjadi
tiada, tapi kehancurannya akan menimbulkan kesadaran sufi terhadap diri-Nya. Inilah yang disebut kaum
sufi al-fana' 'an al-nafs wa al-baqa, bi 'l-Lah, dengan arti kesadaran
tentang diri sendiri hancur
dan timbullah kesadaran diri Tuhan. Di sini terjadilah ittihad,
persatuan atau manunggal dengan Tuhan.
Mengenai fana', Abu Yazid
mengatakan, "Aku mengetahui Tuhan melalui diriku
hingga aku hancur,
kemudian aku mengetahui-Nya
melalui diri-Nya dan akupun hidup.
Sedangkan mengenai fana dan
baqa', ia mengungkapkan lagi, "Ia membuat aku gila pada diriku hingga aku
mati. Kemudian Ia
membuat aku gila kepada
diri-Nya, dan akupun hidup." Lalu, diapun berkata lagi, "Gila
pada diriku adalah fana' dan gila pada diri-Mu adalah baqa' (kelanjutan
hidup)."
Dalam menjelaskan
pengertian fana', al-Qusyairi menulis, "Fananya seseorang
dari dirinya dan
dari makhluk lain terjadi
dengan hilangnya kesadaran
tentang dirinya dan makhluk lain. Sebenarnya dirinya
tetap ada, demikian
pula makhluk lain, tetapi ia tak
sadar lagi pada diri mereka dan pada dirinya. Kesadaran sufi tentang
dirinya dan makhluk lain
lenyap dan pergi
ke dalam diri Tuhan dan terjadilah ittihad."
Ketika sampai ke ambang
pintu ittihad dari
sufi keluar ungkapan-ungkapan ganjil
yang dalam istilah sufi disebut syatahat (ucapan teopatis).
Syatahat yang diucapkan
Abu Yazid, antara lain,
sebagai berikut, "Manusia
tobat dari dosanya, tetapi aku
tidak. Aku hanya
mengucapkan, tiada Tuhan selain
Allah."
Abu Yazid
tobat dengan lafadz
syahadat demikian, karena lafadz itu menggambarkan Tuhan masih
jauh dari sufi
dan berada di belakang tabir. Abu
Yazid ingin berada di hadirat Tuhan,
berhadapan langsung dengan
Tuhan dan mengatakan kepadaNya: Tiada Tuhan selain
Engkau.
Dia juga
mengucapkan, "Aku tidak
heran melihat cintaku pada-Mu,
karena aku hanyalah hamba yang hina.
Tetapi aku heran melihat
cinta-Mu padaku, karena Engkau adalah Raja Maha Kuasa."
Kara-kata ini menggambarkan bahwa
cinta mendalam Abu Yazid telah
dibalas Tuhan. Lalu,
dia berkata lagi, "Aku tidak
meminta dari Tuhan kecuali Tuhan."
Seperti halnya Rabi'ah yang tidak
meminta surga dari Tuhan dan
pula tidak meminta
dijauhkan dari neraka
dan yang dikehendakinya hanyalah
berada dekat dan
bersatu dengan Tuhan. Dalam
mimpi ia bertanya, "Apa jalannya untuk sampai kepadaMu?"
Tuhan menjawab, "Tinggalkan
dirimu dan datanglah." Akhirnya Abu
Yazid dengan meninggalkan dirinya mengalami fana, baqa' dan ittihad.
Masalah ittihad, Abu Yazid menggambarkan
dengan kata-kata berikut ini,
"Pada suatu ketika
aku dinaikkan kehadirat Tuhan dan Ia berkata, Abu Yazid, makhluk-Ku
ingin melihat engkau. Aku
menjawab, kekasih-Ku, aku
tak ingin melihat mereka.
Tetapi jika itu
kehendak-Mu, aku tak
berdaya menentang-Mu. Hiasilah
aku dengan keesaan-Mu, sehingga jika makhluk-Mu melihat aku, mereka
akan berkata, telah
kami lihat Engkau. Tetapi
yang mereka lihat sebenarnya
adalah Engkau, karena ketika itu aku tak ada di sana."
Dialog antara Abu Yazid dengan
Tuhan ini menggambarkan bahwa ia dekat sekali dengan Tuhan. Godaan Tuhan untuk
mengalihkan perhatian Abu Yazid ke makhluk-Nya
ditolak Abu Yazid.
Ia tetap meminta bersatu
dengan Tuhan. Ini
kelihatan dari kata-katanya, "Hiasilah aku dengan keesaan-Mu." Permintaan Abu Yazid
dikabulkan Tuhan dan
terjadilah persatuan, sebagaimana terungkap
dari kata-kata berikut
ini, "Abu Yazid, semuanya
kecuali engkau adalah
makhluk-Ku." Akupun berkata, aku adalah Engkau, Engkau adalah aku dan aku
adalah Engkau."
Dalam literatur
tasawuf disebut bahwa dalam
ittihad, yang satu memanggil yang lain dengan kata-kata: Ya ana (Hai aku). Hal ini
juga dialami Abu
Yazid, seperti kelihatan dalam ungkapan selanjutnya, "Dialog pun
terputus, kata menjadi satu,
bahkan seluruhnya menjadi satu. Maka Ia pun berkata kepadaku,
"Hai Engkau, aku menjawab
melalui diri-Nya "Hai Aku." Ia
berkata kepadaku, "Engkaulah Yang
Satu." Aku menjawab,
"Akulah Yang Satu."
Ia berkata lagi,
"Engkau adalah Engkau." Aku menjawab: "Aku adalah
Aku."
Yang penting
diperhatikan dalam ungkapan
diatas adalah kata-kata Abu Yazid
"Aku menjawab melalui diriNya" (Fa qultubihi). Kata-kata
bihi -melalui diri-Nya-
menggambarkan bersatunya Abu Yazid
dengan Tuhan, rohnya
telah melebur dalam diri
Tuhan. Ia tidak
ada lagi, yang ada hanyalah Tuhan.
Maka yang mengatakan "Hai Aku Yang
Satu" bukan Abu Yazid, tetapi Tuhan melalui Abu Yazid.
Dalam arti
serupa inilah harus
diartikan kata-kata yang diucapkan lidah
sufi ketika berada
dalam ittihad yaitu kata-kata yang
pada lahirnya mengandung
pengakuan sufi seolah-olah ia
adalah Tuhan. Abu Yazid, seusai
sembahyang subuh,
mengeluarkan kata-kata, "Maha
Suci Aku, Maha Suci Aku, Maha Besar Aku, Aku adalah Allah. Tiada
Allah selain Aku, maka sembahlah
Aku."
Dalam istilah
sufi, kata-kata tersebut
memang diucapkan lidah Abu Yazid, tetapi itu tidak berarti bahwa ia mengakui dirinya Tuhan. Mengakui dirinya Tuhan adalah dosa
terbesar, dan sebagaimana dilihat pada
permulaan makalah ini,
agar dapat dekat kepada
Tuhan, sufi haruslah bersih bukan dari dosa saja, tetapi juga dari
syubhat. Maka dosa
terbesar tersebut diatas akan membuat Abu Yazid jauh dari Tuhan dan tak
dapat bersatu dengan Dia. Maka
dalam pengertian sufi, kata-kata diatas
betul keluar dari mulut Abu Yazid. Dengan kata lain, Tuhanlah yang
mengaku diri-Nya Allah
melalui lidah Abu Yazid. Karena itu dia pun mengatakan,
"Pergilah, tidak ada di rumah ini selain
Allah Yang Maha
Kuasa. Di dalam jubah ini tidak
ada selain Allah."
Yang mengucapkan
kata-kata itu memang
lidah Abu Yazid, tetapi itu tidak
mengandung pengakuan Abu Yazid
bahwa ia adalah Tuhan.
Itu adalah kata-kata
Tuhan yang diucapkan melalui lidah Abu Yazid.
Sufi lain yang
mengalami persatuan dengan
Tuhan adalah Husain Ibn
Mansur al-Hallaj (858-922
M), yang berlainan nasibnya dengan Abu Yazid. Nasibnya malang karena
dijatuhi hukuman bunuh, mayatnya
dibakar dan debunya
dibuang ke sungai Tigris. Hal ini karena dia mengatakan, "Ana 'l-Haqq" (Akulah Yang Maha Benar).
Pengalaman persatuannya dengan Tuhan tidak disebut
ittihad, tetapi hulul. Kalau Abu Yazid mengalami naik ke langit untuk bersatu dengan
Tuhan, al-Hallaj mengalami
persatuannya dengan Tuhan turun ke bumi. Dalam literatur
tasawuf hulul diartikan, Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu
untuk bersemayam didalamnya dengan
sifat-sifat ketuhanannya, setelah sifat-sifat
kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dihancurkan.
Di sini terdapat juga konsep
fana, yang dialami Abu
Yazid dalam ittihad sebelum
tercapai hulul. Menurut
al-Hallaj, manusia mempunyai dua sifat dasar: nasut (kemanusiaan)
dan lahut (ketuhanan). Demikian juga Tuhan mempunyai dua sifat dasar,
lahut (ketuhanan) dan nasut (kemanusiaan). Landasan bahwa Tuhan
dan manusia sama-sama mempunyai
sifat diambil dari hadits yang menegaskan
bahwa Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya.
Hadits ini
mengandung arti bahwa
didalam diri Adam ada bentuk Tuhan
dan itulah yang
disebut lahut manusia. Sebaliknya didalam
diri Tuhan terdapat
bentuk Adam dan itulah yang
disebut nasut Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada syair al-Hallaj sebagai
berikut:
Maha Suci Diri Yang Sifat
kemanusiaan-Nya Membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang Kemudian
kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata Dalam bentuk manusia yang makan dan
minum
Dengan membersihkan
diri malalui ibadat
yang banyak dilakukan, nasut manusia lenyap dan muncullah lahut-nya
dan ketika itulah nasut Tuhan turun bersemayam dalam diri
sufi dan terjadilah hulul.
Hal itu digambarkan al-Hallaj
dalam syair berikut ini:
Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku Sebagaimana
anggur disatukan dengan air suci
Jika Engkau disentuh, aku
disentuhnya pula Maka, ketika itu -dalam tiap hal- Engkau adalah aku.
Hulul juga digambarkan dalam
syair berikut:
Aku adalah Dia yang kucintai Dan
Dia yang kucintai adalah aku, Kami adalah dua jiwa yang menempati satu tubuh,
Jika Engkau lihat aku, engkau
lihat Dia, Dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat Kami.
Ketika mengalami hulul yang
digambarkan diatas itulah lidah al-Hallaj mengucapkan,
"Ana 'l-Haqq"
(Akulah Yang Maha Benar).
Tetapi sebagaimana halnya dengan
Abu Yazid, ucapan itu tidak mengandung
arti pengakuan al-Hallaj dirinya
menjadi Tuhan. Kata-kata itu adalah kata-kata Tuhan yang Ia ucapkan melalui lidah
al-Hallaj. Sufi yang bernasib malang ini mengatakan,
"Aku adalah rahasia Yang
Maha Benar, Yang Maha Benar bukanlah Aku, Aku hanya satu dari yang benar, Maka
bedakanlah antara kami."
Syatahat atau kata-kata
teofani sufi seperti
itu membuat kaum syari'at
menuduh sufi telah menyeleweng dari ajaran Islam dan
menganggap tasawuf bertentangan dengan Islam. Kaum syari'at yang banyak terikat
kepada formalitas ibadat, tidak menangkap pengalaman sufi
yang mementingkan hakekat
dan tujuan ibadat, yaitu mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.
Dalam sejarah Islam
memang terkenal adanya
pertentangan keras antara kaum
syari'at dan kaum hakekat, gelar yang diberikan kepada
kaum sufi. Pertentangan ini mereda
setelah al-Ghazali datang dengan pengalamannya bahwa jalan sufilah yang
dapat membawa orang kepada kebenaran yang
menyakinkan. Al-Ghazali
menghalalkan tasawuf sampai
tingkat ma'rifah, sungguhpun ia tidak mengharamkan tingkat fana',
baqa, dan ittihad. Ia tidak
mengkafirkan Abu Yazid dan al-Hallaj, tapi mengkafirkan al-Farabi dan Ibn Sina.
Kalau filsafat, setelah
kritik al-Ghazali dalam
bukunya Tahafut
al-Falasifah, tidak berkembang
lagi di dunia Islam Sunni, tasawuf
sebaliknya banyak diamalkan,
bahkan oleh syariat sendiri.
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pengalaman persatuan
manusia dengan Tuhan
yang dibawa al-Bustami dalam
ittihad dan al-Hallaj dalam hulul, Muhy al-Din Ibn 'Arabi
(1165-1240) membawa ajaran kesatuan
wujud makhluk dengan Tuhan dalam wahdat al-wujud.
Lahut dan nasut, yang bagi al-Hallaj merupakan dua
hal yang berbeda, ia satukan menjadi dua aspek. Dalam pengalamannya, tiap makhluk mempunyai dua
aspek. Aspek batin yang merupakan esensi, disebut al-haqq,
dan aspek luar
yang merupakan aksiden disebut al-khalq. Semua makhluk dalam aspek
luarnya berbeda, tetapi dalam aspek batinnya
satu, yaitu al-haqq. Wujud semuanya satu, yaitu wujud
al-haqq.
Tuhan, sebagaimana
disebut dalam Hadits yang telah dikutip pada permulaan, pada awalnya
adalah "harta" tersembunyi, kemudian Ia
ingin dikenal maka diciptakan-Nya makhluk, dan melalui makhluklah Ia
dikenal. Maka, alam sebagai makhluk, adalah penampakan diri atau tajalli
dari Tuhan. Alam sebagai cermin yang didalamnya terdapat gambar Tuhan.
Dengan kata lain, alam
adalah bayangan Tuhan. Sebagai
bayangan, wujud alam tak akan ada tanpa wujud Tuhan. Wujud alam
tergantung pada wujud Tuhan.
Sebagai bayangan, wujud
alam bersatu dengan wujud Tuhan dalam ajaran wahdat al-wujud.
Yang ada dalam alam ini
kelihatannya banyak tetapi
pada hakekatnya satu. Keadaan ini
tak ubahnya sebagai orang yang melihat dirinya dalam beberapa cermin
yang diletakkan di sekelilingnya. Di
dalam tiap cermin, ia lihat
dirinya. Di dalam cermin, dirinya
kelihatan banyak, tetapi
pada hakekatnya dirinya hanya
satu. Yang lain dan yang banyak adalah
bayangannya.
Oleh karena itu ada orang yang
mengidentikkan ajaran wahdat al-wujud Ibn
Arabi dengan panteisme dalam arti
bahwa yang disebut Tuhan adalah alam semesta.
Jelas bahwa Ibn
Arabi tidak mengidentikkan alam
dengan Tuhan. Bagi Ibn Arabi, sebagaimana halnya dengan
sufi-sufi lainnya, Tuhan
adalah transendental dan bukan
imanen. Tuhan berada di luar dan bukan
di dalam alam. Alam hanya merupakan penampakan
diri atau tajalli dari Tuhan.
Ajaran wahdat al-wujud dengan tajalli Tuhan ini
selanjutnya membawa pada ajaran al-Insan
al-Kamil yang dikembangkan terutama oleh
Abd al-Karim al-Jilli
(1366-1428). Dalam pengalaman
al-Jilli, tajalli atau
penampakan diri Tuhan mengambil tiga
tahap tanazul (turun), ahadiah,
Huwiah dan Aniyah.
Pada tahap ahadiah, Tuhan dalam
keabsolutannya baru keluar dari
al-'ama, kabut kegelapan, tanpa nama dan sifat. Pada tahap
hawiah nama dan sifat Tuhan telah muncul, tetapi masih dalam bentuk potensial. Pada tahap aniah, Tuhan
menampakkan diri dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya pada makhluk-Nya. Di antara
semua makhluk-Nya, pada
diri manusia Ia menampakkan diri-Nya dengan segala
sifat-Nya.
Sungguhpun manusia merupakan
tajalli atau penampakan
diri Tuhan yang paling
sempurna diantara semua makhluk-Nya, tajalli-Nya tidak sama pada semua
manusia. Tajalli Tuhan yang
sempurna terdapat dalam
Insan Kamil. Untuk mencapai tingkat
Insan Kamil, sufi
mesti mengadakan taraqqi (pendakian) melalui
tiga tingkatan: bidayah, tawassut
dan khitam.
Pada tingkat bidayah, sufi
disinari oleh nama-nama
Tuhan, dengan kata lain, pada sufi yang demikian, Tuhan menampakkan diri
dalam nama-nama-Nya, seperti
Pengasih, Penyayang dan sebagainya (tajalli fi al-asma). Pada
tingkat tawassut, sufi disinari oleh sifat-sifat Tuhan, seperti hayat, ilmu,
qudrat dll. Dan Tuhan
ber-tajalli pada sufi
demikian dengan sifat-sifat-Nya.
Pada tingkat khitam, sufi
disinari dzat Tuhan yang dengan demikian sufi tersebut
ber-tajalli dengan dzat-Nya. Pada tingkat ini sufi pun menjadi Insan
Kamil. Ia menjadi manusia
sempurna, mempunyai sifat
ketuhanan dan dalam dirinya terdapat
bentuk (shurah) Allah. Dialah bayangan Tuhan
yang sempurna. Dan
dialah yang menjadi perantara antara manusia dan Tuhan.
Insan Kamil terdapat dalam diri
para Nabi dan
para wali. Di antara semuanya, Insan
Kamil yang tersempurna
terdapat dalam diri
Nabi Muhammad.
Demikianlah, tujuan sufi untuk
berada sedekat mungkin dengan Tuhan akhirnya tercapai malalui ittihad
serta hulul yang mengandung pengalaman persatuan roh
manusia dengan roh Tuhan dan melalui wahdat al-wujud yang mengandung arti penampakan diri atau
tajalli Tuhan yang
sempurna dalam diri Insan Kamil.
Sementara itu tasawuf pada masa awal
sejarahnya mengambil bentuk
tarekat, dalam arti organisasi tasawuf, yang dibentuk oleh murid-murid
atau pengikut-pengikut sufi
besar untuk melestarikan ajaran
gurunya. Di antara tarekat-tarekat besar yang terdapat di Indonesia adalah
Qadiriah yang muncul pada abad ke-13
Masehi untuk melestarikan
ajaran Syekh Abdul Qadir Jailani (w. 1166 M), Naqsyabandiah, muncul pada
abad ke-14 bagi pengikut
Bahauddin Naqsyabandi (w.
1415 M), Syattariah, pengikut
Abdullah Syattar (w.
1415 M), dan Tijaniah
yang muncul pada
abad ke-19 di
Marokko dan Aljazair. Tarekat-tarekat besar
lain diantaranya adalah Bekhtasyiah di
Turki, Sanusiah di
Libia, Syadziliah di Marokko,
Mesir dan Suria, Mawlawiah (Jalaluddin
Rumi) di Turki, dan Rifa'iah di
Irak, Suria dan Mesir.
Dalam tarekat,
ajaran-ajaran sufi besar tersebut terkadang diselewengkan, sehingga
tarekat menyimpang dari
tujuan sebenarnya dari sufi untuk
menyucikan diri dan berada dekat dengan Tuhan. Tarekat ada yang telah menyalahi
ajaran dasar sufi dan
syari'at Islam, sehingga timbullah pertentangan antara kaum
syari'at dan kaum tarekat.
Sementara itu ada pula
tarekat yang menekankan
pentingnya kehidupan rohani dan
mengabaikan kehidupan duniawi, dan disamping itu
menekankan ajaran tawakal
sufi, sehingga mengabaikan usaha.
Dengan kata lain,
yang dikembangkan tarekat adalah
orientasi akhirat dan sikap tawakal.
Perlu ditegaskan bahwa sampai
permulaan abad ke-20, tarekat mempunyai pengaruh
besar dalam masyarakat
Islam. Karena pengaruh besar itu, orang-orang yang ingin mendapat
dukungan dari masyarakat menjadi
anggota tarekat. Di Turki Usmani, tentara menjadi
anggota tarekat Bekhtasyi
dan dalam perlawanan mereka
terhadap pembaharuan yang
diadakan sultan-sultan,
mereka mendapat sokongan
dari tarekat Bekhtasyi dan para
ulama Turki.
Karena pengaruh besar dalam
masyarakat itu orientasi akhirat dan sikap tawakal berkembang di kalangan
umat Islam yang bekas-bekasnya masih
ada pada kita sampai sekarang.
Untuk itu tidak mengherankan kalau
pemimpin-pemimpin pembaharuan dalam Islam
seperti Jamaluddin Afghani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan terutama Kamal Ataturk
memandang tarekat sebagai salah
satu faktor yang membawa kepada kemunduran umat Islam.
Dalam pada itu dunia dewasa
ini dilanda oleh
materialisme yang menimbulkan
berbagai masalah sosial yang pelik. Banyak orang mengatakan bahwa dalam menghadapi
meterialisme yang melanda dunia
sekarang, perlu
dihidupkan kembali spiritualisme.
Disini tasawuf dengan ajaran
kerohanian dan akhlak mulianya
dapat memainkan peranan
penting. Tetapi untuk itu yang perlu
ditekankan tarekat dalam
diri para pengikutnya adalah
penyucian diri dan pembentukan akhlak mulia disamping
kerohanian dengan tidak
mengabaikan kehidupan keduniaan.
Pada akhir-akhir ini memang kelihatan gejala
orang-orang di Barat yang bosan
hidup kematerian lalu
mencari hidup kerohanian di
Timur. Ada yang
pergi ke kerohanian dalam agama Buddha, ada ke kerohanian dalam
agama Hindu dan
tak sedikit pula yang
mengikuti kerohanian dalam agama Islam, umpamanya aliran Subud di
Jakarta.
Dalam hubungan itu kira-kira
30 tahun
lalu, A.J. Arberry dalam
bukunya Sufism menulis bahwa
Muslim dan bukan Muslim adalah makhluk Tuhan yang satu. Oleh
karena itu bukanlah tidak pada tempatnya bagi seorang Kristen untuk
mempelajari ajaran-ajaran sufi yang telah
meninggalkan pengaruh besar dalam
kehidupan umat Islam
dan bersama-sama dengan orang Islam menggali kembali ajaran-ajaran
sufi yang akan
dapat memenuhi kebutuhan orang yang mencari nilai-nilai kerohanian dan
moral zaman yang penuh kegelapan dan
tantangan seperti
sekarang. ------- Dicopas dari sebuah
situs.
Membahas
kerancuan hulul,
ittihad atau wahdah al-wujud
Dalam
tinjauan al-Hafiszh as-Suyuthi, keyakinan hulul, ittihad atau wahdah al-wujud
secara hitoris awal mulanya berasal dari kaum Nasrani. Mereka meyakini bahwa
Tuhan menyatu dengan nabi Isa, dalam pendapat mereka yang lain menyatu dengan
nabi Isa dan ibunya; Maryam sekaligus. Hulul dan wahdah al-wujud ini sama
sekali bukan berasal dari ajaran Islam. Bila kemudian ada beberapa orang yang
mengaku sufi meyakini dua akidah tersebut atau salah satunya, jelas ia seorang
sufi gadungan. Para ulama, baik ulama Salaf maupun Khalaf dan kaum sufi sejati
dan hingga sekarang telah sepakat dan terus memerangi dua akidah tersebut.
(as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 130, Pembahasan lebih luas tentang keyakinan
kaum Nasrani dalam teori hulul dan Ittihad lihat as-Syahrastani, al-Milal Wa
al-Nihal, h. 178-183).
Al-Imam
al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi menilai bahwa seorang yang berkeyakinan hulul
atau wahdah al-wujud jauh lebih buruk dari pada keyakinan kaum Nasrani. Karena
bila dalam keyakinan Nasrani Tuhan meyatu dengan nabi Isa atau dengan Maryam
sekaligus (yang mereka sebut dengan doktrin trinitas), maka dalam keyakinan hulul
dan wahdah al-wujud Tuhan menyatu dengan manusia-manusia tertentu, atau menyatu
dengan setiap komponen dari alam ini.
Demikian
pula dalam penilaian Imam al-Ghazali, jauh sebelum as-Suyuthi, beliau sudah
membahas secara gamblang kesesasatan dua akidah ini. Dalam pandangan beliau,
teori yang diyakini kaum Nasrani bahwa al-lahut (Tuhan) menyatu dengan al-nasut
(makhluk), yang kemudian diadopsi oleh faham hulul dan ittihad adalah kesesatan
dan kekufuran (as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 130). Di antara karya al-Ghazali
yang cukup komprehensif dalam penjelasan kesesatan faham hulul dan ittihad
adalah al-Munqidz Min adl-Dlalal dan al-Maqshad al-Asna Fî Syarh Asma’ Allah
al-Husna. Dalam dua buku ini beliau telah menyerang habis faham-faham kaum sufi
gadungan. Termasuk juga dalam karya fenomenalnya, Ihya ‘Ulumiddîn.
Imam
al-Haramain dalam kitab al-Irsyad juga menjelaskan bahwa keyakinan ittihad
berasal dari kaum Nasrani. Kaum Nasrani berpendapat bahwa ittihad hanya terjadi
hanya pada nabi Isa, tidak pada nabi-nabi yang lain. Kemudian tentang teori hulul
dan ittihad ini kaum Nasrani sendiri berbeda pendapat, sebagain dari mereka
menyatakan bahwa yang menyatu dengan tubuh nabi Isa adalah sifat-sifat
ketuhanan. Pendapat lainnya mengatakan bahwa dzat tuhan menyatu yaitu dengan
melebur pada tubuh nabi Isa laksana air yang bercampur dengan susu. Selain ini
ada pendapat-pendapat mereka lainnya. Semua pendapat mereka tersebut secara
garis besar memiliki pemahaman yang sama, yaitu pengertian kesatuan (hulul dan
ittihad). Dan semua faham-faham tersebut diyakini secara pasti oleh para ulama
Islam sebagai kesesatan. (as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 130, mengutip dari
Imam al-Haramain dalam al-Irsyad).
Imam
al-Fakh ar-Razi dalam kitab al-Mahshal Fî Ushuliddîn, menuliskan sebagai
berikut:
“Sang Pencipta (Allah) tidak menyatu dengan
lain-Nya. Karena bila ada sesuatu bersatu dengan sesuatu yang lain maka berarti
sesuatu tersebut menjadi dua, bukan lagi satu. Lalu jika keduanya tidak ada
atau menjadi hilang (ma’dum) maka keduanya berarti tidak bersatu. Demikian pula
bila salah satunya tidak ada (ma’dum) dan satu lainnya ada (maujud) maka
berarti keduanya tidak bersatu, karena yang ma’dum tidak mungkin bersatu dengan
yang maujud” (as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 130, mengutip dari al-Fakh ar-Razi
dalam al-Mahshal Fi Ushul al-Dîn).
Al-Qadlî ‘Iyadl dalam kitab al-Syifa menyatakan bahwa seluruh orang Islam telah sepakat dalam meyakini kesesatan akidah hulul dan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah menyatu dengan tubuh manusia. Keyakinan-keyakinan semacam ini, dalam tinjauan al-Qadlî ‘Iyadl tidak lain hanya datang dari orang-orang sufi gadungan, kaum Bathiniyyah, Qaramithah, dan kaum Nasrani (Al-Qadli ‘Iyadl, al-Syifa…, j. 2, h. 236). Dalam kitab tersebut al-Qadlî ‘Iyadl menuliskan:
“Seorang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya,
atau berkeyakinan bahwa Allah adalah benda, maka dia tidak mengenal Allah
(kafir) seperti orang-orang Yahudi. Demikian pula telah menjadi kafir orang
yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya (hulul), atau
bahwa Allah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain seperti keyakinan
kaum Nasrani” (Al-Qadli ‘Iyadl, al-Syifa…, j. 2, h. 236).
Imam Taqiyyuddin Abu Bakr al-Hishni dalam Kifayah al-Akhyar mengatakan bahwa kekufuran seorang yang berkeyakinan hulul dan wahdah al-wujud lebih buruk dari pada kekufuran orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Kaum Yahudi menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa ‘Uzair sebagai anak-Nya. Kaum Nasrani menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Isa dan Maryam sebagai tuhan anak dan tuhan Ibu; yang oleh mereka disebut dengan doktrin trinitas. Sementara pengikut akidah hulul dan wahdah al-wujud meyakini bahwa Allah menyatu dengan dzat-dzat makhluk-Nya. Artinya dibanding Yahudi dan Nasrani, pemeluk akidah hulul dan wahdah al-wujud memiliki lebih banyak tuhan; tidak hanya satu atau dua saja, karena mereka menganggap bahwa setiap komponen dari alam ini merupakan bagian dari Dzat Allah, Na’udzu Billah. Imam al-Hishni menyatakan bahwa siapapun yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memerangi akidah hulul dan akidah wahdah al-wujud maka ia memiliki kewajiban untuk mengingkarinya dan menjauhkan orang-orang Islam dari kesesatan-kesesatan dua akidah tersebut (Lihat al-Hushni, Kifayah al-Akhyar…, j. 1, h. 198).
Imam Ahmad
ar-Rifa’i, perintis tarekat ar-Rifa’iyyah, di antara wasiat yang disampaikan
kepada para muridnya berkata:
“Majelis kita ini suatu saat akan berakhir, maka
yang hadir di sini hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir bahwa barang
siapa yang membuat bid’ah di jalan ini, merintis sesuatu yang baru yang
menyalahi ajaran agama, berkata-kata dengan wahdah al-wujud, berdusta dengan
keangkuhannya kepada para makhluk Allah, sengaja berkata-kata syathahat, melucu
dengan kalimat-kalimat tidak dipahaminya yang dikutip dari kaum sufi, merasa
senang dengan kedustaannya, berkhalwat dengan perempuan asing tanpa hajat yang
dibenarkan syari’at, tertuju pandangannya kepada kehormatan kaum muslimin dan
harta-harta mereka, membuat permusuhan antara para wali Allah, membenci orang
muslim tanpa alasan yang dibenarkan syari’at, menolong orang yang zhalim,
menghinakan orang yang dizhalimi, mendustakan orang yang jujur, membenarkan
orang yang dusta, berprilaku dan berkata-kata seperti orang-orang yang bodoh,
maka saya terbebas dari orang semacam ini di dunia dan di akhirat (lihat Sawad
al-‘Ainain Fî Manaqib Abî al-‘Alamain karya al-Imam as-Suyuthi).
Al-Qadlî Abu al-Hasan al-Mawardi mengatakan bahwa seorang yang berpendapat hulul dan ittihad bukan seorang muslim yang beriman dengan syari’at Allah. Seorang yang berkeyakinan hulul ini tidak akan memberikan manfa’at pada dirinya sekalipun ia berkoar membicakan akidah tanzih. Karena seorang yang mengaku Ahl at-Tanzîh namun ia meyakini akidah hulul atau ittihad adalah seorang mulhid (kafir). Dalam tinjauan al-Mawardi, bukan suatu yang logis bila seseorang mengaku ahli tauhid sementara itu ia berkeyakinan bahwa Allah menyatu pada raga manusia. Sama halnya pengertian bersatu di sini antara sifat-sifat tuhan dengan sifat-sifat manusia, atau dalam pengartian melebur antara dua dzat; Dzat Allah dengan dzat makhluk-Nya. Karena bila demikian maka berarti tuhan memiliki bagian-bagian, permulaan dan penghabisan, serta memiliki sifat-sifat makhluk lainnya (as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 132).
Al-Hafizh
as-Suyuthi dalam kutipannya dari kitab Mi’yar al-Murîdîn, berkata:
“Ketahuilah bahwa asal kemunculan kelompok sesat
dari orang-orang yang berkeyakinan ittihad dan hulul adalah akibat dari
kedangkalan pemahaman mereka terhadap pokok-pokok keyakinan (al-Ushul) dan
cabang-cabangnya (al-furu’). Dalam pada ini telah banyak atsar yang
membicarakan untuk menghindari seorang ahli ibadah (‘Abid) yang bodoh. Seorang
yang tidak berilmu tidak akan mendapatkan apapun dari apa yang ia perbuatnya,
dan orang semacam ini tidak akan berguna untuk melakukan suluk” (as-Suyuthi,
al-Hawî…, j. 2, h. 133).
Seorang sufi kenamaan, Imam Sahl ibn ‘Abdullah at-Tustari, berkata:
“Dalil atas kesesatan faham kasatuan (ittihad)
antara manusia dengan Tuhan adalah karena bersatunya dua dzat itu sesuatu yang
mustahil. Dua dzat manusia saja, misalkan, tidak mungkin dapat disatukan karena
adanya perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Terlebih lagi antara manusia
dengan Tuhan, sangat mustahil. Karena itu keyakinan ittihad adalah sesuatu yang
batil dan mustahil, ia tertolak secara syara’ juga secara logika. Oleh
karenanya kesesatan akidah ini telah disepakati oleh para nabi, para wali, kaum
sufi, para ulama dan seluruh orang Islam. Keyakinan ittihad ini sama sekali
bukan keyakinan kaum sufi. Keyakinan ia datang dari mereka yang tidak memahami
urusan agama dengan benar, yaitu mereka yang menyerupakan dirinya dengan kaum
Nasrani yang meyakini bahwa al-nasut (nabi Isa) menyatu dengan al-lahut (Tuhan)”
(as-Suyuthi, al-Hawî…, j. 2, h. 134).
Dalam tinjauan Imam al-Ghazali, dasar keyakinan hulul dan ittihad adalah sesuatu yang tidak logis. Kesatuan antara Tuhan dengan hamba-Nya, dengan cara apapun adalah sesuatu yang mustahil, baik kesatuan antara dzat dengan dzat, maupun kesatuan antara dzat dengan sifat. Dalam pembahasan tentang sifat-sifat Allah, al-Ghazali menyatakan memang ada beberapa nama pada hak Allah yang secara lafazh juga dipergunakan pada makhluk. Namun hal ini hanya keserupaan dalam lafazhnya saja, adapun secara makna jelas berbeda. Sifat al-Hayat (hidup), misalkan, walaupun dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia, namun makna masing-masing sifat tersebut berbeda. Sifat hayat pada hak Allah bukan dengan ruh, tubuh, darah, daging, makanan, minuman dan lainnya. Sifat hayat Allah tidak seperti sifat hayat pada manusia.
Imam
al-Ghazali menuliskan bahwa manusia diperintah untuk berusaha meningkatkan
sifat-sifat yang ada pada dirinya supaya mencapai kesempurnaan. Namun demikian
bukan berarti bila ia telah sempurna maka akan memiliki sifat-sifat seperti
sifat-sifat Allah. Hal ini sangat mustahil dengan melihat kepada beberapa
alasan berikut;
Pertama; Mustahil
sifat-sifat Allah yang Qadîm (tidak bermula) berpindah kepada dzat manusia yang
hadits (Baru), sebagaimana halnya mustahil seorang hamba menjadi Tuhan karena
perbedaan sifat-sifat dia dengan Tuhan-nya.
Kedua; Sebagaimana halnya bahwa sifat-sifat Allah mustahil berpindah kepada hamba-Nya, demikian pula mustahil dzat Allah menyatu dengan dzat hamba-hamba-Nya. Dengan demikian maka pengertian bahwa seorang manusia telah sampai pada sifat-sifat sempurna adalah dalam pengertian kesempurnaan sifat-sifat manusia itu sendiri. Bukan dalam pengertian bahwa manusia tersebut memiliki sifat-sifat Allah atau bahwa dzat Allah menyatu dengan manusia tersebut (hulul dan ittihad).
Al-’Arif Billah al-‘Allamah Abu al-Huda ash-Shayyadi dalam kitab al-Kaukab al-Durri berkata:
“Barang siapa berkata: “Saya adalah Allah”, atau
berkata: “Tidak ada yang wujud di alam ini kecuali Allah”, atau berkata: “Tidak
ada yang ada kecuali Allah”, atau berkata: “Segala sesuatu ini adalah Allah”,
atau semacam ungkapan-ungkapan tersebut, jika orang ini berakal, dan dalam
keadaan sadar (shahî), serta dalam keadaan mukallaf maka ia telah menjadi
kafir. Tentang kekufuran orang semacam ini tidak ada perbedaan pendapat di
antara orang-orang Islam. Keyakinan tersebut telah jelas-jelas menyalahi
al-Qur’an. Karena dengan meyakini bahwa segala sesuatu adalah Allah berarti ia
telah menafikan perbedaan antara Pencipta (Khaliq) dan makhluk, menafikan
perbedaan antara rasul dan umatnya yang menjadi obyek dakwah, serta menafikan
perbedaan surga dan neraka. Keyakinan semacam ini jelas lebih buruk dari mereka
yang berkeyakinan hulul dan ittihad. Dasar mereka yang berakidah hulul atau
ittihad meyakini bahwa Allah meyatu dengan nabi Isa. Sementara yang
berkeyakinan segala sesuatu adalah Allah, berarti ia mentuhankan segala sesuatu
dari makhluk Allah ini, termasuk makhluk-makhluk yang najis dan yang menjijikan.
Sebagian mereka yang berkeyakinan buruk ini bahkan berkata:
“Tidaklah anjing dan babi kecuali sebagai tuhan kita, sementara Allah tidak lain adalah rahib yang ada di gereja”.
“Tidaklah anjing dan babi kecuali sebagai tuhan kita, sementara Allah tidak lain adalah rahib yang ada di gereja”.
Ini jelas merupakan kekufuran yang sangat mengerikan
dan membuat merinding tubuh mereka yang takut kepada Allah. Adapun jika seorang
yang berkata-kata semacam demikian itu dalam keadaan hilang akal dan hilang
perasaannya (jadzab) sehingga ia berada di luar kesadarannya maka ia tidak
menjadi kafir. Karena bila demikian maka berarti ia telah keluar dari ikatan
taklif, dan dengan begitu ia tidak dikenakan hukuman. Namun demikian orang
semacam itu mutlak tidak boleh diikuti. Tidak diragukan bahwa kata-kata semacam
di atas menyebabkan murka Allah dan rasul-Nya. Ketahuilah bahwa kaum Yang Haq
adalah mereka yang tidak melenceng sedikitpun, baik dalam perkataan maupun
dalam perbuatan, dari ketentuan syari’at. Cukuplah bagi seseorang untuk
memegang teguh syari’at, dan cukuplah Rasulullah sebagai pembawa syari’at
adalah sebaik-baiknya Imam dan teladan yang harus diikuti” (Lihat al-Shayyadi,
al-Kaukab al-Durry Fi Syarh Bait al-Quthb al-Kabir, h. 11-12).
Dalam al-Luma’, as-Sarraj membuat satu sub judul dengan nama “Bab Fî Dzikr Ghalath al-Hululiyyah” (Bab dalam menjelaskan kesesatan kaum Hululiyyah). Beliau menjelaskan bahwa orang-orang yang berakidah hulul adalah orang yang tidak memahami bahwa sebenarnya sesuatu dapat dikatakan bersatu dengan sesuatu yang lain maka mestilah keduanya sama-sama satu jenis. Padahal Allah tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada suatu apapun yang menyerupai-Nya. Kesesatan kaum hulul ini sangat jelas, mereka tidak membedakan antara sifat-sifat al-Haq (Allah) dengan sifat al-Khalq (makhluk). Bagaimana mungkin Dzat Allah menyatu dengan hati atau raga manusia?! Yang menyatu dengan hati dan menetap di dalamnya adalah keimanan kepada-Nya, menyakini kebenaran-Nya, mentauhidkan-Nya dan ma’rifah kepada-Nya. Sesungguhnya hati itu adalah makhluk, maka bagaimana mungkin Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya akan bersatu dengan hati manusia yang notabene makhluk-Nya sendiri?! Allah maha Suci dari pada itu semua (as-Sarraj, al-Luma’…, h. 541-542).
Dari pernyataan para ulama sufi di atas tentang akidah hulul dan wahdah al-wujud dapat kita tarik kesimpulan bahwa kedua akidah ini sama sekali bukan merupakan dasar akidah kaum sufi.
Dzun-Nun berkata, "Tanda
orang arif ada tiga macam: Cahaya
ma'rifatnya tidak memadamkan cahaya wara'nya, tidak mempercayai batin dari ilmu
yang dapat mengalahkan zhahir hukum, dan limpahan nikmat Allah tidak merusak
tabir hal-hal yang diharamkan Allah."
"Batin dari ilmu yang dapat
mengalahkan zhahir hukum", diisyarat-kan kepada orang-orang yang
menyimpang, yang menisbatkan kepada perilaku, yang lebih mementingkan olah rasa
dan wirid-wirid yang bertentangan dengan hukum syariat, yang berlaku di
kalangan mereka dan tidak bisa lagi dihindari. Mereka meyakininya dan
meninggalkan zhahir hukum. Contoh tentang hal ini amat banyak, dan semacam
inilah yang dikritik para pemimpin golongan ini.
