Pada suatu hari Bani Israil
bertanya kepada Nabi Musa AS, “Siapakah yang paling berilmu di dunia ini.”
Beliau menjawab, “Aku adalah yang paling berilmu.” Allah SWT tidak menyukai
jawaban ini. Musa AS diharapkan menjawab bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui,
oleh karena itu Allah SWT bermaksud untuk memberi lagi pelajaran kepada Musa AS
seperti yang telah dilakukan Allah SWT kepada manusia terpilih lainnya. Allah
SWT memberitahu Musa AS bahwa ada seorang hambaNya yang lebih berilmu
dibandingkan daripadanya dan bahwa hamba ini berada ditempat dimana dua lautan
bertemu. Musa AS memohon kepada Allah SWT untuk mempertemukan Beliau dengan
nabi Khidir AS.
Musa AS menyapanya. Khidir
bertanya, “Apakah kamu Musa dari Bani Israil?” Musa AS menjawab, “Benar, dan
saya mohon engkau mau mengajarkanku beberapa pengetahuan yang kamu miliki.”
Percakapan yang panjang terjadi antara Musa AS dan Khidir. Keterangan lebih
rinci dari percakapan ini terdapat dalam Hadist dan juga dalam surah
Al-Kahfi[18] 62-82.
Maka
tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah
kemari makanan kita; Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya
kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali. Musa berkata: ”Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba
diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya Rahmat dari sisi
Kami, dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Musa
berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Musa berkata: “Insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.
Dia
berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apapun, sampai akau sendiri menerangkannya kepadamu.” Maka
berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir
melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya
kamu menenggelamkan penumpangnya?”
Sesungguhnya
kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidir) berkata:
“Bukankah aku telah berkata: Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”. Maka
berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak,
maka Khidir membunuhnya. Musa berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih,
bukan karena dia membunuh orang lain? Sehungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang mungkar”.
Khidir
berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?” Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang
sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu cukup memberikan uzur padaku”. Maka keduanya berjalan; hingga
tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu
kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri tiu tidak mau menjamu mereka,
kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh,
maka Khidir menegakkan dinding itu.
Musa
berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.
Khidir
berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; aku akan memberitahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut,
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang
tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
Dan
kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak
yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu mengehendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
Rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya”.
Jika Al-Khidir itu manusia, maka
ia tidak akan kekal, karena hal itu ditolak
Al-Qur'anul Karim dan Sunnah yang suci. Seandainya ia masih
hidup serupa nabi Musa as, tentulah ia
datang kepada Nabi saw.
Sebagaimana Nabi saw. telah
bersabda, "Demi Allah, andaikata
Musa masih hidup, tentu ia akan mengikuti aku." (H.r. Ahmad, dari
Jabir bin Abdullah) dan contoh kedua nabi Isa as yang mengikuti ajaran Islam
saat diturunkan kebumi diakhir jaman.
"Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum
kamu (Muhammad), maka jika kamu
mati apakah mereka akan kekal?" (Q.s. Al-Anbiyaa': 34).
Bila kita melihat sisi cerita ini
adalah ditujukan untuk pelajaran kepada nabi Musa as, yang notabene memiliki
pengetahuan ilmu yang dalam sebagaimana lazimnya para nabi-nabi diberi, namum
karena “yang paling berilmu” tidak dinisbatkan kepada Allah SWT, maka Allah SWT
ingin mengajarkan lagi tentang kedalaman ilmu yang lebih dalam dari hal yang
nabi Musa as telah pahami, bahwa masih ada dan masih lebih tinggi ilmu apa yang
ada pada Allah SWT.
Salah satu makna cerita ini
berkenaan dengan qadha dan qadar atau yang biasa disebut takdir, nabi Musa as
telah memiliki pemahaman hakikat takdir (karena sesuai dengan perkataannya pada
umatnya bahwa Beliau yang paling berilmu saat itu) namun dibandingkan dengan
pengajaran ini, ternyata penakdiran lebih dari sekedar hal apa yang selama ini
ilmu yang nabi Musa as tahu. Dan Allah SWT berkenan memberi pengetahuan yang
lebih dalam terhadap hal tersebut.
Lihatlah ketiga pertanyaan nabi
Musa as kepada khidir tentang apa yang dilakukan oleh khidir, pertanyaan awal
berkaitan pengetahuan nabi Musa as terhadap hukum, perintah dan larangan, nabi
Musa as tahu bahwa Khidir adalah hamba Allah SWT yang sholeh, namun mengapa
melakukan sesuatu pekerjaan yang seakan-akan tidak sesuai untuk perbuatan orang
yang sholeh, terlihat pada pertanyaan kedua bahwa dua kali kelakuan Khidir
adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum, berupa perbuatan yang merupakan
kesalahan dan perbuatan mungkar, melobangi perahu hingga menenggelamkan
penumpangnya dan menghukum/membunuh anak kecil yang tidak melakukan perbuatan
mungkar yaitu pembunuhan. Karena nabi Musa as tahu bahwa ini berkenaan dengan
pengajaran buatnya namun peristiwa yang Beliau lihat seakan bertentangan dengan
nilai agama maka hampir-hampir nabi Musa as tidak sabar akan penjelasan dan
pengertian hikmah dibalik peristiwa tersebut.
Setelah jawaban atas tujuan dari
perbuatan tersebut telah diketahui, terlihat sebuah penjelasan baru yaitu
berupa konsep penakdiran yang lebih dari pemahaman nabi Musa as selama ini.
Terlihat jawaban dari Khidir tujuan perbuatannya, seakan-akan menggambarkan
bagaimana Khidir tau akan sesuatu yang belum terjadi dimana hal tersebut adalah
kebenaran mutlak dan bukan ramalan, dan karena ini ilmu dari Allah SWT berarti
bukan sebuah ramalan tetapi mutlak kebenaran nyata yang sekiranya hal tersebut
berlanjut akan benar-benar terjadi (takdir) tapi bila halnya diputus ditengah
jalan seakan-akan ada pemutusan alur takdir itu sendiri, dimana dalam konsep
Qadha dan Qadar (takdir) haruslah dipahami bahwa sesuatu hal tersebut harus
terjadi dahulu barulah itu sebuah kebenaran dari takdir dan bukan ramalan.