Ada yang berkata, "Bergaul
dengan orang arif dapat mengajakmu dari enam perkara ke enam perkara: Dari
keraguan ke keyakinan, dari riya' ke ikhlas, dari lalai ke dzikir, dari
keinginan terhadap dunia ke keinginan terhadap akhirat, dari takabur ke
tawadhu' dan dari buruk sangka ke nasihat."
"Kalian
sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan
dan kulit kalian terhadap kalian, kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui
kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan, yang demikian itu adalah
prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu
telah membinasakan kalian, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang
merugi."(Fush-shilat: 22-23).
Asy-Sya'by berkata, "Jika
engkau membaca ayat, 'Semua yang ada di
bumi itu akan binasa', janganlah engkau berhenti hingga engkau melanjutkan,
'Dan, tetap kekal Wajah Rabbmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan'." Ini menunjukkan kedalaman ilmu
dan pemahamannya tentang Al-Qur'an. Sebab yang dimaksudkan dalam ayat ini
adalah pengabaran tentang kebinasaan
apa pun yang ada di muka bumi dan ketetapan Wajah Allah. Redaksi ayat ini dimaksudkan hanya untuk memuji-Nya sebagai satu-satunya yang baqa' (tetap).
Sementara tidak ada pujian yang layak diberikan
jika hanya disebutkan kefana'an makhluk. Pujian diberikan kepada ketetapan-Nya setelah kefana'an makhluk-Nya.
Kefana'an yang mereka isyaratkan
lewat ayat ini adalah kepergian hati, pengasingannya dari alam ini dan
kebergantungannya kepada Dzat Yang Maha tinggi dan yang memiliki baqa' serta
yang tidak dijamah kefana'an. Siapa yang membuat dirinya fana' dalam kecintaan
dan ketaatan kepada-Nya serta menghendaki Wajah-Nya, maka kefana'an ini akan
menghantarkannya kepada kedudukan baqa'. Ayat ini memberi isyarat bahwa hamba
sangat perlu untuk tidak bergantung kepada siapa pun yang fana' dan tidak meninggalkan
yang baqa', yaitu Dzat Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Seakan-akan ayat
ini mengatakan, "Jika engkau
bergantung kepada yang fana', maka kebergantungan ini akan berakhir saat ia
fana'. Namun jika engkau bergantung kepada yang baqa' dan tidak fana', maka
kebergantunganmu kepadanya tidak akan terputus dan akan terus berlanjut." Kefana'an
yang bisa diterjemahkan di sini adalah puncak dan akhir kebergantungan, yang
berarti merupakan pemutusan dari selain Allah dari segala sisi. Karena itu
Syaikh berkata, "Kefana'an dalam masalah ini adalah pelenyapan selain
Allah secara ilmu, lalu pengingkaran, lalu kebenaran."
Fana' kebalikan dari baqa'. Yang
baqa' bisa baqa' dengan sendirinya tanpa membutuhkan orang lain yang membuatnya
baqa', tapi baqa'nya merupakan keharusannya. Yang seperti ini adalah Allah
Subhanahu wa Ta'ala semata, sedangkan
selain-Nya menjadi baqa' karena baqa'nya Allah, yang dirinya tidak memiliki
baqa' yang hakiki.
Namun di dalam Al-Qur'an,
As-Sunnah maupun dalam perkataan para shahabat serta tabi'in tidak pernah
disebutkan sanjungan atau pun celaan terhadap lafazh fana'.
Baqa’
bila dimaksud untuk penyifatan manusia, maka bila dimaksud tujuan berupa keharusan
mengekalkan kekekalan dalam beribadah syariat dan ibadah batin, mengekalkan
marifat kepada Allah (sudut pandang tauhid ihsan), mengekalkan pemahaman makna
laa ilaha illallah, innalillahi wa inna ilaihi roji'un, la haula wala quwwata
illa billah maka ia adalah sifat terpuji. Kekekalan ini bersifat pemberian
karunia dan rahmat dari yang Maha kekal.
Namun begitu pemuka golongan ini,
yaitu Al-Junaid pernah ditanya tentang tauhid. Maka dia menjawab, "Tauhid
adalah menyendirikan yang qadim dari hal-hal yang baru." Dia
mengisyaratkan bahwa penetapan tauhid tidak dianggap benar, begitu pula keadaan
dan kedudukannya serta seorang hamba tidak dianggap ahli tauhid, kecuali jika
dia menyendirikan yang qadim dari hal-hal yang baru. Sebab banyak orang yang
menetapkan tauhid, tapi tidak menyendirikan Allah dari hal-hal yang baru. Siapa yang meniadakan perbedaan-Nya dengan
makhluk-Nya, yang berada di atas 'Arsy, dan menjadikan-Nya ada di setiap tempat
dengan Dzat-Nya, berarti dia tidak menyendirikan-Nya dari hal-hal yang baru,
tetapi menjadikan-Nya sebagai suatu keadaan dalam hal-hal yang baru, ada di
sana dengan Dzat-Nya. Orang-orang sufi dan para ahli ibadah di antara
mereka adalah golongan Hululiyah, yang berkata, "Dengan Dzat-Nya Allah
berada pada makhluk-makhluk." Mereka ini ada dua golongan: Pertama,
mengatakan bahwa Allah menitis dalam segala yang ada. Kedua, mengatakan bahwa Allah
menitis pada hal-hal tertentu tanpa yang lain."
Tapi menurut hemat saya, mereka
ini ada dua golongan. Yang pertama menganggap bahwa Allah menetap di
benda-benda yang indah dan bagus. Yang kedua menganggap bahwa Allah berada di
dalam diri orang-orang yang sempurna, yaitu mereka yang bisa melepaskan diri
dari nafsu, memiliki sifat-sifat keutamaan dan menjauhi hal-hal yang hina.
Kesaksian mempunyai empat
tingkatan:
- Ilmu, ma'rifat, keyakinan terhadap kebenaran yang diberi kesaksian dan penetapannya.
- Pembicaraan dan penyampaiannya tentang siapa yang diberi kesaksian. Kalaupun dia tidak memberitahukannya kepada orang lain, tapi setidak-tidaknya dia membisiki dirinya sendiri. Dia bisa menyampaikannya atau menulisnya.
- Memberitahukan orang lain tentang apa yang dipersaksikan, diberitahukan dan dijelaskannya.
- Memerintahkan sesuai dengan kandungannya. Kesaksian Allah terhadap Diri-Nya dengan wahdaniyah dan menegakkan keadilan, mengandung empat tingkatan ini: Ilmu Allah tentang hal itu, pembicaraan, pemberitahuan dan pengabaran-Nya kepada makhluk tentang hal itu dan perintah-Nya untuk melaksanakannya.
Tentang
tingkatan ilmu, maka kesaksian tentang yang haq amat urgen. Jika tidak, maka
orang yang memberi kesaksian bisa memberi kesaksian tentang apa yang tidak
diketahuinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk
memberi kesaksian seperti saat mempersaksikan matahari yang tampak jelas.
Tentang
tingkatan penyampaian, maka siapa yang membicarakan sesuatu dan mengabarkannya,
berarti dia mempersaksikannya, sekalipun mungkin dia tidak mengucapkan lafazh
kesaksian.
Firman Allah, "Dan, mereka menjadikan
malaikat-malaikat, yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah YangMaha Pemurah,
sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan
malaikat-malaikat itu? Kelak akan ditulis persaksian mereka dan mereka akan dimintai
pertanggung jawaban." (Az-Zukhruf: 19).
Perkataan mereka yang demikian
dijadikan Allah sebagai kesaksian, meskipun mereka tidak mengucapkan lafazh
kesaksian dan tidak memberikan kesaksian di hadapan orang lain. Maka Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kesaksian palsu sama dengan syirik
kepada Allah." Kesaksian palsu artinya perkataan palsu dan dusta. Kaum
Muslimin sudah sepakat bahwa jika orang kafir mengucapkan la ilaha illallah
Muhammad rasulullah, maka dia sudah masuk Islam dan telah memberikan kesaksian secara
benar. Islamnya tidak tergantung kepada lafazh syahadah.
Tentang tingkatan pemberitahuan
dan pengabaran, maka dua macam: Pemberitahuan dengan menggunakan perkataan, dan
pemberitahuan dengan menggunakan perbuatan juga tulisan. Begitulah yang
dilakukan setiap orang yang ingin memberitahukan kepada orang lain tentang
sesuatu, terkadang memberitahukannya dengan perkataan dan terkadang dengan perbuatannya.
Maka siapa yang menjadikan tempat tinggal sebagai masjid, membuka pintunya bagi
siapa pun yang masuk ke dalamnya, mengumandangkan adzan untuk shalat, berarti
dia memberitahukan bahwa tempat tinggal itu menjadi wakaf, sekalipun dia tidak
melafazhkannya.
"Tauhid ini ada tiga macam:
Pertama, tauhid orang awam, yang menjadi benar dengan kesaksian", telah
dijelaskan bahwa ini adalah tauhidnya orang-orang yang lebih khusus dari orang-orang
yang khusus, dan tidak ada yang lebih darinya atau lebih khusus lagi.
Al-Khalilani adalah orang yang paling sempurna tauhidnya. Perkataannya, "Menjadi
benar dengan kesaksian", artinya dengan dalil-dalil, ayat dan bukti keterangan.
Hal ini menunjukkan kepada kesempurnaan dan kemuliaan tauhid ini, yang didukung
dengan dalil dan kesaksian, serta diperjelas dengan ayat dan bukti
keterangan.Setiap tauhid yang tidak benar dengan kesaksian, maka bukanlah
tauhid.
Hadis riwayat Mughirah bin
Syu`bah ra.: Bahwa Nabi saw. mengerjakan
salat sehingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu beliau ditanya:
Apakah engkau masih membebankan dirimu dengan beribadah seperti padahal Allah
telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Kemudian beliau
menjawab: Apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur.
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 5044
Tetap adanya ibadah syariat,
tidak akan hilang selama hayat ada, harus tetap melakukan ibadah-ibadah fisik
ini, ini membaqakan ibadah syariat hanya kepada Allah yang Maha kekal.
Dari abu rib'i handzalah bin
robi' al usayyidiy; salah seorang
sekretaris rasulullah saw ia berkata saya bertemu dengan abu bakar ra, kemuda ia bertanya ; bagaimanakah keadaanmu
hai handzalah? saya menjawab; handzalah kini telah munafik, Abu bakar berkata,
SUBHANALLAH apa yang kamu katakan ? saya menjelaskan ; kalau kami dihadapan
rasulullah saw , kemudian beliau menceritakan tentang surga dan neraka, maka
seakan-akan kami melihat dengan mata kepala kami, tetapi bila kami pergi dari
belia dan bergaul dengan istri dan anan-anak serta mengurusi berbagai urusan
maka kami sering lupa ; abu bakar berkata ;Demi Allah kami juga begitu ,
kemudia saya dan abu bakar pergi menghadap rasulullah saw, lalu saya berkata;
wahai rasulullah , handzalah telah munafik, Rasulullah saw bertanya; mengapa
demikian? Saya berkata; Wahai rasulullah, apabila kami berada di hadapanmu
kemudian engkau menceritakan neraka dan surga maka seakan-akan kami melihat dengan mata kepala kami, tetapi bila kami
pergi dari beliau dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta mengurusi
berbagai urusan maka kami sering lupa; maka rasulullah saw bersabda; demi zat
yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tetap sebagaimana
keadaanmu di hadapanku dan mengingatnya niscaya para malaikat akan menjabat
tanganmu di tempat tidurmu dan di jalan, tetapi hai handzalah sesaat, dan
sesaat, beliau mengulanginya sampai tiga kali (HR Muslim)
“Sesungguhnya
ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu
Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang
hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak
pernah dipikirkan
bahayanya
lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)
Dan
barangsiapa di antara mereka, mengatakan: "Sesungguhnya Aku adalah tuhan
selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam,
demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. Qs. Al
Anbiyaa' : 29
….. Lalu beliau
bersabda; “maukah kalian kuberitahu kunci dari semua itu '? Aku menjawab
"mau, wahai rasulullah, maka beliau menunjukan lidahnya seraya bersabda,
"kendalikan ini" Aku bertanya," wahai nabiyullah apakah kami
akan diminta pertanggunghawaban dengan apa yang kami katakan? beliau
bersabda,"Celakalah engkau hai Mu'adz, Bukankah yang menjerumukan manusia
kedalam api neraka dengan wajah tersungkur adalah akibat lidah mereka? (HR Tirmidzi dan dia mengatakan
ini adalah hadist hasan)
Maka
jelaslah apa yang terucap atau ditulis oleh orang tersebut akan menjadikannya
sebagai persaksian orang tersebut.
Seharusnya
bila demikian adanya maka yang lebih berhak berkata seperti hulul adalah
Rasulullah tapi terlihat bahwa tidak ada catatan tertulis atau pengabaran
adanya perkataan-perkataan tersebut dari nabi dan umat terbaik, Anda bisa
melihat riwayat sahabat-sahabat pula yaitu ambillah contoh dari sahabat-sahabat
yang dijauhkan dari “fitnah hidup” yang tidak kalian pertentangkan, adakah
perkataan yang serupa hulul tersebut dan tidak ada riwayat sama sekali.
Adakah
ahli hakikat dari sahabat-sahabat berbeda dengan pemahaman syariat tabiin dan
tabiut tabiin dan dipertentangkan oleh tabiin dan tabiut tabiin. Karena hakikat
juga dibangun dari landasan syariat, bila demikian apa yang dilakukan ahli
hakikat pada dasarnya bila ia suatu faham yang benar maka ia tidak akan
ditentang oleh ahli syariat karena pengertiannya akan jelas dan sejalan dengan
ahli syariat dan malahan ahli syariat dapat mengambil hikmahnya yang banyak
dari ahli hakikat. Bila ahli hakikat dipertentangkan oleh ahli syariat maka
bisa jadi ada yang salah pada sudut pandang hakikatnya dan bisa jadi juga
karena pengertian yang kurang dari ahli syariat, tapi bila ahli hakikat
menjelaskan kepada ahli syariat dengan dalil-dalil yang jelas haq, maka ia
tidak akan menimbulkan pertentangan dengan ahli syariat, karena sudah
keharusannya landasan hakikat dibangun daripada syariat cuma kedalaman
pemahaman saja pada tingkat yang berbeda. Perlu juga diketahui bahwa pemahaman dalam
memahami akan nash tidak selalu bernilai benar pada pemahaman orangnya, karena
bisa jadi ada pula orang-orang yang tersesat arah akan pemahaman yang
seharusnya benar dari nash, karena adanya pembengkokan dari jalan yang lurus
dengan sebab penyesatan iblis dan penerimaan keyakinan salah dari orang itu
sendiri.
Dan
juga bila merujuk kepada pintu wara, maka seakan-akan orang yang mengucapkan
hulul tersebut sebenarnya belum melewati pintu wara ini, jadi bagaimana
dikatakan sebagai orang yang memiliki derajat tinggi atau apakah ia dengan
sengaja meninggalkan pintu wara’ ini sementara tiap-tiap pintu saling
terkoneksi dan saling melengkapi, walau kadang-kadang sesuai waktunya, ada yang
lebih dominan terlihat tapi tidak menggugurkan pintu-pintu yang lainnya,
seperti kadang yang dominan cinta dari pada harap dan takut dan kadang harap
dominan dari cinta dan takut demikian pula kadang takut dominan dari harap dan
cinta, dsb.
“Keutamaan menuntut
ilmu itu lebih dari keutamaan banyak ibadah. Dan sebaik-baik agama kalian
adalah sifat wara’”
(HR. Ath Thobroni dalam Al Awsath, Al Bazzar dengan sanad yang hasan. Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 68 mengatakan bahwa hadits ini
shahih lighoirihi).
“Wahai Abu
Hurairah, jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya
ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (selalu merasa cukup dengan pemberian
Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar bersyukur. Sukailah
sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri,
maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu,
maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak
tertawa dapat mematikan hati.”
(HR. Ibnu Majah no. 4217. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghimpun makna wara’ dalam satu kalimat
yaitu dalam sabda beliau, “Di antara
tanda kebaikan Islam seseorang yaitu meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” Hadits
ini dimaksudkan untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat yaitu mencakup
perkataan, pandangan, mendengar, bertindak anarkis, berjalan, berpikir, dan
aktivitas lainnya baik lahir maupun batin. Hadits tersebut sudah mencukupi
untuk memahami arti wara’.” (Madarijus Salikin, 2: 21)
Seperti
jadikan hiburan itu ada dan tidak adanya sama saja, maka kalian juga bisa
meninggalkan banyak hal yang tidak bermanfaat, sungguhnya sebagai musaffir di
negeri asing, negeri yang seperti penjara ini, banyak beban yang dipikul oleh
musaffir, maka peringankanlah beban yang tidak perlu untuk perjalanan kalian
itu, janganlah membawa beban yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat. Dunia ini
juga akan seakan-akan memang benar-benar terlihat seperti negeri asing adanya
dalam pandangan musaffir ini, sudut pandangnya akan terasa aneh bila ia melihat
kehidupan orang-orang diluaran (dunia).
Dan orang-orang
yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Qs. Al Furqaan: 72
Sikap
wara’ juga seharusnya tercermin pula dengan kehati-hatiannya dalam mengatakan
sesuatu agar orang lain tidak terjebak kepada pemahaman salah terhadap apa yang
dikatakannya atau ditulisnya. Penulis pun kadang bingung untuk menuliskan
sesuatu hal di dalam tulisan ini agar penempatannya sesuai dan nilai wara’ ada,
agar orang lain yang membacanya tidak salah dalam pengertian dan pemaknaan dari
maksud yang penulis tuliskan yang ingin dituju, apalagi pada keadaan diri
sendiri, ucapan atau tulisan haruslah terlebih berhati-hati agar tidak
memadamkan cahaya wara-nya sendiri dan agar orang lain pula yang menukilnya
tidak terjebak hingga membuat pemadaman cahaya wara-nya pula.
Lihatlah
doa-doa yang diajarkan oleh nabi, sampai sekarang penulis selalu terkagum-kagum
akan keluasan makna ilmu pengetahuan didalamnya, nilai wara’ yang terkandung
didalamnya dan perangkaian kata yang sangat tepat dan bermakna sangat dalam
yang penulis seakan-akan merasa tak mampu dalam merangkai kata serupa tersebut
untuk menyesuaikan dengan tujuan harapan yang diinginkan dalam doa tersebut
atau menguraikannya sedalam-dalam maknanya, belajar dari makna doa dapat pula
dilakukan dalam melihat kedalaman tingkatan ilmu yang dituju dalam harapan
tersebut.
Hadis
tentang Jibril yang mengajarkan tentang agama hanya menyatakan tentang rukun
islam dan rukun iman, keyakinan akan hari akhir dan ihsan seakan-akan tauhid
dibangun dari landasan ini, penulis tidak tahu apakah hadis ini keluar setelah
nabi mendekati ajalnya atau setelah islam telah sempurna apa belum. Sangat
tipis berbedanya ihsan (seolah-olah melihat Allah SWT) dengan mewujudkan Dzat
Allah SWT.
Hadis
riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul
di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai
Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau
beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan
salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu
kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab:
Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya
lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah saw. menjawab:
Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang
bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda- tandanya; Apabila budak perempuan
melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang
yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara
tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah- megahan dengan
gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui
oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala:(Luqman:34)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian
orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para
sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun.
Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril,
ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. Nomor hadis dalam kitab Sahih
Muslim [Bahasa Arab saja]: 10
Jadi
bila dikatakan Allah berada di dalam hati, maka harusnya bernilai seolah-olah
Allah ada di hati bukan mewujudkan wujud bahwa Allah benar-benar ada dihati,
apalagi sampai dilafazhkan pada lidah maka ia menjadi kesaksian dari orang
tersebut dengan pemaknaannya yang terlihat karena bukan menjadi “seolah-olah
ada” tapi sudah mewujudkannya. Kelak ketika ditanya kau mengucapkan ini itu dan
dalilmu dihati ini itu maka itulah menjadi persaksianmu. Toh juga kebanyakan
umat Islam mempunyai kepercayaan untuk melafazhkan niat di mulut agar
menguatkan niat di hati seakan-akan menggambarkan pula bahwa bila pengucapan
“hulul” dari seseorang ini akan menjadi penguat apa yang ada di hatinya orang
yang mengucapkannya, itulah persaksian mereka dan apa dalil mu, sudah tahukah
dalil yang kau pegang itu agar persaksianmu kelak dapat dikuatkan dari dalilmu
ini, namun tidak kau lafazhkan pun dalil di hatimu pun sudah nyata terlihat
buat Allah. Nabi pun mengatakan agar menjaga kunci yaitu lidah ini teruntuk
pada apa-apa yang jelas terlihat oleh orang lain, dan orang lain kelak bisa
akan menjadi saksi tambahan pula dari apa yang ia dengar dari mulutmu.
Dari abdillah bin utbah bin
mas'ud, ia berkata; saya mendengar umar
bin khatab ra berkata; sesungguhnya manusia pada masa rasulullah saw itu diberi
keputusan dengan petunjuk wahyu, dan sekarang wahyu sudah terhenti. oleh karena
itu, sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang
nampak bagi kami. maka siapa saja yang nampak berbuat baik kepada kami niscaya
kami mempercayai dan mendekatinya dan bagi kami tidak perlu mempermasalahkan
urusan bathin, Allah lah yang memperhitungkannya, Dan siapa saja yang nampak
berbuat jahat kepada kami niscaya kami tidak mempercayai dan membenarkannya
walaupun ia mengatakan bahwa batinnya baik (HR Bukhari)
Siapakah
yang sebenarnya dapat disebut waliullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam
al-Quran, Allah berfirman: "Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah,
melainkan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya." Alangkah ringkasnya pengertian
waliullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan.
Dia (Yusuf)
berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah
mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha
Penyayang diantara para penyayang." Qs. Yusuf : 92
Maka mulailah Yusuf
(memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri,
kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah
Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya
menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan
derajat orang yang Kami kehendaki; dan
di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. Qs. Yusuf: 76
Bila
kita katakan untuk penyifatan Tuhan bahwa diantara para penyayang ada yang Maha
penyayang, di atas tiap-tiap orang pemaaf, ada lagi yang Maha pemaaf, di atas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui ini bisa
bernilai benar namun bila berkata diantara fana ada Maha fana atau diantara
orang-orang baqa ada Maha baqa ini bisa bernilai salah, yang tepat adalah
diantara yang fana ada yang Maha baqa menunjukkan manunggalnya sifat Maha baqa
kepada Allah SWT saja dan menjauhkan sifat fana ada padaNya.
Penyatuan
sifat yang dimaksud adalah hal ini bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang
memiliki contoh minimalis nilai yang dituju seolah-olah (bernilai ihsan saja) sifatNya
walaupun nilai sifat yang Ia beri kemanusia itu ada batasannya atau terbatas
dalam batasan manusia, bernilai minimalis sebagai contoh dan meneladani dalam
melihat kesempurnaan sifat dan akhlak Allah SWT, bukankah kalian akan menyadari
sifat apa yang dominan Anda punya dan sifat apa yang Allah suka dari kalian dan
dapat melihat Maha sesempurna apa sifat Allah SWT, maka sempurnanya sifat-sifat
ini disendirikan kepada Allah SWT sebagai pemilik Maha kesempurnaannya dan
menyendirikan sifat yang memang khusus hanya ada padaNya sebagai kelayakannya
sebagai Tuhan yang disembah yang tidak Ia beri kepada manusia dan menyendirikan
sifat-sifat lainnya yang Ia ghaibkan dari pengetahuan manusia dan apapun yang
Ia pakai/sandang/gelar atau Ia inginkan sebagai nama dan sifatNya. Contoh sifat
minimalis yang terbaik tentu saja sifatnya nabi. Dan ini bukan bermaksud
mensejajarkan sama besar dengan sifat-sifat yang telah Maha sempurna dari Allah
SWT tetapi penyatuannya adalah mengikuti dan memilih garisan nilai yang dituju
dalam sifat yang terbatas sebatas milik manusia ini menjadi akhlak baik yang
diinginkan Allah SWT ada pada makhluk ciptaanNya, selayaknya Tuhannya yang
mempunyai kedominanan Maha sempurna dari sifat-sifat itu namun harus tetap
dinilai berbeda dari pengkhususan sifatNya. Sifat Allah SWT tidak dapat kita
misalkan, menyerupakan, menyamakan, menilai besarannya dengan sifat makhlukNya
apalagi hingga dapat diwujudkan pada diri sendiri. Kita hanya bisa berkata
dalam batasannya seperti “di atas tiap-tiap penyayang, ada lagi yang Maha
penyayang”. Yang batil adalah mensejajarkan sifat diri manusia sama besar
dengan sifat sempurna Allah, seolah-olah manusia dapat pula mempunyai sifat
yang sempurna dari penyifatan itu tanpa ada batasan sifat manusia tersebut,
padahal sifat Allah sangat sempurna dan jauh cakupannya dari batasan yang
diketahui manusia. Seakan-akan dengan demikian juga berarti mewujudkan Allah ada
pada diri dengan meyakini adanya sifatNya pada diri dengan tidak mengkhususkan
Maha sempurna sifatNya yang tidak dapat diserupai oleh makhluk ciptaanNya dan
harusnya tidak dapat dicapai pula pada batasan akal atau pikiran dari makhluk
ciptaanNya. Sifat manusia berbeda dengan hakiki sifat Allah, walaupun mungkin sebutan
dan modeling sifat hampir serupa. Sebesar-besarnya akal dapat memikirkan dan
memahami sifat Allah, Sifat Allah adalah tetap jauh lebih besar dari jangkauan
akal makhlukNya.
Anda
tidak bisa memungkiri bahwa Anda mempunyai sifat penyayang, pengasih, pemaaf,
dsb yang memang ada karena diberi olehNya. Masing-masing manusia memiliki
tingkat berbeda dengan jangkauannya yang berbeda juga pemanfaatannya yang
berbeda. Tapi mengapa yang dominan adalah sifat pemarah, dengki, egoistis, dsb.
Contoh dalam pengkodean game, dalam game yang temanya bertujuan untuk
penyelamatan sahabatnya pada suatu misi, maka batasan tujuan atau cintanya pada
sahabatnya sebatas apa yang telah dikodekan ini, hanya terkhusus pada tujuan
cinta pada sahabatnya saja, jadi tidak ada tujuan lainnya. Jadi Anda sebenarnya
tidak tahu batasan Maha sempurna sifat Allah dan seberapa besar
tinggi/tingkatan aslinya, seperti apa Maha sempurna dari sebuah penyifatan itu
yang hakiki dan hanya dimiliki Allah SWT dan yang Anda tahu adalah batasan
sifat kalian sebatas peruntukannya pada manusia jadi konteksnya juga ihsan
(seolah-olah melihat) dan tujuan sifat manusia ini bisa saja khusus
peruntukannya buat manusia, tidak diberi lebih dan melebar dari banyaknya jenis
kelengkapan satu sifat ini sesungguhnya, apalagi menganggap dapat menjangkau
keluasan dan besaran terhakiki sifat Allah SWT. Nilai ihsan inilah yang harus
menjadi bagian tauhid. Misalnya dalam batasan manusia kalian menganggap cinta tertinggi
milik sendiri (egoistik) sedangkan ada yang menganggap tertinggi berkorban pada
apa yang dicintai lebih tinggi, dsb dan padahal sifat cinta ini, disisi ilmu
Allah SWT ada lagi yang lebih tinggi jenisnya dan lebih luas cakupannya bahkan
bisa jadi ada lagi yang lebih tinggi dan sangat tinggi capaiannya dan luasnya
dan mungkin misalkan saja (sekedar perumpamaan) batasan ini diberi buat
makhlukNya yang lain (yang bertujuan ibadah, beriman, berakal, dan bernafsu)
sementara batasan manusia seperti apa yang terlihat pada manusia hari ini pada
jangkauan sifat cinta manusia. Definisi cinta sebatas pengertian definisi cinta
yang manusia miliki sebatas definisi yang dapat dicapai manusia, bisa jadi
definisi cinta ada yang mempunyai definisi lebih besar dari itu dan lebih luas
maknanya dari batasan milik manusia itu dan tentu saja yang Maha besar adalah
milikNya. Jadi Anda benar-benar tidak tahu seberapa besar sifat hakiki Allah
SWT sesungguhnya lalu mengapa mengaku-ngaku dalam mewujudkanNya.
Mudah-mudahan Allah
menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara
mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs. Al Mumtahanah: 7
Dalam
batasan tertentu pada manusia, ada manusia yang mempunyai kuasa yang besar
seperti raja, lebih kecil lagi tingkatan kuasa pejabat pemerintahan dan
terkecil lagi kekuasaan dari rakyat biasa, demikian pula sifat pengampun dan
sifat penyayang pada manusia, besarannya berbeda pada individu-individunya. Adalah
lagi kuasa yang besar, seperti kuasa nabi Sulaiman as, tidak hanya berkuasa
pada manusia dalam kerajaannya, menguasai/menaklukkan pula makhluk berakal,
beriman dan bernafsu lainnya yaitu bangsa Jin, juga berkuasa kepada
binatang-binatang dan beberapa makhluk lain. Jadi apa kalian bisa dapat tahu
seberapa besar Maha kuasa itu?
Akhlak
nabi pula dikatakan sebagai AlQuran berjalan toh kebanyakan isi Quran dalam hal
sifat adalah banyak menuliskan sifat kesempurnaan Allah, berarti nabi mengambil
batasan sifat yang diberi sebagai batasan tingkat akhlak Beliau yang mengambil
teladan dari Quran. Dengan kata lain sifat manusia ini tidak hakiki dan sebatas
hanya pada batasan sampai tingkatan apa yang diberiNya saja, hakiki sifat
manusia hanya sebatas nilai hakikinya manusia pada batasan manusia, dan nilai
hakiki sejati sifat Allah tak terbatas, sebanyak apa yang Allah punya dan
inginkan, yang bernilai unlimited buat manusia dan infesible dapat dicapai
manusia. Dan walau dhahir/tekstualnya seperti itu tapi sifat sempurnanya Allah
ini tidak bisa dijelaskan secara tekstual pula makna tingkatannya dan juga
tidak dimajazkan pula seperti apa capaiannya dan bagaimana lingkupnya,
konsepnya sifat Allah adalah juga harusnya dilihat secara nilai ihsan, namun
walau begitu akan tetap dapat dipahami oleh hati, tapi tidak membatasi nilainya
karena batasan adalah hanya milik makhluk. Maka gambarannya hanya maha-,
paling-, ter- dengan lingkup ihsan melebihi dan jauh lebih dari apapun
tingginya batasan akal manusia.
Berbicara
hakiki, berbicara ruang lingkup limited hingga unlimited, dari a sampai z, dari
satu sisi hingga kesegala sisi, dari lingkup horizontal sampai kelingkup
vertikalnya, dari yang terlihat sampai dengan yang ghaib dan dari batasan ilmu
yang satu hingga kebatasan ilmu yang lain semuanya, dari timbal-balik
keseluruhan sebab akibat dan timbal-balik semua yang ada.
Allah menciptakan
Adam menurut bentuknya.
Hadits ini tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
Allah menciptakan Adam dalam bentuknya, tingginya 60 hasta. Ini adalah riwayat Bukhari dan Muslim.
Dari
Muhammad bin Muslim: aku bertanya pada Abu Ja’far tentang hadits yang mereka
riwayatkan, bahwa Allah menciptakan Nabi Adam dalam bentukNya, lalu menjawab:
bentuk di sini adalah makhluk dan baru, dipilih oleh Allah dari sekian banyak
bentuk yang ada, lalu menyandarkan bentuk itu pada Allah sendiri, sebagaimana
menisbatkan ka’bah pada DiriNya, dan menisbatkan ruh pada DiriNya, Allah
berfirman : baitiya, dan berfirman: wanafakhtu fiihi min ruuhii. Lihat Kitab At
Tauhid, karya Syaikh Shaduq, Syarah Ushulul Kafi, Al Mazindarani, jilid 4 ha
125, Al Ihtijaj, jilid 2 hal 57, Biharul Anwar jilid 4 hal 13, Nurul Barahin
jilid 1 hal 264, Mausu’at Ahadits Ahlulbait, Hadi An Najafi jilid 4 hal
314, Tafsir Nuruts Tsaqalain jilid 3 hal 11.
As Shaduq meriwayatkan dengan sanadnya, dari Abul Warad bin Tsumamah, dari Ali berkata: Nabi SAW mendengar seseorang mengatakan pada temannya : semoga Allah menjelekkan wajahmu, dan wajah yang sepertimu, lalu Nabi berkata: diam, jangan kamu katakan ini, karena Allah menciptakan Adam sesuai bentuknya. Kitab Tauhid, As Shaduq, hal 152
Penulis
kitab Al Fawaaid Al Muntaqa min Syarhi Kitaabit Tauhiid berkata : Hadits ”Allah menciptakan Adam seperti bentuk-Nya” (HR.
Bukhari dan Muslim), maksudnya salah satu dari dua kemungkinan berikut ini :
- Maknanya adalah seperti bentuk Ar Rahman (Allah), namun hal ini tidaklah melazimkan bahwa bentuk Adam sama dengan Allah. Sebagaimana (hadits) yang menjelaskan bahwa rombongan orang yang pertama kali masuk surga bentuknya seperti bulan purnama, namun hal ini tentunya tidak melazimkan sama seperti bulan.
- Hal ini termasuk bab menyandarkan makhluk kepada penciptanya, yaitu berdasarkan bentuk yang dipilih dan dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam itu seperti (sesuai) bentuknya. Demikianlah arti hadits Nabi SAW riwayat Imam Bukhari yang tertera sebagai judul dalam di atas.
Sebagian orang memahami bahwa lafadl `HI` pada akhir kata SHUURATIHI yang berarti `NYA`, diruju`kan (dikembalikan) kepada lafadz Allah, sehingga memberi pengertian: Seperti bentuk-NYA alias seperti bentuk Allah. Tentunya pemahaman seperti ini sangat sulit diterima oleh akal umat Islam, karena mengandung pemahaman Tajsiim/Mujassimah (Penisbatan jisim/tubuh kepada Dzat Allah).
Untuk memudahkan bagaimana cara memahami hadits tersebut, maka dalam kitab Tafsir Annaisaburi terdapat pembahasan yang lebih mudah dan gamblang, terdapat pada juz 1 halaman 8 sebagai berikut :
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam itu seperti (sesuai) bentuknya. Di dalam memahami hadits ini, maka para ulama Ahlus sunnah wal jamaah meruju`kan (mengembalikan) lafadz `HI` itu bukan kepada lafadz Allah, melainkan kepada lafadz Adam, yaitu lafadz yang lebih dekat dengan `HI` itu sendiri.
Jadi artinya, bahwa Allah menciptakan Nabi Adam itu sesuai dengan bentuk yang direncanakan oleh Allah secara utuh (bentuk manusia sempurna), tanpa proses melalui pembentukan nuthfah dan darah yang berkembang menjadi janin lantas menyusu dan makan untuk menjadi tumbuh berkembang sebagai manusia dewasa, namun konon Allah menciptakan Nabi Adam itu sekaligus atau langsung dalam bentuk manusia dewasa.
Dalam hadits yang lain, Nabi SAW bersabda: Janganlah kalian mencela wajah (seseorang) karena Allah itu menciptakan Adam `alaa shuuratir rahmaan
Hadits ini juga, jika diartikan mengikuti bahasa kamus yang tekstual, maka lafadz `alaa shuuratir rahmaan memberi arti: Seperti bentuknya Arrahman (Allah). Namun para ulama mengatakan bahwa arti `alaa shuuratir rahmaan adalah `alaa shiifatir rahmaan (sesuai dengan sifat Allah) alias dalam bentuk yang sempurna karena sifat Allah itu Maha Sempurna.
Dalam bahasa Arab sering terdapat penggunaan kata seperti itu, contohnya : shuuratu haadzihil mas-alati kadza (sifatnya perkara ini adalah demikian). Jadi yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah, bahwa Allah menciptakan Nabi Adam seperti (sesuai) sifat yang diinginkan oleh Allah, yaitu berbentuk manusia yang dapat menjadi khalifah (pengatur) bumi dan pengelola kehidupan duniawi. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang secara hakikat telah mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya, antara lain menjadikan manusia sebagai khalifah (penguasa) bumi.
Tuhan
menciptakan Adam dalam bentuknya, Fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts
Al-’Ilmiyyah wal Ifta` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) Nomor
2331
Pronomina
(kata ganti) yang terdapat dalam sabda Nabi “Dalam bentuk-Nya” kembali kepada
lafadz jalalah (Allah), dalilnya terdapat di dalam riwayat lain yang derajatnya
juga shahih, “Dalam bentuk Allah Yang Maha Pengasih” Ini jika
ditinjau dari konteks hadits secara eksplisit. Makna ini tentunya tidak
berimplikasi pada adanya tasybih (penyerupaan), karena Allah telah menamakan
diri-Nya dengan nama-nama yang juga dipakai oleh makhluk-Nya, dan menyifati
diri-Nya dengan sifat-sifat yang dipakai makhluk-Nya. Dan hal ini sama sekali
tidak berimplikasi pada adanya penyerupaan.
Begitu
juga dengan masalah bentuk. Ketika bentuk itu dinisbatkan kepada Alah tidaklah
dengan serta merta ada penyerupaan terhadap makhluk-Nya, karena adanya kesamaan
dalam nama dan arti secara umum tidak dengan serta merta berimplikasi pada
adanya penyerupaan terhadap hal yang menyangkut kekhususan masing-masing dari
keduanya, berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.”
Semua
itu akibat mereka memahami Al Qur’an dan As Sunnah dari sudut artinya saja atau
memahaminya selalu berpegang pada nash secara dzahir (makna dzahir), Mereka
kurang memperhatikan ilmu-ilmu untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah seperti
ilmu tata bahasa Arab atau ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah
(ma’ani, bayan dan badi’) ataupun ilmu fiqih maupun ushul fiqih dan lain lain.
Hadits
yang dipahami oleh mereka dengan makna dzahir adalah :
Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah
mengkhabarkan kepada kami Ma’mar dari Hammam bin Munabbih berkata: Inilah yang
diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Salam, ia menyebut beberapa hadits diantaranya: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan Adam dalam
bentuknya, panjangnya enampuluh dzira’. Setelah menciptakannya, Allah
berfirman: ‘Pergilah lalu ucapkan salam pada mereka itu, mereka adalah kelompok
malaikat yang tengah duduk lalu dengarkan jawaban mereka, itulah salammu dan
salam keturunanmu. Beliau bersabda: Adam pergi lalu mengucapkan:
‘ASSLAAMU’ALAIKUM? ‘ Mereka menjawab: ‘ASSALAAMU ‘ALAIKA WA RAHMATULLAAH’.
Beliau bersabda: Mereka menambahi: ‘WA RAHMATULLAAH’. Beliau bersabda: Setiap
orang yang masuk surga wujudnya seperti Adam, panjangnya enampuluh dzira’ dan
setelahnya (Adam) postur tubuh (manusia) terus berkurang hingga sekarang. (HR Muslim)
60
dzira = 60 hasta ; 1 hasta = 45 cm ; 1 hasta =
1.5 kaki ; 1 kaki = 30 cm
60 dzira = 60 hasta = 90 kaki = 2700 cm = 27 meter
60 dzira = 60 hasta = 90 kaki = 2700 cm = 27 meter
Apa
Maksud Hadits: “Kholaqollohu Adama Ala Shurotihi”? (Allah menciptakan Adam
dalam bentuknya)
Kemanakah
kembalinya dhomir (kata ganti) hu (dia)?
Apakah
kepada Allah Ta’ala atau kepada Adam alaihi salam?
Dhomir
“Hu” tidak diragukan kembali kepada Adam –bukan kepada Allah- karena lafadz
berikutnya menafsirkan dhomir Hu tersebut yaitu sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam “Thuluhu sittuna dziro’an” (Allah ciptakan Adam dalam
bentuknya, tingginya enampuluh dzira) Sehingga dapat dipastikan dan tidak
diragukan bahwa ukuran tinggi enampuluh dzira adalah sifat makhluq bukan sifat
Allah Ta’ala.
“bahwasannya
Allah menciptakan Adam memiliki beberapa sifat di antaranya: wajah, tangan,
jari-jemari, mendengar, melihat, berilmu. Dan sebagian sifat-sifat ini ada pada
Allah, akan tetapi tentunya berbeda antara sifat Allah dan sifat makhluq,
sebagaimana telah diketahui bahwasanya persamaan nama tidak mengharuskan
persamaan hakekat, tidakkah kita perhatikan bahwa semut punya kaki dan gajah
punya kaki, keduanya memiliki sifat yang sama yaitu kaki akan tetapi kedua kaki
mereka sangat berbeda. Jika dalam makhluk saja demikian maka bagaimana dengan
Allah dan makhluk-Nya”
Semut
punya kaki dan gajah punya kaki, keduanya memiliki sifat yang sama yaitu kaki
akan tetapi kedua kaki mereka sangat berbeda. Mereka lupa bahwa sifat kaki bagi
semut maupun gajah adalah untuk menopang sesuatu dan mempunyai suatu bentuk
serta ukuran walaupun bentuk dan ukurannya berbeda.
Sifat
kaki adalah suatu bagian yang menopang sesuatu dan mempunyai suatu bentuk serta
ukuran. Jika tidak menopang sesuatu maka tidak disifatkan dengan kaki seperti
kaki meja, kaki kamera dan lain lain. Bentuknya tidak serupa dengan
makhlukNya. Bentuk dan ukuran adalah sifat makhluq bukan sifat Allah
Ta’ala.
Al-Imam
Ali ibn Abi Thalib karamallahu wajhu berkata: “Barang siapa beranggapan
(berkeyakinan) bahwa Tuhan kita berukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang
wajib disembah (belum beriman kepada-Nya)” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aym (W 430
H) dalam Hilyah al-Auliya, juz 1, h. 72).
Yang pasti Allah tidak menyerupai
suatu apapun dan nilai ini juga ihsan seperti Jibril yang mempertanyakan ihsan
dalam mengajarkan agama seperti itulah adanya.
Di
antara sifat yang tetap bagi Allah adalah: Kaki
Dalil hal tersebut adalah apa
yang diriwayatkan oleh Bukhari, no. 6661 dan Muslim, no. 2848, dari Anas bin
Malik dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, "(Neraka)
jahanam masih saja berkata, 'apakah ada tambahan' hingga akhirnya Tuhan
Pemiliki Kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Kemudian dia berkata, cukup, cukup,
demi kemuliaan-Mu, lalu. Lalu neraka satu sama lain saling terlipat."
Imam Bukhari, no. 4850 dan
Muslim, no. 2847, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, "Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, 'Surga dan neraka saling
berdebat. Neraka berkata, 'Aku mendapatkan orang-orang yang sombong dan
bengis.' Lalu surga berkata, 'Mengapa saya hanya dimasuki oleh orang-orang yang
lemah dan rendah.' Allah Tabaraka wa ta'ala berkata kepada surga, 'Engkau
adalah rahmat-Ku, denganmu aku rahmati hamba-Ku yang aku suka.' Lalu Dia
berkata kepada neraka, 'Engkau adalah azab-Ku, denganmu aku mengazab hamba-Ku
yang aku suka. Setiap dari keduanya akan penuh. Adapun neraka tidak akan penuh
kecuali setelah Allah meletakkan kaki-Nya, baru dia berkata, 'cukup', 'cukup'
maka ketika itu neraka akan penuh dan neraka satu sama lain akan terlipat, dan
Allah tidak akan menzalimi makhluknya satupun. Adapun surga Allah akan ciptakan
makhluk untuknya."
Dalam redaksi Muslim disebutkan, "Adapun neraka, tidak penuh kecuali
setelah dia meletakkan kaki-Nya di atasnya."
Maka
hal ini menunjukkan ditetapkannya kaki bagi Allah Ta'ala.
Ibnu Abbas radhiallahu anhu
berkata, "Al-Kursy adalah tempat kedua kaki, sedangkan Arsya tidak ada
seorang pun yang dapat memperkirakan ukurannya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab
'At-Tauhid' (1/248, no. 154) Begitu pula Ibnu Abi Syaibah dalam 'Al-Arasy'
(61), Ad-Darimi dalam 'Ar-Radd Alal-Muraisy', Abdullah bin Imam Ahmad
dalam 'As-Sunah', Al-Hakim dalam 'Al-Mustadrak' (2/282). Dia (Al-Hakim) menyatakan
shahih berdasarkan syarat kedua syaikh (Bukhari dan Muslim) serta disetujui
oleh Adz-Dzahabi, dishahihkan oleh Al-Albany dalam 'Mukhtashar Al-'Uluw', hal.
102, Ahmad Syakir dalam 'Umdatu Tafsir' (2/163)
Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu
anhu berkata, 'Al-Kursy adalah tempat kedua kaki, dia memiliki suara gesekan
seperti seperti suara gesekan kendaraan tunggangan.' Diriwayatkan
oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam kitab 'As-Sunah', Ibnu Abi Syaibah dalam
'Al-Arasy' (60), Ibnu Jarir, Baihaqi dan lainnya. Sanadnya dinyatakan shahih
oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (8/47) serta oleh Al-Albany dalam 'Mukhtashar
Al-Uluw', hal. 123-124.
Kedua atsar di atas menunjukkan
ditetapkannya kedua kaki bagi Allah Ta'ala. Dan itulah yang dipegang oleh
Ahlussunnah.
Imam Abu Ubaid Al-Qasim
rahimahullah berkata, "Hadits-hadits yang didalamnya dinyatakan, 'Tuhan
kami tertawa dengan keputusasaan hamba-Nya padahal sedikit lagi Allah akan
merubahnya (kepada yang lebih baik)' dan bahwa 'Neraka jahanam tidak penuh sebelum
Tuhanmu meletakkan kaki-Nya padanya', 'Al-Kursy adalah tempat kedua kaki'.
Hadits-hadits yang diriwayatkan ini menurut kami adalah haq/benar, disampaikan
oleh orang tsiqah (benar keimanan dan ketakwaannya serta kuat hafalannya)
kepada orang yang tsiqah hingga seterusnya. Hanya saja jika kami ditanya tentang penafsirannya, maka kami tidak
akan menafsirkannya dan tidak kami dapati seorang pun yang
menafsirkannya." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam 'Al-Asma wa
Ash-Shifat', 2/198, Ibnu Abdil Barr dalam 'At-Tamhid, 7/149)
Dalam Fatawa Lajnah Da'imah
(2/376), 'Yang wajib adalah menetapkan apa yang telah Allah tetapkan untuk
dirinya, seperti kedua tangan, kedua kaki, jari jemari dan sifat lainnya yang
disebutkan dalam Al-Quran dan Sunah dengan kedudukan yang sesuai dengan
kemuliaan Allah Ta'ala, tanpa dirubah, dibagaimanakan, diserupakan (dengan
makhluk) dan digugurkan. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dan Firman-Nya: "Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat." (QS.
Asy-Syura: 11)
Itu
semua adalah hakikat, bukan majaz (kiasan). Adapun berlebihan menetapkan apa
yang tidak ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunah, maka seharusnya ditinggalkan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts
wal Ifta Bakar Abu Zaid, Abdul Aziz Alu Syaikh, Shalih Al-Fauzan, Abdullah bin
Ghudayyan, Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Syekh Abdurrahman Al-Barrak
hafizahullah berkata, "Dalam hadits ini terdapat penetapan kaki bagi Allah
Ta'ala. Ahlussunnah menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan dalam
hadits berdasarkan hakikatnya, sebagaimana mereka menetapkan seluruh sifat.
Sebagaimana mereka menetapkan kedua tangan, kedua mata bagi Allah Ta'ala, lalu
mereka berkata, 'Allah Ta'ala memiliki kedua kaki, sebagaimana terdapat dalam
atsar yang masyhur dari Ibnu Abbas dalam tafsir Al-Kursy bahwa dia adalah tempat
kedua kaki, yaitu kedua kaki Allah Ta'ala.
Penetapan dalam masalah kedua
kaki dan kedua tangan adalah sama, tidak dapat dibedakan." Syarh
Wasithiyah, hal. 172.
Maka
riwayat yang tetap adalah bahwa Allah Ta'ala meletakkan kakinya di atas neraka.
Kita beriman terhadap hal tersebut dan berhenti sampai disitu serta tidak
melampauinya. Tidak boleh kita katakan, 'meletakkan kedua
kakinya' dengan dalil bahwa mufrad (tunggal) yang disandarkan bersifat umum.
Sebagaiman kita tidak boleh mengatakan 'Dia menulis Taurat dengan kedua
tangan-Nya'. Tapi hendaknya kita
membatasi sebagaimana adanya yang terdapat dalam nash. Karena sifat Allah
dasarnya adalah tauqifi (wahyu).
Ada
beberapa ayat Quran yang mengatakan tentang Allah yang Bersemayam di atas
'Arsy, maka ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian-Nya, tidak bisa dijabarkan bagaimana keadanya atau
seperti apa caranya baik secara tekstual melihatnya atau dengan menggunakan
kiasan, karena ini sesuatu yang ditabirkan jadi cukuplah batasannya apa yang
ada seperti pernyataan itu. Tetaplah dapat mengimani dalam batasan tabir ini.
Sebagian
sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Rabb kami itu
dekat sehingga kami cukup bersuara lirih ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu
jauh sehingga kami menyerunya dengan suara keras?” Lantas Allah Ta’ala
menurunkan ayat di dibawah. (Majmu’ Al Fatawa, 35/370)
Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Keadaan
kita yang paling dekat dengan Allah Ta’ala adalah ketika sujud maka
sempurnakanlah sujud kita. Artinya: “Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah
ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” (HR.
Muslim)
Jadi
dimana Allah, cukuplah nash seperti itu, seperti itulah adanya. Urusannya
terserah sama Allah SWT, yang pasti seolah-olah Allah ada tiap detiknya, tiap
saatnya dan tetap ada terawal hingga terakhir sebagai yang Maha kekal, dan
terserah Allah dimanapun Allah menginginkan hadirNya karena segala sesuatu
milikNya, ciptaanNya.
“Dia yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu dia bersemayam di atas arsy.
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya. Dan dia bersamamu dimana saja kamu berada. Dan
Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Hadiid 57: 4)
Bila
Allah berkata bersemahyam diatas arsy maka demikianlah adanya, bila Allah berkata
dekat dikala hambaNya sujud, demikianlah adanya. Namun bukan dalam sudut
pandang, menempatkan atau mengadakan dzatNya dan sifatNya dapat diwujudkan pada
apapun makhlukNya, dan bukan dalam sudut pandang membatasi kesempurnaan kemampuan
dan keilmuan Allah SWT dan sudut pandang yang tepat adalah ihsan.
Salah
satu masalah yang dianjurkan dalam al-Qur’an dan sebagian riwayat adalah supaya
manusia memikirkan tentang penciptaan makhluk-makhluk Allah.
Seperti pada ayat, “(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka surah.” (Qs. Ali Imran [3]: 191)
Adapun
terkait dengan zat Allah Swt, manusia dilarang untuk memikirkannya. Seperti
misalnya dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda, “Pikirkanlah tentang penciptaan Allah Swt, namun jangan memikirkan
tentang zat Allah Swt.”
Mas’ud bin Isa, Warram bin Abi Firas, Majmu’at Warrâm, jil. 1, hal. 250,
Maktabat al-Faqiyyah, Qum, Cetakan Pertama, Tanpa Tahun.
Rasulullah
Saw dalam riwayat yang lain, sehubungan dengan sebab dan falsafah pelarangan
memikirkan zat Allah Swt, bersabda, “Karena
kalian sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memahami keagungan Tuhan.” Ibid.
Dengan
demikian, berpikir dalam penciptaan bukan hanya tidak dilarang bahkan
dianjurkan. Yang dilarang hanyalah memikirkan tentang zat Allah Swt.
Dan (ingatlah),
ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak
menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
Mereka menjawab:
" Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami;
sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
(Bila
tabir (keghaibannya) dibatasi Allah SWT sampai disini cukuplah ini menjadi
batasan untuk Kita terima.)
Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
(Bila
tabir dibatasi dengan tambahan pembukaan tabir baru sampai keadaan seperti ini,
cukuplah ini menjadi batasan untuk Kita menerima apa yang diberiNya.)
Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar
bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu)."
Musa berkata:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata:
"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang
sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu. QS.
Al-Baqarah : 67-71
(Bila
tabir telah dibuka sepenuhnya oleh Allah SWT cukuplah ini menjadi batasan untuk
Kita meng-Aamiin-kannya. Allah SWT akan memberi segala sesuatu dengan
takarannya yang pas pada waktu dan kondisi yang tepat, entah di tingkat tabir
pertama sebagai contoh, atau di tingkat pembukaan tabir lain sebagai contoh
kedua atau di tingkat pembukaan keseluruhan hal ghaib tersebut sebagai contoh
model ketiga.)
Dan
pada intinya apa yang dimaksud dalam memahami dzat dan sifat Allah SWT telah
dijelaskan dan diajarkan Jibril dalam satu tingkatan tauhid yaitu nilainya
ihsan.
“Maafkanlah dosa
orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa
yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang
tergelincir."
( HR. Al Bukhari fii Al Adaab )
Setelah
agama Islam sempurna, kemudian nabi banyak melakukan taubat dan istighfar
hingga ajal Beliau menjemput. Taubat ini ada disetiap pintu-pintu dalam
perjalanan menuju Allah SWT dan ia pintu pendamping atau anak kunci dari tiap
pintu-pintu tersebut atau juga sebagai koneksi tiap pintu.
Kita selalu butuh akan ampunan
Allah karena kita adalah hamba yang tidak bisa lepas dari dosa. Dosa ini bisa
gugur dengan taubat dan ucapan istighfar. Terlihat kedua amalan ini sama. Namun
ada sedikit perbedaan mendasar yang perlu dipahami. Taubat lebih sempurna dan
di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika
diiringi dengan taubat.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah
bin Baz –rahimahullah- menjelaskan, Taubat berarti, “Menyesali (dosa) yang
telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa
tersebut lagi.” Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi
terdapat taubat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan
istighfar seperti “Allahummaghfirlii” (Ya Allah, ampunilah aku) atau
“Astaghfirullah” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).
Adapun taubat itu sendiri
dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan bertekad tidak akan
mengulanginya. Ini disebut taubat, kadang pula disebut istighfar. Istighfar
yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan
bertekad tidak akan mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang
disebut istighfar dan kadang pula disebut taubat. Sebagaimana hal ini
diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala, “Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran:
135-136).
Yang dimaksud istighfar pada ayat
di atas adalah menyesal dan tidak terus menerus berbuat dosa. Ia mengucapkan
‘Allahummaghfirlli, astaghfirullah’ (Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, aku
memohon ampun pada-Mu), lalu disertai dengan menyesali dosa dan Allah
mengetahui hal itu dari hatinya tanpa terus menerus berbuat dosa bahkan
disertai tekad untuk meninggalkan dosa tersebut. Jadi, jika seseorang
‘astaghfir’ atau ‘Allahummaghfir lii’ dan dimaksudkan untuk taubat yaitu
disertai penyesalan, kembali taat dan bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi,
inilah taubat yang benar. [Sumber Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz]
Ya
Allah, terimalah taubat kami dan tutupilah setiap dosa kami dengan istighfar.
Kaum musyrik itu sebenarnya mengenal
Allah SWT itu dijelaskan dalam nash, dengan cara berbeda Firaun juga mengenal
Allah SWT, bahkan ia tahu konsep ketuhanan dan pengendalian alam semesta
sebagaimana Firaun punya kemudahan untuk mengetahui itu karena memang ia adalah
raja dalam kaumnya, namun toh tetap juga masih bisa tersesat arah dari jalan
yang lurus. Adakah hikmah yang bisa dipetik dari ini?
Perkataan
Imamnya para mufassir Ibnu Jarir At-Thobari (224 H-310 H), beliau berkata di
tafsirnya (18/439): "Perkataan tentang tafsir firman Allah : Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada
mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan
air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab:
"Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi
kebanyakan mereka tidak memahami(nya) (QS Al-'Ankabuut : 63)
Allah berkata kepada NabiNya Muhammad –shallallahu 'alaihi wa sallam- : Jika engkau –wahai Muhammad- bertanya kepada mereka yaitu orang-orang yang muyrik kepada Allah dari kaummu "Siapakah yang menurunkan air dari langit –yaitu air hujan yang Allah turunkan dari awan-, lalu dengan air tersebut Allah menumbuhkan bumi dengan menumbuhkan tumbuhan??..."
Allah berkata kepada NabiNya Muhammad –shallallahu 'alaihi wa sallam- : Jika engkau –wahai Muhammad- bertanya kepada mereka yaitu orang-orang yang muyrik kepada Allah dari kaummu "Siapakah yang menurunkan air dari langit –yaitu air hujan yang Allah turunkan dari awan-, lalu dengan air tersebut Allah menumbuhkan bumi dengan menumbuhkan tumbuhan??..."
Sungguh mereka (kaum musyrikin Arab -red) akan menjawab : Allahlah yang telah melakukan semua itu"…
Maka karena kebodohan mereka, mereka menyangka bahwasanya dengan ibadah yang mereka lakukan kepada sesembahan-sesembahan mereka selain Allah maka mereka akan meraih kedekatan di sisi Allah. Mereka tidak tahu bahwasanya dengan ibadah mereka tersebut menyebabkan kebinasaan mereka, menjadikan mereka kekal di dalam api neraka" (Tafsir At-Thobari 18/439)
Para pembaca yang budiman dari perkataan Ibnu Jarir At-Thobari di atas sangatlah jelas dua perkara :
- Ibnu Jarir menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui bahwa Allah-lah yang menurunkan air hujan dan menumbuhkan tanaman di bumi
- Ibnu Jarir menyatakan bahwasanya kesyirikan kaum musyrikin Arab yaitu mereka menjadikan sesembahan-sesembahan mereka sebagai sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Dan sebagaimana telah berlalu nukilan perkataan Ibnu Jarir At-Thobari diatas tatkala menafsirkan QS Yusuf : 106 dimana beliau dengan sangat tegas menjelaskan bahwasanya kaum musyrikin dahulu mengakui bahwasanya Allah adalah pencipta mereka dan pemberi rizki kepada mereka. Bahkan beliau menegaskan bahwa pendapat ini adalah pendapat para ahli tafsir. Dan Ibnu Jarir tidak menyebutkan adanya khilaf diantara para ahli tafsir dalam hal ini. Padahal kebiasaannya Ibnu Jarir jika ada khilaf diantara para ahli tafsir maka ia akan menyebutkannya.
Gambaran sekedar
kulit luar dari dalam apa yang dimaksud mendapatkan segala sesuatu dalam
permasalahan kenapa ada karomah :
Dari
Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Allahumma laa
sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”
[artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan
engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan
menjadi mudah]. Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya
(3/255). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum
wal Lailah. (Lihat Jaami’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)
Sesungguhnya
kalian tidak tahu nikmat mana yang lebih baik buat kalian, apa nikmat yang
Allah beri atau nikmat yang Allah jauhkan dari kalian, dan kalian juga tidak
tahu yang mana lebih baik nikmat yang disegerakanNya atau nikmat yang
ditundaNya.
Penulis
coba mengambil salah satu ilmu ilmiah dalam saint yaitu motivasi dan hipnotis
sebagai sekedar contoh, ingatlah bahwa
ini hanya contoh perbandingan yang bernilai serupa namun tidak sama dan tidak
dapat menjelaskan menyeluruh, sifatnya hanya gambaran saja, karena sudut
pandangnya yang satu akal yang dapat dipengaruhi apa-apa di hati dan yang satu
lagi sudut pandang hati yang hampir-hampir tanpa noda namun jangan jadikan ini
alasan untuk memunculkan terapi hipnoterapi/hipnotis ala islam, hipnotis ya
hinotis saja yaa… dan bila ada keluarga Anda wanita mengikuti terapi hipnotis
sebaiknya minta dibolehkan dikawal dan harus dirundingkan kata-kata apa yang
dipakai di dalam sugesti tersebut dan motivasi juga harus di dasarkan syariat.
Dan contoh ini hanyalah bentuk feeling dari penulis karena penulis mengatakan
bahwa sebagai orang awam, sekali lagi hanya feeling saja, anggaplah bisa
bernilai benar atau salah, so ambil hikmahnya bila ada sedikit manfaatnya, pemahaman
lebih dalam dari sekedar gambaran ini dibutuhkan, klo tidak jauhkan saja.
Sebelumnya kita
lihat 2 pendapat dalam pandangan orang islam akan hipnotis
Pertama :
Hipnosis
merupakan salah satu bentuk perdukunan yang menggunakan jin yang dipakai oleh
juru hypnosis (hypnotist) untuk menguasai kliennya sehingga orang itu berbicara
dengan lisannya dan terkadang memberikannya sebuah kekuatan untuk beberapa
pekerjaan dikarenakan penguasaannya itu.
Jika
jin itu berkawan dengan si juru hypnosis maka ia akan tunduk kepadanya sebagai
kompensasi dari apa-apa yang telah dilakukannya dengan bertaqarrub kepadanya
sehingga jin itu menjadikan si klien yang dihipnotis tunduk kepada keinginan si
juru hypnosis untuk melakukan suatu perbuatan atau memberikan informasi dengan
bantuan jin tersebut.
Karena
itu penggunaan hipnosis dan menjadikannya sebagai salah satu cara atau sarana
untuk menunjukkan lokasi pencurian, kehilangan. pengobatan terhadap suatu
penyakit atau untuk melakukan berbagai pekerjaan lainnya adalah tidaklah
diperbolehkan bahkan termasuk perbuatan syirik karena ia telah meminta
perlindungan kepada selain Allah swt.. (al Lajnah ad Daimah li al Buhuts al
Ilmiyah wa al Ifta juz I hal 383)
Kedua :
Saudaraku,
perlu diketahui bahwa hipnotis yang ada di masyarakat secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1. Hipnotis Klasik
Hipnotis
klasik ialah kemampuan untuk menyelami lalu mempengaruhi pikiran orang lain
atau bahkan diri sendiri yang diperoleh dengan berbagai metode yang sarat
dengan upacara klenik, misalnya sesajian, membakar kemenyan, ramu-ramuan tertentu
dan lainnya. Tidak diragukan perbuatan semacam ini bertentangan dengan syari’at
islam, bahkan dapat menghantarkan pelakukan kepada jurang kesyirikan kepada
Allah Ta’ala. Karena mungkin saja di antara ritual yang ia lakukan ialah dengan
mengajukan korban atau sesajian kepada setan. Tentu perbuatan ini adalah syirik
yang mengancam keislaman pelakunya.
Dan (ingatlah) hari
di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): “Hai
golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.”
Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Rabb kami,
sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian
(yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi
kami.” Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di
dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” Sesungguhnya Rabbmu Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Al An’am: 128)
Ulama’
ahli tafsir menjelaskan bahwa jin dan manusia saling memanfaatkan. Jin
memanfaat manusia dengan sesajian yang dipersembahkan oleh manusia untuk
mereka. Sebaliknya manusia memanfaatkan jin dengan mendapatkan berbagai layanan
istimewa yang diberikan oleh jin kepada para penyembahnya. (At Tamhid Syarah Kitab
At Tauhid 374)
Akan
tetapi bisa saja ramu-ramuan yang ia lakukan hanya sekedar kombinasi dedaunan
yang aromanya dapat mempengaruhi akal sehat seseorang, misalnya daun ganja atau
yang serupa, maka bila ini yang terjadi maka itu hanya sebatas perbuatan haram
dan tidak sampai menjadikan pelakunya keluar dari keislaman.
2. Hipnotis Moderen
Hipnotis
mederen inilah yang sekarang ini banyak dikembangkan dan diajarkan oleh
berbagai lembaga pelatihan di masyarakat. Hipnotis moderen ini sejauh yang saja
ketahui adalah pengembangan dan menejeman fungsi otak kanan dan otak kiri.
Mereka menamakan otak kiri dengan pikiran sadar, sedangkan otak kanan dengan
pikiran bawah sadar.
Walau
demikian melalui training dan pelatihan, seseorang dapat mengoptimalkan otak
kanannya, sehingga dapat bekerja seimbang dengan otak kiri, sehingga bekerja di
bawah kesadaran kita.
Ilmuan
zaman sekarang telah berhasil mengetahui pola kerja kedua otak manusia; kanan
dan kiri. Mereka menjelaskan bahwa otak kiri berfungsi untuk memikirkan hal-hal
yang bersifat logika, dan memiliki ciri senantiasa bekerja di bawah kesadaran
kita. Sedangkan otak kanan, berfungsi sebagai penanggung jawab tentang segala
yang berkaitan dengan rasa, seni, dan berfungsi sebagai bank data bagi berbagai
data, kejadian, perasaan yang pernah dialami oleh manusia.
Otak
kanan biasanya bekerja di bawah kesadaran kita. Misalnya, semasa anda duduk di
bangku sekolah SD, SMP, lalu SMA, banyak memiliki teman. Akan tetapi bila
sekarang ini, pada saaat anda membaca tulisan ini, saya minta anda menyebutkan
50 nama teman semasa SD, 50 teman semasa SMP, 50 teman semasa SMA, saya yakin
anda cukup kerepotan untuk menyebutnya. Akan tetapi sekedar anda bertemu dan
bertatap muka dengan mereka, anda langsung ingat, bukan sekedar nama, bahkan
berbagai pengalaman anda dengannya spontan teringat, seakan-akan anda kembali
hidup pada masa lampau anda. Bukankah demikian?
Dimanakah
data tentang teman-teman anda itu tersimpan? Menurut para pakar, data-data itu
tersimpan di otak kanan anda, atau yang diistilahkan oleh para ahli hipnoterapi
otak bawah kesadaran.
Inilah
yang dimanfaatkan oleh para hipnoterapi, mereka mengotak-atik kerja otak kanan
dan kiri, serta berusaha memanfaatkan bebagai memori pahit atau manis yang
pernah dialami oleh pasiennya. Yang demikian itu, karena sering kali penyakit
yang menimpa seseorang disebabkan oleh trauma atau suatu persepsi tentang suatu
hal yang kurang baik. Seorang praktisi hipnoterapi berusaha merubah peta
pikiran pasiennya tentang kejadian yang menjadikanya trauma, atau menderita
penyakit tersebut, atau mungkin juga berusaha memindahkan kerja otaknya dari
yang sebelumnya terpusat pada otak kanan berpindah menjadi terpusat di otak
kiri atau sebaliknya.
Sebagai
contoh: Bila anda menderita penyakit mag, mungkin saja anda menjadi takut untuk
makan cabe, karena meyakini bahwa cabe dapat menyebabkan mag anda kambuh. Atau
bila anda menderita hipertensi, mungkin anda takut untuk makan sate kambing,
karena anda meyakini bahwa daging kambing dapat menjadikan darh tinggi anda
kambuh dan berakibal fatal. Bukankah demikian?
Akan
tetapi apa pendapat dan perasaan anda, andai mengetahui bahwa kandungan vitamin
C pada cabe melebihi kandungan buah-buahan berwarna kuning? Dan diyakini bahwa
vitamin C membantu meningkatkan ketahanan tubuh dari serangan penyakit.
Sebagaimana kandungan kolesterol pada daging kambing adalah yang paling rendah
bila dibanding dengan daging sapi, onta, kerbau, dan kuda? Akankah anda tetap
menjauhi daging kambing dan tetap makan daging sapi?
Demikianlah
kira-kira gambaran singkat serta contoh sederhana tentang kerja hipnoterapi.
Pada
suatu hari, saya pernah bepergian bersama keluarga dengan mengendarai bus umum
antar kota. Di tengah perjalanan putri pertama saya yang berumur 6,5 tahun
mengeluhkan pusing, dan selanjutnya perut mual. Karena kota tujuan masih
lumayan jauh, sayapun menjadi sedikit panik. Saya berusaha memijit punggung dan
tengkuknya, menggoleskan minyak kayu putih ke tubuhnya dan meminumkan sedikit
tolak angin sirup kepadanya. Hasilnya tetap nihil, tidak ada perubahan. Sayapun
menjadi bertambah panik, khawatir anak saya mabok perjalanan sehingga
muntah-mutah, tentu ini merepotkan sekali. Selang berapa saat saya teringat
bahwa otak manusia terbagi menjadi dua; kanan dan kiri, dan kerjanya bersilang,
otak kanan bertanggung jawab atas kerja tubuh bagian kiri, dan sebaliknya otak
kiri bertanggung jawab atas kerja tubuh bagian kanan. Sebagaimana seperti
dijelaskan di atas, bahwa otak kiri fokus kerjanya masalah logika, sedangkan
kerja otak kanan berhubungan dengan perasaan dan seni.
Memanfaatkan
penemuan moderen tentang kerja otak manusia, saya berusaha menghubungkan antara
pusing anak putri saya dengan pola kerja otak manusia. Sayapun memerintahkan
putri saya untuk menutup hidung kiri dengan jari tangan kiri pula, seterusnya
saya memintanya untuk membuat hitung-hitungan, dari 30 mundur ke belakang; 30,
29, 28 dan seterusnya. Tentu hitung-hitungan mundur seperti ini cukup
merepotkan anak kecil, sehingga memaksa kerja otaknya berpindah dari otak bagian
kanan yang sedang merasakan pusing, ke otak bagian kiri yang bertanggung jawab
tentang logika untuk. Hasilnya, luar biasa berhitung mundur baru mencapai angka
18, ia berkata: sudah hilang pusingnya. Dan wajahnyapun kembali ceria dan
berseri-seri. Mungkin pengalaman pribadi saya ini dapat menjadi contoh simpel
lain dari cara kerja para ahli hipnotis moderen.
Akan
tetapi karena ilmu ini adalah hasil penelitian orang dan hingga kini terus
dikembangkan oleh masyarakat luas, masing-masing dengan caranya sendiri-sendiri.
Terlebih-lebih pada tataran prakteknya ilmu ini sering dihubung-hubungkan
dengan mitos, atau idiologi atau tradisi masyarakat setempat, sebagai sarana
untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadar (memori otak kanan) pasien, akibatnya
banyak ditemukan perbedaan dan bahkan mungkin saja hal-hal yang bertentangan
dengan agama Islam, terlebih-lebih bila yang mengembangkan dan mempraktekkannya
adalah orang kafir, atau orang yang tidak paham tentang prinsip-prinsip akidah
agama Islam. Inilah yang menjadikan banyak ulama; mengharamkan ilmu ini.
Kebanyakan ahli hipnoterapi tidak memahami akidah islam, sehingga pada
prakteknya ia sering mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak selaras
dengan agama Islam, inilah yang menjadikan banyak ulama’ sekarang mengharamkan
hipnotis.
Terlebih-lebih
dalam ilmu hipnotis dikenal apa yang disebut dengan filter atas setiap “saran”
atau bisikan atau masukan yang sampai kepada pikiran anda. Dan filter ini
beraneka ragam wujudnya, dimulai dari filter bahasa, ideologi, perasaan,
tradisi, pola pikir dan lainnya. Mungkin saja pada tahapan ini seorang
hipnoterapi dapat mengubah atau mempengaruhi ideologi anda, guna menuntut anda
kepada keadaan yang ia inginkan.
Misalnya:
Agar dapat masuk ke pikiran bawah sadar (atau otak kanan) anda mungkin saja
seorang ahli hipnotis akan membisikkan kepada anda: bahwa malam jum’at kliwon
adalah malam yang angker, dedemit bergentayangan, hantu yang penampilannya
menyeramkan, bertaring besar, mata bersinar merah, berbulu lebat, berkuku tajam
nan panjang, bersuara menggelegar, dan berbau busuk menyengat. Kata-kata ini
sengaja ia gunakan guna membuka pintu pikiran bawah sadar anda. Bila mendengar
gambaran hantu yang begitu menyeramkan ini anda berubah penampilan dan nampak
ketakutan, berarti pintu pikiran bawah sadar anda telah terbuka lebar-lebar,
selanjutnya ia dapat membisikkan berbagai “saran” atau kata-kata yang bertujuan
mengendalikan pikiran dan syaraf dan tubuh anda.
Sebagai
orang yang beriman, tentu anda akan berkata ahli hipnotis di atas berbau klenik
atau syirik, maka andapun dapat menghukumi bahwa perbuatannya itu haram, atau
syirik.
Akan
tetapi bila ahli hipnotisnya adalah orang yang bertauhid, maka ia dengan mudah
mengubah kata-kata di atas. Misalnya, coba anda bayangkan: malaikat pencabut
nyawa sekarang ini telah berada di atas kepala anda, penampilannya menyeramkan,
suaranya menggelegar bagaikan petir, dan di belakangnya telah berbaris para
malaikat yang membawa kain dari neraka yang sangat kasar, berbau busuk
menyengat. Selanjutnya malaikat maut menghardik anda: “Wahai jiwa yang buruk,
keluarlah engkau menuju kepada kebencian dan kemurkaan Allah.”
Tentu mendengar ucapan yang demikian, anda sebagai seorang mukmin, akan berkata: “Ini adalah ucapan yang benar dan tidak masalah, sehingga praktek hipnoterapi yang ia lakukanpun tidak ada yang perlu dipermasalahkan.”
Tentu mendengar ucapan yang demikian, anda sebagai seorang mukmin, akan berkata: “Ini adalah ucapan yang benar dan tidak masalah, sehingga praktek hipnoterapi yang ia lakukanpun tidak ada yang perlu dipermasalahkan.”
Permisalannya
sama dengan ilmu Kung Fu, ada yang mengembangkannya sebatas kemahiran gerak
tangan, kaki dan refleks, dan tidak jarang yang disertai dengan magic, sehingga
hasil dan hukumnyapun berbeda. Inilah yang mendasari banyak ulama’ dahulu
mengharamkan Kung Fu, akan tetapi sekarang, seakan fatwa haram itu menjadi
sirna bersama perkembangan pemahaman masyarakat tentang ilmu Kung Fu itu
sendiri.
Saudaraku!
Pembagian hipnoterapi atau hipnotis menjadi dua bagian ini mungkin sering kali
hanya sebatas teori saja, karena mungkin saja di lapangan banyak dari ahli
hipnotis menggunakan kedua-duanya, atau bahkan mencampurkan kedua jenis
hipnotis di atas, klasik & moderen. Walau demikian, kita tidak boleh
menutup kemungkinan adanya sebagian dari mereka yang tidak mencampurkannya, dan
hanya menggunakan jenis kedua yang benar-benar memanfatkan keja otak kanan dan
otak kiri (otak sadar dan otak bawah sadar).
Oleh
karena itu saya tidak dapat memberikan jawaban yang baku tentang hipnoterapi
atau hipnotis atau hipnosis yang ada di masyarakat. Akan tetapi seyogyanya
setiap kejadian dan setiap ahli hipnoterapi dikaji secara tersendiri, guna
diberikan keputusan hukum yang selaras dengannya. Bila padanya terdapat hal-hal
yang bertentangan dengan agama, maka yang kita larang sesuai dengan tingkat
pelanggarannya. Sebaliknya, bila bila tidak ada yang menyelisihi prinsip agama,
maka tidak masalah.
Semoga
jawaban singkat ini dapat sedikit menyingkap tabir tentang hukum praktek
hipnoterapi yang mulai banyak diajarkan dan dipraktekkan di masyarakat. Wallahu
a’alam bisshawab.
Dijawab
oleh Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Pandangan dari ahli
profesional hipnotis - Ditulis dengan garis miring
Apa itu
hipnotis? Hipnotis adalah penembusan area kritis dan diterimanya sugesti
tertentu. Apakah area kritis itu? Untuk detailnya bisa Anda baca pada bagian
yang membahas cara kerja pikiran tapi untuk sementara anggaplah dia itu satpam
yang menjaga toko. Dia bisa membiarkan Anda masuk ke dalam toko tapi tidak akan
membiarkan Anda masuk pada bagian-bagian tertentu di toko tersebut.
Dan
penembusan area kritis seseorang salah satu caranya adalah menggunakan sesuatu
yang paling dipercayai oleh orang tersebut. Nah karena orang Indonesia percaya
betul dengan hal-hal yang berbau mistis maka kadang dia lebih cepat menguasai
dan lebih percaya diri kalau menggunakan ritual-ritual tertentu. Dan rasa
percaya diri tersebut dapat mempengaruhi orang lain.
Secara
pribadi saya tidak setuju menggunakan ritual-ritual tersebut. Selain membuat
salah persepsi terhadap hipnotis tapi juga hal tersebut membuat ribet. Kalau
saya sih lebih suka yang simpel-simpel saja
Ini
bisa membuat orang lain salah jalan karena bisa membuat orang lain percaya dan
menganggap adanya hal mistis tersebut dan
tidak diragukan perbuatan semacam ini bertentangan dengan syari’at islam,
bahkan dapat menghantarkan pelakukan kepada jurang kesyirikan kepada Allah
Ta’ala, harus dijauhkan teknik itu walaupun orang tersebut, klien itu percaya
dengan ritual tersebut.
Jika
mengacu dengan arti yang saya anut tadi maka fenomena kondisi hipnotis sering
terjadi disekitar kita. Ingatkah Anda ketika seseorang merasa benar-benar marah
maka dia mudah sekali terprovokasi meski yang disampaikan oleh orang lain
tersebut mungkin bohong. Ingatkah Anda ketika seseorang benar-benar jatuh cinta
maka dia mudah sekali mempercayai omongan pasangannya meski itu suatu kebohongan.
Ingatkah Anda ketika melihat iklan di TV Anda ingin produk yang diiklankan
tersebut meski Anda tahu kalau yang namanya iklan itu lebih banyak di
dramatisir.
Ya,
hipnotis memang sesederhana itu. Lewati area kritis dan berikan sugesti/saran.
Contoh diatas menggunakan emosi untuk melewati area kritis dan kemudian
memberikan saran.
Ini
adalah hal natural manusia, tinggal dilihat baik atau buruknya.
yang
jelas hipnotis tidak bisa membuatkan makanan untuk Anda ataupun membuat Anda
jadi terlihat lebih imut (yang ini sudah saya buktikkan T_T). Jangan berharap
berlebihan terhadap hipnotis karena ini hanya fenomena biasa yang sering terjadi.
Jangan
berharap ketika bisa menguasai hipnotis Anda menjadi sakti (kalau terlihat
“sakti” sih bisa). Atau berharap dengan menguasai hipnotis dalam sekejap mata
Anda berubah menjadi pribadi yang baru. Dan paling utama hipnotis tidak bisa
membuat Anda memaksakan kehendak Anda kepada orang lain
Dan
paling utama hipnotis tidak bisa membuat Anda memaksakan kehendak Anda kepada
orang lain – dalam sudut pandang ilmiah hipnotis ia adalah kuasa yang terjadi
di otak, dalam sudut pandang islam ada lagi yang lebih dalam dari itu yaitu
adanya “hati”, filter utama ini adalah “hati” bila ia bersih kuatlah filternya,
bila ia gelap dengan noda hitamnya, berabelah urusannya, hati ini bukan yang
dimaksud hati yang berbentuk fisik. Dan lagi-lagi ini berhubungan dengan faktor
kepercayaan atau nilai religi masing-masing individu. Berbedanya hati dapat
membuat seseorang menjadi pribadi baru.
Inilah
yang bisa dilakukan oleh hipnotis :
- Hipnotis bisa membuat orang lain terhibur dengan permainan yang Anda lakukan seperti permainan lupa angka, lupa nama, joget, merayu kursi dan lain-lain
- Hipnotis bisa juga membuat Anda kena masalah karena pemahaman yang salah dari masyarakat ataupun karena Anda menggunakan permainan yang berbahaya ke orang yang Anda hipnotis.
- Hipnotis bisa membuat orang terbantu ketika dia mempunyai masalah dengan emosi ataupun pikirannya. Dan bisa juga membantu orang untuk memperbaiki dirinya.
- Hipnotis juga bisa membuat Anda kena masalah lagi ketika Anda menggunakan hipnotis untuk terapi tapi dari sisi kemampuan dan pengetahuan psikologi manusia Anda kurang.
- Hipnotis bisa membuat Anda menjadi pribadi lebih baik. Karena Anda paham dengan mekanisme kerja pikiran bagaimana suatu kepercayaan itu terbentuk.
- Hipnotis bisa juga membuat Anda menjadi pribadi yang lebih buruk. Arogan, sombong, merasa bisa segalanya karena punya kelebihan, ceroboh dengan melakukan terapi ke orang padahal belum kompeten.
Ya,
hipnotis itu seperti ilmu lainnya yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Semuanya itu tergantung dari orang yang mempelajarinya termasuk sikap, persepsi
dan pengetahuan. Jadi mau seperti apakah Anda?
yang
kita hipnotis itu adalah manusia yang juga mempunyai pola pikiran yang unik.