Musa
berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan
penumpangnya?”
Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera.
(Seharusnya bila dalam penakdiran
hal ini harus terjadi dahulu bahwa perahu tersebut dirampas dahulu oleh raja,
namun disini penakdiran itu sengaja di putus alurnya namun tidak mengurangi
nilai takdir itu juga, bila dilihat berarti ada tiga point disini :
- Perahu dirampas Raja dahulu barulah tampak penakdirannya adalah hal tersebut dari jawaban Khaidir
- Perahu dilubangi, seakan memutuskan alur perkara penakdiran itu sendiri, disisi lain ini adalah penakdiran yang sama juga, bila halnya demikian maka seharusnya sebab akibatnya dengan putusnya takdir ini merubah alur-alur takdir yang lain dari hasil sebab (akibat-akibat) yang mengikuti sebab-sebab ini tapi dalam kasus ini penakdiran adalah bernilai tetap. Hal yang sama dengan kelakuan peristiwa yang kedua dan ketiga
- Hikmah lainnya “Sesuatu kejadian yang buruk” belum tentu bernilai buruk, bisa jadi ia demi kebaikan
Musa
berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
adapun
anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa
dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan
kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya).
Bagaimana Khaidir tau bahwa anak
ini akan melakukan hal yang rusak kelak “bahwa
dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran”
seharusnya kejadian sesuai takdirnya dahulu yaitu adalah misalnya anak ini
tumbuh dewasa dahulu kemudian memiliki akhlak yang buruk dan entah berbuat apa
hingga dapat merugikan akidah orang tuanya pada waktu itu, rentetan sebab
akibat inilah penakdirannya yang di dalamnya juga ada “buterfly effect”, sebab
akibat yang akibatnya secara tidak langsung atau langsung mengenai atau
merembet ke orang lain, menjadi sebab-sebab baru kepada orang lain tersebut dan
menjadi bagian penakdiran “sesuatu” yang baru pada orang-orang lain tersebut (contoh
: bila pemerintah membuat undang-undang tentang lalu lintas misalnya, akibatnya
seluruh warga negara terkena imbas sebab tersebut baik langsung atau tidak
langsung, yaitu misalnya berupa (akibat) peraturan cara berlalu lintas yang
harus diikuti oleh semua warga), bila anak tersebut di bunuh pada masa sebelum ia
memiliki atau sampai pada keadaan dimana ia memiliki akhlak buruk yang
mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran ”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
Berarti ini pemutusan takdir tapi ini bukan ramalan, melainkan bagian takdir tetap
tersebut dan nilainya tidak berkurang. Bukankah bila ada pemutusan ini dengan
dibunuhnya anak tersebut, sebab yang menjadi sebabnya tidak sampai kepada akibat
(takdir) tersebut “bahwa dia akan
mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran” tapi ini
bukan ramalan dan bukan hanya sekedar tuduhan kosong tanpa bukti walaupun hal
tersebut belum terjadi timingnya, seharusnya ini merusak tatanan takdir yang
Allah SWT tetapkan ketika Allah SWT membuat ‘Pena” dan menulis “Qalam” berisi keseluruhan
penciptaan dari awal hingga akhirnya. Harus kita tahu pembuat seluruh sebab dan
juga akibat adalah Allah SWT dan sebab menjadi beberapa akibat dan beberapa
akibat menjadi sebab-sebab baru yang menghasilkan akibat-akibat baru dan
seterusnya hingga pada batasan akhir namun hal tersebut tidak merusak apapun
yang Allah SWT telah tetapkan, masa Allah SWT menghapus atau mencoret dan
mengganti dari Qalam yang telah tetap isinya bila ini adalah perubahan takdir
berarti ada terbatas ilmuNya, tapi tidak demikian adanya, Allah SWT tidak
terbatas kemampuannya, ilmu Allah SWT melebihi hal itu dan jauh lebih hebat
dari apa yang dapat terpikirkan oleh akal. Pemahaman
setengah-setengah dari penakdiran inilah yang memunculkan golongan Jabariyah
yang menganggap manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak
dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah SWT, dan kebalikannya adalah
Qodariyyah yang berpandangan Manusia sendirilah yang melakukan perbuatannya
sendiri dan Tuhan tidak ada hubungan sama sekali dengan perbuatannya itu.
Lain halnya dengan keheranan para
sahabat “bila takdir telah ditetapkan,
untuk apa kita beramal? Nabi menjawab “Beramallah!,
beramallah!, beramallah!, masing-masing didekatkan pada takdirnya”
Cuplikan sumber literatur
Sesungguhnya, seorang anak Adam,
telah ditentukan oleh Allah, akan dimasukkan ke Surga atau Neraka jauh sebelum
mereka dilahirkan, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Allah menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian
keluarlah keturunan yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak
yang kirinya lalu keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah
berfirman, ‘Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan
Aku tidak peduli dan mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka
sedangkan Aku tidak peduli.’” (Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam
Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir, lihat Shahihul Jami’ no: 3233)
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Kami duduk bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang membawa tongkat sambil
digores-goreskan ke tanah seraya bersabda, ‘Tidak ada seorang pun di antara
kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’
(HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah mengetahui bahwa
seseorang telah ditentukan takdirnya akan dimasukkan ke surga atau neraka,
tentu akan timbul pertanyaan dan kesimpulan berdasarkan akal logika manusia
yang lemah, “Kalau begitu buat apa kita
beramal. Nanti udah capek-capek ibadah ternyata masuk neraka” atau
perkataan semisal itu.
Pertanyaan semisal ini pun banyak
ditanyakan oleh para sahabat di berbagai kesempatan. Salah satunya adalah
pertanyaan seorang sahabat ketika mendengar pernyataan Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Tidak ada seorang pun
di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun
surga.’