Jadi teknik yang kita gunakan untuk mereka tidak harus baku. Jika dia percaya
dengan mistik maka gunakan “mistik” untuk memulainya, jika dia lebih percaya
sains maka gunakan pengetahuan sains untuk masuk ke dalam pikirannya. Seorang
praktisi yang baik adalah praktisi yang bisa flexible dalam mempraktekkan apa
yang dikuasai sesuai dengan situasi. Jadi ketika Anda berhadapan dengan tipe
orang yang seperti ini Anda lebih mudah berkomunikasi dengan dia. Dan lebih
mudah menggunakan prosedur hipnotis sesuai dengan kepercayaan dia.
Harusnya
menjelaskan metodanya tersebut kenapa ia berbuat dengan teknik tanda kutip “kepercayaan”
pasien sesudah hipnotis, sekalian dakwah lah! Namun lebih baik memakai teknik
yang tidak bertentangan dengan hal natural manusia alias harus yang juga tidak
menyalahi syariat. Karena ini sudah mendekati cara-cara syirik.
Mereka
melakukan penilaian terhadap hipnotis hanya berdasarkan apa yang tampak diluar.
Mereka tidak melihat prosedur yang dilakukan oleh si penghipnotis tersebut.
Karena hipnotis adalah ilmu yang memanfaatkan psikologi manusia. Ilmu yang
benar-benar murni menggunakan cara kerja pikiran manusia, gak pake embel-embel
transfer energi atau pake bantuan jin.
Tergantung
sudut apa dalam metodanya dan bagaimana hasil prosesnya. Sementara hati yang
bersih dari tutupan-tutupan hati dapat memahami dan membaca psikologi diri dan
orang lain, karena ia mengenal diri sendiri maka ia mengenal juga orang lain,
dapat pula memperkuat kerja otak dan mengambil lebih banyak kegunaan otak
termaksud mengakses alam bawah sadar lebih banyak dan secukupnya, dimana alam
bawah sadar ini yang disinyalir menyimpan banyak kemampuan akal sesungguhnya,
dapat memahami cara kerja pikiran dan alam semesta dan dapat sangat dekat
dengan Tuhannya, intinya sebenarnya dapat membuat orang islam itu lebih pintar
dari orang-orang lainnya, jadi stop! Berkata islam itu orang bodoh. Karena
disinilah kemampuan segala sesuatu didapat, ilmu pengetahuan dalam genggaman
dan kearifan menjadi dominan. Hati yang dimaksud berbeda dengan dasar hati
tanpa iman dan taqwa. Karena ada pula orang lain dengan ritual tertentu, dengan
teknik tertentu, dengan belajar tertentu ia bisa memiliki pengetahuan lebih dan
dapat mengakses bawah sadarnya, tentu saja sebatas apa-apa yang malahan kelak akan
menjadi sumber penyakit dan kerusakan pada dirinya. Segala sesuatunya adalah
bernilai tidak hakiki bila tanpa filter yang tepat dari isi hati dan tanpa
tujuan ibadah hanya kepada Allah SWT.
Tapi
ketika dia menyadari kesalahannya bahwa si pasien tidak tertidur melainkan
terfokus pada satu hal maka dia mengganti istilah hypnosis dengan istilah
monoideaisme (satu ide/pikiran). Ya memang benar penghipnotis sering sekali
menggunakan kata tidur ketika menghipnotis orang terutama dalam hipnotis panggung/hiburan.
Ini karena kata tersebut merupakan kata yang paling efektif untuk mewakili
perintah tutup mata dan buat diri kamu menjadi rileks.
Apakah
kata ini selalu dipakai dalam menghipnotis seseorang? Tentu saja tidak. Dalam
praktek terapi kata ini sangat jarang dipakai atau ketika melakukan waking
hypnosis (hipnotis dengan kondisi mata subyek terbuka). Kata “tidur” lebih
sering digunakan kalau si penghipnotis itu menggunakan teknik shocking induction
atau melewati kritikal area dengan cara mengejutkan si subyek.
Perlu
diingatkan berarti dalam teknik ilmiah saja, seperti hipnotis ini, bisa saja
orang dalam keadaan sadar dapat mengakses potensi otaknya lebih banyak, jadi
pegangannya bukan hanya sufi, para saintis dan teknik kepercayaan atau teknik
khusus lain pun dapat saja melakukan hal ini, membuka potensi otak/pikiran
lebih banyak tapi tetap saja ada sedikit bedanya pada kalangan tertentu dari
ahli agama islam yang mengalami flashback (kilas balik cepat) keilmuan dunia
akhiratnya karena faktor penyandarannya adalah yang Maha kekal, Pemilik segala
sesuatu, Allah SWT.
Tapi
apakah hipnotis bisa membongkar aib seseorang? Secara pribadi saya akan
menjawab bisa iya bisa tidak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya
hipnotis adalah mengenai apa yang subyek percayai. Jika dia sangat mempercayai
kalau dihipnotis dia tidak berdaya dan bisa terdorong untuk membongkar
rahasianya maka itu akan terjadi. Apakah yang dia katakan adalah benar-benar
aib dia? Jawabannya adalah belum tentu. Dalam kondisi trance dia masih bisa
bohong atau yang dia ceritakan itu adalah khayalan dia. Oleh sebab itu hipnosis
tidak bisa dijadikan alat bukti dalam pengadilan. Meski dalam kondisi
terhipnotis si subyek masih bisa menolak sugesti yang kita berikan. Dia bisa
langsung membuka matanya (meski ini akan membuat kepala dia pusing) atau dia
hanya diam dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda.
Lagi-lagi
dijelaskan bahwa teknik hipnotis juga masih rentan terhadap apa yang ada di
hati, perlulah diingat dihati ada (Nafsu, Iman dan akal) sisi Iblis, sisi
Malaikat dan sisi Roh/Manusia, sisi Iblis dan sisi Malaikat ini bisa
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh sisi Roh/Manusia. Ingatlah selalu bahwa
sisi Iblis, tiap detiknya akan selalu berusaha menyesatkan manusia.
Area
Pikiran Sub Sadar/Bawah Sadar
Area
ini sudah ada sejak mulai dalam kandungan ibu. Bahkan dalam teori hipnotis area
ini memiliki peran lebih dari 80% atas diri kita. Di area ini tempat
tersimpannya memori kita sejak kecil, kebiasaan kita, sifat dan pola pikir
kita. Karena peran yang lebih dari 80% inilah yang membuat kita susah untuk
mengubah kebiasaan kita secara sadar. Atau ketika ingin merubah sifat kita yang
kurang kondusif untuk perkembangan diri kita.
Di area
ini juga tersimpannya program diri yang bisa menyabotase kesuksesan kita.
Misalnya saja keinginan kita untuk memiliki uang yang banyak tapi kita
menganggap uang itu susah dicari atau uang itu sumber kejahatan. Ingin kaya
tapi menganggap orang kaya itu pelit atau orang kaya keluarganya pasti
berantakan.
Selama
program-program tersebut tidak diubah maka kita akan sangat sulit mencapai apa
yang kita inginkan tersebut. Merubahnya secara sadar sangat kurang efektif
karena peran pikiran sadar yang kalah jauh dengan pikiran bawah sadar.
Masa-masa
paling efektif untuk pembentukan program-program yang memberdayakan adalah
ketika anak berumur 0-4 tahun. Karena secara teori pada usia tersebut si anak
menyerap semua apa yang dia pelajari, pelajaran yang baik maupun buruk.
Dalam perkembangan
menuju dewasa Pikiran Bawah Sadar terus menerus memegang peranan penting. Ia
adalah tempat penyimpanan habit atau kebiasaan, emosi-emosi terpendam sejak
masa kecil, program-program perilaku dan persepsi, value atau nilai dasar,
rekaman-rekaman penglihatan dan pendengaran yang bermuatan emosi negatif maupun
positif, dan lain sebagainya.
Perilaku, cara
berpikir, dan cara merasa manusia adalah hasil proyeksi dari apa yang ada di
alam bawah sadarnya. Misalkan, seorang anak yang dari kecil sering dipukuli dan
dibentak, di pikiran bawah sadarnya akan tersimpan ketidakpuasan dan rasa takut
yang berlebih, ini akan mempengaruhi perilaku dan cara berpikir dan cara merasa
dia di masa depan. Hal yang dapat terjadi, dia bisa saja menjadi orang yang
minder, takut berlebihan, tidak mudah percaya orang, negatif thinking, kurang
semangat juang, dan lain sebagainya. Namun bisa saja justru dengan semua
ketidakpuasan itu di pikiran bawah sadarnya, ia malah menjadi orang yang sangat
agresif, ia menjadi orang yang keras, pemarah, dan menyakiti orang lain juga.
Bila pikiran bawah
sadar kita lumayan kondusif dan positif, maka baik pula kehidupan kita.
Dan ternyata
Pikiran Bawah Sadar manusia juga punya kekuatan untuk menciptakan, contohnya:
Saat seseorang
terlalu cemas akan kesehatannya, bila ia tidak menghentikan kecemasan itu,
penyakit yang ia takuti malah bisa terjadi secara real.
Orang yang meyakini
bahwa ia tidak mampu, maka sesuai dengan keyakinannya terjadi pula
ketidakmampuan tersebut, yang sebenarnya adalah klise.
Orang yang sering
mengeluh “aduuuh capek…” “capek bangettt” “capek yahhh” “capekkk dehh..” dan
lain sebagainya, akhirnya ia akan mengalami psikosomatis dimana ia akan sering
capek jasmaniah meskipun tidur cukup, makan cukup, kerja tidak berat, karena
alam bawah sadarnya telah tertanam program capek. Berhati-hatilah akan apa yang
telah, sedang, atau akan anda tanam di pikiran bawah sadar anda. Tanamlah yang
baik maka akan menerima dan merasakan yang baik pula.
Contoh kekuatan
pikiran bawah sadar yang luar biasa adalah sebagai berikut:
Dulu waktu kecil
mungkin anda pernah dibilang bahwa kalau lagi sakit perut dan tidak ada toilet
di tempat dimana berada maka genggam sebuah batu atau taruh di saku celana,
maka akan hilang atau reda sakit perut itu. Tahukah anda sesungguhnya hal ini
hanya sugesti saja, tidak benar bahwa batu itu punya magic tertentu. Kita
sering didoktrin bahwa dengan menggenggam batu maka sakit perut bisa reda,
keyakinan ini masuk ke alam bawah sadar, lalu diciptakan realitasnya oleh si
alam bawah sadar itu. Ini adalah bukti bahwa alam bawah sadar ada kekuatannya.
Di dalam diri kita ada potensi terpendam yaitu di bawah sadar kita, hanya
sedikit orang yang menyadari hal ini.
Seseorang sedang
sakit dan merasa lemah sekali, misalkan sakit tipes, namun ia mendapat kabar
bahwa ternyata istrinya yang telah 10 tahun menikah belum punya anak, telah
berhasil hamil, ketika mendapatkan kabar ini, ia bisa mendadak sembuh.
Supaya lebih
memahami, contoh mudah lainnya adalah saat seseorang dikejar oleh anjing galak
ia dapat berlari dengan sangat cepat hingga melompati pagar yang tinggi, namun
setelah selesai ia berusaha melompati pagar itu secara sadar malah tidak
sanggup. Apakah ini kekuatan gaib? tidak ! ini adalah kekuatan pikiran bawah
sadar anda.
Saat sedang
berbunga-bunga jatuh cinta, anda dapat menahan lapar dengan mudah, lapar dan
badan yang lemah bukanlah masalah bagi anda. Ini kalau masih cinta-cintanya loh
ya, soalnya kalau cinta sudah pudar maka kekuatan pikiran bawah sadar juga
tenggelam. Saat sedang cinta-cintanya seorang pria dapat dengan luar biasa
berkorban tanpa merasa lelah yang berarti, karena potensinya sedang keluar.
Masih banyak lagi
contoh-contoh lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun yang
pasti adalah masukkan sugesti-sugesti yang positif ke alam bawah sadar, maka ia
akan menunjang suksesmu. Sudah terbukti ilmiah!.
Dan ternyata,
pikiran bawah sadar dapat menarik keajaiban, menciptakan keberuntungan. Pikiran
bawah sadar dapat membantu kita merealisasikan impian kita. Dalam hal ini sudah
agak berbau spiritual, contohnya adalah sebagai berikut:
- Bila anda sangat-sangat merindukan seseorang, orang itu dapat merasakan resah atau turut merindukan anda.
- Bila anda meniatkan dan benar-benar meyakini untuk dapat tempat parkir, maka bisa terjadi keajaiban anda benar-benar menemukannya.
- Saat anda sangat-sangat ingin mencari suatu informasi, anda kemudian terdorong untuk membuka sebuah koran yang tidak pernah mau anda baca selama ini. Saat membuka secara random (sembarangan) malah bisa persis ketemu dengan informasi yang anda butuhkan tadi.
- Seorang ibu bisa merasakan keresahan bila terjadi hal-hal kurang baik pada anak atau suaminya.
- Saat pengen banget mau makan durian, eh kok bisa kebeneran ada yang menawarkan untuk makan durian.
- Orang yang selalu berprasangka negatif maka tanpa ia sadari pikiran bawah sadar dia juga menarik hal-hal yang negatif untuk terjadi.
- Orang yang punya prasangka bahwa jodohnya susah, maka ia akan mengalami hal itu.
- Orang yang menganggap dirinya tidak berguna dan tidak dibutuhkan orang lain, maka tanpa ia sadari akan menarik kejadian-kejadian yang semakin membuat dia yakin bahwa hal itu memang benar.
- Orang yang berprasangka bahwa mencari rejeki itu susah sekali, orang kaya hanyalah orang-orang pilihan Tuhan saja, maka pikiran bawah sadarnya selalu menghindarkan ia dari jalan rejeki yang besar, padahal sesungguhnya tersedia jalan kemudahan. Namun prasangka yang ia miliki membuat ia tidak dapat melihat kesempatan, atau masih melihat namun tidak berani mengambil kesempatan itu.
Area
Pikiran Sadar
Area
ini mulai optimal berkembang ketika anak berusia 4 tahun. Si anak sudah mulai
kritis terhadap yang terjadi disekitarnya. Area ini banyak kita pakai ketika
kita sedang melakukan analisa terhadap sesuatu. Area ini merupakan tempat
tersimpannya ingatan jangka pendek seperti ingatan apa yang kita lakukan hari
ini. Ketika Anda mempelajari hal baru, belajar mengemudikan mobil misalnya,
kita lebih banyak menggunakan area ini.
Area
Kritis (Critical Area)
Area
ini sering saya sebut-sebut sebelumnya. Area ini bisa dibilang seperti buah
simalakama hehehe…. Kalau dia ada kita susah melakukan perubahan terhadap sikap
ataupun mental yang tidak mendukung perkembangan kita. Tapi kalau dia tidak ada
kita juga bakalan kesusahan karena kita tidak mempunyai filter yang berfungsi
untuk memilah-milah apa yang pantas masuk ke dalam area pikiran bawah sadar dan
mana yang tidak pantas. Kita bakalan jadi orang yang plin-plan yang mudah
sekali dipengaruhi oleh keadaan ataupun orang lain.
Tugas
utama critical area adalah sebagai filter atas data yang kita terima (Pikiran
Sadar). Jika sesuai dengan program yang sudah ada di pikiran bawah sadar maka
data tersebut akan memperkuat program sebelumnya (kebiasaan, mindset, emosi
dll). Tapi jika tidak sesuai maka akan ditolak oleh critical factor.
Area
ini mulai berkembang secara optimal ketika anak berumur 4 tahun. Dan semakin
menebal dengan bertambahnya usia anak tersebut. Dan hal ini membuat anak
menjadi semakin kritis terhadap kondisi sekitar.
Nah
repotnya jika ada program yang tertanam dalam bawah sadar sudah tidak sesuai
dengan kondisi dia yang sekarang dan perlu dirubah, kita memerlukan usaha yang
sangat keras untuk merubahnya. Karena kalau merubahnya hanya mengandalkan pikiran
sadar maka kita akan berhadapan dengan tembok pembatas yang sangat kuat. Tembok
yang bertugas untuk melindungi apa yang ada di baliknya (pikiran bawah sadar)
agar tidak berubah-ubah.
Agar
bisa merubah program tersebut maka kita perlu mencari cara agar bisa melewati
tembok tersebut dan hipnotis adalah salah satunya. Ya, hipnotis hanyalah salah
satu cara. Masih ada beberapa cara agar tembok ini bisa kita lewati.
Pikiran
atau kesadaran kita itu seperti bawang yang berlapis-lapis. Secara garis besar
manusia
punya
satu pikiran/kesadaran yang terdiri dari dua bagian, yaitu pikiran sadar dan
bawah sadar. Pikiran Sadar adalah proses mental yang bisa Anda kendalikan
dengan sengaja. Pikiran Bawah Sadar adalah proses mental yang berfungsi secara
otomatis sehingga Anda tidak menyadarinya dan sulit untuk dikendalikan secara
sengaja.
Pada
gambar tersebut kita dapat melihat ketika kita memberikan sugesti tanpa
melakukan bypass (melewati) critical area maka sugesti tersebut akan ditolak
oleh critical area kita. Ini juga termasuk jika sugesti atau saran tersebut
bertentangan dengan program yang sudah ada dalam pikiran bawah sadar. Meskipun
sugesti tersebut datang dari kita dan untuk diri kita tetap akan ditolak jika
critical area menilai kalau sugesti yang kita berikan tidak sesuai dengan
program yang sudah ada. Ini juga alasan menurut saya repetisi itu kurang efektif
karena memerlukan tenaga (usaha) yang sangat besar agar critical area bisa
tertembus. Ketika critical area dapat kita lemahkan melalui kelima cara yang sudah
saya sebutkan sebelumnya maka sugesti dapat masuk ke pikiran bawah sadar.
Melalui cara ini juga kita dapat melakukan modifikasi program pikiran yang
sudah ada sebelumnya.
Tentu
saja tidak semua sugesti akan dieksekusi oleh pikiran bawah sadar. Jika sugesti
tersebut bertentangan dengan nilai moral dia baik itu moral agama maupun
lingkungan sekitar maka sugesti tersebut masih bisa ditolak. Ini juga alasan
kegagalan Anda jika Anda menghipnotis sesama jenis Anda untuk mencintai Anda hehehe….
Tentu saja dengan catatan kalau orang tersebut bukan penyuka sesama jenis
Beberapa
cara membuka area kritis :
1.
Hipnotis
Untuk
bagian ini sepertinya tidak perlu saya bahas disini karena ebook ini juga
mengenai penggunaan hipnotis.
2.
Repetisi/pengulangan
Jika
Anda familiar dengan buku pengembangan diri atapun mengikuti MLM pasti pernah
mendengar ini. Untuk menanamkan mindset positif kita disuruh untuk mengucapkan
affirmasi sesering mungkin. Affirmasi seperti “Saya adalah orang yang percaya
diri” atau “Semua orang senang dengan saya” dan sebagainya.
Dan
affirmasi itu diucapkan dari bangun tidur sampai mau tidur. Setiap kali ada
waktu senggang terus diucapkan. Menurut penelitian terbaru jika kita melakukan
hal yang sama secara terus menerus maka akan terbentuk jalur baru dalam otak
kita. Seperti inilah cara terbentuknya suatu kebiasaan baru, pada awalnya susah
terbentuk tapi jika dilakukan terus menerus maka kita jadi terbiasa melakukan kebiasaan
tersebut.
Demikian
juga dengan affirmasi yang dibaca terus menerus bisa saja akan mewujud dalam
diri kita. Tapi karena adanya area kritis teknik ini cukup melelahkan apalagi
kalau affirmasiny sangat bertentangan dengan program yang sudah ada sebelumnya.
Segala
jenis ibadah fisik dan batin juga bisa bernilai pengulangan untuk membersihkan
hati dan mengakses banyak kemampuan alam bawah sadar.
3.
Saran dari figur yang sangat kita hormati
Jika
Anda mempunyai tokoh yang sangat Anda hormati maka secara tidak sadar Anda
menurunkan tembok critical area Anda. Apa yang Beliau ucapkan bisa jadi Anda
anggap 90% adalah kebenaran.
Ini
juga alasan banyak tentang sikap orang yang fanatik terhadap aliran tertentu.
Mereka hanya mendengar omongan dari orang yang dihormati dalam aliran tersebut tanpa
menghiraukan omongan orang lain ketika apa yang disampaikan oleh Tetua tersebut
salah.
Mereka
akan membela mati-matian Tetua tersebut dengan berbagai argumen jika ada pihak
luar berbeda pendapat. Dari argumen yang masuk akal, terlihat seperti masuk
akal sampai argumen yang tidak masuk akal.
Pada
area inilah paranormal juga bekerja. Ketika seorang pasien sangat mempercayai
apa yang diucapkan oleh paranormal tersebut maka dia secara tidak sadar telah memberikan
sugesti pada diri sendiri. Dan akhirnya terciptalah apa yang dinamakan dengan
Self Fulfilling Prophecy atau Ramalan Yang Terwujud Karena Diri. Karena pasien
tidak mengetahui cara kerja pikiran maka dia langsung menganggap kalau
paranormal tersebut sakti mandraguna.
Apa
hikmah yang bisa kalian petik dari hal ini?
4.
Identifikasi kelompok termasuk keluarga
Seperti
yang diatas ketika menjadi fanatik pada kelompok tertentu kita menjadi lebih
mudah menerima saran dari kelompok tersebut. Dan ketika ada pendapat yang berseberangan
dengan pendapat kelompok maka kita lebih mempercayai pendapat kelompok kita.
Dari
pengamatan saya ini juga terjadi di umat Islam Indonesia. Ketika adanya foto
yang tersebar tentang terjadi pembantaian di umat Muslim di Rohingya maka tanpa
pikir panjang menganggap itu foto memang benar dan kemudian ikut menyebarkan
foto-foto tersebut tanpa melakukan cross check. Padahal setelah diteliti
ternyata itu foto dari arsip yang lama dan mayat-mayat yang sedang digotong
oleh para biksu tersebut adalah korban gempa bumi. Ada juga kasus pemakaman
seorang ustadz selebritis yang dibilang ada foto langit seperti orang sedang
berdo’a. Dan ketika itu media social menjadi heboh dan banyak yang mempercayai hal
tersebut. Usut punya usut ternyata foto tersebut sudah ada sebelum ustadz
tersebut meninggal.
Apa
hikmah yang bisa kalian petik dari hal ini?
5.
Emosi yang intens
Ketika
Anda sedang mengalami emosi yang luar biasa Anda menjadi sangat mudah
diprovokasi oleh orang lain tanpa memikirkan akibatnya. Tidak juga memikirkan apakah
yang disampaikan oleh orang yang memprovokasi kita itu benar atau bohong.
Area
ini juga dilakukan oleh para pengiklan di televisi. Mereka menampilkan suatu
gambaran betapa menyenangkan hidup Anda setelah Anda memakai produk mereka. Dan
betapa menderitanya Anda sebelum memakai produk mereka.
Area
ini juga dipakai oleh para penipu untuk melewati critical area. Emosi yang
mereka gunakan kebanyakan adalah keserakahan dan perasaan takut. Banyak kasus penipuan
dengan modus menawarkan barang yang kalau aslinya harganya mahal tapi karena
alasan yang terdengar logis dia menjualnya dengan sangat murah.
Apa
hikmah yang bisa kalian petik dari hal ini?
Selain
yang saya sebutkan diatas ada lagi kondisi trance yang bisa terjadi dalam
hipnotis yaitu Esdaile State atau yang biasa dikenal dengan nama Coma State.
Kondisi ini pertama kali ditemukan oleh dokter James Esdaile ketika beliau
masih bertugas di rumah sakit tahanan di india. Pada saat itu masih belum ada
penemuan obat bius sehingga untuk melakukan operasi para dokter harus membuat
si pasien mabuk atau tidak sadarkan diri. Dengan metode ini hanya sekitar 50%
saja pasien yang berhasil diselamatkan. Ketika itu dokter esdaile melakukan
eksperiman menggunakan metode dari mesmer untuk melakukan operasi. Dan
keberhasilan dari operasi tersebut lebih dari 90% bahkan itu termasuk operasi
besar seperti pembedahan perut. Eksperimen-eksperimen tersebut didokumentasikan
dalam buku yang berjudul “Mesmerisme In India”. Buku ini merupakan buku
penggunaan hipnotis pertama kali yang terdokumentasikan dengan baik.
Dengan cara berbeda, contohnya
seperti kekhusyuan, seperti Umar saat terkena panah, ketika sholat, panah
dicabut tanpa Beliau mengalami perasaan sakit, disini terlihat bahwa Umar
sebenarnya sadar tidak dalam kondisi coma state tapi ia kondisi khusus yang
bolehlah kita namakan kekhusyuan yang hanya bisa terjadi pada orang-orang
pilihan (islam) berbeda dengan teknik hipnotis dalam menghilangkan rasa sakit,
phobia tertentu, motivasi kepada satu hal, melenyapkan keyakinan atau membuat
keyakinan baru, dsb. Hal lain ia lah ketika ia memakan sesuatu yang tidak
halal, ia dapat tahu bahwa apa yang ia makan tidak halal bahkan bisa
memuntahkannya, dsb. Dan keputusan ini ada pada saat ia sadar tidak dalam
kondisi tersugesti atau seperti contoh yang terjadi pada hipnotis. Mengapa hal
itu dapat terjadi?
Meski
area kritis sudah lemah tapi dia tetap berfungsi. Jika sugesti yang anda
berikan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dia pegang teguh maka maka sugesti
tersebut tetap ditolak. Jadi anda tidak bisa menghipnotis orang yang dalam
kehidupan sehari-hari ceria untuk melakukan aksi bunuh diri, kecuali kalau dia
memang merasa tidak berharga mungkin bisa (mungkin ya..). Atau anda menyuruh
wanita yang memegang norma masyarakat Indonesia secara teguh untuk melakukan
tarian striptise (tarian vulgar/telanjang), kecuali dia memang ada bibit untuk
melakukan hal itu. Jadi meski dalam kondisi terhipnotis kita masih mempunyai “pengaman”
agar sugesti yang diberikan oleh orang lain tidak membuat kita celaka.
Hipnoterapi adalah
jenis terapi mental, pikiran dan emosi serta perilaku yang dilakukan dalam keadaan
hipnotis. Artinya, terapi ini mutlak menggunakan keadaan trance yang
diinduksikan agar maksud dari terapi tersebut dapat tercapai. Untuk masuk ke
dalam keadaan trance tersebut maka sangat diperlukan kerjasama dan saling
kepercayaan antara klien dan hipnoterapis. Tanpa kerjasama dan saling percaya
maka maksud dan tujuan terapi tidak akan tercapai sehingga akan membuang-buang
waktu dan tenaga antara kedua belah pihak.
Saya sangat
menekankan sekali adanya kerjasama. Demikian pula hipnoterapis lain pasti akan
sangat menekankan adanya kerjasama antara kedua belah pihak ini. Hipnoterapi
bukanlah pertarungan mental. Bukan berarti anda yang tidak dapat masuk dalam
keadaan hipnotis maka berarti anda hebat atau mental anda kuat. Justru
sebaliknya. Kenapa? Sebab, secara normal seharusnya semua manusia normal dapat
masuk kedalam kondisi/keadaan hipnotis, kecuali; orang-orang yang mentalnya
kurang atau tidak memiliki kecerdasan yang cukup (moron, imbecile, idiot dsb),
orang yang memang dalam keadaan koma/hampir mati, serta orang-orang yang kurang
memiliki kecakapan komunikasi atau dengan kata lain kemampuan verbal-nya
kurang.
Hipnotis pun sama
sekali bukan pertarungan mental, melainkan kerjasama. Sejauh ini, saya sering
mendapati orang yang merasa tidak bisa dihipnotis atau orang yang merasa tidak
ada yang mampu menghipnotisnya. Dan tentu saja orang-orang ini tentu tidak akan
dapat dihipnotis karena memang seperti itulah, jika anda tidak
menginginkan/tidak mengizinkan dihipnotis maka siapa pun juga tidak akan dapat
menghipnotis anda. Itu sudah rumusnya seperti itu. Sebab hipnotis memerlukan
kerjasama antara penghipnotis dengan orang yang dihipnotis.
Hipnotherapi telah
terbukti memiliki beragam kegunaan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
berkenaan dengan emosi dan perilaku. Bahkan beberapa kasus medis serius seperti
kanker dan serangan jantung, hipnotherapi mempercepat pemulihan kondisi seorang
penderita. Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnotherapi diarahkan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan individu
terhadap penyakit yang dideritanya.
Hypnosis sangat
berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan dengan kecemasan, ketegangan,
depresi, phobia dan dapat membantu untuk menghilangkan kebiasaan buruk seperti
ketergantungan pada rokok, alkohol dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti,
seseorang terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan
dengan menjadi seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma
rokok.
Khusus untuk
phobia, hypnotherapy digunakan untuk mereduksi kecemasan yang mengambil alih
kontrol individu atas dirinya. Hal ini dapat diwujudkan dengan menciptakan
suatu gambaran nyata tentang kondisi yang menyebabkan phobia namun individu
tetap dalam kondisi relax, sehingga membantu mereka untuk menyesuaikan ulang
reaksi mereka pada kondisi yang menyebabkan phobia menjadi normal dan respon
yang lebih tenang.
Kisah-kisah
penyembuhan ajaib sering kita dengar di masyarakat kita. Banyak orang sembuh
dari penyakit kronis setelah mengunjungi atau meminum air yang ada di
tempat-tempat yang dianggap suci atau keramat. Para penyembuh alternatif,
selain menggunakan obat herbal, umumnya mereka adalah orang yang pandai memberi
sugesti dan diyakini oleh masyarakat punya "daya batin". Terlepas
kontroversi tentang pengobatan alternatif, faktanya banyak orang telah
tersembuhkan secara ajaib dengan cara pengobatan yang tidak masuk akal. Menurut
Dr. Joseph Murphy, kesembuhan itu terjadi bukan semata-mata karena "daya
batin" penyembuh atau karena tuah tempat keramat, melainkan keyakinan dan
kekuatan pikiran bawah sadar pasien sendiri.
Anda pernah
mendapatkan motivasi? Yah, kurang lebih hampir sama hubungan antara hipnosis/
hipnotis dengan suntikan motivasi. Persamaanya keduanya sama-sama mengarahkan
pasien untuk melakukan tindakan, perilaku atau habit tertentu.
Nah sebelum membahas lebih detail hubungan keduanya, mari kita bahas apa itu motivasi. Pembahasan berasal dari referensi dunia psikologi.
Anda pernah menonton acara Golden Ways? Saya yakin sebagian besar pembaca pernah menyaksikan acara yang dipandu oleh Mario Teguh, dan tidak sedikit yang menjadi penggemar motivator ulung yang satu ini. Mario Teguh seakan mampu ‘menghipnotis’ penonton dengan kata-kata bijaknya. Nah mungkin anda bertanya-tanya kenapa anda suka sekali dengan acara tersebut? Apa sih pengaruh dan manfaatnya bagi anda. Jawabannya mungkin anda ingin ada perubahan yang lebih baik dari kehidupan anda yang sekarang ini.
Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Woodhworth (dalam Petri, 1981)* mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut konsep Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu :
- Intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu;
- Pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu;
- Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Dengan kata lain,
jika ketiga hal tersebut lemah, maka motivasi tak akan mampu menimbulkan
perilaku.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad, 1995)* yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad, 1995)* yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku. Motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. Nah, bagi anda penggemar Mario Teguh atau suka sekali membaca kata-kata motivasi, pastikan beberapa hal diatas terpenuhi agar perubahan perilaku yang anda harapkan menjadi nyata.
Nah begitulah hubungan antara motivasi dengan perilaku. lalu apa hubungannya dengan hypnosis? Erat sekali. nanti akan dibahas lain waktu. Dalam hal ini saya hendak menyampaikan kepada pembaca bahwa "Doa dan Ibadah" adalah penyuntik motivasi sekaligus hipnosis diri sendiri yang luar biasa dahsyat efeknya.
Peranan Hypnosis Dalam Motivasi
dan Empowerment
Akhir-akhir
ini banyak sekali pelatihan motivasi mulai dari Anthony Robbins yang terkenal
dengan Fire Walking nya, Get Your AlphaPower yang diselenggarakan oleh Mind
Technology, pelatihan NLP (Neuro Language Program), Ari Ginanjar dengan
ESQ nya, dari yang menggunakan pola pendekatan moderen sampai dengan spiritual
religius, di mana semua pelatihan tersebut bertujuan untuk membangkitkan
motivasi dan pemberdayaan diri manusia.
Dan
apa yang rata-rata diperoleh dari pelatihan tersebut? Meningkatnya rasa percaya
diri, kita menjadi orang yang selalu berpikir positif, berpikir lebih
bijak dalam menghadapi "kenyataan". Dapat menstimulasi diri sendiri
untuk lebih 'kuat' dalam menghadapi situasi (apapun) yang mungkin tidak
menguntungkan dengan cara yang lebih arif. Selain itu juga, mampu memberdayakan
diri sendiri untuk menghadapi masalah penyakit medis dan non medis.
Tujuan umum dalam pembangkitkan motivasi dan empowerment (pemberdayaan diri) adalah agar terjadi suatu keselarasan atau keseimbangan pikiran, jiwa maupun mental dalam diri kita sehingga kita mampu mengimbangi situasi dan kondisi lingkungan sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku kita. 'Selaras', sehingga mental kita lebih kuat dan bijak dalam menyikapi masalah kehidupan sehari-hari. Kita dapat lebih tenang dalam berpikir maupun bertindak. Selalu berpikir positif. Meskipun dalam situasi lingkungan yang tidak mendukung, perilaku dan aktivitas kita tidak terganggu.
Mengenai
motivasi itu sendiri secara bebas mungkin dapat dikatakan sebagai suatu
'iming-iming' atau sasaran yang membuat kita dengan segenap pikiran, jiwa dan
raga kita akan berusaha apapun untuk medapatkan 'iming-iming' tersebut.
Setiap
orang pasti mempunyai motivasi, positif maupun negatif, kecuali dia memiliki
problem kejiwaan (sakit jiwa). yang dimaksud dengan 'positif' adalah
sesuai dengan kaidah, tatanan, etika yang berlaku umum saat itu, dan sesuai
dengan ajaran-ajaran yang mengajarkan kebajikan seperti agama, budi pekerti
dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan 'negatif' adalah kebalikannya atau
bertentangan dengan hal di atas.
Dalam suatu masalah perilaku atau mental (diluar aspek etika, keagamaan, budi pekerti dll.), asalkan dia mengerti motivasi sebenarnya dan dia melakukan tindakan sesuai motivasinya, maka orang ini tidak akan bermasalah secara kejiwaan ataupun mental.
Setiap
masalah motivasi selalu dikaitkan dengan perilaku atau tindakan. Ada empat
kategori untuk hal itu:
Pertama:
Keadaan
yang ideal. Kita mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan sehingga
tindakan/ perilaku kita sesuai dengan motivasi kita.
("Saya
tahu apa yang saya mau")
Contoh:
Seorang
pegawai yang akhir-akhir ini selalu bekerja lembur karena termotivasi karena
istrinya akan melahirkan anak pertama sehingga membutuhkan biaya persalinan. Si
pegawai tidak bermasalah meskipun dia harus bekerja lembur, karena terbayang di
pikirannya suatu kebahagiaan untuk memiliki anak pertama. Dia akan bekerja
sukarela dan dengan senang hati. Orang-orang di sekelilingnya pun tidak ada
masalah dengan dirinya.
Seorang
mafioso melakukan pembunuhan dan perampokan di mana-mana, karena termotivasi
untuk mendapatkan uang yang banyak dan kekuasaan. Sang mafioso juga tidak ada
masalah dengan mental atau perilakunya, karena meskipun dia melakukan
pembunuhan, motivasinya adalah berkuasa dengan cara seperti ini. Pada dasarnya
dia memang menyukai hal itu. Jelas, dia tidak diterima oleh lingkungan, tetapi
untuk lingkungan kecil atau kalangan bandit mungkin dia diterima.
Kedua:
Kita
mengetahui motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai macam hal,
tindakan/ perilaku kita tidak sesuai dengan motivasi kita, atau tindakan/
perilaku kita tidak sesuai dengan tatanan yang berlaku atau salah. (dalam
bahasa jawa dikatakan 'nyeleneh').
("Saya
tahu tetapi sulit")
Contoh:
Seorang
remaja ingin bebas dari masalah tekanan dari orang tuanya maka dia melarikan
diri ke narkoba agar masalahnya selesai. Motivasinya benar bahwa dia ingin
bebas, namun tindakannya selah sehingga menyebabkan suatu permasalahan.
Seorang
mencuri uang karena ingin membahagiakan istrinya. Sudah benar bahwa motivasinya
ingin membahagiakan istri, namun tindakannya tidak benar.
Orang
terpaksa bekerja di tempat yang menurutnya tidak sesuai dengan hati nuraninya
Dia terpaksa melakukannya karena motivasi ekonomi.
Seseorang
ingin menurunkan berat badan, tetapi tetap saja makan berlebihan.
Ketiga:
Kita
tidak mengetahui motivasi kita yang sebenarnya. Yang kita pikirkan hanya proses
tindakannya saja. Yang penting tindakannya tidak negatif.
("Saya
dapat bertindak apa saja asalkan benar dan tidak negatif meskipun saya tidak
tahu saya mau apa, pokoknya kerjakan saja" - untung-untungan)
Untuk
kategori ini mungkin tidak akan menjadi masalah kalau dia merasa bahwa apapun
yang terjadi memang demikianlah adanya (pasrah). Syukur-syukur kalau berhasil,
tetapi kalau gagal memang demikian adanya terima saja.
Pada
orang-orang tertentu mungkin tidak dapat seperti ini. Meskipun dimulut
mengatakan bahwa kalau gagal memang demikian adanya, tetapi dalam hatinya
bergejolak luar biasa.
Seperti
anak ayam kehilangan induknya, dia akan menciap-ciap terus karena tidak tahu
harus apa.
Kategori
ini berpotensi untuk mengalami masalah perilaku yang muncul (biasanya terjadi
belakangan) bila si pelaku mengalami guncangan emosional.
Contoh:
Seorang
bersedia bekerja apapun meskipun dia harus kerja siang malam tanpa henti. Jika
ditanyakan mengapa dia bekerja seperti itu, dia akan menjawab "Ya ...,
entahlah, senang saja". Dia merasa tidak ada masalah dengan tindakannya
karena hanya berorientasi pada proses tindakannya saja.
Sekarang
bayangkan, jika suatu saat terjadi suatu pemutusan hubungan kerja di tempat
kerjanya. Jika dia pasrah terhadap keadaan, maka perubahan apapun dalam
lingkungan kerjanya tidak akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dan dia mungkin
akan mencari pekerjaan lain.
Ternyata,
tidak semua orang dapat pasrah dengan keadaan itu. Dia akan 'sakit', dimana
perilakunya akan terganggu seperti menjadi stress, depresi atau masalah yang
lainnya. Dia akan menjadi orang 'pesakitan'. Setiap waktu hanya
mengeluh, mengeluh, dan mengeluh.
Bayangkan
kalau dia tidak kuat menghadapi hal tersebut (ini kasus yang sering terjadi),
secara penampilan mungkin tidak terlihat, tetapi mulai saat itu dia mulai
terjangkit penyakit medis seperti diabetes atau darah tinggi dan sebagainya.
Keempat:
Kita
tidak mengetahui motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan/ perilaku kita
pasti salah karena tidak sesuai dengan motivasi kita sebenarnya. Kalaupun
terlihat tindakannya benar, sebenarnya hanya kamuflase saja karena belum tentu
kita merasa benar-benar puas.
("Saya
tidak tahu apa yang saya mau" - terlalu berandai-andai, berasumsi, dan
'untung-untungan')
Umumnya
kategori ini juga berpotensi menimbulkan masalah baru sehingga membuat
permasalahan yang tadinya sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit.
Contoh:
Seseorang
istri mengurangi makannya secara berlebihan supaya kurus karena dia beranggapan
bahwa kalau makan banyak berarti tidak sehat. Setelah dilakukan terapi,
ternyata motivasinya untuk kurus karena ingin menjadi pusat perhatian
dengan bentuk badan yang baru.
Secara
pribadi, orang dalam kategori pertama, baik secara jiwa, mental dan perilaku,
sama sekali tidaklah bermasalah. Tidak peduli motivasinya positif atau negatif.
Perbedaannya, jika dia motivasinya positif, dia akan diterima lingkungan.
Sedangkan jika motivasinya negatif mungkin hanya diterima pada kalangan atau
lingkungan tertentu saja tetapi dia tetap nyaman.
Demikian
pula dalam hal medis. Seseorang yang secara medis terkena diabetes, dia tahu
bahwa hidup ini harus dijalani apa adanya dan sadar bahwa manusia memang banyak
cobaan. yang penting bagi dia adalah hidup berbahagia. Oleh karena dia tahu
motivasinya ingin bahagia, dia tidak terlalu memikirkan diabetesnya. Dia
berobat seperti biasa, dan perilakunya pun tidak terpengaruh. Dia tetap seperti
biasanya, aktivitasnya normal-normal saja tanpa ada rasa stress atau depresi.
Pada
kategori kedua, ketiga dan keempat inilah biasanya terjadi suatu masalah mental
dan perilaku seperti contoh-contoh di atas. Sangat berbeda jika orang dalam
contoh kasus di atas, seperti pada kategori tiga, dia mengetahui motivasi dia
sebenarnya. Tentunya dia tidak perlu menjadi orang "pesakitan" yang
tiap hari selalu mengeluh. Dia akan segera berpikir ke depan dan positif untuk
berusaha yang lainnya dimana motivasinya adalah untuk hidup bahagia.
Lihat
seperti contoh kasus yang muncul sejak tahun 1998, banyak sekali orang yang
terkena PHK malahan dapat menjadi pengusaha yang sukses karena mempunyai
motivasi positif yang jelas dan mampu memberdayakannya.
Apa yang mempengaruhi motivasi
sehingga berakibat pada perilaku kita?
Situasi
dan kondisi kota besar dan kemajuan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi
suasana dan kondisi lingkungan sekitar kita. Secara langsung atau tidak, baik
ataupun buruk, hal ini mempengaruhi mental dan perilaku kita. Akibatnya,
mungkin saja secara tidak sadar motivasi jadi berubah, atau kita tidak sempat/
tidak mampu untuk memberdayakan motivasi kita yang sebenarnya. Sekarang,
tergantung pada sikap kita sendiri, mampukah kita mengatasi/ mengimbanginya
tanpa adanya perubahan mental dan perilaku karena kita tetap berpendirian teguh
pada motivasi kita sebenarnya? atau “tune in” dalam lingkungan itu sehingga
perilaku dan sikap kita tidak terganggu dalam menghadapinya meskipun kita tetap
mengacu pada motivasi kita yang sebenarnya? atau kita dapat memandang hal itu
dengan sikap bijak? atau kita hanyut dengan kondisi tersebut karena sudah tidak
peduli dengan motivasi awal kita? atau kita tidak mampu mengimbangi dan selaras
sehingga kita frustasi terhadap keadaan ini karena kita terlalu bersikukuh
dengan motivasi kita sebenarnya?.
Banyak
masalah-masalah mental dan perilaku yang muncul karena adanya pengaruh langsung
maupun tidak langsung dari lingkungan sekeliling kita. Seseorang menjadi stress
karena merasa tidak tepat berada di lingkungan kerjanya atau lingkungan tempat
tinggalnya, tetapi dia tidak dapat melepaskan diri dari pekerjaannya karena
adanya tuntutan ekonomi sehingga mau tidak mau dia harus berada di sana.
Mungkin
masalah-masalah tersebut tidak terjadi jika kondisi kita berada dalam suatu
lingkungan yang amat kondusif, sangat aman, tentram dan nyaman seperti pada
suatu pedesaan yang tenang, aman, tentram seperti di cerita-cerita
dongeng. Tetapi apakah kehidupan di era globalisasi, terutama di kota
besar, dapat seperti itu? Manusia dituntut untuk saling bersaing bagaimanapun
bentuk dan caranya, sehingga rasa cemas, rasa stress, atau depresi dapat muncul
kapan saja.
Lalu
harus bagaimana? Apa yang terjadi bila tidak mampu untuk 'selaras' dengan
lingkungan ? Dan bagaimana caranya agar 'selaras'?
Motivasi
dan pemberdayaan diri sendiri menjadi modal utama. Dengan patokan ini kita
berupaya agar kita tidak merasa tertekan, tidak merasa stress, atau tidak
frustasi dalam menghadapi situasi lingkungan yang seperti itu, yang penuh
dengan kompetisi (sehat maupun tidak sehat), sesuai atau tidak sesuai dengan
hati nurani.
Kalau
tidak mampu, maka kita menjadi “sakit” yang disebabkan oleh karena lingkungan
itu sendiri.
Dan
mungkin kita akan berkata 'lingkungan kita sangat ganas'. Tetapi dengan
kemampuan kita selaras dengan lingkungan membuat kita seolah-olah merasa sudah
'menjinakkan' lingkungan tersebut sehingga mental dan perilaku kita tidak ada
masalah.
Dalam
hal ini, motivasi dan pemberdayaan diri ini menjadi penting dalam proses
'pencegahan dan penyembuhan' suatu “penyakit" perilaku dan mental. Dengan
memiliki motivasi yang jelas (bagi diri sendiri) membuat kita menjadi bijak.
Dengan
kepala dingin kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan lebih baik karena
kita dapat memilah antara mana yang
efeknya akan merugikan dan menguntungkan diri kita, memilah mana yang
negatif dan mana yang positif, baik atau buruk dan seterusnya sehingga kita
dapat menentukan tindakan apa yang sesuai dengan diri dan motivasi kita.
Selain
"penyakit perilaku dan mental", motivasi dan empowerment juga menjadi
penting dalam hal proses penyembuhan suatu penyakit medis. Seperti telah
dijelaskan dalam tulisan sebelumnya mengenai “Hypnotherapy sebagai alat bantu
proses penyembuhan”, proses penyembuhan akan berjalan lancar jika motivasi
untuk sembuh juga besar. Dengan kejelasan suatu motivasi, "Saya ingin
sembuh dari penyakit ini karena saya termotivasi ingin membuat keluarga saya
tetap bahagia", maka secara otomatis kita akan melakukan pemberdayaan diri
sendiri untuk sembuh dan mencapai motivasi yang diharapkan.
Pertanyaan
selanjutnya, “Bagaimana motivasi dan empowerment itu dibangkitkan lalu
dipertahankan?”
Beberapa
keluhan yang sering muncul adalah berasal dari kategori kedua, ketiga dan
keempat diatas.
“Kepala
saya pening terus. Saya ingin sembuh dan ingin aktivitas saya tidak terganggu
oleh hal ini, saya sudah mencobanya tetapi sulit sekali”, “Saya ingin bebas
dari masalah yang mengganggu aktivitas saya, namun sulit sekali”. Dan
semakin sulit untuk mengatasinya, biasanya orang tersebut semakin frustasi,
sehingga menimbulkan masalah yang lebih kompleks, bahkan bisa merambat ke arah
penyakit medis seperti darah tinggi, asam urat, dan sebagainya.
Pada
kasus lainnya, seseorang ingin menurunkan berat badan tetapi sulit sekali
karena masih senang makan banyak. Umumnya dia sendiri tidak mengetahui apa
motivasi sebenarnya (ini kasus yang sering muncul) yang membuat dia ingin menurunkan
berat badan. Motivasinya telah tertutupi oleh keinginan makan yang
banyak.
Memang,
sangat mudah mengatakannya di mulut ‘”Saya ingin bebas dari masalah ini”, namun
tindakannya tidak mencerminkan keinginan tersebut. Mencari pelarian dalam
rangka membebaskan diri dari masalah tersebut mungkin dapat dilakukan, seperti
makan yang berlebihan, narkoba, minuman keras, dan lain-lainnya. Tetapi perlu
diperhatikan, pelarian tersebut belum tentu membebaskan dia dari masalah
utamanya sehingga di lain waktu "penyakit" itu kambuh lagi. Selain
itu juga berbahaya karena ditengarai kemungkinan timbulnya masalah baru yang
menyebabkan permasalahan yang sebenarnya sederhana menjadi lebih kompleks.
Hal yang sering terjadi, dimulut
bilang A di hati ternyata Z.
Berbeda
dengan seseorang yang sangat jelas dan paham motivasi dirinya. Secara otomatis
dia akan melakukan suatu pemberdayaan sedemikian rupa sehingga mencapai apa
yang diinginkannya.
Seorang
yang ingin menurunkan berat badan karena motivasinya ingin menyenangkan
pasangannya. Secara otomatis, dia akan bertindak atau berperilaku apapun yang
membuat pasangannya senang termasuk untuk menurunkan berat badannya.
Atau,
seperti contoh kasus dalam kategori tiga di atas, jika orang tersebut mengerti
bahwa misalkan motivasinya adalah ingin membahagiakan keluarganya, tentunya dia
akan memberdayakan dirinya untuk segera mencari pekerjaan lainnya. Dapat kita
lihat berapa contoh, banyak orang-orang yang malahan sukses setelah masa krisis
tahun 1998.
Atau
dalam hal medis, sesesorang atlit ingin segera sembuh dari penyakitnya saat
ini, karena termotivasi bahwa bila dia sembuh akan dapat bertanding dalam suatu
kejuaraan yang sudah lama dia idam-idamkan. Si atlet tentunya akan melakukan
pemberdayaan sedemikian rupa, seperti melakukan latihan ringan yang dapat
membantu mengobati penyakitnya, mengikuti saran dokternya dan sebagainya.
Bayangkan kalau dia tidak termotivasi, mungkin si atlet akan malas melakukan
hal itu semua.
Dalam
hal sehari-hari, seorang anak rajin ke sekolah karena termotivasi untuk bertemu
pacarnya di sekolah bukan untuk belajar. Dan masih banyak lagi.
Sebenarnya,
membangkitan motivasi dan memberdayakannya dapat dilakukan oleh kita sendiri
kalau kita dapat berpikir jernih, pikiran kita sedang tenang maupun santai.
Namun apakah kondisi lingkungan kita dapat membuat kita berpikir jernih dan
tenang kalau setiap hari kita selalu diburu-buru oleh pekerjaan dan aktivitas
kita? Tidak semua orang dapat melakukannya.
Dalam
suatu proses hypnotherapy oleh seorang Hypnotherapist profesional, melalui
teknik dan metoda tertentu, seorang klien diberikan terapi agar dia benar-benar
'clear' dengan motivasi dirinya yang sebenarnya. Dengan kejelasan
motivasi ini, maka klien, tanpa perasaan kritis dan analitis dan tanpa perlu ragu,
akan melakukan pemberdayaan diri dalam rangka mencapai motivasinya. Tingginya
motivasi untuk menyelesaikan 'penyakit' atau masalah yang dimilikinya, membuat
klien melakukan pemberdayaan sedemikian rupa sehingga proses
'penyembuhan' atau pemecahan masalahnya dapat berjalan lancar.
Selain
memperjelas motivasi, seorang hypnotherapist dapat juga memberikan sudut
pandang baru agar klien yang tadinya memiliki motivasi negatif bergeser
sehingga memiliki motivasi baru yang positif dan memberikan pandangan mengenai
nilai-nilai baru.
Seorang
Hypnotherapist bukan seorang cenayang, ataupun peramal atau orang yang memiliki
kesaktian yang dapat membangkitkan suatu motivasi dalam sekejap seperti tukang
sulap dengan hanya membalikkan telapak tangan. Tidak semua hal dapat dilakukan
seperti itu. Ingat, jiwa manusia sangat unik. Seperti telah disebutkan, tiap
orang dapat saja bereaksi berbeda dalam suatu permasalahan yang persis sama.
Dalam suatu pemberdayaan untuk mencapai suatu motivasipun, orang masih dapat
berubah.
Bagaimana
membangkitkan motivasi seorang klien sehingga dia melakukan pemberdayaan,
merupakan tantangan tersendiri bagi seorang hypnotherapist (Proses ini disebut
dengan proses 'hypno-therapeutic')
Dalam
hal penyakit medis, seperti halnya yang telah dilakukan oleh para pakar
hypnotherapist, proses therapeutic juga dapat mengurangi penyakit medis seorang
klien secara berangsur. Klien dapat mengatasi masalah mentalnya dengan pikiran
yang lebih jernih dan lebih positif.
Sebenarnya,
metoda hypnotherapy seperti ini sudah dilakukan oleh pemuka-pemuka agama
(seorang kyai atau ustad, seorang pendeta atau pastor, seorang bhiksu, maupun
seorang konselor, dan sebagainya) dalam kegiatan-kegiatan mereka membangun
nilai-nilai pekerti yang luhur. Tujuannya sama, meskipun pendekatan tekniknya
berbeda, dimana mereka menggunakan penekanan religius spiritual, membimbing
klien agar klien menyadari motivasi dirinya yang sebenarnya dan melakukan
pemberdayaan sesuai motivasinya sesuai dengan nilai dasar yang dimiliki.
Seorang
hypnotherapist profesional, meskipun dia bukan seorang konselor, bukan seorang
psikiater, bukan seorang psikolog, bukan seorang dokter, ataupun bukan seorang
pemuka agama, dia dapat melakukan hal serupa, karena biasanya hypnotherapist
lebih memperhatikan proses therapy daripada 'content'. Perbedaannya bahwa dia
tidak menanamkan nilai-nilai dasar baru kecuali ahlinya (dokter, psikolog,
psikiater, konselor, pemukia agama). Tetapi, seperti disebutkan pada tulisan
sebelumnya, AKAN LEBIH BAIK jika seorang hypnotherapist memahami hal-hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan, spritual dan religius. Tentunya hal ini
dapat dipelajari atau dapat juga melalui pengalaman pribadi atau pengalaman
orang lain. Pengalaman diri sendiri biasanya lebih efektif daripada hanya
belajar karena adanya unsur rasa dan sentuhan emosional. Bagaimana dia dapat
mengetahui masalah keluarga secara mendalam kalau dia sendiri belum pernah
berkeluarga?
Demikian
pula sebaliknya, apabila seorang pemuka agama, konselor, dokter, psikiater maupun
psikolog dilengkapi dengan teknik-teknik hypnotherapy, tentunya akan lebih baik
dan lebih efektif lagi dalam menjalankan kegiatannya. Mereka sudah memiliki
dasar pengetahuan mengenai nilai-nilai sehingga tinggal cara menanamkan
nilai-nilai tadi kepada kliennya dengan lebih efektif.
Namun,
TIDAK PERLU KHAWATIR, meskipun sebagai seorang hypnotherapist anda bukan
seorang dokter, psikiater, psikolog, konselor, maupun seorang pemuka agama,
anda tetap dapat melakukannya. Setiap klien mempunyai nilai dasar, karakter
dan sistem kepercayaan yang berbeda, dan kita bukanlah manusia super yang mampu
menyelesaikan segalanya. Oleh karena itu seorang hypnotherapist dapat
bekerjasama dengan mereka (psikiater, psikolog, dokter, konselor, pemuka agama,
dll) untuk menyelesaikan suatu permasalahan klien. Demikian pula sebaliknya.
Di
luar negeri, seperti di Eropa dan Amerika, sudah merupakan suatu hal biasa bila
seorang hypnotherapist saling memberikan rujukan atas suatu permasalahan klien
dengan seorang psikolog, psikiater ataupun yang lainnya. Karena pada dasarnya
suatu pengobatan belum tentu dapat ditangani hanya oleh satu orang, kecuali dia
orang yang sangat hebat sekali.
Dari
sini terlihat bahwa aplikasi hypnotherapy sangatlah luas dan bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari untuk membangkitkan motivasi dan memberdayakan diri.
Tulisan ini hanya menjelaskan sebagian kecil peranan hypnotherapy. Masih banyak
lagi fungsi yang lain dari hypnosis/hypnotherapy, seperti dalam aspek
manajemen, komunikasi, pemasaran/ promosi, perusahaan, hukum, rumah tangga, dan
lain-lain.
Dengan
melihat hal ini, apakah kita masih mempunyai pandangan bahwa hypnosis atau
hypnotherapy adalah jelek, buruk atau berbahaya.....????
Dalam
motivasi dan sugesti hipnotis ia adalah keyakinan yang dimasukkan secara
seakan-akan dipaksakan, sementara dalam agama ia adalah keyakinan yang
dimasukkan secara penerimaan ikhlas. Dalam hipnotis ada kejadian dimana ketika
seseorang yang dihipnotis ia berada diantara alam tidur dan tidak tidur, dimana
saat inilah sugesti/saran mudah dimasukkan ke orang tersebut, Anda bisa melihat
contoh-contohnya di TV, namun karena pemaksaan ini, seperti cesar yang
dihipnotis agar tidak takut ondel-ondel, dan agar seakan-akan ia melihat
ondel-ondel mirip komeng saja, namun ternyata kenyataannya ia melihat ondel-ondel
benar-benar ia anggap komeng, padahal maksud baiknya agar cesar melihat
ondel-ondel tetap seperti ondel-ondel dan tidak takut lagi serupa bila ia
melihat komeng maka ondel-ondel ini terlihat lucu secara wajar, bukan malah
menjadikan ondel-ondel benar-benar menjadi komeng dan membuat terlihat lucu
seakan-akan tidak wajar/terpaksakan. Apa yang bisa kalian petik dari maksud
penulis ini?
Seakan-akan
gambarannya keyakinan jenis lain apapun, bisa membuat seseorang sebenarnya
tersesat arah dan ia memaksakan diri atau ditambah mau dipaksa untuk menerima
dan meyakini ini, umumnya karena tidak mengambil keputusan yang tepat
dihatinya, nilai apa yang keluar dari pengaksesan ini, kemampuan ini,
kecerdasan ini adalah sesuatu yang tidak hakiki hasilnya dan bisa menjadi alat
penyesatan manusia itu sendiri, karena bergantung pada yang fana akan
menyebabkan fana. Penulis sering bertanya-tanya apakah motivator-motivator ini
benar-benar dalam kondisi “ketenangan”, karena nilai “ketenangan” ini bisa saja
tidak hakiki, ia bisa merupakan prasangka karena keadaan dirinya dan
lingkungannya saja (penakdiran dengan seakan-akan ia kira kurangnya fitnah
hidup ada terkena padanya, padahal nilainya bukan seakan-akan), ia juga bisa
sekedar hasil sugesti dari diri sendiri dan karena kenikmatan-kenikmatan yang
ia punya, kamuflase tutupan-tutupan hati pengaruh penyesatan iblis dan syetan
dari jenis jin dan manusia, bisa pula ia bisa jadi benar-benar sebuah
“ketenangan”. Dimana pun ia baik waktu sendiri maupun ramai, dalam keadaan
damai ataupun perang, saat terkena musibah atau mendapatkan nikmat, dalam
kesengsaraan atau kebahagiaannya dan saat-saat apapun ia mempunyai “ketenangan”
itulah sebagian makna bagi orang-orang yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa.” (Yunus: 62 – 64).
Dimanapun kalian berada, bila bete datang, maka bete lah jadinya. Namun berbeda
dengan mereka, tidak perduli hari itu cerah, mendung atau hujan maka ia akan
selalu merasakan lebih dari satu keberuntungan dan keberuntungan paling utama
adalah ia tetap dalam keimanan dan ketaqwaan, Tiada mereka merasa takut seperti
manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka
cita. Bete dinikmati, senang juga dinikmati maka jadilah semua nikmat roda yang
berputar kadang diatas dan dibawah ini.
Ada
kasus dimana, seorang islam juga mengalami pada saat antara sadar dan tidak
sadarnya, tidur dan tidak tidur, didepannya seakan-akan terbentang ilmu yang
luas dan ia sibuk dalam penelahaan keilmuan tersebut, ia sibuk berintropeksi
diri dan bercengkrama dengan alam pikirannya, entah dari nilai seperti sugesti
yang dimaksud dalam hipnotis ini, sekedar prasangka, keadaan yang wajar saja,
pengaruh penyesatan iblis atau bisa pula ia benar-benar mengalami kekhususan
itu dalam agar pengembangan pemahaman ilmunya meningkat, ia karena dipengaruhi
filter hati dan agama yang benar. Pada kondisi lain, ada pula yang setelah itu,
anggaplah mirip area kritisnya, namun anggaplah berbeda dimana dalam area
kritis hipnotis ia masih ada, namun kondisi yang dimaksud ini adalah area
kritis telah hilang sama sekali, bukan berarti tidak ada filter, namun karena
hati hampir tak bernoda telah menguasainya dan filternya hati ini pula berupa
akhlak, disini dalam keadaan sadar ia dapat pula sempurna mengambil apa-apa manfaat
alam bawah sadarnya, mengambil banyak memorynya dan memanfaatkan simpanan dan
cadangannya sesuka hati, ia bisa mengakses secara sadar kepada alam bawah
sadar, hingga memakai hampir 100% akalnya, kehikmahan yang ada didalam bawah
sadarnya, dsb, potensi ini sebenarnya membuat ada beberapa karomah yang bisa
muncul dari dirinya, seperti cahaya pengungkapan. Serupa sekedar contoh namun
tak sama, lebih dalam maksudnya dari sekedar gambaran olah pikir pada hipnotis
dan motivasi. Apapun olah hasil tanpa disertai filter syariat agama, keimanan
dan ketaqwaan, hasilnya akan tidak sehakiki dengan yang dituju/dimaksudkan.
Pembentangan
ilmu bukan berarti itu adalah jenis ilmu laduny, karena kita tidak berhak
menyatakan bahwa ia datang langsung dari Allah SWT, tidak ada saksi dalam hal
itu dan tidak ada pernyataan tertulis dalam wahyu hal itu menyatakan dirimu
mendapatkan itu, sementara wahyu telah habis turunnya terakhir kepada nabi
Muhammad SAW, bisa saja itu adalah bagian olah pikir wajar saja, bagian seperti
kondisi trance dalam hipnotis, bisa jadi juga pembentangannya adalah olah hasil
bisikan hati dari sisi iblis, bisa jadi hal wajar dalam konteks bekerjanya pikiran
normal bisa jadi juga memang benar pemberian Allah SWT secara batin berupa
pengetahuan akan kandungan hikmah. Namun orang yang arif tidak akan menyatakan
bahwa itu serupa laduny, seperti orang yang mengalami musibah, musibah itu bisa
jadi adalah penggugur satu dosa, bisa pula menjadi penyebab datangnya hidayah, bisa
pula sebanding agar mengangkat derajatnya lebih tinggi dan bisa pula bernilai
karena sebagai azab terhadap dosa-dosanya, maka ia akan menganggap sebagai
azab, agar keimanannya makin bertambah dan kuat dan tidak membuatnya riya, lupa
diri, dsb. Seperti pula doa yang selalu dikabulkan, bisa jadi sebanding dengan
apa yang diminta namun dalam bentuk nikmat lain, sebanding dikurangkannya bala (bencana)
dengan apa yang diminta, pengabulan nikmat serupa apa yang diminta, digenapkan
untuk diakhirat atau digenapkan di bumi juga agar tidak ada lagi nilai pahala
untuk dipakai diakhirat karena maksud penulis bahwa kita benar-benar tidak tahu
apa itu bernilai adalah nikmat atau ujian, apakah itu benar langsung dari Allah
SWT atau cuma hal wajar dalam penelahaan alam pikiran terhadap agama. Semua tergantung
hikmah dan karunia apa yang diinginkan Allah SWT dari hal kejadian tersebut. Bila
kita berkata pengilhaman juga berlebih rasanya, terlalu meninggi-ninggikan
diri, seakan-akan kita adalah layak sebagai orang-orang pilihan, agar tidak
menimbulkan penyakit atau ujian buat diri kalian sendiri.
Dari
Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Niscayalah di kalangan ummat-ummat
yang sebelummu semua itu ada orang-orang yang diberi ilham. Maka andaikata ada
seorang yang sedemikian itu di kalangan ummat saya, maka sesungguhnya ia adalah
Umar," Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari riwayat Aisyah. Dalam riwayat kedua ahli Hadis itu Ibnu Wahab
berkata: Muhaddatsun artinya ialah orang-orang yang memperoleh ilham.
Dari
Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak ada penularan penyakit dan tidak ada sesuatu yang
menyebabkan timbulnya kecelakaan. Saya amat taajub dengan faal?" Para
sahabat bertanya: "Apakah faal itu?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Iaitu kata-kata yang baik." (Muttafaq 'alaih)
Sebenarnya
banyak hal yang ingin dijelaskan, namun penulis bingung mengawali bahasanya,
jadi mungkin ini diserahkan ke pemahaman masing-masing, maksud lain dari
penulis dalam mengambil contoh perbandingan ini, bisa jadi kelak ada orang lain
yang lebih baik dalam menjelaskan dan menjabarkan hal ini.
Teori Motivasi
Dalam Perspektif Islam. Apa yang kita harap dari setiap perbuatan? Dalam setiap
perbuatan tentu mengandung motivasi. Seseorang memiliki kegemaran membaca
banyak jenis buku tentu ingin mendapatkan manfaat dari buku yang dibacanya.
Bertambahnya wawasan serta keilmuan, terbukanya ruang cara pandang dalam
berfikir hingga terkadang hanya sekedar membaca sepintas lalu menjadikannya
sebagai koleksi pustaka pribadi yang menghias rak buku. Motivasi memainkan
peran yang tidak kecil dalam setiap tindakan yang dibuat oleh seseorang.
Motivasi positif tentu akan mengarahkan seseorang melakukan tindakan yang baik dan tertata meski di dalam motivasi yang negatif pun juga terdapat perencanaan atau penataan, hanya tindakan yang dihasilkannya sangat bertolak belakang nilainya. Walau demikian, tidak tertutup kemungkinan ditengah perjalanan, motivasi positif dalam bertindak di atas mengalami pengalihan.
Sebagai contoh, seseorang beribadah, melakukan sholat, berpuasa, zakat, naik haji dan banyak ibadah lainnya adalah dalam rangka usaha mendekatkan diri kepada Alloh SWT disamping sebagai kewajiban. Namun, dalam perjalanan ibadah yang dilaluinya tanpa disadari terjadi pergeseran motivasi. Dorongan untuk beribadah telah diselipi oleh bisikan-bisikan ingin di puji, dilihat atau ingin terkenal. Motivasi positif telah mengalami pergeseran ke arah negatif. Jika ia tak juga menyadari dan terjaga, tentu semua akan menjadi sia-sia belaka.
Sungguh, keadaan iman seseorang sangat berpengaruh terhadap tindak tanduknya dalam kehidupan. Semakin baik imannya, maka akan semakin baik tindakannya. Tiada tujuan yang dicari kecuali keridhoan Alloh SWT semata. Ketika berbuat kebaikan ia tidak butuh pujian. Yang penting hanya berpikir bagaimana bisa berbuat baik dan bahagia dalam melakukannya. Ketika mendapat peluang nikmat, maka akan ia ambil dan gunakan sebatas kebutuhan dan tidak menurutkan hawa nafsunya. Ketika mendapat peluang berbuat maksiat, maka dengan rasa keimanan dan kecintaannya pada Alloh SWT dan Rosul-Nya SAW sekuat tenaga ia alihkan dan hindari atau malah mencegahnya semampu yang dapat ia lakukan.
Tentu, kesempurnaan imanlah yang menjadikan setiap tindakannya semata-mata karena Alloh SWT dan mengharapkan keridhoan Alloh SWT. Wallohu a'lam.
Maaf ya
terpaksa saya menyampaikan kepada Anda kalau dalam dunia hipnotis itu tidak
selamanya baik. Hipnotis itu seperti ilmu lainnya yang jika dia disalahgunakan
maka dia akan mencelakakan orang lain. Malpraktek ini terjadi baik karena
kurangnya kompetensi dari si praktisi ada juga karena intergritas dari si praktisi
yang memang jelek. Malpraktek yang saya maksudkan disini adalah penggunaan hipnotis
yang pada akhirnya membuat orang lain mengalami cidera baik itu secara fisik
maupun psikis. Apa yang saya tulis disini berdasarkan apa yang pernah terjadi
kepada saya maupun teman saya.
Contoh 1
Alumni
tersebut melakukan atraksi permainan hipnotis yang berbahaya dengan melakukan
sugesti mati rasa (anasthesi) dan menaruh korek api gas dengan api yang menyala
danlam waktu yang lama. Dan hasilnya? Ya tentu saja tangan tersebut melepuh karena
api tersebut. Akhirnya orang tua si anak tersebut meminta pertanggung jawaban
ke orang yang menghipnotis tersebut.
Hipnotis
memang bisa membuat tangan menjadi mati rasa sehingga tidak merasakan panasnya
api tersebut tapi hipnotis tidak bisa melawan hukum alam. Jika tangan dibakar
ya terbakarlah tuh tangan, jika ditebas parang yang terpotonglah tuh tangan.
Jadi jangan percaya jika hipnotis bisa membuat Anda jadi kebal. Saya katakan
ini karena saya masih melihat ada traner yang mencantumkan kalau bisa membuat
Anda kebal menggunakan hipnotis dalam materi iklannya.
Contoh 2
Terus
terang saya sempat shock mendengar cerita dia. Pada saat dia bercerita
permasalahannya sambil mengeluarkan air mata, dia mengatakan kalau dia
menghipnotis teman wanitanya dan melakukan pelecehan seksual. Karena perbuatan
sesaat tersebut dia merasa sangat menyesal. Ya… orang yang ada didepan saya ini
adalah orang yang melakukan pelecahan seksual menggunakan pengetahuan yang saya
hormati. Pengetahuan yang seharusnya dipakai membantu orang malah dia buat
untuk melakukan perbuatan asusila.
Pada
saat hendak melakukan perbuatan yang lebih lagi si “pelaku” dikejutkan oleh teriakan
dari si wanita. Meski dalam kondisi terhipnotis si wanita tersebut masih
mengetahui apa yang dilakukan oleh si “pelaku”. Dan masalah akhirnya masalah
ini diselesaikan lewat jaur damai meski akhirnya si “pelaku” masih menyimpan
perasaan yang sangat bersalah karena perbuatannya.
Contoh 3
Meninggal
karena saran ahli terapi hipnotisnya, tapi bagi saya merupakan kesalahan fatal
kalau kita melarang klien kita untuk operasi padahal dokter sudah
merekomendasikannya. Hipnoterapis bukan dokter jadi kita tidak bisa melarang
ataupun memberikan resep obat kepada klien kita. Apalagi sampai mempengaruhi
untuk tidak operasi.
Mungkin
terapis ini over PD dengan menganggap semua penyakit berasal dari pikiran dan
pikiran bisa menyembuhkan tubuh sendiri. Tapi dia lupa kalau hipnoterapi itu
adalah penunjang untuk kesembuhan orang dan tidak berdiri sendiri. Memang cukup
banyak penyakit fisik yang akhirnya sembuh setelah diterapi tapi ini tetap
membutuhkan saran dan cross check dari dokter. Apakah penyakit tersebut
benar-benar sembuh atau yang sembuh tersebut hanya gejalanya saja.
Contoh
4
“ada
seorang pemuda yang mengalami peradangan gigi & gusi yang parah, tapi
anehnya dia tidak merasa sakit sama sekali, dia datang ke klinik itupun karena
dipaksa oleh pacarnya karena mulutnya yang begitu bau walau sering gosok gigi,
bahkan kadang mengeluarkan darah.
Saat di
periksa...... wow ini kasus yg luar biasa hebat, gigi rapuh & gusinya
membusuk, berdarah dan sedikit bernanah, inilah yang membuat bau nafasnya
sperti bau naga hehehehehe.... hal ini sangat berbahaya karena infeksi tersebut
dapat tersalur ke jantung, menyebabkan gangguan gastro pada cardionya. saat
ditanya apakah sakit..? dia hanya menggeleng kepala. Saat ditanya apakah dia
gemar mengkonsumsi minuman Alchohol atau obat-2an (yang dapat meredakan rasa
sakit), dia menggeleng.
Namun
dia menjawab… Iya Dokter, seingat saya, dulu sekitar 6 bulan yang lalu saya
sakit gigi, saya tidak tahu harus minum obat apa, sedangkan mau ke dokter belum
ada uang, makanya saya minta tolong ke rekan saya yang jago hynotis kaya di
tivi-tivi itu lho dok... dia menghypnotis saya untuk menghilangkan rasa sakit
di gigi ini....”
Tidak
bisa saya bayangkan seandainya pemuda ini tetap tidak ke dokter gigi karena dia
tidak merasakan sakit pada giginya. Teknik yang seharusnya bisa membantu orang
tapi digunakan dengan cara yang salah ini bisa saja membahayakan nyawa pemuda
ini. Menghilangkan rasa sakit belum tentu penyakitnya juga hilang. Jika seseorang
memerlukan pertolongan dan perawatan dokter janganlah bersikap seperti dewa
yang bisa mengobati segalanya. Ingat praktisi hipnotis itu bukan dokter apalagi
dewa.
Contoh 5
Secara
singkat dalam prosesnya subject dibawa kedalam kondisi deep trance
(somnambulisme) setelah itu diberikan sugesti tertentu untuk memunculkan
fenomena supranatural. Secara pribadi saya masih menganggap penggunaan hipnotis
metafisik jika tidak disertai pemahaman yang tepat bisa berbahaya bagi pola
pikir dan mental si subject. Subject akan menghubung-hubungkan sesuatu dengan
mistik tanpa berpikir dulu. Halusinasi yang dialami seperti melihat makhluk
gaib maka bagi si subject tersebut adalah memang makhluk gaib.
Terus
terang sampai sekarang kadang saya tidak mengerti bagaimana bisa seorang
hipnotis/hipnoterapis menawarkan pembukaan mata batin atau mata ketiga tanpa
melakukan eksperimen kebenaran teknik dia. Hanya bermodalkan sugesti dia membuat
orang bisa melihat makhluk gaib. Yang dihipnotis senang karena sudah bisa
melihat makhluk halus dan yang menghipnotis senang karena dia sudah hebat bisa membuka
mata ketiga. Dua-duanya sama-sama mengalami halusinasi hehehe….
Apakah
kemampuan mata batin/mata ketiga benar-benar tidak ada? Untuk pertanyaan ini
saya akan bilang jujur saya tidak tahu. Yang membuat saya prihatin adalah
ketika seorang praktisi hipotis/hipnoterapi manjadi bangga atas keberhasilan
dia membuat orang bisa melihat makhluk gaib dengan mudah. Padahal resiko celaka
yang akan dialami oleh orang yang dihipnotis tersebut lumayan besar. Emang enak
tiap hari mengalami halusinasi penampakan yang menyeramkan hehehe.. Kalau orang
tersebut tidak kuat melihat “penampakan-penampakan” tersebut menurut Anda apa
yang akan terjadi pada dia? Yang jelas dia akan tertekan dan merasa ketakutan.
Kata
penampakan saya berikan tanda kutip karena sampai saat ini yang saya tahu
penampakan-penampakan hasil sugesti tersebut adalah halusinasi. Halusinasi yang
semakin nyata karena pola pikir orang tersebut yang terlalu mempercayai sesuatu
yang berhubungan dengan mistik.
Disini ilmu ilmiah membuktikan
penampakan atau orang yang seakan-akan melihat makhluk bertabir dianggap sedang
berhalusinasi, kepercayaan yang telah ditanamkan didalam alam bawah sadarnya
atau dinamakan sugesti. Ada sudut pandang berbeda, bila misalkan seseorang
tersebut tersugesti baik dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain dengan
teknik memakaikan ritual tertentu atau tidak memakai ritual hanya bahasa umum
dan alam, saat penanaman keyakinan ini di alam bawah sadarnya oleh orang lain
atau memang pada dasarnya ia (alam bawah sadarnya telah terprogram) mempercayai
adanya fenomena bahwa “makhluk bertabir bisa dilihat” maka ketika kemudian
terwujudkan dalam bentuk halusinasi alias penampakan, apakah sebanarnya yang
berbicara padanya adalah bisikan sisi iblis yang melingkup keputusan sisi
roh/manusianya namun dilihat seakan-akan yang berbicara atau sebagainya adalah
wujud halusinasi ini, hingga atau sugesti dan bisikan ini membuatnya
mengucapkan hal tertentu itu, melihat halusinansi “penampakan” berbicara atau
memang wujud iblis dan jin menjadi benar-benar dapat dilihat dalam kondisi
sugesti menjadi halusinasi nyata ini, mengingat apakah tabir itu ada yang
terbatas atau sebenarnya benar-benar bertabir, jadi yang menyesatkan pola pikir
ketika tersugesti adalah bisikan sisi iblis saja karena kemampuan untuk
menggoda dan menyesatkan manusia padahal fisiknya benar-benar ditabirkan
sepenuhnya, bisikkan sisi iblis ini dialihbahasakan oleh manusia yang
kemasukan/percaya hingga tersugesti dan kemudian membentuk halusinasi dan ia
membicarakannya atau ia melihat halusinasi tadi berbicara dan ia juga melakukan
tindakan dari sebab ini.
Jadi
dalam kondisi ini ada dua hal, pertama, apakah iblis hanya berbicara didalam
hati dan tercetus alihbahasa kepada pemikiran dan tingkah laku orang itu saja
hingga ia menjadi objek translatenya juga baik ucapan atau tingkah lakunya yag
terkendali iblis dan jin atau melihat penampakan “sesuatu” jadi bicara, padahal
akal yang tersugesti dan terpengaruh iblis ini yang membuat penyesatan
sementara fisik iblis dan jin sendiri adalah bertabir namun ia bisa berjalan
didalam aliran darah, yang kedua adalah apakah iblis dan jin sebenarnya akan
bisa terlihat nyata fisiknya (tidak bertabir lagi/tabir dalam batasan tertentu)
pada kondisi seseorang meyakini dalam alam bawah sadarnya hingga sugesti ini
menjadi tampak dalam halusinasi. Penulis juga tidak tahu namun bisa dipastikan
persentasenya lebih besar karena bisikan sisi iblis saja, hingga akal yang
terhalusinasi menjadikannya benar-benar ada berwujud dan berbicara atau ia
translatekan kembali diucapannya dari sisi penerimaannya kepada bisikan ini,
walau iblis dan jin dapat berjalan didalam darah namun hanya orang-orang
tertentu yang dapat melihat fisiknya yang bertabir, apalagi ada doa nabi
Sulaiman as hingga nabi Muhammad SAW membiarkan tabir fisik ini tertutup untuk
umatnya, bila tidak sudah dilihatkanlah jin yang Beliau tangkap kepada umatnya,
maka tabir fisik jin akan lebih umum terbuka pada umatnya hingga ke umat yang
sekarang dan akan banyak penaklukan yang khusus sebenarnya diberikan kepada
nabi Sulaiman as.
Orang
yang menyaksikan kejadian kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang
meyakinkan bahwa yang bicara dengan lidah manusia dan yang menggerakkan
badannya adalah makhluk lain, selain manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).
Dibawah ini bisa menjelaskan
sudut perbedaan keyakinan yang tertanam didalam bawah sadar dengan keimanan dan
ketaqwaan seseorang, juga berbedanya isi hati yang terpengaruh sisi iblis kuat (nafsu
tanpa rahmat) dengan sisi malaikat yang membantu sisi roh/manusia.
Beberapa
teknik Hipnotis
Past Life Regression (PLR)
Past
Life Regression adalah salah satu teknik dari hipnoterapi dimana si klien akan
dibawa ke masa lalu dimana dia menjadi masih menjadi orang lain, di tempat lain
dan di tahun kehidupan yang lain. Teknik ini dikait-kaitkan dengan adanya
reinkarnasi. Klien akan dibawa ke kondisi ke deep trance kemudian melakukan teknik
regresi sampai ke kandungan setelah itu diregresi ke kehidupan dia yang lain
dimana dia berada ditubuh yang lain dan dimasa yang lain.
Jika
Anda beragama Islam tentu saja teknik ini diharamkan karena dalam Islam tidak
mengenal reinkarnasi. Sebagai terapis saya juga tidak mau menggunakan teknik
ini atas permintaan klien apalagi jika dia beragam Islam. Ini karena kita tidak
akan bisa membuktikan apakah yang terjadi atau pengalaman yang dia lihat ketika
dalam PLR itu adalah kenyataan. Dalam kondisi deep trance klien sangat mudah
sekali mengalami halusinasi, bisa karena sugesti tapi bisa juga karena pikiran
dia sendiri. Misalnya dia percaya sekali kalau dia adalah prajurit Majapahit di
masa lalu maka ketika dia dibawa ke jaman dahulu menggunakan PLR maka sangat
besar kemungkinan dia akan benar-benar jadi prajurit Majapahit tersebut. Ini
karena sejak awal dia mempunyai mindset kalau dia adalah prajurit Majapahit.
Begitupun kalau sejak awal dia mempunyai mindset bahwa dia adalah keturunan
Allien maka sangat besar kemungkinan dia akan mempercayai benar-benar kalau dia
adalah keturunan Allien.