Maka para sahabat bertanya, ‘”Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kami
tinggalkan amal shalih dan bersandar dengan apa yang telah dituliskan untuk
kami (ittikal)?”‘ (maksudnya pasrah saja tidak melakukan suatu usaha – pen)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
Beramallah
kalian! Sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya.
Adapun orang-orang yang bahagia, maka mereka akan mudah untuk mengamalkan
amalan yang menyebabkan menjadi orang bahagia. Dan mereka yang celaka, akan
mudah mengamalkan amalan yang menyebabkannya menjadi orang yang celaka” Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah, “Adapun orang yang memberikan
hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang
terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”
(HR. Bukhari, kitab at-Tafsir dan Muslim, kitab al-Qadar) (penulis : kandungan
huruf tebal diatas bagian rukun Islam dan rukun Imam, artinya jalan mengikuti 2
rukun ini, bisa membuat jalan penakdiran “kebenaran” menjadi mudah)
Contoh lain adalah ketika sahabat
Umar bin Khaththab bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Umar: “Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: “Jika demikian, untuk apa amal?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: “Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah!” (Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).
Umar: “Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: “Jika demikian, untuk apa amal?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: “Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah!” (Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).
Sementara apa yang dilakukan
sebagian orang dengan alasan ketetapan tersebut, kemudian mereka pasrah bahkan
kemudian bermudah-mudah, bahkan melegalkan perbuatan maksiat maka hal ini tidak
dibenarkan. Mereka yang melakukan ini beranggapan, bahwa mereka berbuat maksiat
tersebut karena sudah ditetapkan, karena itu mereka tidak berdosa. Sungguh
pendapat ini sangat jauh dari kebenaran. “Contoh : Bila telah ditetapkan, berarti
bila pencuri mencuri adalah telah ditetapkan, berarti bukan kesalahannya
melainkan karena adanya ketetapan tersebut, inilah pendapat yang salah”
Untuk menjawab kerancuan ini,
bahwa seseorang ketika melakukan sesuatu, dia dihadapkan pada pilihan; melakukannya
ataukah membatalkannya. Sementara saat menghadapi pilihan tersebut, ia tidak
tahu apakah ia ditakdirkan melakukan kemaksiatan ataukah ketaatan. Kemudian,
ketika ia memilih melakukan kemaksiatan, itu merupakan pilihannya namun
keduanya terjadi berdasarkan takdir dari Allah. Lain halnya dengan orang yang
dipaksa melakukan pelanggaran, ia tidak dihukum disebabkan melakukan
pelanggaran tersebut, karena ia dipaksa melakukannya, bukan berdasarkan
pilihannya sendiri.
Jawaban lain bagi orang yang
menjadikan takdir Allah sebagai pembenaran maksiat yang dilakukannya adalah
sebagaimana yang dicontohkan oleh syaikh Utsaimin, bahwa ketika terjadi kasus
semacam ini, kita katakan kepadanya, “Engkau menyatakan bahwa Allah telah
mentakdirkanmu untuk melakukan maksiat sehingga engkau melakukannya, mengapa
engkau tidak menyatakan sebaliknya, bahwa Allah mentakdirkanmu untuk melakukan
ketaatan, sehingga engkau mentaati-Nya, sebab perkara takdir adalah perkara
yang sangat rahasia, tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah ta’ala saja.
Kita tidak tahu apa yang Allah tetapkan dan takdirkan itu melainkan setelah
kejadiannya. Mengapa tidak engkau hentikan saja kemaksiatan itu, lalu engkau
melakukan yang sebaliknya (ketaatan) dan setelah itu engkau katakan bawah hal
ini aku lakukan dengan sebab takdir Allah.” (Syarah Hadits Arba’in)
Ini sebagaimana seseorang yang
lapar, tentu orang itu tidak akan diam saja agar kenyang. Tetapi ia akan
berusaha untuk menghilangkan rasa laparnya itu dengan makan. Tidak mungkin ia
menunggu saja hanya karena ia yakin sudah ditakdirkan akan kenyang.
Demikianlah, karena seseorang tidak tahu apakah yang akan terjadi atau yang
telah ditetapkan untuknya. Namun orang tersebut tentu tahu, agar kenyang atau
hilang rasa laparnya ia harus makan. Demikian pula seorang mukmin, ia tahu
bahwa untuk masuk surga maka ia harus berbuat ketaatan kepada Allah………………………………………………………………………………………………
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS Al
Hadiid :22
Umumnya pandangan penakdiran
adalah
“Kita
tidak tahu apa yang Allah tetapkan dan takdirkan itu melainkan setelah
kejadiannya”
“Bahkan
amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” dan “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya”
namun dalam kisah nabi Musa as
dan Khidir yang telah penulis uraikan di atas terlihat jelas bahwa Khidir telah
mengetahui “hasil kejadiannya”
sebelum ketetapan Allah SWT dan takdirnya berjalan atau berlaku pada keadaan
tersebut namun itu tidak merusak tatanan yang telah tertulis dalam kitab Lauhul
Mahfuzh dengan kata lain “bukan pemutusan dari takdir tersebut” dan Khidir
berkata “dan bukanlah aku melakukannya
itu menurut kemauanku sendiri” dan juga ini artinya bukan ramalan atau
prediksi melainkan hal yang nyata, seakan-akan seharusnya ada dua takdir yang
seharusnya berbeda namun seakan-akan tidak merubah atau tetap satu atau sama tetap
dalam Qalam atau dengan kata lain adalah itulah pengetahuan/ilmu yang diberi
Allah SWT namun ilmu Allah SWT lebih luas dan mencakup semua itu. Inilah yang kadang
disebut sebagaian orang sebagai “ilmu Laduny” ilmu yang pengetahuannya datang
dari Allah SWT atau merupakan pemberian dari Allah SWT secara langsung yang
hakekat ilmu ini susah di nalar oleh akal manusia, hingga ada sebagian sufi
kebablasan berlebihan serasa setingkat para nabi, mereka mengaku mengetahui
maknanya dan seperti yang tertulis pada waktu itu tingkat pemahaman nabi Musa
as belum sampai kesana. Padahal ilmu serupa “laduny” ini bukan hanya sejenis
pada pembahasan penakdiran saja melainkan banyak hal ragam yang lainnya, yang
umumnya tertuang pada “mukzizat-mukzizat para nabi” dan para nabi memiliki
kelengkapan pemahaman ilmu keseluruhannya. Apapun pemahaman yang di dapat
manusia percayalah adalah di bawah dan lebih di bawah tingkat para nabi, kemudian
dalam surat yang sama tersebut dilanjutkan pengertian kepada kisah Zulkarnain
dimana Allah SWT telah menetapkan takdir Yajuj dan Majuj, yang prosesnya beratus-ratus
tahun hingga dihari esok mendekati akhir jaman, seakan-akan Allah SWT
menegaskan apa yang Ia tulis di Qalam (kitab Lauhul Mahfuzh) sebelum penciptaan
alam semesta dan isinya, penakdiran tidak akan berubah meskipun terlihat
manusia seakan merubah takdirNya (dalam kisah nabi Musa as dan Khidir) sebab
bukankah isi Qalam dan takdirNya dan apa yang terjadi pada nabi Musa as dan
Khidir adalah hanya Allah SWT pula yang membuatnya.