Trus
jika seandainya PLR itu hanyalah halusinasi buat apa teknik ini ada? Teknik ini
ada untuk mengatasi jika ketika seorang hipnoterapis mencari akar masalah dan
terjadilah PLR secara spontan. Dimana klien merasa dia berada di tubuh orang
dan masa/jaman yang berbeda. Nah jika akar masalah memang berasal disini maka
seorang hiponterapis menetralkan akar masalah tersebut.
Apakah
klien benar-benar kembali ke kehidupan sebelum masa ini? Atau dengan kata lain
dia yang sekarang adalah reinkarnasi dari orang yang dia lihat ketika dalam
PLR? Sebagai terapis saya tidak memusingkan itu benar-benar reinkarnasi atau
bukan karena masih bisa saja itu pengalaman traumatik dia dan dikaitkan dengan
masa tertentu.
Seandainya
klien adalah muslim dan mengalami PLR Spontan ya saya akan beri tahu kalau itu
bisa saja simbolisasi dari akar masalah dia. Kadang mimpi pun bisa jadi akar
masalah suatu keluhan. Karena reinkarnasi dalam kepercayaan muslim itu tidak
ada. Trus bagaimana jika dalam sistem kepercayaannya mempercayai reinkarnasi,
seperti Buddha dan Hindu? Maka pekerjaan saya menjadi lebih mudah hehehe….
Banyak
orang yang penasaran siapakah dia sebelum sekarang, bagaimana kehidupan dia di
masa lalu, apa yang terjadi ketika dia hidup di masa itu. Rasa penasaran kadang
bisa membuat kita menemukan hal-hal menarik tapi tahukah Anda ada “bahaya” tersembunyi
melakukan PLR? Bahaya itu (selain rusaknya aqidah bagi mereka yang beragama
Islam) adalah Anda menjadi orang yang “terperangkap” dengan masa lalu. Ketika
Anda melihat kehidupan masa lalu Anda lebih indah, lebih cemerlang, lebih makmur
dibandingkan kehidupan Anda sekarang apakah Anda masih bersyukur dengan
kehidupan Anda sekarang?
Belum
lagi kalau seandainya dalam kehidupan masa lalu cara meninggal Anda sangat
tragis, terkurung dan tenggelam dalam kapal perang atau dibunuh dengan cara
leher Anda digorok. Jika penanganan tidak tepat dari hipnoterapis maka hal ini
bisa menimbulkan trauma baru pada Anda. PLR untuk orang yang beragama non
muslim bisa membantu perjalanan spiritualnya. Dia bisa belajar dari pengalaman
yang sudah-sudah dan mengambil hikmahnya untuk dipakai dikehidupan sekarang.
PLR jika tujuannya untuk edukasi maka titik beratnya bukan pada menjadi
siapakah Anda saat itu dan apa yang sudah Anda capai melainkan pelajaran apa
yang bisa Anda ambil dari kehidupan tersebut yang bisa digunakan dikehidupan
yang sekarang.
Saya
jadi ingat kata-kata orang yang saya anggap Guru, “Memangnya kenapa kalau
kehidupan masa lalu sangat cemerlang toh hanya dengan mengingatnya tidak
membantu saya dikehidupan saat ini.” Ya, kadang mengetahui siapa kita di masa
lalu kadang malah menjadi beban. Jika Anda non muslim dan masih ingin melakukan
PLR saya sangat sarankan jangan ke sembarangan hipnoterapis. Liat terlebih
dahulu background dia termasuk kompetensi dalam melakukan PLR dan pola
pikirnya.
Peran
iblis sangat senang dalam hal ini, ia lebih mudah menyesatkan orang tersebut
atau hal inilah yang telah tertanam dihatinya dikuatkan lagi oleh bisikan sisi
iblis agar orang tersebut meyakininya walaupun ia awalnya tidak sadar adanya
potensi ini, namun suatu saat bila dikeluarkan maka ia akan terbuka, seperti
contoh pada saat dihipnotis seperti teknik terapi ini. Ketika ia mendengar hal
tersebut dan mempercayainya, dengan sempurna ia akan tersesat arah. Cara ini
seperti cuci otak pula hasilnya nanti.
Pada
awalnya pandangan reinkarnasi adalah pandangan adanya kehidupan kedua
diakhirat, seiring waktu makna dasar ini berubah menjadi pandangan kehidupan
kedua, ketiga dan seterusnya dan hanya terjadi kembali di dunia, bukan terjadi
di akhirat. Hal lain, awalnya bunuh diri itu merupakan kehormatannya untuk
menebus dosa-dosa, ini merupakan bagian syariat umat-umat lalu entah hanya dari
satu kaum atau beberapa kaum, setelah Islam datang, syariat ini
digugurkan/dihapuskan dan diganti yang lebih sempurna dan walaupun ada seperti
dalam hukum hudud tapi bukan diri sendiri yang akan melakukannya (bukan bunuh
diri), melainkan orang lain dan prosesnya pun punya syarat-syarat yang harus
dipenuhi dahulu. Ada nash menerangkan ini, ada umat/bangsa yang lalu disuruh
bunuh diri massal, makanya disinyalir suku bangsa yang masih memperaktekkan ini
adalah mungkin salah satu turunan umat ini.
Di
dalam ayat QS. Al-Baqarah: 54 disebutkan kata-kata “bunuhlah diri-diri kamu”
yang dapat berarti bahwa orang-orang yang durhaka di antara ummat itu. disuruh
bunuh diri massal, atau dapat pula berarti bahwa orang-orang yang telah menyembah
berhala disuruh oleh Allah agar dibunuh oleh orang-orang yang tetap beriman
dari umat itu.
Makhluk Halus
Sebagai
bangsa yang kental dengan supranatural kehidupan kita tidak terlepas dari
cerita yang berhubungan dengan yang satu ini. Para penghuni tempat-tempat yang
dikatakan angker, penunggu sungai sampai kuburan. Cerita-cerita penampakan
sering kita dengar dari lingkungan sekitar kita. Nah bagaimana seorang hipnotis
menyikapi fenomena ini?
Ok kita
ingat kembali bagaimana cara kerja dari hipnotis. Sugesti dapat dijalankan
ketika dia dapat melewati critical area dan tidak melanggar norma dia. Dan
sugesti hipnotis bisa menimbulkan fenomena halusinasi. Hipnotis sangat erat
kaitannya dengan sistem kepercayaan orang tersebut. Itu artinya hipnotis tidak
harus menggunakan induksi standar ataupun deepening, betul?
Nah
sekarang bagaimana seandainya orang yang mempunya tipe sugestibilitas tinggi
yang sangat percaya adanya makhluk halus berada di tempat yang katanya angker
sendirian trus dia melihat sekelebat kain putih? Apakah dalam pikiran dia
mengira itu hanya sekedar kain atau pocong/kuntilanak? Jika dalam ketakutannya
dia membayangkan kalau kain tersebut adalah pocong maka kemungkinan besar dia
akan mengalami halusinasi melihat pocong.
Kemudian
cerita dia akan menguatkan cerita sebelumnya kalau tempat itu angker dan
teman-teman dia menjadi semakin terpengaruh. Dari sini teman-teman dia
bercerita kepada orang-orang sekitarnya yang pada akhirnya menyebar
kemana-mana. Akhirnya tempat tersebut menjadi lebih “angker”. Jika ada orang yang
melewati tempat tersebut dia akan teringat cerita-cerita seram tentang tempat
tersebut. Dan ketika melihat bayangan kemudian dia menghubungkan kalau bayangan
tersebut adalah makhluk halus padahal bisa saja itu bayangan binatang yang
lewat. Kemudian orang ini bercerita kepada teman-temannya dan begitu
seterusnya.
Kesurupan
Kesurupan
juga efek terlalu kentalnya cerita-cerita supranatural dalam kehidupan
sehari-hari sehingga membentuk suatu keyakinan dalam bawah sadar kita. Secara pribadi
sampai dengan saat ini saya berpendapat kalau kesurupan adalah reaksi dari
psikologis kita untuk melepaskan bebannya (emosi yang terpendam).
Jika
Anda perhatikan kesurupan massal yang terjadi kebanyakan orang yang dibilang
sedang kesurupan itu dalam kondisi menangis atau melampiaskan emosi. Bagaimana
dengan yang jadi harimau ataupun kakek-kakek? Lagi-lagi kita mesti ingat
bagaimana cara kerja pikiran. Ini semua berhubungan dengan kepercayaan dia tentang
kesurupan itu seperti apa.
Ketika
mengalami abreaksi (pelepasan emosi terpendam) bisa saja orang yang dibilang
kesurupan tersebut tidak ingat apa yang terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh
pada saat itu pikiran bawah sadar mengambil kesadaran secara penuh sehingga
pikiran sadar dia tidak mengingat apa yang telah terjadi.
Untuk
mengatasi kesurupan bisa saja menggunakan teknik shock induction ataupun
menggunakan “cara dukun”. Jika Anda berada dilingkungan yang masih percaya
dengan mistik maka sebagai praktisi Anda perlu menambah wawasan tentang hal-hal
mistik sesuai dengan daerah Anda.
Ini
untuk jaga-jaga kalau seandainya cara modern tidak mempan. Ingat hipnotis
adalah masalah menggunakan apa yang dipercayai oleh orang. Dan hal ini pula
alasan kenapa sampai saat ini saya belum menemukan cerita ada orang kesurupan
jadi dracula ataupun Jason the 13th. Jadi kepikiran kalau seandainya orang
barat sono kesurupan sama hantu nenek gayung, bakal kerepotan dah nyari
gayungnya hahaha…...
Sebelum
saya belajar hipnotis saya sangat percaya dengan kemampuan metafisika seperti
mata ketiga, tenaga dalam/prana/chi, penampakan dan lain-lain. Bahkan saya bisa
menjelaskan secara ilmiah fenomena-fenomena tersebut, ya setidaknya
kedengarannya seperti ilmiah.
Tapi
ketika saya mendalami teknologi pikiran saya tidak mempercaya lagi semua itu
karena ternyata itu bisa diakibatkan oleh sugesti. Dengan sugesti saja kita
bisa membuat orang bisa melihat “makhluk halus”. Hanya dengan sugesti saja kita
bisa mementalkan orang yang ingin menyentuh kita seperti atraksiatraksi tenaga
dalam. Keserupan yang ternyata diakibat oleh sugesti diri saja.
Hanya
dengan sugesti saja kita dapat menampilkan sesuatu yang dulu selalu kita
kait-kaitkan dengan supranatural. Dan saya yakin sebagian besar praktisi masih
berpendapat demikian.
Kini
pemahaman saya kembali mengalami pertumbuhan. Saya meyakini prana/chi itu ada
dan penampakan makhlus halus memang terjadi.
Tentu
saja saya mempunyai alasan yang kuat untuk kembali mempercayai hal tersebut
kembali, ya setidaknya itu menurut saya. Bedanya kali ini saya tidak akan
berusaha membuktikannya secara ilmiah dan mempunyai landasan untuk membedakan
apakah fenomena tersebut hanya pengaruh sugesti atau benar-benar terjadi.
Oh iya
yang saya maksud sugesti ini tidak hanya sugesti yang secara langsung diberikan
oleh praktisi hipnotis tapi juga hipnotis secara tidak sengaja tertanam kepada
subyek seperti dia mendengar cerita dari orang lain, atau ketika si
penghipnotis berkata kepada orang lain tapi ditujukan ke subyek, gambar ataupun
tindakan yang akhirnya memicu untuk si subyek mensugesti dirinya sendiri.
Kesurupan
Ditinjau Dari Aqidah Islam
Semoga Allah senantiasa
menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur terhadap segala nikmat yang
diberikan-Nya kepada kita. Selawat beserta salam mari kita ucapkan untuk nabi
kita yang mulia Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Semoga Allah menjadikan
kita orang-orang senantiasa berpegang dengan sunnah beliau sampai akhir
kehidupan kita.
Agama Islam adalah agama yang
sempurna dalam menjelaskan antara hubungan antara sesama makhluk dan bagaimana
mereka saling beriteraksi dalam kehidupan ini.
Pada kesempatan kali ini kita
akan berbincang seputar hubungan antara alam manusia dengan alam jin ditinjau
dari sisi sudut pandang aqidah Islam.
Dalam berbagai kasus kehidupan
kita menyasikkan berbagai keanehan antara hubungan kedua alam tersebut yang
menimbulkan seribu tanda tanya dalam benak kita. Akan tetapi sedikit diantara
kita yang mencoba mencari jawabannya melalui berita terpercaya dan akurat.
Sumber yang akurat dan terpercaya dalam memberi jawaban dalam hal ini hanyalah
wahyu yaitu Al Qur’an dan Sunnah yang shahihah. Sebab perkara tesebut adalah
perkara ghaib yang tidak dapat uji secara empiris di laborat buatan manusia.
Diantara bukti keimanan seseorang
adalah meyakini tentang berita perkara-perkara ghaib yang diwahyukan Allah
kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam baik yang terdapat dalam Al
Qur’an maupun Sunnah yang shohihah.
Sebagaimana Allah sebutkan
tentang sifat-sifat orang beriman dalam firman-Nya:
“Kitab
(Al Qur’an) itu tiada keraguan dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa. Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghaib”.
Diantara perkara ghaib yang
diceritakan dalam Al Qur’an dan Sunnah yang shohihah adalah tentang keberadaan
makhluk ghaib seperti Jin dan Malaikat. Allah menceritakan tentang asal muasal
dari penciptaan kedua jenis makhluk tersebut serta sifat mereka masing-masing.
Kedua alam tersebut memilki kekhususan masing-masing meskipun ada sisi kesamaan
dalam beberapa hal. Diantara sisi kesamaan
mereka adalah mereka makhluk halus yang tidak dapat kita lihat secara biasa
dengan alat indra kita dalam bentuk mereka yang asli. Kecuali dalam hal mereka
menjelma atau mereka diizinkan Allah untuk memperlihatkan diri mereka kepada
siapa yang diizinkan Allah, aka tetapi tidak untuk semua orang. Maka dari
sisi inilah kedua alam tersebut disebut makhluk ghaib atau alam ghaib. Perlu
dijelaskan di sini bahwa alam ghaib tidaklah terbatas pada dua alam ini saja.
Namun di sana ada alam-alam ghaib yang lain seperti alam Barzakh, Alam arwah,
Alam Akhirat dengan segala peristiwan dalamnya termasuk surga dan neraka.
Kemudian perkara ghaib itu ada
dua macam; ghaib mutlak dan ghaib nisbi; ghaib mutlak adalah perkara ghaib yang
hanya diketahui oleh Allah semata, adapun ghaib nisbi adalah perkara yang dapat
diketahui oleh sebahagian makhluk. Maka alam Jin dan Malaikat termasuk pada
bagian kedua yaitu ghaib nisbi, karena sebahagian malaikat ada yang dapat
dilihat oleh sebahagian nabi dan rasul baik dalam bentuk menjelma seperti
manusia maupun dalam bentuk asli mereka. Sebagaimana Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wa Sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk yang asli sebanyak
dua kali.
Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ummahaatul mukminiin Aisyah radhiallahu ‘anhaa.
“Sesungguhnya
dia adalah Jibril aku tidak melihatnya dalam bentuknya yang asli selain hanya
dua kali saja” [1] Lihat “Shohih Bukhary”: 1/110 (457) dan “Shohih
Muslim”: 4/1840 (4574).
Demikian pula sebahagian sahabat
pernah melihat jin dalam bentuk yang asli, sebagaimana diriwayatkan oleh Ubai
bin Ka’ab t bahwa ia pernah melihat jin dalam bentuk yang asli.
“Dari
Ubay bin Ka’ab t menceritakan bahwa ia mempunyai sebaskom kurma namun selalu
berkurang. Pada suatu malam ia mencoba menjaganya tiba-tiba muncul seekor
binatang sebesar anak remaja. Maka ia memberi salam kepadanya, lalu bintang
tersebut menjawab salamnya. Ubay bertanya: siapa kamu? Jin atau manusia?
Jawabnya: bukan manusia akan tetapi Jin. Ubay berkata: coba perlihatkan
tanganmu kepadaku! Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangan mirip
tangan anjing dan berbulu mirip bulu anjung pula. Ubay berkata lagi: seperti
inikah bentuk ciptaan jin? Jawabnya: sesunggunya para jin tahu bahwa di
tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan dari pada aku. Ubay bertanya:
kenapa kamu datang kesini? Jawabnya: kami mendengar bahwa kamu orang yang suka
bersedekah, kami kesini karena ingin mendapat bagian dari makananmu. Ubay
bertanya: apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian? Jawabnya: ayat yang
terdapat dalam surat Al Baqorah (ayat Kursi). Barangsiapa yang membacanya di
sore hari maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari. Barangsiapa yang
membacanya di pagi hari maka ia terjaga dari kami sampai sore hari. Besok
paginya Ubay mendangi Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan menceritakan
perihal tersebut kepadanya. Jawab Rasulullah r: Sikeji itu telah jujur” [2]
HR: Al Haakim dalam “Al Mustadrak”: 1/749 (2064), dan Thabrony dalam “Al
Mu’jam Al Kabiir”: 1/201 (541). Dishohihkan oleh Syeikh Al Baany dalam “Shohih
At Targhiib wa At Tarhiib”: 1/161 (662).
Dalam kandungan hadist di atas
ada beberapa poin yang berhubungan dengan pembahasan kita:
- Bahwa jin itu memiliki wujud nyata bukan gambaran tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan orang-orang ahli filsafat dan orang yang mengikuti mereka dari kalangan intelektual. Buktinya dalam kisah di atas jin memiliki dan bentuk dan memiliki kebutuhan biologis.
- Bahwa jin itu memiliki kebutuhan biologis seperti manusia diantaranya kebutuhan untuk makan. Buktinya dalam kisah di atas jin mengambil buah kurma miliki Ubay bin Ka’ab t. Demikian pula dalam kisah lain saat Abyu Hurairah t ditugas Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam untuk menjaga harta zakat fitrah, tiba-tiba ada jin yang mencuri harta zakat fitrah tersebut.
- Bahwa jin itu memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, ada yang seperti ular, anjing dan binatang lainnya. Buktinya dalam kisah di atas jin muncul dalam rupanya yang mirib anjing. Dalam kisah lain seorang sahabat yang ingin ikut perang bersama Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam lalu ia pulang sejenak sebelum berangkat perang, tiba-tiba isterinya berdiri di pintu dan memberi tahu bahwa di kamar ada seekor ular besar, seketika itu sahabat tersebut langsung membunuhnya akan tetapi sahabat dan jin tersebut sama-sama mati di tempat.
- Bahwa manusia bisa berbicara dengan jin dan sebaliknya bahwa jin dapat mengerti bahasa manusia. Buktinya dalam hadits di atas Ubay becakap-cakap dengan jin, demikian pula kisah Abu Hurairah t saat menangkap jin yang mencuri harta zakat fitrah.
- Cara agar terhindar dari ganguan jin adalah dengan membaca ayat Kursy pada pagi dan sore hari. Bukan meletakkannya di dompet atau menggantungkannya di mobil, di dinding rumah atau dileher anak-anak kecil sebagaimana perbuatan orang-orang yang tertipu oleh jin.
Dalil-dalil yang menunjukkan
tentang keberadaan jin dalam Al Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam begitu banyak sekali tidak mungkin untuk kita
sebutkan satu persatu dalam tulisan yang singkat ini. Bahkan salah satu surat
dalam Al Qur’an dinamai dengan surat Al Jin. Sebahagian ulama telah
mengumpulkan dalil-dalil tersebut dalam karya ilmiyah mereka, seperti imam As
Suyuthy dalam kitabnya “Al Lu’lu’ Wal Mirjan Fi Ahkamil Jaan” demikian pula
Syeikh Umar Sulaiman Al Asyqar dalam kitabnya “‘Alam al Jin wa Asy Syayaathiin”
dan kitab-kitab ulama yang lain.
Dijelaskan oleh Syeikh Sholeh
Fauzan Bahwa beriman tentang keberadan jin adalah bagian dari beriman kepada
perkara-perkara yang ghaib. Sebagai bentuk mempercayai apa yang diberitakan
Allah dan berita Rasu-Nya. Keberadaan jin ditetapkan dalam Al Qu’an dan Sunnah
serta Ijma’. Barangsiapa yang mengingkari tentang adanya jin maka ia telah
jatuh kedalam kekufuran. Karena ia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma’
kaum muslimin. Adapun orang yang mengingkari perihal masuknya jin kedalam tubuh
manusia tidak kafir, akan tetapi ia dihukum sesat [3] Lihat “I’aanatul
Mustafiid”: 1/188.
Jin memiliki kewajiban yang sama
seperti manusia untuk beribadah kepada Allah. Mereka juga mendapat ganjaran dan
balasan atas perbuatan mereka di akhirat kelak.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam
firman-Nya tentang kewajiban jin untuk beribadah kepada-Nya:
“Aku
tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
Barangsiapa yang engkar dan kafir
diantara mereka para jin tersebut, mereka akan mendapatkan azab dari Allah.
Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan
sesungguhnya Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahannam itu kebanyakan
dari golongan jin dan manusia. Mereka punya hati akan tetapi mereka tidak mau
memahami dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya mata akan tetapi mereka tidak
mau melihat dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya telingan akan tetapi
mereka tidak mau mendengar dengannya (ayat-ayat Kami). Mereka bagaikan seperti
bintang bahakan mereka lebih sesat, mereka itu adalah orang-orang yang lalai
(terhadap peringatan Kami)”.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam menjelaskan bahwa jin diciptakan dari bunga api, sebagaimana dalam
sabdanya :
“Malaikat
diciptakan dari cahanya, jin diciptakan dari bunga api dan Adam diciptakan dari
apa yang diceritakan pada kalian” [4] HR: Imam Muslim: 8/226
(7687).
Akan tetapi jin tersebut memiliki
keserupaan dengan manusia dalam beberapa sifat dan juga memiliki keserupaan
dengan malaikat dalam beberapa sifat. Keserupaan sifat mereka dengan manusia,
mereka memiliki kebutuhan biologis seperti manusia, seperti makan, memiliki
tempat tinggal dan keturunan. Keserupaan sifat mereka dengan malaikat, mereka
tidak dapat kita lihat dengan intra kita dan mereka bisa menjelma seperti
manusia. Akan tetapi penjelmaan mereka berbeda dengan penjelmaan malaikat, jin
menjelma dalam bentuk rupa yang buruk atau memiliki cacat dalam salah satu
anggota badannya, berbeda dengan malaikat secara umum menjelma dalam bentuk
rupa yang sangat baik dan tidak ada cacat pada salah satu anggota badannya
kecuali dalam keadaan ketika diperintahkan Allah untuk menguji anak adam.
Seperti dalam kisah tiga orang Bani Isroil; orang pertama mengindap penyakit
kusta, orang yang kedua berkepalanya botak tidak memiliki rambut sedikitpun dan
orang yang ketiga buta tidak bisa melihat. Setelah mereka sembuh masing-masing
penyakit mereka dan masing-masing mereka memiliki harta yang berlimpah, Allah
menyuruh malaikat untuk menguji mereka apakah mereka bersyukur atau tidak?
Malaikat datang kepada masing-masing mereka dalam bentuk semasa mereka
mengindap penyakit [5] Lihat kisah tersebut dalam “Shahih Bukhari”: 3/1276
(3277) dan “Shohih Muslim”: 8/213 (7620).
Dalam bahasan ini kita hanya akan
membahas tentang hal yang berhubungan jin secara khusus yaitu masalah kesurupan
atau masuknya jin kedalam tubuh manusia. Sering kita dengar dalam ungkapan
masyarakat ketika melihat orang kesurupan bahwa ia kemasukan jin. Atau orang
yang marah belebihan dikatakan ia bagaikan kemasukkan setan.
Perihal tentang bisanya jin masuk
kedalam tubuh manusia merupakan salah satu sisi perbedaan antara jin dengan
malaikat. Hal ini sudah menjadi bahan perdebatan sejak dulu antara ulama
Ahlussunnah dengan para pengikut aliaran mu’tazilah yang bermazhab
rasionalisme.
Dalil-dalil yang menunjukkan
tentang mungkinnya jin masuk kedalam tubuh manusia serta dapat mempengaruhi
perasaan dan pikirannya.
Berikut ini kita sebutkan
beberapa dalil yang dikemukakan oleh para ulama Ahlussunnah tentang bisanya jin
masuk kedalam tubuh manusia.
1. Firman Allah subhaanahu
wata’alaa:
“Orang-orang yang memakan harta
riba itu, mereka tidak berdiri (dari kubur mereka) kecuali seperti orang yang
kerupan kemasukan setan”.
Berkata Imam Baghawy: “Mereka
tidak berdiri dari kubur mereka pada hari kiamat melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan” [6] Lihat “Tafsir Baghawy”: 1/340.
Berkata pula Imam Qurtuby: “Dalam
ayat tersebut terdapat dalil yang menunjukkan tentang kekeliruan pendapat orang
yang mengingkari kesurupan karena jin, mengira bahwa hal itu gejala alam
semata, bahwa setan tidak berjalan dalam tubuh manusia dan tidak ada keseurupan
karena setan” [7] Lihat “Tafsir Qurtuby”: 3/355.
2. Dan sabda Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam:
“Sesungguhnya
setan itu berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah” [8]
HR: Bukhary: 3/1195 (3107) dan Muslim: 7/8 (5808).
Berkata Qodhi ‘Iyaadh: “Hadits
tersebut adalah sebagaimana zohirnya, bahwa Allah memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada setan untuk berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya
darah” [9] Lihat “Syarah Nawawy”: 14/157.
3. Berkata Imam Ibnu Baththoh
dalam kitab monumental beliau “Al Ibaanah”:
“Bab yang kelima belas; Bab
beriman bahwa sesungguhnya setan itu diciptakan untuk mempengaruhi anak Adam,
ia berjalan dalam tubuh mereka sepanjang aliran darah, kecuali orang yang
dijaga oleh Allah dari gangguannya. Barangsiapa yang mengingkari hal itu maka
ia termasuk dari kelompok-kelompok yang binasa” [10] Lihat “Al Ibaanah”:
2/61.
Berkata Abdullah bin Ahmad bin
Hambal: “Aku berkata kepada ayahku: ada orang-orang yang berpendapat bahwa jin
tidak mungkin masuk kedalam bandan orang yang kesurupan dari golongan manusia!
Beliau menjawab: wahai anakku! Mereka itu telah berdusta, (buktinya) jin itu
berbicara melalui lisan orang tersebut” [11] Lihat “Majmu’ Fataawa Ibnu
Taimiyah”: 3/13.
Jika ada yang bertanya bagaimana
cara jin masuk kedalam tubuh manusia? apa mungkin tubuh masuk kedalamm tubuh?
Jawabanya: hal itu sangat mungkin menurut akal, bahkan ada contoh-contoh nyata
dalam alam ini. Seperti air mengalir dalam batang dan urat tumbuhan, air dan
makanan yang mengalir dalam tubuh manusia, dan arus listrik mengalir melalu
kabel. Semikian pula setan mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya
darah [12] Lihat “Al Mu’tashir Syarah Kitab At Tuhid”, hal: 146.
Apa saja jenis jin yang suka
masuk kedalam tubuh manusia?
Jenis-jenis jin yang biasa masuk
kedalam tubuh manusia:
- Jin pembantu tukang sihir, ia masuk kedalam tubuh manusia atas perintah tukang sihir untuk menyakiti seseorang. Jin tersebut berkerja sama dengan tukan sihir/ dukun, dimana sebelumnya pesihir/dukun tersebut telah mempersembahkan kepada jin tersebut sesuatu dari ibadah.
- Jin yang suka pada seseorang, yakni jin yang tertarik kepada seseorang karena kecantikannya atau kegantengannya. Oleh sebab itu kita dianjurkan ketika membuka pakaian atau tatkala masuk kamar mandi dan WC membaca do’a-do’a yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
- Jin nakal yang suka menggangu manusia. Jin juga bersifat suka menggangu seperti sebahagian manusia suka menggangu manusia lain. Alasan menggangu bermacam-macam seperti alasan manusia menggangu manusia lain. Bisa jadi karena beda keyakinan, karena dengki, hasad atau hawa nafsu jahat lainnya.
- Jin yang ingin balas dendam terhadap seseorang yang dengan tidak sengaja pernah menyakiti jin tersebut atau salah seorang dari kerabatnya.
Masuknya jin kedalam tubuh
manusia ada dalam dua bentuk :
Pertama:
Masuknya jin kedalam tubuh seseorang diluar kehendak orang tersebut. Hal ini
terjadi dengan dua cara; adakalanya atas kehendak ijin itu sendiri dan
adakalanya dimasukkan orang lain dengan cara sihir dan atau sugesti.
Kedua: Atas
kehendak orang tersebut dengan cara melakukan hal-hal yang dapat mengundang
agar jin mau masuk ke dalam tubuhnya atau ke dalam tubuh orang lain. Hal ini
biasanya dilakukan oleh oleh tukang sihir, orang yang menggunakan tenaga jin dalam
ilmu beladiri atau silat, dan mensugesti diri sendiri.
Lalu bagaimanakah hukum
masing-masing kondisi di atas ditinjau dari sisi aqidah Islam?
Pada berikut ini kita mencoba
menjelaskan berberapa hal di atas.
Hukum masuknya jin kedalam tubuh
seseorang diluar keinginannya. Akan tetapi atas kemauan dari jin itu sendiri
atau atas perintah orang lain seperti tukang sihir dan semisalnya. Maka pada
kondisi ini orang yang dimasuki jin tidak berdosa karena ia dizalimi dan
disakiti, bahkan ia akan diberi pahala oleh Allah atas kesabarannya. Namun
bukan berarti ia dilarang untuk berusaha mengusir jin tersebut dari dalam
dirinya.
Sebagaimana dikisah dalam sebuah
hadits:
Seorang
wanita mendatangi Nabi r, dan ia berkata: “Sesungguhnya aku sering pingsan dan
auratku terbuka, maka tolong berdo’a pada Allah untukku! Jawab Nabi r: jika
kamu bersabar maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap berkehendak
untuk dido’akan, aku akan berdo’a pada Allah agar menyembuhkanmu. Jawab wanita
tersebut: aku memilih sabar. Namun tolong berdo’a pada Allah agar auratku tidak
terbuka. Maka Nabi r berdo’a untuknya“ [13] HR: Bukhari: 5/2140
(5328) dan Muslim: 8/16 (6736).
Sebahagian ulama menjelaskan
bahwa penyebab kepingsanan sang wanita tersebut adalah karena gangguan jin
sebagaimana yang dirajihkan oleh Ibnu Hajar asqolqqny dalam kitabnya yang
monumental “Fathul Baary“ [14] Lihat “Fathul Baary”: 10/115.
Hukum mengundang jin agar masuk
ke dalam diri sendiri atau memasukkannya ke dalam diri orang lain.
Orang yang berusaha memasukkan
jin kedalam dirinya sendiri untuk menambah kekuatan dan ketangkasan adalah
diharamkan dalam agama dan dihukum sebagai perbuatan syirik kepada Allah.
Karena jin tidak akan pernah mau menuruti kemauannya sebelum orang tersebut
mengabulkan permintaan jin tersebut terlebih dahulu. Yang mana permintaan jin
tersebut tidak akan keluar dari perbuatan bid’ah dan syirik. Sebagaimana yang
dikenal dalam ilmu persilatan dan ilmu bela diri. Biasanya tempat latihan dari
persilatan tersebut terlebih dahulu didarahi dengan menyembelih seekor hewan
ternak, kadangkala ayam dan kadangkala kambing atau yang semisalnya. Kemudian
dalam gerakkan persilatan tersebut ada gerakkan yang merupakan persembahan
kepada jin. Biasanya gerakan itu berada pada awal gerakkan dari gerak-gerakan
silat tersebut. Kemudian selama dalam proses latihan ada kegiatan-kegiatan yang
berbau kesyirikan, seperti umpamanaya bersemedi dan lain sebagainya. Setelah ia
menuruti kehendak jin tersebut, baru setelah itu ia akan mendapat mantra atau
jampi untuk memanggil sang jin tersebut. Kadangkala jin mesyaratkan kepada
orang tersebut untuk memakai pakain tertentu, bisa dari segi warna atau model.
Atau jin melarang orang tersebut untuk mandi seumur hidup, atau memakan makanan
yang disembelih. Ini adalah sebahagian dari bentuk-bentuk ketaatan yang
dikehendaki oleh jin, dengan tujuan agar orang berpaling dari mentaati Allah.
Atau jin tersebut mengajarkan
kepadanya zikir-zikir yang didalamnya ada ucapan-ucapan yang berbau
kesiyirikan. Atau ibadah-ibadah yang menyelisihi sunnah Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wa Sallam. Seperti puasa empat puluh hari, atau berzikir dalam sebuah
kelambu yang gelap dan tidak boleh keluar selama empat puluh hari. Yang penting
bagi jin tersebut adalah orang taat kepadanya dan durhaka kepada Allah dan
kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam. Mungkin saja orang tersebut
secara zohir melaksanakan solat dan bernampilan sebagai seorang wali. Akan
tetapi ia tidak menyadari bagaimana ia dijerumuskan oleh jin kedalam syirik dan
bid’ah.
Adapun orang yang mengunakan jin
untuk menyakiti orang lain, maka orang ini telah melakukan dua dosa besar;
Pertama: ia
telah berbuat kesyrikan kapada Allah, sebagaimana telah jelaskan di atas bahwa
jin tidak akan memperkanankan permintaannya sebelum orang tersebut taat
terlebih dahulu kepada jin tersebut.
Kedua: ia
telah berbuat kzoliman dan kerusakan di muka bumi ini. Karena dengan
perbuatannya tersebut ia telah menyebabkan orang lain menjadi tersiksa dan
menderita. Bahkan bisa menimbulkan berbagai macam bentuk kerusakkan lain di
muka bumi ini. Seperti terjadinya perceraian dan pembunuhan yang disebabkan
oleh perbuatan sihir yang disebarkan melalui perantara jin.
Maka oleh sebab itu banyak sekali
dalil-dalil yang mengharamkan perbuatan sihir, diantaranya:
Firman Allah:
“Dan
tidaklah kafir Sulaiman, akan tetapi para setan yang kafir mereka mengajar
sihir kepada manusia”.
Ayat di atas menunjukkan tentang
hukum mengajarkan sihir dan hal itu merupakan perbuatan setan baik setan dari
golongan jin maupun setan dari golongan manusia.
Kemudian Allah jelaskan pada
lanjutan ayat di atas tentang hukum orang yang mempelajari sihir, bahwa sihir
itu tidak membawa mamfaat akan tetapi membawa kemudaratan dalam kehidupan
mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelat. Di akhirat kelak mereka tidak
akan mendapat bagian sedikitpun dari kebaikan. Allah berfirman:
“Mereka
mempelajari sesuatu yang membahayakan mereka dan tidak bermanfaat kepada
mereka, dan sesunguhnya mereka telah mengetahui bagi orang yang membelinya ia
tidak akan memiliki bagian sedikitpun pada akhirat kelak. Dan sungguh amat
buruk apa yang mereka beli dengan diri mereka, seandainya mereka itu
mengetahui”.
Perbuatan sihir merupakan salah
satu dosa besar yang akan membinasakan pelakunya sebagaimana Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam peringatkan dalam sabdanya:
‘Jauhilah
tujuh dosa yang membinasakan! Beliau ditanya” apa saja ya Rasulullah?
Jawab beliau: berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan
Allah kecuali dengan alasan yang haq, memakan harta anak yatim, memakan harta
riba, lari dari medan perang, dan menuduh berzina perepuan-perempuan terhormat
dari kalangan kaum wanita mukmin” [15] HR: Bukhari: 3/1017
(2615) dan Muslim: 1/64 (272).
Bagaimana caranya agar kita
selamat dari gangguan jin?
Pertama adalah
dengan menghafal ayat kursi dan membacanya pada setiap selesai sholat fardhu,
pagi dan sore hari, serta ketika hendak tidur. Sebagaimana telah kita sebutkan
diawal bahasan kita ini tentang kisan Ubay bin Ka’ab t.
Termasuk pula membaca zikir dan
do’a-do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam
berbagai aktifitas, kesempatan dan keadaan. Seperti do’a pagi-sore, do’a ketka
masuk WC, do’a ketika membuka baju, do’a ketika memasuki daerah baru dsb.
Silakan lihat berbagai do’a dan zikir tersebut dalam kitab-kitab do’a yang
telah ditulis oleh para ulama kita.
Kedua
adalah
dengan menghindari sebab-sebab yang mengundang jin untuk berbuat jahat pada
kita. Seperti suka melamun dan kebiasaan-kebiasaan sejenis, serta menjauhi
sikap yang berlebihan dalam bergembera, dalam bersedih, atau terlalu marah dan
terlalu lapar. Karena pada kondisi-kondisi yang kurang stabil tersebut membuat
kita kehilangan konsentrasi sehingga sangat mudah bagi jin untuk masuk
mempengaruhi sikap dan perasaan kita.
Wallahu A’lam
Jawaban atas argumentasi kaum
Mu’tazilah dalam mengingkari tentang kemungkinan jin bisa masuk kedalam tubuh
manusia.
Sesungguhnya orang-orang
Mu’tazilah tidak memiliki satupun dalil dari Al Qur’an dan Sunnah dalam mengingkari
perkara masuknya jin kedalam tubuh manusia, yang menjadi peganggan mereka
hanyalah analogi akal semata yang menyelisihi dalil-dalil syar’i.
Mereka mengatakan bahwa jin
adalah zat yang halus dan lemah tidak memiliki kekuatan apa-apa terhadap
manusia.
Fenomena kesurupan masih
mengundang perdebatan hingga saat ini. Kalangan yang menolak masih menggunakan
alasan klasik yakni "tidak bisa diterima akal". Semoga kajian berikut
bisa membuka kesadaran kita bahwa syariat Islam sejatinya dibangun di atas
dalil bukan penilaian pribadi atau logika orang per orang.
Peristiwa masuknya Jin ke dalam tubuh manusia masih menjadi teka-teki bagi sebagian orang.
Peristiwa yang lebih dikenal dengan istilah kesurupan atau kerasukan Jin ini acap kali menjadi polemik di tengah masyarakat kita yang heterogen. Sehingga sekian persepsi bahkan kontroversi sikap pun meruak dan bermunculan ke permukaan. Ada yang membenarkan dan ada pula yang mengingkari. Bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai perkara dusta dan termasuk dari kesyirikan. Para pembaca mediametafisika.com yang baik hati sebagai muslim sejati yang berupaya meniti jejak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya tentunya prinsip 'berpegang teguh dan merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam berbeda pendapat' haruslah selalu dikedepankan. Sebagaimana bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kalam-Nya nan suci:
"Dan
berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai
berai."
Al-Imam Al-Qurthubi berkata: "Allah Subhanahu wa Ta'ala mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya serta merujuk kepada keduanya ketika terjadi perselisihan. Ia memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al- Qur'an dan As-Sunnah secara keyakinan dan amalan..." Demikianlah timbangan adil yang dijunjung tinggi oleh Islam. Berangkat dari sini maka kami bermaksud menyajikan – di tengah-tengah anda – beberapa sajian ilmiah berupa keterangan atau fatwa dari Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu dan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullahu seputar permasalahan kesurupan atau kerasukan Jin ini.
Dengan harapan ini bisa menjadi pelita dalam gelapnya permasalahan dan pembuka bagi cakrawala berpikir kita semua. Amiin ya Rabbal 'Alamin...Penjelasan Asy-Syaikh Abdul Azizbin Abdullah bin Baz rahimahullahuAsy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu berkata: "Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Shalawat dan salam semoga tercurahkan keharibaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluarganya para shahabatnya dan orang-orang yang haus akan petunjuknya. Amma ba'du:
Pada bulan Sya'ban tahun 1407 H sejumlah surat kabar lokal dan nasional telah memuat berita – ada yang ringkas dan ada yang detail – tentang masuk Islamnya sejumlah Jin di hadapanku di kota Riyadh yang sedang merasuki tubuh salah seorang wanita muslimah. Sebelumnya Jin tersebut telah mengumumkan keislamannya di hadapan saudara Abdullah bin Musyarraf Al-'Amri seorang penduduk kota Riyadh. Setelah dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada wanita yang kerasukan itu dan berdialog dengan Jin itu serta mengingatkan bahwa perbuatannya itu merupakan dosa besar dan kedzaliman yang diharamkan saudara Abdullah pun menyuruhnya agar keluar dari tubuh si wanita. Jin itu pun patuh kemudian menyatakan keislamannya di hadapan saudara Abdullah ini.
Abdullah dan para wali wanita itu ingin membawa si wanita kepadaku agar aku turut menyaksikan keislaman Jin tersebut. Mereka pun datang kepadaku. Aku menanyai Jin tersebut tentang sebab-sebab dia masuk ke dalam tubuh si wanita. Dia pun menceritakan kepadaku beberapa faktor penyebabnya. Dia berbicara melalui mulut si wanita itu akan tetapi suaranya adalah suara seorang laki-laki dan bukan suara wanita yang ketika itu sedang duduk di kursi bersama-sama dengan saudara laki-lakinya saudara perempuannya dan Abdullah bin Musyarraf yang tidak jauh dari tempat dudukku.
Sebagian masyayikh pun menyaksikan kejadian ini dan mendengarkan secara langsung ucapan Jin tersebut yang telah menyatakan keislamannya. Dia menjelaskan bahwa asalnya dari India dan beragama Budha. Aku pun menasehatinya dan berwasiat kepadanya agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan memintanya keluar dari tubuh si wanita serta tidak menzaliminya. Dia pun menyambut ajakanku itu seraya mengatakan: "Aku merasa puas dengan agama Islam. "Aku wasiatkan pula kepadanya agar mengajak kaumnya untuk masuk Islam setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala memberinya hidayah. Dia menjanjikan hal itu lalu ia pun keluar dari tubuh si wanita. Ucapan terakhir yang dia katakan ketika itu: "Assalamu'alaikum". Setelah itu barulah si wanita mulai berbicara dengan suara aslinya dan benar-benar merasakan kesembuhan serta kebugaran pada tubuhnya.
Selang sebulan atau lebih si wanita ini datang kembali kepadaku bersama dua saudara laki-laki paman dan saudarinya. Dia mengabarkan batentangan dengan syariat. Pikirannya selalu condong kepada agama Budha serta antusias untuk mempelajari buku-buku agama tersebut. Kini setelah Allah Shwa keadaannya sehat wal afiat dan syukur alhamdulillah Jin itu tidak mendatanginya lagi. Aku bertanya kepada wanita tersebut tentang kondisinya saat kemasukan Jin. Dia menjawab bahwa saat itu merasa selalu dihantui oleh pikiran-pikiran kotor yang berubhanahu wa Ta'ala menyelamatkannya dari gangguan Jin tersebut sirnalah berbagai pikiran yang menyimpang itu.
Kemudian sampailah berita kepadaku bahwa Asy-Syaikh 'Ali Ath-Thanthawi mengingkari peristiwa ini seraya menyatakan bahwa ini adalah penipuan dan kedustaan. Bisa jadi itu rekayasa rekaman yang dibawa oleh si wanita dan bukan dari ucapan Jin sama sekali. (Seketika itu juga) kuminta kaset rekaman tentang dialogku dengan Jin tersebut. Setelah kudengarkan secara seksama aku pun yakin bahwa suara itu adalah suara Jin. Sungguh aku sangat heran dengan pernyataan yang dilontarkan Asy-Syaikh 'Ali Ath-Thanthawi bahwa itu adalah rekayasa rekaman belaka. Karena aku berulang kali mengajukan pertanyaan kepada Jin tersebut dan dia pun selalu menjawabnya. Bagaimana mungkin akal sehat bisa membenarkan adanya sebuah tape/alat rekam yang bisa ditanya dan bisa menjawab?! Sungguh ini merupakan kesalahan fatal dan statement yang sulit untuk diterima.
Asy-Syaikh 'Ali Ath-Thanthawi juga menyatakan bahwa masuk Islamnya seorang Jin oleh seorang manusia bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang Nabi Sulaiman 'alaihissalam: "Dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku."
Tidak diragukan lagi pernyataan di atas merupakan kesalahan dan pemahaman yang keliru semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberinya hidayah. Masuk Islamnya seorang Jin oleh manusia tidaklah menyelisihi doa Nabi Sulaiman.
Karena sungguh telah banyak Jin yang masuk Islam melalui Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ahqaf dan Al-Jin. Demikian pula telah disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu da dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: "Sesungguhnya setan telah menampakkan diri di hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kekuatan kepadaku untuk menghadapinya {baca: mengalahkannya} sehingga aku dapat mendorongnya dengan kuat. Sungguh sebenarnya aku ingin mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya di pagi harinya. Tapi aku teringat akan ucapan saudaraku Nabi Sulaiman 'alaihissalam: 'Ya Rabbi anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku'. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina."
Demikianlah lafadz yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari. Adapun lafadz Al- Imam Muslim adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya 'Ifrit dari kalangan Jin telah menampakkan diri di hadapanku tadi malam untuk memutus shalatku. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kekuatan kepadaku untuk menghadapinya sehingga aku dapat mendorongnya dengan kuat. Sungguh sebenarnya aku ingin mengikatnya di salah satu tiang masjid hingga kalian semua dapat menontonnya di pagi harinya. Tapi aku teringat akan ucapan saudaraku Nabi Sulaiman 'alaihissalam: 'Ya Rabbi anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku'. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina."
Para pembaca yang budiman peristiwa masuknya Jin ke dalam tubuh manusia hingga membuatnya kesurupan telah ada keterangannya di dalam Kitabullah Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ijma' umat ini. Maka tidak bisa dibenarkan bagi orang yang tergolong intelek untuk mengingkarinya tanpa berlandaskan ilmu dan petunjuk ilahi. Bahkan karena semata-mata taqlid kepada sebagian ahli bid'ah yang berseberangan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Wallahul musta'an walaa haula walaa quwwata illa billah.
Akan aku sajikan untuk anda – wahai pembaca – beberapa perkataan ahlul ilmi tentang masalah ini insya Allah.
Berikut ini pernyataan para mufassir berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Orang-orang yang makan riba itu tidaklah berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran penyakit gila." (QS al-Baqarah 2:275)
Al-Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata: "Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah orang yang kesurupan di dunia yang mana setan merasukinya hingga menjadi gila {rusak akalnya}." Al-Imam Al-Baghawi berkata tentang makna al-massu: "Yaitu gila/hilang akal. Seseorang disebut Ù…َÙ…ْسُÙˆْسٌ jika dia menjadi gila atau rusak akalnya."Al-Imam Ibnu Katsir berkata: "Orang-orang pemakan riba itu tidaklah dibangkitkan dari kubur mereka di hari kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan saat setan merasukinya yaitu berdiri dalam keadaan sempoyongan. Shahabat Abdullah bin 'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: 'Seorang pemakan riba akan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan gila.' Seperti itu pula yang diriwayatkannya dari Auf bin Malik Sa'id bin Jubair As-Suddi Rabi' bin Anas Qatadah dan Muqatil bin Hayyan. "Al-Imam Al-Qurthubi berkata: "Di dalam ayat ini terdapat argumen tentang rusaknya pendapat orang yang mengingkari adanya kesurupan Jin. Juga argumen tentang rusaknya anggapan bahwa itu hanyalah proses alamiah yang terjadi pada tubuh manusia serta rusaknya anggapan bahwa setan tidak dapat merasuki tubuh manusia."
Perkataan para ahli tafsir yang semakna dengan ini cukup banyak. Barangsiapa yang mencari insyaAllah akan mendapatkannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dalam kitabnya Idhah Ad-Dilalah Fi 'Umumir Risalah Lits-tsaqalain yang terdapat dalam Majmu' Fatawa – setelah berbicara beberapa hal – berkata: "Oleh karena itu sekelompok orang dari kalangan Mu'tazilah semacam Al-Jubba'i Abu Bakr Ar-Razi dan yang semisalnya mengingkari peristiwa masuknya Jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan namun tidak mengingkari adanya Jin. Hal itu karena dalil dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang peristiwa masuknya Jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan tidak sejelas dalil yang menunjukkan tentang adanya Jin walaupun sesungguhnya mereka itu keliru. Karena itu Al-Imam Abul Hasan Al-Asy'ari menyebutkan dalam Maqalat Ahlis Sunnah Wal Jama'ah bahwasanya mereka {yakni Ahlus Sunnah} menyatakan: "Sesungguhnya Jin itu dapat masuk ke dalam tubuh orang yang kesurupan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Orang-orang yang makan riba itu tidaklah berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran penyakit gila."
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal rahimahumallahu berkata: "Aku pernah berkata pada ayahku: 'Sesungguhnya ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa Jin itu tidak dapat masuk ke dalam tubuh manusia.' Maka ayahku berkata: 'Wahai anakku mereka itu berdusta. Bahkan Jin dapat berbicara melalui mulut orang yang kesurupan.'
Permasalahan ini telah dijelaskan secara panjang lebar pada tempatnya."Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dalam Majmu' Fatawa juga mengatakan: "Keberadaan Jin merupakan perkara yang benar menurut Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta kesepakatan salaful ummah {para pendahulu umat ini} dan para ulamanya. Demikian pula masuknya Jin ke dalam tubuh manusia juga merupakan perkara yang benar sesuai dengan kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang makan riba itu tidaklah dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran penyakit gila."
Di dalam kitab Ash-Shahih dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: "Sesungguhnya setan itu dapat berjalan pada tubuh anak cucu Adam melalui aliran darah." {HR.Al-Bukhari Kitab Al-Ahkam no. 7171 dan Muslim Kitab As-Salam no. 2175}
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal rahimahumallahu berkata: "Aku pernah berkata pada ayahku: 'Sesungguhnya ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa Jin itu tidak dapat masuk ke dalam tubuh manusia.' Maka ayahku berkata: 'Wahai anakku mereka itu berdusta. Bahkan Jin dapat berbicara melalui mulut orang yang kesurupan. 'Apa yang Al-Imam Ahmad katakan ini adalah perkara yang masyhur. Sangat mungkin seseorang yang mengalami kesurupan berbicara dengan sesuatu yang tidak dipahaminya. Ketika tubuhnya dipukul dengan keras pun ia tidak merasakannya. Padahal bila pukulan itu ditimpakan kepada unta jantan niscaya akan kesakitan. Sebagaimana ia tidak menyadari pula apa yang diucapkannya. Seorang yang kesurupan terkadang dapat menarik tubuh orang lain yang sehat.
Dia juga dapat menarik alas duduk yang didudukinya serta dapat memindahkan berbagai macam benda dari satu tempat ke tempat yang lain dan sebagainya. Siapa saja yang menyaksikannya niscaya meyakini bahwa yang berbicara melalui mulut orang yang kesurupan itu dan yang menggerakkan benda-benda tadi bukanlah diri orang yang kesurupan tersebut. Tidak ada para imam yang mengingkari masuknya Jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Barangsiapa mengklaim bahwa syariat ini telah mendustakan peristiwa tersebut berarti dia telah berdusta atas nama syariat. Dan sesungguhnya tidak ada dalil-dalil syar'i yang menafikannya."-sekian nukilan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-
Berikut beberapa catatan yang
bisa kita jadikan bahan pertimbangan untuk membuat kesimpulan yang lebih benar:
Pertama,
terdapat banyak dalil dari Alquran dan hadis yang menggambarkan keberadaan
penyakit kesurupan jin. Diantaranya,
1. Allah berfirman, menceritakan
keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan,
“Orang-orang
yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)
Keterangan Ibnu Katsir,
“Maksud
ayat, pemakan riba tidak akan dibangkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat
kecuali seperti bangkitnya orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Karena dia
berdiri dengan cara tidak benar. Ibnu Abbas mengatakan, “Pemakan riba,
dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang gila yang tercekik.”
(Tafsir Ibn Katsir, 1:708).
Terkait fenomena al-Qurtubi
menegaskan, “Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang terhadap fenomena
kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu hanya murni
penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh tubuh
manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.” (Tafsir a-Qurtubi, 3:355)
2. Disebutkan dalam hadis dari
Abul Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
tertimpa benda keras, aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku
berlindung kepada-Mu dari tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu
dari keadaan setan merasuki badanku ketika mendekati kematian…” (HR. Nasai
5533 dan dishahihkan al-Albani)
Al-Munawi menjelaskan,
“…setan merasuki badanku ketika
mendekati kematian…”: dengan gangguan yang yang bisa menggelincirkan kaki,
merasuki akal dan pemikiran. Terkadang setan menguasai seseorang ketika hendak
meninggal dunia, sehingga dia bisa menyesatkannya dan menghalanginya untuk
bertaubat… (Faidhul Qadir, 2:148)
Kedua, kesurupan,
dengan jin masuk ke tubuh manusia adalah kejadian yang hakiki, kenyataan dan
bukan khayalan.
Abdullah bin Imam Ahmad pernah
bertanya kepada ayahnya, “Sesungguhnya ada beberapa orang yang berpendapat,
bahwa jin tidak bisa masuk ke badan manusia.”
Imam Ahmad menjawab, “Wahai anakku, mereka dusta. Jin itulah yang
berbicara dengan lisan orang yang dirasuki.”
Setelah membawakan keterangan
ini, Syaikhul Islam memberi komentar, “Apa yang disampaikan Imam Ahmad adalah
masalah yang terkenal di masyarakat. Orang yang kerasukan berbicara dengan
bahasa yang tidak bisa dipahami maknanya. Terkadang dia dipukul sangat keras,
andaikan dipukulkan ke onta, pasti akan menimbulkan sakit. Meskipun demikian,
orang yang kesurupan tidak merasakan pukulan dan tidak menyadari ucapan yang
dia sampaikan.”
Beliau juga menegaskan,
Orang yang menyaksikan kejadian
kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa yang bicara
dengan lidah manusia dan yang menggerakkan badannya adalah makhluk lain, selain
manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).
Ketiga, ulama
sepakat, jin bisa merasuki tubuh manusia
Hal ini sebagaimana ditegaskan
Syaikhul Islam dalam fatwanya, “Tidak ada satupun ulama islam yang mengingkari
jin bisa masuk ke badan orang yang kesurupan dan lainnya. Orang yang
mengingkari hal ini dan mengklaim bahwa syariat mendustakan anggapan jin bisa
masuk ke badan manusia, berarti dia telah berdusta atas nama syariah. Karena
tidak ada satupun dalil syariat yang membantah hal itu.” (Majmu’ al-Fatawa,
24:277).
Keempat, sebab
terjadinya kesurupan
Syaikhul Islam menjelaskan, “Jin
yang merasuki manusia bisa saja terjadi karena dorongan syahwat atau hawa nafsu
atau karena jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan
manusia…”
“Bisa juga terjadi karena
kebencian atau kedzaliman (yang dilakukan manusia), misalnya ada orang yang
mengganggu jin atau jin mengira ada seseorang yang sengaja mengganggu mereka,
baik dengan mengencingi jin atau membuang air panas ke arah jin atau membunuh
sebagian jin, meskipun si manusia sendiri tidak mengetahuinya. Namun jin juga
bodoh dan dzalim, sehingga dia membalas kesalahan manusia dengan kedzaliman
melebihi yang dia terima. Terkadang juga motivasinya hanya sebatas main-main
atau mengganggu manusia, sebagaimana yang dilakukan orang jelek di kalangan
manusia.” (Majmu’ al-Fatawa, 19:39).
Kesimpulan:
Fenomena kerasukan jin adalah
kenyataan yang tidak mungkin dibantah. Di samping kejadian di lapangan, realita
ini juga dibuktikan dengan dalil Alquran, hadis dan kesepakatan ulama.
Satu-satunya golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah, dan para
pemuja akal sederhana yang mengikuti jejaknya. Ada banyak sebab, mengapa jin
merasuk ke dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya,
karena kebencian.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa motivasi dan sugesti rentan pula terhadap masuknya bisikan
sisi iblis, ia bisa jadi media yang baik buat Iblis dan jin untuk menyesatkan
manusia, berbeda dengan teknik orang khusus yang memahami hikmah, syariat agama
dan nash yang termaktum didalam keimanan dan ketaqwaannya dalam keadaannya yang
ihsan, kunci semua itu karena berbeda antara hati yang hampir bersih tanpa
tutupan dengan hati yang kotor karena pengaruh nilai-nilai keiblisan/kesesatan.
Bisa
jadi hulul adalah bentuk masuknya sugesti hingga menguasai alam bawah sadarnya
menjadikannya sebuah keyakinan yang utuh dan padahal menjadi media penyesatan
oleh Iblis kepadanya. Bisa dikatakan Syetan dan Jin yang menggodanya adalah
Setan dan Jin high class yang mempunyai jam terbang tinggi.
Dari
contoh hipnotis ini, walau tidak menjelaskan menyeluruh, kita juga bisa melihat
nilai karomah seseorang yang sebenar-benarnya karomah, berbeda dengan
karomah-karomahan pengaruh sugesti dan motivasi dan sebab lainnya saja.
Sesungguhnya, manusia sendirilah
yang acapkali menjerumuskan dirinya dalam bahaya. Menyimpang dari petunjuk
Allah, membawa konsekuensi yang harus dibayar mahal oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia, dan kerugiannya dari memperoleh ridha Allah dan
nikmat-Nya di akhirat. Di antara bahaya yang akan menimpa diri manusia sendiri
adalah ketika dia membuka pintu yang akan menghubungkan dirinya dengan
setan-setan dan jin-jin jahat yang, dengan satu dan lain jalan yang sangat
berbahaya, jin-jin dan setan-setan itu dapat menguasai dirinya. jalan-jalan
berbahaya tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Godaan (an-nazgh), yaitu waswas yang berbahaya, yang kadang-kadang mengantarkan seseorang pada keraguan dan kerusakan akidah. Karena itu Allah SWT berfirman, Dan ketika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-A'raf: 200).
2. Bisikan Setan (al-hamaz), yaitu penguasaan setan atas diri manusia dengan membuatnya tidak sadar. Rasulullah saw. selalu memohon perlindungan kepada Allah darinya, seraya menjelaskan makna "godaan setan" tersebut dengan, "Sesuatu yang mematikan yang dapat menimpa Anak Adam." Yakni, kondisi kesurupan saat jin masuk kedalam diri seseorang. Terhadap bahaya yang ini, Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya yang berbunyi, Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung pula kepada-Mu, wahai Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku" (QS. Al-Mu'minun: 97-98).
3. Tiupan (an-nafkh), yaitu takabur dan pongah, serta menyombongkan diri terhadap makhluk-makhluk Allah lainnya. Ini merupakan pintu yang sangat mudah dimasuki setan-setan kuat. Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Ummu Salamah, selalu memohon perlindungan kepada Allah dari hal itu. Ummu Salamah mengatakan, "Apabila Rasulullah saw. bangun malam, beliau selalu berdoa, 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan yang terkutuk: dari bisikan, hembusan dan tiupannya."' Dalam riwayat yang lain, para sahabat bertanya kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan bisikan, hembusan dan tiupan setan itu?" Nabi saw. menjawab, "Yang dimaksud dengan bisikan adalah sesuatu yang mematikan, yang bisa menimpa seseorang. Sedangkan tiupannya adalah takabur, dan hembusannya adalah syair."
4. Hembusan (an-nafts), yaitu syair yang buruk, atau ucapan-ucapan kotor yang biasa digunakan oleh para sastrawan untuk membangkitkan naluri dan bukan emosi (keindahan). Dengan syair-syair tersebut mereka mengobarkan birahi, dan bukan menonjolkan keindahan isi syair.
5. Kehadiran Jin atau Setan (al-hudhur), yaitu hadirnya setan dirumah-rumah yang dapat menghilangkan berkah dan menyebabkan malaikat tidak mau datang. Lazimnya, hal ini tidak terjadi kecuali dengan adanya perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syariat Allah, semisal menggantungkan gambar-gambar makhluk hidup, meletakkan patung-patung, memelihara anjing, minum khamr, menyelenggarakan pesta-pesta dansa, dan hal-hal yang sejenis itu yang lazimnya dilakukan di bawah selubung modernisasi.
6. Sentuhan Setan (al-mass), yaitu bisikan setan yang sampai pada tingkat sangat berbahaya. Sebab, lazimnya, la berusaha untuk menguasai diri seseorang secara amat buruk. Misalnya, jin mengeram dalam perut atau dada seorang laki-laki. Tentang ini Allah SWT mengungkapkan dengan firman-Nya yang berbunyi, Orang-orang yang makan riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila …… (QS. Al-Baqarah: 275).
7. Kesenangan Jin atau Setan (al-istimta'), yaitu sesuatu yang di jelaskan Allah SWT melalui firman-Nya yang berbunyi, Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman), "Wahai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia, " lalu berkatalah kawan-kawan mereka, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain, dan kami telah sampai pada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami. " Allah berfirman, "Nerakalah tempat tinggalmu, dan kamu sekalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)." Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-An'am: 128).
8. Waswas (al-waswasah), yaitu pendamping (Qarin) atau sahabat jahat manusia. la ada secara nyata pada manusia, yang berusaha memperlihatkan kebatilan sebagai sesuatu yang indah, kejahatan dan dosa sebagai sesuatu yang menarik untuk dikerjakan. Biasanya, jika jin atau setan tidak memperoleh izin dari Anda (sehingga Anda mau melakukan kemaksiatan), maka dia mendatangi pendamping-jahat Anda. Dia adalah pelaksana yang baik untuk membujuk Anda, atau bahkan orang selain Anda, yang sedang berada dalam kebenaran. Terhadap jenis ini, Allah SWT berfirman, …. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu (QS. Al-An'am: 121).
9. (al-'uzz). Hasutan lazimnya, atau sebagaimana yang difirmankan Allah, setan atau jin selalu menghasut orang-orang kafir. Allah SWT berfirman, Tidakkah kamu lihat bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka agar berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh (QS. Maryam: 83). Karena itu hendaknya tidak ada di antara kita yang mengatakan, sebagaimana yang pernah diucapkan para ulama' dan bukan oleh orang-orang awam, bahwa kekafiran itu tidak ada setannya. Sebab, diri mereka sendiri (orang-orang kafir) sudah cukup untuk menyebabkan kekafirannya. Tidak demikian. Sebab, nash di atas menegaskan bahwa setan-setan pun menghasut orang-orang kafir. Mereka (setan-setan) mengobarkan rasa benci terhadap Islam dan kaum Muslimin, menghalalkan pelecehan hal-hal yang disucikan, membolehkan penumpahan darah, dan merampas harta-harta mereka.
10. (at-tanazzul). Turunnya Setan, yaitu sejenis kedatangan setan yang sangat mengagumkan. la bisa terjadi pada seorang Muslim atau kafir. Dalam nisbatnya dengan seorang kafir, hal itu sudah merupakan, sesuatu yang biasa. Akan tetapi dalam hubungannya dengan seorang Muslim, maka hal itu terjadi saat dia lalai dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran agamanya, dan senang melakukan kebohongan dan kesesatan. Atau, mengucapkan kalimat-kalimat yang mendorong terjadinya kekafiran dan penentangan terhadap Allah dan peraturan-peraturan-Nya. Allah SWT berfirman, Maukah kamu sekalian Aku beritahu tentang orang-orang yang kepada mereka setan-setan turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta dan orang yang banyak berdosa (QS. Asy-Syu'ara : 221-222).
11. Mengobarkan Nafsu Syahwat (al-istihwa), yaitu pengaruh setan dalam diri manusia yang di situ setan mendorong manusia untuk memperturutkan nafsu dan syahwatnya. Allah SWT berfirman, Seperti orang yang telah disesatkan setan di bumi ini dalam keadaan bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Marilah, ikuti kami" (QS. Al-An'am: 71).
12. Lupa (ath-tha'if), yaitu sejenis waswas yang gelap dan menyihir, semisal tiba-tiba saja hati Anda ingin melakukan perbuatan buruk, atau lupa jumlah rakaat ketika Anda melakukan shalat. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was was (tha'if) dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. AI-A'raf. 201).
Dan Allah S.W.T. berfirman kepada
iblis “Kenapa kau tidak melakukan apa yang kuperintahkan? Kenapa kau tidak
menyembah Adam ketika Aku menyuruhmu bersujud?” Ngomong-ngomong, sujud ini
bukan berarti menyembah, sujud disini sekedar untuk menghormati Adam. Tapi
iblis berkata “Tidak, aku lebih baik darinya! Kau menciptakanku dari api dan
kau menciptakan dia dari tanah!” Inilah rasisme pertama yang pernah terjadi.
Dapatkah kau membayangkan hal
ini? Kita mendengar kisah ini seakan-akan sebuah dongeng, bayangkan, menolak
perintah Allah S.W.T. tepat di hadapan-Nya!
Dalam Al-Qur’an, Allah
menjelaskan bahwa iblis menolak secara sadar, jadi jangan berpikir bahwa iblis
tidak bisa bersujud, dia bisa bersujud tapi secara sadar menolaknya. Sama
seperti halnya manusia, kita juga punya pilihan, dan jika kita menolak, hal itu
dikarenakan kita memilihnya. Namun dalam ilmuNya, Allah telah mengetahui hal
ini jauh sebelumnya dan membiarkannya terjadi sebagaimana hal ini pada keadaan
waktu tersebut yang kelak akan membawa kepada hikmah-hikmah penciptaan dan
hikmah-hikmah lainnya, karenanya Allah punya kehendak yang panjang terhadap
keadaan ini dengan termaksud rentetan peristiwanya kelak, penciptaan nabi Adam
as hingga sekarang dan akan datang, ya bukan seakan-akan lagi tapi Allah
mempermudah rentetan takdir ini. Sebagaimana sebelum menciptakan alam semesta,
Allah telah mengetahui dengan ilmu-Nya yang qadim, bahwa Dia akan menciptakan
udara, dan akan menciptakan langit di atas udara tersebut, dan akan menciptakan
laut dari air, dan akan menciptakan roda diatasnya sebagai kendaraan bagi
matahari yang menyinari dunia.
Dia menolak karena keangkuhannya
yang membuatnya menjadi kafir dan menyembunyikan kebenaran. Secara harfiah,
kata kafir berarti menyembunyikan kebenaran dan menutup-nutupinya. Jadi dia
menolak kebenaran meskipun dia mengetahui kebenaran tersebut.
Allah berfirman “Wahai iblis, apa
yang membuatmu tidak mau bersujud kepada makhluk yang telah Aku ciptakan
sendiri?” Dan apa jawaban iblis? “Aku lebih baik darinya karena Kau membuatku
dari api! Kau membuatnya dari tanah! Derajatku lebih tinggi.” Allah kemudian
berfirman padanya “Baiklah, apakah kau yakin dengan keputusanmu?” Dia berkata
“Aku yakin.” Allah menanyakannya lagi dan dia tetap mengulang jawaban yang
sama. Kemudian Allah akhirnya berfirman “Aku yang telah menciptakannya dan
Akulah yang memerintahkanmu, kau telah melanggar perintah-Ku dengan sombong di hadapan-Ku.”
Kau dikutuk, kau setan adalah makhluk yang terkutuk.”
Hal yang menarik terjadi. Setan mengangkat kedua tangannya dan dia memohon kepada Allah S.W.T. Apa arti permohonan kepada Allah dalam bahasa Arab? Kita menyebutnya do’a. Dia berdo’a kepada Allah S.W.T. dan berkata “Berikanlah aku penangguhan waktu hingga hari kiamat.” Dan Allah S.W.T. berfirman “Kau mendapatkan apa yang kau inginkan.”
Sebagian dari kita kadang merasa
telah melakukan banyak dosa, sehingga tidak mungkin Allah akan menjawab do’a
kita. Tapi lihatlah setan. Dia dengan jelas tidak menuruti perintah Allah, dan
langsung meminta kepada Allah S.W.T. dan Allah mengabulkan do’anya. Allah
berfirman “Tidak ada siapapun yang jauh dari Allah S.W.T. untuk meminta
apapun." Jika setan dapat melakukannya, maka kalian juga dapat
melakukannya, dan Allah akan mengabulkan do’a kalian.
Kemudian iblis setelah
mendapatkan apa yang dia mau, dia menantang Allah S.W.T. “Demi kuasa dan demi
kekuatan-Mu, aku akan membuat mereka (manusia) tersesat.” Allahuakbar! Ini sama
saja seperti mengatakan “Aku percaya pada-Mu. Kau lebih kuat daripadaku dan kau
Maha Kuasa, aku tahu itu, tapi apa yang telah Kau lakukan akan kuhancurkan.”
Allah kemudian berfirman padanya “Apakah kau ingin menyesatkan mereka? Itukah
tantangannya? Baiklah jika kau ingin menyesatkan mereka.” Iblis berkata “Aku
akan membuat semua keturunan Adam tersesat.” Allah berfirman “Silahkan,
naikilah mereka jika kau dapat melakukannya." Jadi layaknya seorang joki
piawai yang dapat mengendalikan kudanya. Allah berfirman “Jadilah joki yang
baik dan naikilah siapapun yang ingin menjadi kudamu, dan cobalah sesatkan
mereka dengan suaramu. Dan cobalah untuk menipu mereka dengan
materialisme."
Dengan kata lain, gunakan harta
mereka untuk menyesatkan mereka, dan berikan mereka janji palsu. Allah
berfirman ada tipu daya di balik kata-kata setan. Allah kemudian berfirman
“Tapi kau tidak akan mempunyai kekuatan atas hamba-hamba-Ku yang sejati.”
Kemudian iblis menjawab “Baiklah, aku akan membuat mereka semua tersesat
kecuali hamba-hamba-Mu yang taat.”
Saudara dan saudariku, itulah
satu-satunya manusia dimana iblis tidak mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhinya, seseorang yang hatinya benar-benar ikhlas hanya untuk Allah
S.W.T.
Bahwa jin atau setan itu ada yang
laki dan ada yang perempuan dan mereka sama dengan kita, kawin dan bercampur
antara laki laki dan perempuan. Dalilnya Al Qur’an (yang artinya) :
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki diantara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al Jin : 6)
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki diantara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al Jin : 6)
[QS 16:72] Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari ni’mat Allah?”
Juga hadits yang merupakan do’a
yang kita baca ketika masuk WC (yang artinya) : “Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari jin yang laki laki dan yang
perempuan”.
Bangsa jin itu juga makan seperti kita, hanya saja makanannya tidak sama dengan makanan kita dan adakalanya dia mencuri makanan kita sebagaimana setan mencuri makanan zakat dari Abu Hurairah yang diperintah oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaganya, disebutkan makanan jin diantaranya adalah tulang dan kotoran, makanan manusia yang tidak menyebut nama Allah, dan minuman yang terlarang.
Diriwayatkan dari Al-A’masy
beliau berkata: “Jin pernah datang menemuiku lalu kutanya: ‘Makanan apa yang
kalian sukai?’ Dia menjawab: ‘Nasi.’ maka kubawakan nasi untuk dan aku melihat
sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat siapa-siapa. Kemudian aku
bertanya: ‘Adakah di tengah-tengah kalian para pengikut hawa nafsu (**) seperti
yang ada di tengah-tengah kami?’ Dia menjawab: ‘Ya., ‘Bagaimana keadaan
golongan Rafidhah yang ada di tengah kalian?” tanyaku. Dia menjawab: ‘Merekalah
yang paling jelek di antara kami’.”
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Aku perlihatkan sanad riwayat ini pada guru kami Al-Hafizh Abul Hajjaj Al-Mizzi dan beliau mengatakan: ‘Sanad riwayat ini shahih sampai Al-A’masy’.”
Setan juga bermalam dan bertempat
tinggal, ada kalanya mereka tinggal di rumah rumah kita. Untuk itulah perlu
membaca do’a ketika masuk rumah agar setan tidak bermalam di rumah kita.
Dalilnya adalah hadits dalam Shahih Muslim no. 2018 (yang artinya) : “Bila seseorang masuk rumahnya, lalu
menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan berkata (kepada
kelompoknya) : Tidak ada penginapan bagi kamu dan tidak ada makanan malam bagi
kamu. Jika seseorang itu masuk rumahnya dan tidak menyebut nama Allah, maka
setan berkata (kepada kelompoknya) : Kamu mendapatkan penginapan. Dan jika
seseorang tidak menyebut nama Allah ketika makan, maka setan berkata (kepada
kelompoknya) : Kamu akan mendapatkan penginapan dan makanan untuk malam.”
Sebagian sahabat pasti pernah
terbersit pertanyaan tentang benar atau tidaknya Nabi dari kaum Jin. Sebagian
menjawab tidak ada dan sebagian menjawab ada. Kedua kelompok yang berbeda
pendapat tersebut juga mengemukakan pendapatnya dengan dalil yang sama kuat.
Mari kita diskusikan bersama-sama dengan hati dan pikiran yang jernih. Mari
kita maksimalkan akal (hati dan pikiran dalam satu tarikan nafas) kita dalam
memahami ilmu Alloh yang sangat luas.
Sahabat sekalian, dalam hal ini yuuk kita baca ayat-ayat Alloh yaitu al Qur’an al Karim tentang utusan Alloh. Di dalam beberapa ayat, Alloh memang mengatakan bahwa Dia mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat. Kata ‘umat’ disini apakah umat manusia atau apakah umat jin? Sungguh pertanyaan yang sulit dijawab.
Qs. An Nahl: 36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",…
Qs. Yunus: 47. Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
Saya lantas membuka kata-kata mutiara salah satu sahabat Rasululloh Muhammad yang sekaligus sepupu dan menantu nabi. Di dalam kata-kata mutiara Ali bin Abi Thalib dikatakan bahwa Alloh mengutus rasul-rasulNya kepada golongan jin dan manusia. Alloh juga tidak pernah membiarkan makhlukNya tanpa kehadiran seorang nabi yang diutus.
“Dialah (Alloh) yang menempatkan makhluk-makhlukNya di dunia. Dia mengutus rasul-rasulNya kepada golongan jin dan manusia supaya menyingkapkan kepada mereka penutupnya.” (Ali bin Abi Thalib)
“Alloh tidak pernah membiarkan makhluk-makhlukNya tanpa kehadiran seorang nabi yang diutus, kitab yang diturunkan, hujah yang kukuh, atau tujuan yang jelas. Para rasul tidak pernah merasa lemah karena sedikitnya bilangan mereka dan banyaknya orang-orang yang mendustakan mereka.” (Ali bin abi Thalib)
Ada dua kata kunci disini yaitu ‘umat’ dan ‘makhluk’. Menurut sahabat, apakah masih adakah kemungkinan bahwa ada nabi dan rasul dari golongan jin? Jika kita membuka Wikipedia online maka kita akan memperoleh arti kata ‘uma’ yaitu sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti: "masyarakat" atau "bangsa". Kata tersebut berasal dari kata amma-yaummu, yang dapat berarti: "menuju", "menumpu", atau "meneladani".
Dari akar kata yang sama, terbentuk pula kata: um yang berarti "ibu", dan imam yang berarti "pemimpin". Sedangkan kata ‘makhluk’ adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan", sebagai lawan kata Kholik —"yang menciptakan." Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Selain itu, "makhluk" juga dapat merujuk pada makhluk ‘halus’, yaitu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat ghaib seperti setan, jin, atau iblis dan Malaikat.
Dari penjelasan tersebut, bisakah sekarang kita mengatakan bahwa ‘makhluk’ atau ‘umat’ yang dikatakan oleh Qur’an dan Ali bin Abi Thalib tersebut kita tujukan kepada kaum jin?
Aaah, ayat-ayat tersebut hanya mengatakan tentang umat manusia. Bukan umat jin. Mungkin kalimat tersebut terbersit juga di benak para sahabat. Kalau begitu mari kita ‘jalan-jalan’ lagi menyusuri ayat-ayat Alloh. Sekarang kita berhenti sejenak pada suroh al-An’aam 130: Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.
Di ayat ini Alloh bertanya kepada golongan jin dan manusia tentang apakah belum datang kepada masing-masing golongan tersebut rasul-rasul dari golongan mereka sendiri. Seorang rasul- rasul yang menyampaikan ayat-ayat Alloh.
Jika memang benar bahwa ada nabi atau rasul dari golongan jin, lantas kenapa penutup para nabi-nabi dan rasul Alloh dari golongan manusia? Jawabannya adalah kalau nabi atau rasul terakhir dari golongan jin, tentu akan ribet sekali bagi manusia karena manusia tidak bisa melihat jin dan tidak bisa memasuki alam jin. Tapi jika nabi dan rasul terakhir dari golongan manusia, maka jin lebih mudah mengakses dakwah manusia karena para jin bisa dengan mudahnya memasuki alam manusia. Dan misi dari nabi penutup adalah membawa rahmat bagi semesta alam.
Dakwah yang diemban Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dakwah yang universal tidak terbatas
kepada kaum tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum jin pun menjadi
bagian dari sasaran dakwahnya.
Al-Qur`an telah mengabarkan
kepada kita bahwa sekelompok kaum jin mendengarkan Al-Qur`an sebagaimana
tertera dalam surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita
Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberitahukan yang demikian itu. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakanlah : ‘Telah diwahyukan kepadaku
bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan Al-Qur`an lalu mereka berkata:
‘Sesungguh kami telah mendengarkan Al-Qur`an yang menakjubkan’” dan seterusnya.
Tujuan dari itu semua adalah agar
manusia mengetahui ihwal kaum jin bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus kepada segenap manusia dan jin. Di dalam terdapat petunjuk bagi manusia
dan jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni beriman kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala Rasul-Nya dan hari akhir. Juga taat kepada Rasul-Nya dan larangan
dari melakukan kesyirikan dengan jin.
Jika jin itu sebagai makhluk
hidup berakal dan dibebani perintah dan larangan maka mereka akan mendapatkan
pahala dan siksa. Bahkan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diutus
kepada mereka maka wajib atas seorang muslim untuk memberlakukan di
tengah-tengah mereka seperti apa yang berlaku di tengah-tengah manusia berupa
amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah seperti yang telah disyariatkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Juga seperti yg telah diserukan dan
dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas mereka. Bila mereka menyakiti
maka hadapilah serangan seperti saat membendung serangan manusia.
Mendakwahi kaum jin tidaklah
mengharuskan seseorang untuk terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan
mereka serta bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah
diperintahkan. Sebab lewat majelis-majelis ta’lim dan kegiatan dakwah lain yang
dilakukan di tengah-tengah manusia berarti juga telah mendakwahi mereka.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi
rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu
tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal
tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadiri kecuali di antara ada yang
mengganggu dan ada setan-setan.
Apakah
jin sebelum kekhalifahan manusia pernah membuat kekhalifahan jin di bumi (Nisnas),
sama halnya dengan pertanyaan siapa nama nabi-nabi jin, hal tersebut adalah
tabir, demikian pula masalah apakah dahulu bangsa jin pernah membuat
kekhalifahan, anggaplah tabir karena hal ini tidak banyak dijelaskan didalam
nash, dan juga ditinjau dari sisi lain, kedua hal ini kurang manfaatnya untuk
diketahui oleh manusia.
Seperti halnya Manusia (bani
Adama), manusia berasal dari keturunan Nabi Adam a.s dan Siti Hawa. Iblis itu
adalah rajanya setan. Dia berasal dari golongan Jin, yang fasik dari perintah
Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah berfirman : "Dan ketika kami berkata kepada malaikat “Sujudlah kalian kepada
Adam” maka mereka bersujud kecuali iblis, yang tidak mau dan berlaku sombong
dan dia termasuk dari orang orang kafir” [Q.S Al baqoroh ayat :34]
Dan kata kata sombongnya itu termaktub dalam surat Al A’rof ayat 12 ketika Alloh menanyainya mengapa ia tak mau bersujud kepada Adam : Iblis berkata “Aku lebih baik darinya, Engkau ya Alloh menciptakan aku dari api sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah”
Iblis adalah nenek moyang para setan. Dan ia akan kekal sampai hari kiamat. Dengan bukti bahwasannya dia meminta dispensasi untuk di kekalkan sampai hari kiamat. Dan Allah mengkabulkannya.
Iblis berkata :”Beri tangguhlah aku hingga hari pembalasan”
Allah berfirman : ”Sesungguhnya engkau termasuk dari mereka yang diberi tangguhan” [Al A'rof : 14 -15]
Jin adalah suatu makhluk yang hidup di alam tersendiri yang bukan alam manusia dan bukan pula alam malaikat. Jin bisa melihat manusia tetapi manusia tidak dapat melihat jin (dalam wujud aslinya) kecuali Nabi. Allah berfirman: “Sesungguhnya ia dan kawan-kawannya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Qs. Al-A’raf: 27)
Sedangkan Jin adalah Jenis diantara jenis jenis makhluk Alloh. Seperti halnya manusia, jin makan, minum, menikah, memiliki agama dan selainnya. Namun, jin diberi kelebihan oleh Alloh untuk dapat menyerupai makhlukNya yang lain. Jin bisa menyerupa sebagai hewan. Jin bisa menyerupa sebagai manusia. Bahkan benda matipun bisa di serupa. Singkatnya, beda antara jin dan manusia adalah kalau jin itu makhluk halus karena indra kita tak dapat meraba mereka. Sedang manusia adalah makhluk kasar, yang satu dengan lainnya bisa meraba. Lebih lanjut, baca surah Al Jin, juz 29 pertengahan.