Penulis pernah membaca, Ibnu
Qayyim seakan berkata di dalam bukunya “Madarijus Salikin” dan “Qadha dan
Qadar”. Dalam kehidupan kita, apa yang kita lakukan dan jalani adalah merupakan
juga kita mempersaksikan “Perwujudan” keluasan ilmu Allah SWT sebagai kelayakan
sebagai Tuhan, hingga apa bila saat Kita dihadapkan kepada Allah SWT pada
peradilannya kemudian membandingkan pada “Qalam” maka isinya samalah apa yang
kita lakukan selama di dunia dengan apa yang ada pada isi Qalam, dan ini
diperkuat lagi dengan membandingkannya pada catatan para malaikat yang
mengikutimu dan “saksi-saksi berupa dunia dan bahkan tubuh sendiri” juga sama
isinya dengan kejadian riwayatmu di dunia dan sama dengan isi dalam Qalam yang
telah jauh hari sebelum penciptaan manusia itu sendiri ditulis isinya oleh
Allah SWT.
Sebagai perbandingan riwayatmu,
catatan malaikat, saksi-saksi untuk Kamu, akan sama rinciannya dan menguatkan
kebenaran isi Qalam yang telah ditulis jauh sebelum penciptaan dimulai adalah
sama dengan kejadian yang terjadi padamu, ini yang membuat kita tidak dapat
menghindar dari peradilannya. Selain dari penakdiran, dengan KehendakNya, Allah
SWT dapat membuat riwayatmu menjadi sama dengan isi QalamNya tentangmu. Tapi di
sisi lain manusia mempunyai tanggung jawab dengan apa-apa hasil perbuatan yang
ia lakukan, dari nilai tanggung jawab dari hasil perbuatan manusia itu sendiri
seakan-akan berhubungan timbal balik dengan penakdiran (Qalam) dan saling
mengikat, seakan-akan Qalam sendiri tidak di buat sebelum penciptaan alam
semesta dan manusia melainkan berjalan sejajar dengan kejadian nyata, padahal
nyatanya Qalam telah paling awal diciptakan sesudah pena sebelum penciptaan,
makanya dikatakan “persaksian” inilah keluasan ilmu Allah SWT bahkan lebih dari
gambaran itu.
Bila penulis berkata: “kapan doa
di kabulkan?”, jawabannya: “Bisa esok, lusa, tahun berikutnya atau di surga”.
Bila penulis bertanya: “bilakan usaha/pekerjaanmu berhasil?, jawabannya:
“mungkin bisa berhasil esok dan seterusnya bila gagal juga esok dan seterusnya”
tapi itu sudut pandang manusia, sudut pandang Allah SWT adalah tetap : “Telah
tercatat di kitab sebelum diciptakan, jauh sebelum dikabulkan, dan jauh sebelum
digagalkan atau diberhasilkan”. Jadi “Kapan doa dikabulkan?” Bolehlah menjawab “Pengabulan
atau tidaknya telah dijadikan jauh sebelum kau sendiri diciptakan dan jauh hari
sebelum kau memintanya.” Mengapa demikian?
Sebelumnya, sebenarnya jawaban
dalam Cuplikan Sumber Literatur tentang penakdiran adalah sungguh sudah
memuaskan, tidak usah berpusing pada pemahaman akan kisah nabi Musa as dan
Khidir bila ia bukan capaian pemahaman untukmu. Karena kau masih dalam tabir
hal ini. Bagaimana untuk memahaminya, jawabannya juga ada pada surat yang sama
diawal sebelum kisah nabi Musa as dan Khidir, sesungguhnya hati punya berlapis-lapis
tutupan-tutupan, maka bukalah hatimu dari tutupan-tutupan tersebut selapis demi
selapis.
“Dan
siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah
dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula)
sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” QS Al
Kahfi : 57
Untuk memahaminya lebih lanjut
ada baiknya kita menguraikan seperti apa sifat dasar penakdiran itu dahulu.
Katanya semua karna takdir atau atas izinNya terjadi, jadi bila seorang itu maling, apa itu karena takdir atau ijinNya yang diberikan-Nya, berarti salah nga orang itu karena ada ijinNya?
boleh semua sudah diizinin, dan
itu pilihan dari sisimu? Lakukan atau tidak lakukan namun ingatlah akan
rambu-rambunya dalam agama, perintah dan larangan, akibatnya tanggung jawabmu tapi
bila sesuatu ditakdirkan untuk kamu miliki, maka biar semua makhluk bersatu tak
mampu mereka menggagalkannya, bila sesuatu itu bukan untuk Kamu, biar seluruh makhluk
bersatu membantu Kamu mendapatkannya, tak akan kau dapatkan hal tersebut, maka
dipermudahkan jalanmu ke arah takdirmu, artinya jalan dalam masa hidupmu adalah
arah nyata untuk hasil pasti yaitu dapat atau tidaknya, walaupun dalam anggapanmu
jalan itu berat dan berliku usahanya padahal sudah ditetapkan itu diarahkan
berhasil jadi milikmu atau kebalikkannya tidak dapatkan hal tersebut. Diijinkan
Allah SWT ada 2 pilihan berupa baik dan buruk namun masing-masing pilihan ada
kwesekuensinya/tanggung jawabnya.
Masing-masing didekatkan pada takdirnya, bagi manusia itu pilihan, diserahkan pilihan padamu namun itu sudah dalam tetapan kehendak dan takdirNya karena manusia mengenal massa (waktu), maka manusia berkata pilihannya dapat merubah takdir (takdir dapat ia ubah-ubah) benar dalam sudut pandang manusia. namun bagiNya takdirmu adalah tetap karena Allah SWT tidak mengenal massa (waktu), Allah SWT lah yang ciptakan waktu dan ruang, Allah SWT tidak terkungkungi oleh waktu dan ruang yang Ia ciptakan, jadi ilmuNya jauh melampaui perhitungan waktu dan ruang, dan Dia lah pencipta skanario keseluruhan, bisa saja Allah SWT telah menetapkannya keseluruhan dan saat ini apa yang kau lakukan adalah wujud perwujudan dari ketetapanNya yang berlaku untukmu. tapi sementara dalam kurungan waktu kau menganggap, kau berjalan dari takdir satu ke takdir lainnya, atau takdir telah berubah-ubah/pilihan berubah-ubah. Iya karena kau terkungkung waktu, masa depan kau tidak tau, hari esok kau memiliki pandangan yang gelap, sementara Allah SWT telah menyiapkan situasi dan kondisi semua itu agar berjalan sesuai dengan kehendakNya yang akan kau lihat di masa depan kamu. Dengan ilmuNya, Allah SWT telah menyempurnakan kehendakNya segaris dengan apa yang kau pilih nantinya, Namun ingatlah apa yang jadi pilihanmu, masing-masing dari pilihan tersebut akan ada nilai tanggung jawab darimu sendiri. Allah SWT mendekatkan takdirmu (sudut pandang Tuhan) atau sama artinya dengan saat pilihanmu sebagai (sudut pandang manusia) agar sempurna garisan takdir yang Allah SWT kehendaki kepadamu. Pendekatan takdir ini tidak memberatkanmu melainkan karena Dia tahu isi hakekat dirimu dan telah menerawangnya jauh sebelum kau ada dan telah mencocokan jalan takdir untukmu.
Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu sendiri, QS.
An-Nisa,79.
Kita ambil contoh gambaran walau tidak sempurna menjelaskan keseluruhannya, tapi cukuplah ini menggambarkan takdir dan penciptaan tersebut :
Sesudah Qalam diciptakan, Qalam
berisi takdir dari awal hingga akhir sepenuhnya, penakdiran dalam hal ini
memuat aturan umum, kaidah-kaidah, hukum alam umum, perundangan-undangannya,
mekanisme pembentukan benda/makhluknya, ciri-ciri fisiknya, hukum fisika,
kimika, mekanika, dinamika, dan ka ka lainnya, menjadikan bentuk rupa alam
semesta serta segala isinya terbesar hingga terkecil termasuk juga bumi dan
manusia, waktu dan ruang dan segala peristiwa-peristiwa di dalam alam semesta
itu, juga termaksud penakdiran khusus per individu seperti rezeki, kematian,
amal, jodoh, celaka//bahagianya.
Kita ambil contoh game PS bola,
bahkan penggemar game dan pembuatnya pun tidak menyadari bahwa ada pelajaran
berharga disana.
Pencipta game membuat skanario
game dari awal hingga akhir, kemudian menciptakan bentuk jadi beberapa model
gerakan dan gaya-gaya tendangan, lemparan, jenis dan warna bola, bentuk fisik pemain,
level skill pemain, mekanisme game secara global, level dan skill, berbagai
macam model stadion, berbagai macan model rumput lapangan, penonton, dll.
Perhatikan seksama saat main game berapa model tendangannya, gayanya ada
berapa? Dalam rupa bentuk kita bisa lihat di komputer bahwa data game itu
berisi file-file dan folder-folder yang berisi data-data aplikasi-aplikasi
seperti exe, dll, jpg, mp4, mp3, atau gambar, audio, video, note, dsb
gabungannya membentuk mekanisme perintah eksekusi pembentukan dunia game itu sendiri,
dalam tampilan hidupnya di monitor atau tv jadi bentuk ada lapangan, stadion, orang,
bola, skill, dll, aplikasi ini terbentuk dari gabungan fisik (hardware) dan
rohani (software). Aplikasi-aplikasi tadi bila anda bisa rinci lagi adalah
terdiri dari jaringan script-script bahasa komputer atau di rinci lagi terdiri
dari angka 0 dan 1 (pascal) saja berulang-ulang.
Lalu diciptakanlah alam semesta kemudian diciptakan pula manusia yang mana takdir umumnya fisik berbentuk indra-indra, tangan, kaki dan badan seperti keadaan Anda dan bila cacat terlihat berbagai model cacat manusia. Begitupun sifat-sifat yang ada pada diri batin setiap manusia. Allah SWT memberi pemikiran dan perasaan berupa akal, iman dan nafsu masing-masing kepada manusia hingga manusia punya rasa sama. Penulis bisa emosi, ketawa, senang, tamak, sombong begitupun Anda tapi anggap saja masing-masing orang ada level bar dari 01 sampai 100 tingkat per bagian jenis emosinya dan “ nilai kecendrungan” yang disesuaikan nilainya oleh Penciptanya (Allah SWT) berdasarkan unsur masing-masing sari pati pembentuk manusia.