Jin diciptakan oleh Allah dari api. Allah berfirman : “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Qs. Al-Hijr: 27)
Sedangkan syaitan ialah jin yang durhaka. Dinamakan syaitan karena durhaka dan memberontak kepada perintah Allah Ta’ala. Dan Iblis adalah biangnya syaitan.
Namun apakah iblis ini merupakan cikal bakal (nenek moyang) jin? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa: “Iblis merupakan cikal bakal jin.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah jid. IV)
Diantara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir seperti halnya manusia, berdasarkan al-Quran surah al-Jin.
“...dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (Al-Jin 72:11)”
dan “ ...dan sesungguhnya di antara kami ada jin-jin yang taat dan ada jin-jin yang menyimpang.” (Al Jiin 72:14) ”
Kalangan bangsa jin juga ada yang menganut ateis, menyembah matahari, bahkan menyembah sesama jin, animisme, dinamisme, namun ada juga yang beragama Majusi, Yahudi, dan Nasrani. Hal ini sebagaimana layaknya manusia yang memiliki keyakinan dan aqidah yang berbeda-beda.
Yang jelas, Al-Qur’an al-Karim mengatakan : “Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.” (Qs. Al-Kahfi: 50)
Istilah syaiton juga kadang disebutkan untuk memberikan sifat kepada manusia dan jin yang durhaka dan suka mengganggu manusia lain.
Allah berfirman : “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (Qs. An-Nas: 4-6)
Jin dan Manusia semuanya takkan kekal di dunia. Jin layaknya manusia yang kan menemui ajalnya, dan yang takkan mati dan dikekalkan sampai hari kiamat adalah raja mereka. Yang akan selalu menggoda manusia dan menyesatkannya baik dari depan, belakang, samping kanan maupun samping kiri yaitu Iblis (Nenek Moyangnya Jin).
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.”
Allah berfirman: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.
Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (Shaad 38:71-85)
Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al Hijr 15:36-38)
Perbedaan Jin, Iblis dan Setan?
Secara umum ketiganya memiliki
persamaan, yaitu makhluk yang diciptakan dari api:
“Ibnu Zaid, Hasan al-Bashri dan Qatadah mengatakan: Iblis adalah bapak Jin, sebagaimana Adam adalah bapak manusia. Iblis bukan malaikat” (Tafsir al-Qurthubi 1/294)
Perbedaannya adalah sebagai berikut :
“Jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Jin mengalami hidup dan mati. Sedangkan syetan tidak ada yang muslim. Mereka akan mati jika Iblis mati” (Tafsir al-Baghawi 4/379)
Sebagian ulama mengakatan bahwa ‘syetan’ merupakan sifat buruk baik yang terdapat pada manusia maupun jin, dengan berdalil pada ayat:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, …“ (al-An’am: 112)
Dengan demikian, Iblis adalah nenek moyang yang ‘memiliki’ 2 keturunan, Jin dan syaitan. Jin ada yang muslim dan kafir, sementara syaitan kafir semua.
Qarin
Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai "Qarin dari kalangan Jin". Allah berfirman, artinya : “Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang jauh...” (QS Qaaf 50:27)
Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai "Qarin dari kalangan Jin". Allah berfirman, artinya : “Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang jauh...” (QS Qaaf 50:27)
Manusia dan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Aisyah ra mengatakan: Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah kamu telah didatangi syetanmu?" "Apakah syetan bersamaku?" Jawabku, "Ya, bahkan setiap manusia." Kata Nabi Muhammad SAW. "Termasuk engkau juga?" Tanyaku lagi. "Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya." Jawab Nabi (HR Ahmad).
Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad juga ternyata didampingi qarin. Hanya qarin itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia. “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”. (Al-A'raf 7:27)
Manusia yang biasa tidak mampu melihat jin, melainkan mereka yang telah diizinkan Allah. Didalam Al-Quran melarang sama sekali kita meminta pertolongan kepada Jin, ini membuktikan terdapat beberapa bilangan manusia yang mampu melihat dan berbicara dengan mereka. Ada juga sesetengah ahli agama yang tersilap bicara diatas nafsu mereka seperti mengatakan Jin memakan asap padahal perkara ini tidak disebut sama sekali didalam Al-Quran.
“...dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan“. (Al-Jin 72:6)
Eksperimen
Komunitas
Dulu
ketika masih berada dalam komunitas hipnotis di samarinda saya pernah melakukan
eksperimen tentang mendektesi energi. Kami menjalankan eksperimen dengan cara
menebak benda yang kami tentukan berada ditangan kanan atau kiri orang yang memegang.
Dan orang yang menebak tersebut adalah temanteman komunitas yang kebetulan
hadir saat itu. Dari sekian orang ada satu yang kami siapkan secara spesial,
dia adalah tipe sugestibilitas tinggi dan diberi sugesti menjadi sensitif
terhadap energi benda yang disembunyikan. Dan sebelum menebak kami
semua
tutup mata.
Ketika
waktunya menebak si orang spesial bisa menebak langsung secara benar tapi pada
tebakan-tebakan selanjutnya dia salah. Ketika itu saya tanya kenapa, dia bilang
bingung energi letak benda tersebut berubah-ubah dan ternyata yang memegang
memang sengaja memberikan energi ditangan yang kosong untuk mengecoh. Percobaan
ini dilakukan sebanyak 4-5 kali.
Oh iya
pada eksperimen tersebut saya juga ikut menebak. Pada saat itu cara yang saya
lakukan adalah meletakkan telapak tangan dengan jarak beberapa centi dari kedua
tangan yang menggenggam tersebut. Saya melakukan tebakan berdasarkan sensasi
yang saya rasakan pada telapak tangan. Pada tebakan pertama sensasi terasa jelas
tapi berikutnya menjadi samar-samar ini karena yang memegang mencoba mengecoh
menggunakan energi.
Pada
saat itu tingkat akurasi tebakan saya adalah 100% benar semua. Terus terang
sampai sekarang saya bingung apa yang terjadi karena saya memang menebaknya
berdasarkan sensasi yang saya rasakan pada telapak tangan. Apakah ini kebetulan
semata? Maaf saya tidak percaya dengan kebetulan apalagi ini kejadiannya berturut-turut.
Apakah jika saya melakukan lagi akan mendapat hasil yang sama? Bisa iya bisa
tidak. Sampai saat ini juga saya belum menemukan celah dimana sugesti tersebut
bisa masuk sehingga bisa menebaknya dengan benar.
Hantu
Penginapan
Pengalaman
ini dari seseorang yang saya sangat hormati. Ketika itu Beliau bercerita
tentang pengalaman Beliau bersama rombongan di suatu negara. Karena pada saat
Beliau berkunjung kota negara tersebut sedang ada acara besar sehingga
kesulitan untuk mencari hotel yang kosong.
Ketika
sampai pada hotel X Beliau dan rombongan menyuruh sopir taxi untuk berhenti
agar bisa menanyakan apakah hotel tersebut ada kamar yang kosong. Tapi sopir
itu bersikeras lebih baik mencari hotel lain saja. Karena sebelumnya sudah
banyak hotel yang didatangi tapi penuh dan hari sudah mulai malam maka Beliau
beserta rombongan memutuskan untuk turun di depan hotel tersebut karena dari
luar hotel tersebut terlihat sepi.
Setelah
check in, mereka pergi ke restoran untuk berbuka puasa. Dan ternyata memang
hotel tersebut sepi karena restoran tersebut hanya ada mereka. Ketika pelayan
yang sekaligus koki datang untuk menanyakan pesanan, mereka menanyakan apa yang
bisa cepat disajikan karena mereka sudah kelaparan. Koki tersebut meyakinkan
kalau apapun yang ada di menu bisa dia sajikan dengan cepat. Dan ternyata
benar, koki tersebut dapat menyajikan pesanan mereka dengan cepat.
Bisa
jadi ia adalah malaikat yang menolong orang yang berpuasa, agar mudah berbuka,
sebagaimana sering dijumpai adanya bantuan aneh pada orang yang berhaji.
Selesai
makan para rombongan naik untuk berisitirahat di kamar. Dan pada tengah malam
kamar mereke diketuk oleh seseorang. Ternyata yang mengetuk tersebut adalah
bule yang menginap di seberang kamar mereka. Dengan raut muka ketakutan dia berkata,”Something
happen… something happen!”, sambil menunjuk-nunjuk kamarnya.
Ketika
rombongan masuk kedalam kamar bule tersebut betapa kagetnya mereka melihat
gorden kamar yang bergerak-gerak sendiri. Melihat kejadian tersebut mereka
langsung memutuskan untuk keluar hotel besok pagi.
Ini
bentuk ujian buat orang yang berpuasa tersebut apa ia akan memahaminya atau
malah terpikir sesat kearah sebaliknya, kondisi ini bisa saja sang bule
tersugesti diri sendiri, karena ada penyebab tertentu pada keadaan gorden membuat
ia ketakutan dan bisa pula malaikat yang diperintahkan untuk menguji setelah
adanya pertolongan, dan bisa pula turunan iblis yang melakukannya agar membuat
keyakinan mereka semua yang melihat keadaan ini ikut goyah nantinya.
Ketika
besok paginya check out dan meminta tagihan kamar, mereka bingung kenapa tidak
ada tagihan makan di restoran. Kemudian mereka bertanya kepada resepsionis
apakah makanan semalam direstoran itu gratis atau bagaimana. Mendengar pertanyaan
tersebut si resepsionis menjadi bingung dan memberikan jawaban yang membuat
para rombongan tercengang. Dia berkata ketika mereka datang untuk check in
dapur sudah tutup karena kokinya sudah lama pulang.
Jadi
siapakah yang memasakkan makanan untuk mereka? Apakah mereka berhalusinasi?
Jika iya apa yang memicu halusinasi massal tersebut?
Seperti
yang saya sebutkan sebelumnya kalau saya sekarang mempercayai sesuatu yang saat
ini belum bisa dijelaskan secara logika dan ilmiah. Tapi tetap semua itu masih
memerlukan pemikiran apakah itu benar atau hanya efek sugesti? Karena sampai dengan
saat ini sebagian besar kejadian apa yang dianggap fenomena supranatural/magis
adalah efek dari sugesti. Baik itu sugesti langsung maupun tidak langsung atau
sugesti secara sengaja maupun tidak sengaja.
Sebagai
contoh untuk kejadian di hotel tersebut sampai saat ini saya belum menemukan
celah masuknya sugesti tersebut. Sejak awal mereka tidak mempunyai firasat
kalau hotel itu “berhantu”, yang mereka lihat hanya hotel yang sudah tua. Jika
penampakan koki tersebut adalah halusinasi, kenapa bisa sampai terjadi halusinasi
massal dan mereka kenyang setelah memakan makanan tersebut. Pada malam harinya
yang mengalami kejadian tersebut tidak hanya mereka.
Sekali
lagi saya tekankan (maaf kalau saya suka menekan berkali-kali :D), meski saya
percaya penampakan bisa terjadi dan chi itu ada tapi saya tetap berhati-hati
dalam mengambil kesimpulan. Karena sampai saat ini saya juga masih mempercayai
kalau fenomena supranatural yang banyak terjadi disekitar kita adalah pengaruh
hipnotis. Saya harap Anda juga demikian.
Ketika
saya mulai membaca buku-buku tentang spirtual saya sedikit memahami kalau semua
itu hanya pengkondisian dari lingkungan sekitar. Kini setelah saya memahami
cara kerja pikiran saya lebih memahami perkataan dalam buku-buku tersebut.
Memang
benar sifat kita bukanlah bawaan sejak lahir kita. Pola asuh orang tua dan
pengaruh lingkungan sekitar kita yang membentuk sifat tersebut. Dan yang perlu
Anda tahu adalah sifat tersebut bisa Anda rubah jika Anda memang mau. Terus
terang saya akan bilang ini tidak semudah membalikkan telapak tangan karena
sifat ersebut sudah terprogram secara komplek dalam area pikiran bawah sadar.
Langkah
awal untuk merubah sifat adalah anda harus memahami kalau dia hanyalah ilusi
(program pengkondisian). Setelah itu bongkar pengkondisian lama dengan
melakukan pengkondisian baru yang dilakukan secara berulang.
Misalnya
sifat malu yang berlebihan ketika berbicara dengan orang yang baru Anda kenal
maka sering-seringlah Anda menyapa orang yang tidak Anda kenal dan ngobrol dengan
mereka. Jika anda pendiam yang ingin banyak teman maka perbanyak membaca topik-topik
yang sering mereka bicarakan, baca juga buku-buku tentang komunikasi dan tentu
saja dekati mereka.
Perluaslah
zona nyaman Anda jika ingin berubah, ketika Anda melakukan diluarkebiasaan Anda
maka Anda akan merasa tidak nyaman mungkin muncul juga suara-suara negatif yang
ingin mengendurkan apa yang Anda perbuat. Jika hal itu muncul maka Anda bisa
berbicara kepada mereka kalau yang Anda lakukan ini untuk kemajuan Anda. Perasaan
tidak nyaman atau suara-suara negatif tersebut bisa jadi merupakan program lama
Anda.
Ilusi
Dualitas
Bagian
ini yang dulu sering membuat saya bingung. Siddartha Gautama pernah mengajarkan
agar kita mampu untuk melampaui dualitas yang kita alami. Bahagia – Sedih,
Susah – Senang, Baik – Jelek, semua itu adalah ilusi. Bertahun-tahun saya
bingung untuk memahami maksud Beliau. Sedih, susah, jelek memang perlu kita
lampaui karena itu membuat kita sengsara. Tapi kenapa bahagia, senang dan baik
juga perlu kita lampaui? Bukankah semua perasaan itu menyenangkan? Dan kenapa
semua perasaan tersebut ilusi? Bukankah kita benar-benar merasakan semua
perasaan tersebut?
Lagi-lagi
setelah mempelajari bagaimana pikiran bekerja saya menjadi lebih paham apa
maksud Beliau meski masih belum sepenuhnya. Ya memang masih banyak yang belum
saya pahami (dan hayati) apa yang Beliau sampaikan. Tapi saya kini paham perasaan-perasaan
tersebut adalah ilusi. Pada dasarnya kejadian yang kita alami itu bersifat
netral, program yang ada dalam diri kita lah yang memaknai apakah kita harus senang
atau sedih terhadap kejadian tersebut. Misalnya orang mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan tangan kanannya diamputasi. Ketika mengalami kejadian ini secara
umum orang ada yang meratapi kehilangan tangan kanannya tapi masih banyak juga yang
benar-benar bersyukur karena dia masih hidup dan dan tangan kirinya masih bisa
dipakai.
Atau
ketika seseorang mengalami patah hati karena pasangan yang dicintainya
selingkuh pasti Anda akan mengira kalau orang itu tersebut akan larut dalam
kesedihannya berbulan-bulan. Tapi bagaimana seandainya dengan membantu orang
tersebut melihat dari sisi lain kejadian ini dia bisa sembuh dari patah hatinya
hanya dalam tempo 2 jam saja? Kejadian yang sama tapi bisa mendapatkan respon
yang berbeda jika kita mampu melihatnya dari sisi yang lain.
Senang
– Sedih timbul karena respon dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Dan respon
tersebut juga diakibatkan oleh pengkondisian yang telah ada dalam diri kita.
Kita senang ketika seseorang memberikan kita hadiah dan jika respon kita biasa
saja maka kita dianggap dingin oleh orang lain. Ketika kita memberikan sesuatu
kepada orang lain kita dikondisikan untuk mengharapkan imbalan atas apa yang
kita perbuat. Dan ketika apa yang kita harapkan tidak tercapai kita menjadi
sedih atau kecewa.
Masalah
pengkondisian ini saya jadi ingat tentang pengkondisian Cantik – Jelek. Saya
yakin anda setuju salah satu kritieria wanita yang cantik adalah mempunyai
badan yang ramping (berat badan ideal). Tapi banyak juga model wanita diluar
negeri sana memiliki berat badan terlalu ramping alias kurus. Bagi mereka
seperti itulah yang dinamakan wanita cantik.
Tahukah
Anda kalau disalah satu negara di Afrika justru wanita gemuklah yang dianggap
cantik. Mereka tidak menyukai wanita yang berbadan ramping. Ya memang bagi kita
ini terlihat aneh tapi ingat opini saya, Anda dan mereka itu juga dipengaruhi
oleh pengkondisian lingkungan sekitar kita. Di negara tersebut sudah sejak
kecil dikondisikan kalau wanita cantik itu berbadan gemuk. Jadi apa yang
dianggap cantik oleh suatu kelompok masyarakat belum tentu cantik bagi kelompok
lain.
Sebenarnya
masih ada ilusi-ilusi lain yang bisa dijabarkan melalui teknologi pikiran cuman
sayang pengetahuan saya masih terbatas. Jika Anda kurang nyaman dengan istilah
ilusi dan pengkondisian karena itu banyak dipakai oleh umat Buddha sedangkan
Anda beragama lain maka itu artinya istilah tersebut sedang berbenturan dengan
pengkondisian Anda kekeke….
Saya
memakai istilah ilusi pada bagian ini karena semua itu tampak seperti nyata
bagi kita bahkan kita menganggap orang lain aneh jika tidak mengikuti ilusi
tersebut. Sekarang terserah Anda apakah Anda masih mau terikat dengan ilusi
tersebut atau belajar melampauinya. Apapun yang Anda lakukan pastikan itu
memang karena Anda menginginkannya dan baik untuk Anda.
Dalam
hidup kita diberi banyak anugerah oleh Tuhan salah satunya adalah PILIHAN.
Semuanya itu terserah pilihan Anda tapi ingat ketika Anda sudah memilih maka
Anda harus mau menerima semua konsekuensi dari pilihan tersebut. Berhenti
menyalahkan orang lain, keadaan ataupun Tuhan.
Hipnotis merupakan
salah satu jenis sihir (perdukunan) yang mempergunakan jin sehingga si pelaku
dapat menguasai diri korban, lalu berbicaralah dia melalui lisannya dan
mendapatkan kekuatan untuk melakukan sebagian pekerjaan setelah dirinya
dikuasainya. Hal ini bisa terjadi, jika si korban benar-benar serius bersamanya
dan patuh. Ini adalah imbalan untuk para penghipnotis karena perbuatan syirik
yang mereka persembahkan kepada jin tersebut.
Jin tersebut
membuat si korban berada di bawah kendali si pelaku untuk melakukan pekerjaan
atau berita yang dimintanya. Bantuan tersebut diberikan oleh jin bila ia memang
serius melakukannya bersama si pelaku.
Atas dasar ini,
menggunakan hipnotis dan menjadikannya sebagai cara atau sarana untuk
menunjukkan lokasi pencurian, benda yang hilang, mengobati pasien atau
melakukan pekerjaan lain melalui si pelaku ini tidak boleh hukumnya. Bahkan,
ini termasuk syirik karena alasan di atas dan karena hal itu termasuk
berlindung kepada selain Allah terhadap hal yang merupakan sebab-sebab biasa
dimana Allah Ta'ala menjadikannya dapat dilakukan oleh para makhluk dan
membolehkannya bagi mereka. [Kumpulan Fatwa Lajnah Daimah, Juz 11, hal-400-402]
Adapun hipnoterapi
yang dikembangkan oleh para ahli psikologi dengan mengembangkan teori otak
kanan (alam bawah sadar) yang digunakan untuk terapi para pasien maka hal itu
tidak termasuk, karena itu adalah ilmu yang ilmiah yang diperbolehkan dan dikembangkan
secara logis dengan penelitian. Terapi yang dilakukan para ilmuwan psikolog
terhadap para pasien berbeda dengan praktek yang dilakukan oleh para tukang
hipnotis (baca: tukang sihir).
Terapi ilmiah
menggunakan teknik-teknik tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan secara
keilmuan, dan bisa dijabarkan secara logis. Walaupun secara istilah disebut
hipnoterapi (terapi hipnotis) namun secara praktek berbeda dengan hipnotis
supranatural. Maka, hukumnya pun terkait pada hakekat bukan pada istilahnya.
Adapun kebanyakan
praktek hipnotis yang berkembang dimasyarakat adalah bentuk yang pertama yang
termasuk kedalam kategori sihir, yang menggunakan bantuan Jin. Mereka
membungkus perbuatan syirik mereka dengan teori-teori ilmiah otak kanan dan
kiri, dengan beragam bukti untuk mengelabui kebanyakan orang, namun pada
hakekatnya adalah praktek sihir. Jadi kita perlu hati-hati dan mencermati
dengan seksama.
Motivasi dan terapi hipnotis atau
hipnoterapi melihat berdasarkan tujuannya bila ia bukan tujuan ibadah dan
pendekatan kepada Allah SWT berdasarkan syariat yang benar dari nash, maka ia
rusak sebagaimana rusaknya ketergantungan pada fana, maka akan menjadi fana.
Karena ia rentan pada masuknya dan mempermudahkannya bisikan Iblis dalam
menyesatkan seseorang yang membuat dan dibuat “sesuatu” itu, misalnya motivasi
dan sugesti yang tertuju pada kekayaan, harta, tahta, kekuatan, dsb. Motivasi,
Sugesti dan pengulangan harusnya bernilai ibadah dengan tujuan yang digunakan
untuk ibadah juga.
3664.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ditujukan karena
Allah, sedangkan dia mempelajarinya karena (ingin meraih) kesenangan duniawi,
maka pada Hari Kiamat dia tidak akan pernah mencium bau surga." (Shahih:
Ibnu Majah), 252
3658.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu dia menyembunyikanya,
maka Allah akan mencambuknya dengan cambuk dari api neraka pada Hari Kiamat.
" (Shahih)
Bentuk
motivasi dan hipnotis dari satu sisi memang serupa mantra dan serupa dengan
salah satu bentuk kecil dari sihir, ia adalah mantra moderen.
3868.
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah
SAW pernah ditanya tentang mantra?" beliau berkata, "Mantra adalah
pekerjaan syetan." (Shahih), Al Misykah, 4553
Bentuk
dalam sisi lainnya, motivasi dan sugesti yang benar mungkin bisa sefaham dalam
dalil ini.
3886.
Dari Auf bin Malik, dia berkata: Pada
Masa Jahiliyah kami pernah melakukan ruqyah (bacaan yang tidak syar'i),
kemudian kami bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, Bagaimana pendapatmu
tentang hal itu?" beliau bersabda, "singgkirkanlah ruqyah kalian
dariku, dan tidak mengapa rugyah yang didalamnya tidak mengandung syirik."
(Shahih: Muslim), Ash-Shahihah, 1066
“Apabila
Allah menetapkan suatu ketetapan di langit maka para malaikat mengepakkan sayap
mereka karena tunduk terhadap firman-Nya, seperti layaknya suara rantai yang
digesek di atas batu. Setelah rasa takut itu dicabut dari hati para malaikat,
mereka bertanya-tanya: ‘Apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?’ Malaikat
yang mendengar menjawab, ‘Dia berfirman yang benar. Dan Dia Maha Tinggi lagi
Maha Besar.’ Bisikan malaikat ini didengar oleh jin pencuri berita. Pencuri
berita modusnya dengan ‘pundi-pundian’ (jin yang bawah menjadi penopang bagi
jin yang di atasnya, bertingkat terus ke atas). Jin yang paling atas mendengar
ucapan malaikat, kemudian disampaikan ke jin bawahnya, dan seterusnya, hingga
jin yang paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir atau dukun. Terkadang
mereka mendapat panah api sebelum dia sampaikan kepada dukun, dan terkadang
berhasil disampaikan sebelum terkena panah api. Kemudian dicampur dengan 100
kedustaan. (sehingga ada 1 yang benar). Orang mengatakan, bukankah pak dukun
telah mengatakan demikian dan dia benar? Akhirnya sang dukun dibenarkan dengan
satu kalimat yang benar yang dicuri dari langit. (HR.
Bukhari 4800).
Ada
pula terlihat seorang dihipnotis agar menjadikannya bisa bersifat atau
berprilaku seorang lain dimana sifat asli seseorang terhipnotis tersebut
berbeda, namun ketika selesai terhipnotis ternyata ia benar-benar menjadi orang
lain tersebut dan mengaku sebagai orang lain ini, tidak ada sifat dia yang lama
dan tidak ada nama dia yang lama, lantas kemanakah gerangan pribadi aslinya
menghilang, dan kenapa ia mengaku sebagai orang lain tersebut dan bertingkah
laku selayaknya keseharian orang lain itu walau dalam kenyataan orang lain itu
masih hidup, dan anehnya ketika ia sadar dari hipnotis, ia pula lupa telah
bersifat tingkah laku dan nama orang tersebut, jadi hilang kemana pribadinya
yang asli waktu itu? Dan siapa sih sebenarnya “sosok” yang menggantikan sifat
aslinya tadi, yang mengisi orang tersebut hingga terlihat menjadi orang lain
tadi. Apakah dapat kekal menjadikan prilaku itu ada terus pada prilakunya? Hal
ini serupa namun sedikit berbeda dengan seseorang yang kesurupan, dimana
umumnya orang kesurupan seakan-akan menjelma menjadi makhluk ghaib yang
digambarkan seram atau seseorang dari masa lalu sementara orang tadi berada
pada keadaan orang yang masih hidup dan tidak seram malahan jadi bahan
tertawaan. Maka kemanakah nama dan pribadi asli dari dua contoh keadaan ini
selama mengalami hal tersebut dan siapakah yang menggantikannya?
Ada
pula kejadiannya ia terhipnotis namun tetap sadar sebagai dirinya yang asli
cuma perintah dari si hipnotis tetap terkena pada ia, ada bagian tubuhnya yang
tidak ikut perintah dia asli lagi, namun terikut perintah dari ahli hipnotis?
Seperti mata tidak mau dibuka, tangan tidak mau lepas, lengket terus biarpun ia
sebenar-benar dalam kondisi dirinya sendiri dan dalam keadaan yang sadar dan
akhirnya ia pun jadi bahan tertawaan pula. Mengapa hal tersebut terjadi? Siapa
yang bermain dalam alam dirinya? Benarkah otak kiri atau otak kanan atau penanaman
keyakinan pada alam bawah sadar saja? Anda dapat mencari jawabnya.
Apa
hikmah dari model-model contoh yang penulis paparkan ini?
Apapun
pendapat dan penilaian Anda, disini penulis hanya memperbandingkan ini sebagai
contoh perbandingan saja bahwa berbeda jauh dengan orang-orang yang hatinya
tidak tertutup oleh tutupan-tutupan hati, hati yang tidak tuli dalam mendengar
dan hati yang tidak buta dalam melihat, kalau dalam bahasa pembahasan ini, ia
adalah telah membentuk motivasi dan sugesti tersendiri, berbeda. Ia adalah
motivasi dan sugesti dalam bentuk tauhid. Bukan bermaksud menyamakan agama
dengan motivasi dan sugesti, cuma disini disamakan bahasa dalam pembahasan ini
saja agar bisa dimengerti perbedaannya kandungan agama yang telah memuat semua
nilai-nilai kehidupan dengan sudut pandang umum olah pikiran.
Phobia
atau sakit dalam kondisi tertentu ia bisa bernilai lebih baik dari sehat atau
tidak berphobia bisa pula kebalikkannya. Misalkan saja phobia pada binatang
atau sesuatu tertentu membuat ia berpikir seandainya ia dihukum diakhirat
dengan hukuman selalu ditemani beribu-ribu binatang itu atau sesuatu itu
membuatnya makin takut pada Allah SWT maka phobia ini ada lebih baik buatnya,
itu sebabnya ada contoh dari Nabi ketika diminta mendoakan kesembuhan sakit
seseorang, sebelumnya Beliau menyatakan, bila mau bersabar maka sakitmu itu
lebih baik untukmu, namun bila ia tetap meminta kesembuhannya, Beliau akan
mendoakan kesembuhan itu. Pada kenyataannya begitu pula kebalikkannya, kadang
kala phobia atau sakit ini juga bisa terbalik yaitu sehatnya dan hilangnya
phobia lebih baik buatnya. Jadi jadikanlah mana manfaat yang besar untukmu dan
ibadahmu, disitu pilihannya untukmu memilih. Islam pun telah punya cara
penyembuhan tersendiri juga dalam memotivasi hidup dan mensugesti diri.
Perlu
diingatkan selain ilmu hati (penulis sedikit membedakan dengan tasawuf) juga
adalah adanya pintu-pintu lain seperti pintu Jihad, Qishash, Hudud, Syariat dan
backdoor yang banyak tertuang dalam fiqh, dll. Pintu-pintu ini saling
melengkapi dan tidak dihilangkan dengan pemakaian sesuai keadaan dan
kemanfaatannya yang lebih utama pada saat itu.
Jihad
setelah sempurnanya islam, maknanya menjadi luas, maka jadilah ia luas dari
tiap detikmu, tiap saatmu dan tiap laku dan keadaanmu.
…
Kemudian beliau bersabda 'inginkah kalian
kuberitahukan pokok dari segalah urusan dan puncak mahkotanya ?" Aku
menjawab, "ingin, wahai rasulullah,; beliau bersabda,; pokok dari segala
urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad…
(HR Tirmidzi dan dia mengatakan ini adalah hadist hasan)
Yang aku
khawatirkan dari umatku adalah orang-orang yang sesat (dengan bid'ah), yang
jika sebuah pedang diletakkan di dalam umatku ia tidak akan digunakan hingga
datangnya Hari Kiamat.
Tingkat
“keragu-raguan” seseorang berbeda-beda, makin tinggi tingkat wara-nya maka akan
baik pemahamannya akan bidah, makin kurang pula beban-beban di pundak yang ia
bawa sebagai musaffir, karena ia akan mengurangi beban-beban yang tidak perlu
dan kurang bermanfaat buatnya. Walau seakan-akan segala ilmu pengetahuan
didunia ada didalam genggamannya dan mudah buat ia mengambil atau
mempelajarinya namun kadang kala ia melepaskannya, kadang pula memang ada yang
tidak diperuntukkan sebagai nikmat untuknya, untuk ia dapatkan karena nikmat
itu bukan pendekatan takdir untuk ia dapatkan atau ia jauhkan dan ia tahu itu namun
hal utama terpikirkan adalah berbaik sangka bahwa itu bagian kehendak Allah SWT
agar ia makin jauh atau tidak tersibukkan kepada sesuatu yang tidak berfaedah
pada ibadahnya, menjaganya agar ia tetap pada jalan yang lurus sebab kita
benar-benar tidak tahu mana yang lebih baik, nikmat yang dijauhkanNya ataukah
nikmat yang diberiNya, mana yang baik, nikmat yang disegerakanNya atau nikmat
yang ditundaNya.
Masalah bagaimana bidah, cari dan
nilailah sendiri dalam nash. Disini penulis hanya menyatakan bila pedang itu
adalah pedang ilmu maka gunakanlah itu, bila pedang dalam sosial pertajamlah ia
dalam pemakaiannya, bila pedang itu berupa pedang dalam peperangan maka gunakan
itu, bila pedang itu adalah pedang politik maka pakailah itu, dsb. Sampai
ketetapan itu berubah.
Beberapa bulan kedepan ada jihad
5 tahunan, bukan karena membenarkan demokrasi karena ia bukan sistem islam,
namun karena adanya mekanisme yang nyata didepan mata yang harus dihadapi, maka
setoplah golput, karena ada pedang didepanmu untuk kau gunakan sebagai kebaikan
untuk kemaslahatan sosialmu, bila kau tidak gunakan juga, maka kau akan tetap
masih terkena imbas dari keadaan yang tidak kau manfaatkan untuk kemaslahatan
sosial hubungan horizontalmu. Seharusnya ulama yang berkompeten bisa
mengeluarkan fatwanya, karena dari sudut pandang fiqh yang terpenuhi, ulama lebih
dapat menjelaskannya secara lebih baik, tanyalah kepada mereka. Pilihlah yang
memegang islam diatas segala azas, masalah batin hadapkan urusannya kepada
Allah SWT. Bila pun kelak kau yang terpilih lalu kau membuat sebuah andil
kebaikan dan manfaat besar pada masyarakat tapi diklaim sebagai keberasilan
kerja penguasa pemerintahan, tidak usahlah bersedih, karena Allah SWT tetap
akan memberimu banyak kebaikan dan tugasmu adalah mendekati dan mengawal amir
negeri/para pemimpin agar dapat berjalan dan masih berjalan dalam rel-rel
kebenaran dan memperjuangkan kebaikan untuk urusan sosial masyarakat sekitarmu.
Jadi kemungkinan besar yang akan
membawa pedang lengkap adalah Imam Mahdi, untuk mempercepat kedatangannya
haruslah ditandai dengan jauhnya bidah dari golongan yang setia padanya
sebagaimana pengertian lain dari … Yang aku khawatirkan dari umatku
adalah orang-orang yang sesat (dengan bid'ah), yang jika sebuah pedang
diletakkan di dalam umatku ia tidak akan digunakan hingga datangnya Hari Kiamat
... Dan bila golongan
ini yang berjuang dalam politik telah siap pada pelajaran politik dan siap
masuk dalam pembentukan pemerintahannya, yang berjuang di lahan perang telah
siap dalam ketentaraan dan taktik perangnya, yang berjuang dalam harta,
perlengkapan dan sebagainya telah siap dalam harta, perlengkapan dan sebagainya
dan juga berjuang dalam ilmu telah siap dalam membangun mental dan akhlak umat
dan bila waktu dan peristiwanya telah sampai pada puncak kenyataan.
Telah
bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami
Mu'awiyah bin 'Amru telah bercerita kepada kami Abu Ishaq dari Musa bin 'Uqbah
dari Salim Abi An-Nadhar, mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) 'Umar bin
'Ubaidillah -dia adalah juru tulisnya- berkata; 'Abdullah bin Abi Aufaa
radliallahu 'anhuma menulis urat kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Ketahuilah oleh
kalian bahwa surga itu berada di bawah naungan pedang". Hadits ini
ditelusuri pula oleh Al Uwaisiy dari Ibnu Abu Az Zanad dari Musa bin 'Uqbah. (H.R.
Bukhari : 2607).
Tidak
ada cara khusus dalam Islam dalam memilih pemimpin, beberapa cara pernah
dipakai dalam sistem kekhalifahan Islam namun dalam mencari pemimpin yang afdol
adalah mencari dari orang-orang yang utama dan benar dalam iman dan taqwanya.
Dalam Islam bentukan sistem kepemimpinanlah baru ada yang khusus, nyatalah ada
yaitu kekhalifahan Islam. Sunatullah, jaman ini tidak ada kekhalifahan Islam,
karena ini ada dalam hikmahNya maka hadapi kenyataan ini sesuai syariat Islam
dan mengawal tetap dalam batasan syariat yang dibolehkan sampai ketetapan
tersebut berubah/teralihkan kembali atau Kita dapat pula sambil berusaha untuk
mempercepatnya karena batasan manusia adalah usaha, finishnya kembali kepada
Allah. Apalagi bila sebagian besar yang mengaku umat Islam itu sendiri menyatakan
tanah ini sebagai tanah damai, maka tidak berkutiklah umat Islam itu sendiri
sebagaimana pengertian lain dari petikan hadis diatas. Nyata demokrasi bukanlah
sistem Islam, mau tidak mau juga karena didasarkan hikmah Allah juga maka cara
memilih pemimpin haruslah kita menghadapi kenyataan di depan mata dan tantangan
yang ada ini dengan sistem yang ada tersebut, yang telah ditetapkan sampai
ketetapan itu berubah, entah karena apa nantinya. Maka yang kita perjuangkan
adalah subtansi (isi) nya agar tetap terkawal dalam koridor syariat, landasan
yang kemungkinan banyak karena dipakai landasan backdoor dalam Islam (Fiqh).
Semisal bila kita berdiam diri saja lalu demokrasi itu menelurkan undang-undang
nikah sesama jenis, maka umat islam akan nyata menolak, dan kemudian masih
dipaksa ditetapkan subtansi ini, maka demo damai adalah satu cara bijak, namun
bila kemudian ditetapkan pula subtansi ini, hingga mau tidak mau terimbas keseluruh
masyarakat negeri tersebut dan kemudian demo berubah jadi diberangusnya
penentang subtansi ini, disini nyata sifat kepemimpinan tersebut lepas dari
koridor syariat, maka bolehlah dikatakan ini menjadi bukan lagi perang
pemikiran namun perang antara beriman dan tidak beriman, melepas satu syariat
dari syariat yang lain, nyata dari situ telah terlihat pemimpin tersebut
tidaklah beriman karena menelurkan subtansi tersebut dan memaksa keseluruhan
orang-orang baik beriman dan tidak beriman di negeri tersebut terlibat,
sebagaimana pada contoh Abu Bakar yang memerangi orang-orang yang membedakan
sholat dan zakat, mau sholat namun tidak membayar zakat. Jadi Anda pilih mana
golput atau menunggu terjadinya “keributan ini dulu” baru bertindak, bertindak
diawal atau diakhir. Telah ada pedang yang harus dipakai, namun jenisnya yaitu
pedang politik. Dan karena pula ketetapan itu belumlah berubah selama “Yang aku khawatirkan dari umatku adalah
orang-orang yang sesat (dengan bid'ah), yang jika sebuah pedang diletakkan di
dalam umatku ia tidak akan digunakan hingga datangnya Hari Kiamat”.
Islam
itu mudah
Bila sesorang mengakui Allah SWT
sebagai tuhannya tanpa mempersekutukan dengan sesuatu, mengakui nabi Muhammad
SAW sebagai rasulNya, melakukan yang fardhu, yang diwajibkanNya dan menjauhi
laranganNya, termaktup dalam rukun Islam dan rukun Imam dan kaitannya kepada
ihsan, sudah termaksud rangkaian yang cukup untuk mendapatkan segala sesuatu. Dalam
hal duniawi, kecukupan sandang, pangan dan papan dalam sehariannya sudah
dikatakan sebagai mendapatkan segala sesuatu.
Bila seseorang melakukan ibadah
wajib, kemudian ia hanya banyak berniat yang baik-baik saja dan sementara itu ia
juga berniat yang buruk maka, nilai niat baik sudah dinilai pahala per niatnya sementara
yang niat buruk belum dinilai dosa, bukankah mudah untuk mengumpulkan pahala
bila hanya demikian saja. Makanya banyak hadis yang menyatakan lakukan ini itu
atau bacalah ini itu maka hadiahnya surga karena landasan islam yang dibangun
sangat mudahnya dengan landasan ridho dan mengharapkan rahmat dan karuniaNya,
Lalu mengapa berislam itu susah?
Dari abu rib'i handzalah bin
robi' al usayyidiy; salah seorang
sekretaris rasulullah saw ia berkata saya bertemu dengan abu bakar ra, kemuda ia bertanya ; bagaimanakah
keadaanmu hai handzalah? saya menjawab; handzalah kini telah munafik, Abu bakar
berkata, SUBHANALLAH apa yang kamu katakan ? saya menjelaskan ; kalau kami
dihadapan rasulullah saw, kemudian beliau menceritakan tentang surga dan
neraka, maka seakan-akan kami melihat dengan mata kepala kami, tetapi bila kami
pergi dari belia dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta mengurusi
berbagai urusan maka kami sering lupa ; abu bakar berkata
;Demi Allah kami juga begitu, kemudia saya dan abu bakar pergi menghadap
rasulullah saw, lalu saya berkata; wahai rasulullah, handzalah telah munafik, Rasulullah
saw bertanya; mengapa demikian? Saya berkata; Wahai rasulullah, apabila kami
berada dihadapanmu kemudian engkau menceritakan neraka dan surga maka seakan-akan kami melihat dengan mata
kepala kami, tetapi bila kami pergi dari beliau dan bergaul dengan istri dan
anak-anak serta mengurusi berbagai urusan maka kami sering lupa; maka rasulullah saw bersabda; demi zat yang
jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tetap sebagaimana keadaanmu
di hadapanku dan mengingatnya niscaya para malaikat akan menjabat tanganmu di
tempat tidurmu dan di jalan, tetapi hai handzalah sesaat, dan sesaat, beliau
mengulanginya sampai tiga kali (HR Muslim)
Ini hanya gambaran kecil dari
hal-hal yang menyangkut agama, bila salah maka ini adalah pemahaman salah dari
penulis, Allah SWT kemudian RasulNya berlepas dari apa yang penulis tulis ini. Wallahu
A’lam.