Dari Abu Musa Al Asy'ari RA, ia
berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya
Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang di dalamnya terdapat beberapa
unsur. Kemudian keturunannya menjadi beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada
diantara mereka yang berkulit merah, putih, hitam dan antara warna-warna itu,
ada yang lembut dan yang keras, ada yang buruk dan yang baik'."
Shahih: At-Tirmidzi (3243). Keragaman ini menjadikan pula keragaman level
tabiat masing-masing. Senada apa yang disampaikan Hasan.
Hasan meriwayatkan dari ayahnya
Amirul Mukminin, beliau berkata, ’Ketika
Allah hendak menciptakan Adam, Ia memerintahkan Jibril supaya mengambil
segenggam tanah dari sari bumi yang kemudian dicampur dengan air tawar dan air
asin, lalu tersusunlah tabiat-tabiat
(kecenderungan manusia), sebelum Dia meniupkan roh ke dalamnya.’ ….
Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah
bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa
Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi
'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging)
selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu
diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang
diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak
antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh
ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka.
Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi
jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
(Hadis Qudsi)
Kemudian masing-masing manusia
dilengkapi takdir khusus lagi saat lahirnya atau saat masih di dalam kandungan,
masing-masing manusia berbeda untuk penakdiran ini. Ambil contoh penulis ditakdirkan
punya 5 saudara lain, takdir lahir di Balikpapan, tinggal sampai beberapa tahun,
entah berapa lama, esok bisa jadi pindah atau tetap disini, harta begini kaya atau
tidak, hidup selalu senang atau tidak senang sepanjangan hidup, jodoh si fulan,
mati disini, dll. Katanya ini ditetapkan dalam kandungan pada saat 40 hari,
beberapa ulama berbeda waktu dalam hal ini, berapa lama saat umur berapa hari
penetapannya. Penakdiran ini ada batas waktunya, ada yang permanen dan ada pula
yang tidak. Masing-masing punya beberapa perjalanan takdir, ada secara
bersamaan datangnya dan ada yang bergantian. Penulis punya saudara yang seumur hidup akan menjadi takdir
saudara buat penulis, nilai harta bisa
naik turun dalam perjalanan hidup hingga sampai pada batasan jumlah harta yang
ditakdirkan, jodoh, kematian, kesenangan dan penderitaan akan bergantian
datangnya.
Kembali ke contoh mininya dunia game bola, saat pertama kali masuk anda masuk pada pilihan negara, team, pemain, sekanario pola serang bertahan atau formasi secara garis besar telah disiapkan oleh pencipta game. Masing-masing team dan pemain juga punya skill sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan pembentukan pemain itu, ada skill drible hebat, tembakan jitu ke gawang 90% ada yang 50%, speed lari ada yang cepat ada yang lambat, heading hebat ada yang biasa saja, dribling mempuni dan ada yang biasa saja, team kuat serang, team kuat bertahan, team yang skill seimbang, dsb. Skanario umum game telah ada, kemudian pemain game menentukan kekhususannya lagi dengan memilih salah satu team dan kemudian memilih pemain-pemain yang akan ia pakai dalam pertandingannya.
Saat perjalanan hidup manusia itu berjalan dalam kompleksitas ciptaan, alam dunia tempat manusia hidup dan mekanisme bertahan hidup berjalan, interaksi ke sesama pemain, usaha dan gerak bisa dilakukan secara mobile, usaha manusia ada yang diam ada yang bergerak, duduk, berdiri, berjalan dan berlari masing-masing hal tersebut tetap mendekatkan ketakdirnya masing-masing tapi ini sebenarnya sudah merupakan settingan globalnya, tinggal pilihan orangnya akan usaha tersebut. Masuk lever bar yang mana dari 01 sd 100% misalnya. Walaupun diam, berdiri, duduk, berjalan atau berlari sebagai usahamu didunia memenuhi apa yang kau mau, namun ia telah dikehendakiNya karena ia telah tau arah pilihanmu itu.
Saat dalam game hasil olah pilihanmu akan membentuk team ideal untukmu bermain, entah kamu pakai pemain inti semua atau tidak atau yang lagi onfire merah berapa terserah, team dan formasi apa yang kau suka pasti udah jadi pilihan buat lawanmu sebentar lagi. Saat itu kamu mainkan skill olah tanganmu buat geraknya, dalam artian harpiahnya tanganmu yang memegang joystick berinteraksi dengan otak pikiranmu untuk memainkan teammu agar menang. Artinya olah tangan perwujudan hasil pikiran dan skill badan tanganmu. Bukankah bila kau gabung, joysteak sebagai pemikiran otak dan pemain di tv fisikmu dan dunianya adala game bola yang terlihat di tv, terciptalah dunia game bola, contoh mini buat alam semesta. Alam semesta game bola.
Hasilnya anda bisa menang, kalah atau seri. Keahlian dan cara bertindak dan berpikir menuntut tanganmu yang memegang joysteak untuk menggerakkan pemain di tv yaitu fisik yang terlihat agar dapat memenangkan pertarungan. Nah pertanyaan kenapa kau memilih hidup? Kenapa kau suka main game? Bila menang dalam game tentu kebanggan dan kesenangan yang terlihat, bagaimana bila kalah?
Karna pilihanmu akan setting teammu maka tanggung jawabnya jatuh padamu apa pun hasilnya kau harus bertanggung jawab pada diri sendiri menang atau kalah, bukankah kau telah disiapkan banyak pilihan team dan formasi, dan kau memilih team dan formasi sendiri yang kau inginkan untuk kau pakai. Begitu pula setting semesta setelah yang umum berlaku, kemudian kau diberi settingan khusus dan dalam perjalanan hidup telah dibuat banyak pilihan buat team pribadimu (dirimu) seperti apa akan jadi pilihanmu sendiri tapi ingat itu sudah dalam perhitungan makar global semestanya. Sudah ada mekanisme dan undangan-undangnya. Sekenarionya telah ada hasilnya baik itu takdir baik atau buruk.
Gambaran ini tidak menggambarkan
keseluruhan bahkan lebih sempurna lagi ilmuNya lebih dari itu ilmuNya jauh dari
batasan karena Tuhan tidak terbatas ilmunya, tidak mampu Kita batasi dari akal
Kita, lebih hebat dari itu. Hasilnya kau merubah-ubah jalan hidupmu yang lalu,
sekarang dan masa depan kelak, tapi Tuhan itu ada dari terawal dan terakhir, Dia
yang ciptakan waktu, tidak mungkin Dia terkungkung waktu, dalam masa waktu dan
ruang mu, sama Allah SWT bisa ada di masa lalu, masa sekarang, masa depan, atau
sisi-sisi dari semua waktu dan ruang itu. Takdirmu atau kau sebut pilihanmu dapat
berubah tapi dalam hitunganNya, Dia telah tau kemana arahmu di masa depan atau di
masa belakang karna waktu Dia lah sang Penguasanya, Dia maha mengetahuinya,
bahkan Dia memudahkan arah pilihan dan “kecendrungan” mu tersebut menjadi
takdir/kehendakNya. Bahkan sebenarnya Tuhan pula yang memberi keseluruhan
kemampuan itu, Dia yang memberi rasa taubat, Dia pula yang menerima taubat,
tapi keuntungan dari taubat itu Dia beri kepadamu.
Sesungguhnya
Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa
kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya
sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat
(kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang
bertanggung jawab terhadap mereka. QS. Az Zumar: 41
Bukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk
kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari
keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu
akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan).
QS. Al Baqarah : 272
Dalam game petualangan, ditiap
tempat ada diberi bonus-bonus, entah bonus hidup, power atau senjata. Bila
dalam game pada stage satu ada lima arah jalan dan masing-masing menuju musuh
utama, dimana pencipta game telah merandom kelima musuh tersebut, hingga pemain
sampai ujung stage tersebut barulah tahu siapa musuh yang ia hadapi, bahkan
pencipta game pun tidak tahu hasil random tersebut, kecuali ia hanya mengetahui
kelima musuh tersebut seperti apa, karena ia yang buat. Dalam kehidupan
manusia, banyak bonus pahala dimana-mana, bedanya saat kau diarahkan kepada
satu jalan, Tuhan telah tahu apa yang akan ada di jalan tersebut dan tahu
bagaimana kau menghadapinya dan Tuhan telah tahu hasilnya pula bahkan bisa pula
memaksakan hasilnya menurut kehendakNya.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, “Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu;
dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ”
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.)
Seorang sutradara terlebih dahulu
membuat skenario filmnya dari awal hingga akhir, dalam bayangan kepalanya alur
cerita telah ia lihat dalam keseluruhan pikirannya sampai film selesai,
kemudian ia mencari dan meneliti beberapa aktor antagonis dan memilih salah
satu aktor tersebut. Dengan pengalaman sang sutradara, mudah baginya melihat
dan menilai kemampuan para aktor tersebut untuk peran yang cocok yang sutradara
inginkan hingga ia pilih salah satu yang terbaik dan cocok buat peran itu. Bila
ia seorang aktor antagonis mudah buat sutradara menyuruh aktor berakting pada
skenario untuk peran antagonis tersebut tanpa harus bersusah payah memberi
arahan dan pelajaran bahkan bila aktor antagonis yang piawai, dengan setting
jalan skenario peran antagonis yang telah sutradara siapkan, dengan hanya
membiarkannya saja larut dalam skenario yang sutradara buat, aktor antagonis
bisa dengan baik memerankannya padahal sang sutradara melepaskan si aktor berekspresi sendiri pada perannya. Sang
sutradara tidak perlu memberi arahan dan pelajaran, aktor tersebut dapat baik
melakukan perannya, karena jalan skenarionya yang MENYENANGKAN, sesuai dan mudah tersebut.
Dan
Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. QS.
An-Nisa : 115
Namun bila sang sutradara
menyuruh aktor antagonis berperan pada peran protagonis maka jalan skenarionya
akan terasa berat buat aktor antagonis untuk menyesuaikan diri pada peran
protogonisnya. Disinilah peran sutradara memberi arahan dan pelajaran yang
cocok buat aktor tersebut agar dapat berperan protogonis, sutradara memaparkan
secara baik jalan skenario, ia akan datang dan membantu sang aktor saat-saat
dalam kesulitan pada jalan peran tersebut. Mampukah aktor antagonis melakukannya?
Mampu, namun tingkat pencapaian aktingnya ini dilihat dari penerimaan sang
aktor terhadap arahan dan pelajaran, dan sang sutradara tidak begitu bodoh
memberi peran yang salah, karena sang sutradara telah menerawang dan meneliti jauh
hari tentang adanya bakat si aktor buat memerankannya, walaupun bakat itu
sebesar atom. Tidak ada paksaan dan tekanan, tidak diberi beban yang melebihi
kekuatan dan kemampuan si aktor. Semua sesuai dengan kebijaksanaan dan ilmunya
sang Sutradara dalam penilaiannya dan penerawangannya kepada hakekat si aktor.
Sudah ada takdir yang ditetapkan
bagi manusia dan berlaku pada diri manusia itu
“dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. QS. Asy Syams : 7-8
Katanya semua karna takdir atau
atas izinNya terjadi, jadi bila seorang itu maling, apa itu krna takdir atau
ijinNya yang diberikan-Nya, berarti salah nga orang itu karena ada ijinNya?
Untuk pilihan Allah SWT telah
memberikan 2 pilihan yaitu jalan kefasikan atau jalan ketakwaan, pengilhaman
ini bisa dahuluan sebelum penciptaan dan bisa pula setelah penciptaan. Namun
berdasarkan ayat diatas besar kemungkinan setelah penciptaan sebagai bagian
penyempurnaan ciptaanNya, bisa jadi yang sebelum penciptaan adalah penerawangan
Allah SWT kepada hakekat bibit kecondongan dari ciptaanNya tersebut
Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. QS. Al
Qashash: 56.
Seseorang
tidak akan disesatkan atau dibiarkan sesat melainkan setelah terlebih dahulu
datang pengabaran tentang baik dan buruk kepadanya tentang apa yang
dikerjakannya, pengabaran itu berupa agama yang mengandung
perintah dan laranganNya, kemudian Allah SWT berdasarkan ilmuNya telah melihat
dan mengetahui kecondongan hati dari pemilik hati tersebut maka diarahkanlah
kepada kecondongan hati orang tersebut jalan takdirnya atau pilihan orang
tersebut “dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk”, maka bila ia melakukan keburukan
akan ditambahlah tutupan hatinya hingga hatinya bertambah gelap atau bertambah
hitam, hingga sampai dibiarkanlah keadaan tersebut. Jadi sebelumnya maling
tersebut pasti telah mendapat peringatan atau mendapat kabar, mengetahui baik
atau buruk apa yang dia kerjakan, berhubung sebelumnya dalam penerawangan
hakekat dirinya telah ada kecondongan/kecendrungan hatinya dan nilai tabiat terhadap
pilihannya, maka bisa dikatakan jalan takdirlah yang telah dahuluan ia temui
padahal adalah sesuatu skenario/jalan yang dipermudah untuk ia dapatkan atau
tidak.
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? QS. Al Jaatsiyah: 23
Jaman sekarang dimana informasi
dan komunikasi sangat canggih hingga seluruh dunia dapat mengetahui informasi
maka pengabaran akan agama Islam telah menyebar dan mudah diketahui
orang-orang, maka wajiblah mereka untuk memilih agama ini, bila mereka tidak
memilih agama ini, setelah adanya pengabaran ini maka akan disesatkanlah
mereka, dan bisa makin sesat hingga terjadi pembiaran kesesatannya atau akan
kembali kemudian kekeimanannya pada saat takdir hidayah pada tempat yang pasnya
diberikan. Hanya apabila informasi agama Islam tidak pernah sampai kepadanya,
barulah urusan tersebut hanya Allah SWT yang tau, akan halnya balasan yang
cocok buat mereka.
Cuplikan
sumber literatur
Teori
Lubang Cacing
Teori Fisika paling mutahir, yang
dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
Raksasa di dunia ilmu fisika yang
pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis
Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum
Gravitasi dan Hukum Gerak. Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907). Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.
Gravitasi dan Hukum Gerak. Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907). Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.
Dr. Stephen Hawking dikenal akan
sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya
mengenai tiori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan
topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time,
yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu
berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
Berdasarkan teori Roger Penrose :
Bintang yang telah kehabisan
bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik
kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga
menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole). Dengan cara
membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :
Lebih dari 15 milyar tahun yang
lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan
dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa
ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini
masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya
mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak
teratur. Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena
rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan
besaran yang tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawking bila kita tidak
bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal
tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas
itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan
mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan
alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada kondisi waktu nyata (waktu
manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok,
seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa
lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada kondisi
waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu
manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam :
“Tinta takdir yang jumlahnya
lebih banyak daripada seluruh air yang ada di samudera di jumlah 7 x bumi telah
habis dituliskan di Lauhul Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi
(tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes. Menurut Dr. H.M. Nasim
Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak
bisa menjangkau masa depan (dan masa silam).
Tetapi bila manusia dengan
kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui
“lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa
melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian
kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu
menjalani Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana firman Allah :
Dan
Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat
tinggal . . .
(QS. An Najm / 53:13-15) Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.
Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga). Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).
(QS. An Najm / 53:13-15) Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.
Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga). Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).
Dan dengan mengambil teladan
peristiwa Isra, kita bisa ambil kesimpulan :
- Manusia dengan kekuasaan Allah, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.
- Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (mungkin sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).
- Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan. Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian di masa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya. WaLLahu a’lamu bisshawab…
Marilah kita kembali kepembahasan
dan melihat kembali kandungan cerita nabi Musa as dan nabi Khidir as dan
memilah-milah masing-masing peran dan takdirnya :
"Al-Qalam
ini Allah ciptakan ketika Allah memerintahkannya menulis taqdir semenjak 50
ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, jadi Al-Qalam tersebut
diciptakan sebelum langit dan bumi, dan dia adalah mahluk pertama yang pertama
diciptakan sebelum alam semesta, dan penciptaannya setelah Al-'Arsy,
sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil dan inilah pendapat jumhur salaf"
(Majmu' Al-Fatawa 18/213)
Sayidina Hasan meriwayatkan dari
ayahnya Amirul Mukminin, beliau berkata,’Ketika
Allah hendak menciptakan Adam, Ia memerintahkan Jibril supaya mengambil
segenggam tanah dari sari bumi yang kemudian dicampur dengan air tawar dan air
asin, lalu tersusunlah tabiat-tabiat (kecenderungan manusia), sebelum Dia
meniupkan roh ke dalamnya…..’
“Allah
menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian keluarlah keturunan
yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak yang kirinya lalu
keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah berfriman, ‘Mereka
(yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli
dan mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak
peduli.’”
(Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir,
lihat Shahihul Jami’ no: 3233).
Dalam hadis diatas ini terkesan
bahwa ini sepertinya adalah pemaksaan kehendak Allah SWT, padahal tidak halnya
demikian, karena sifatnya bukan seakan-akan undian melainkan karena keilmuan
Allah SWT yang sempurna, hingga siapa-siapa yang diambilnya, pada waktu
bersamaan adalah sesuai dengan penerawang kecondongan tabiat baik buruknya
makhlukNya itu sendiri, jadi pengambilan ini bukan asal pilih atau bersifat
undian, melainkan kesempurnaan kemampuan Allah SWT yang seketika itu telah
mengambil makhlukNya yang memang kenyataannya akan sesuai kecondongan makhluk
itu dan yang kelak akan masuk Surga atau Neraka. Sebagaimana simbol kanan
adalah bisa bermakna baik dan simbol terhadap kiri bisa bermakna buruk atau
kiri melambangkan sifat-sifat buruk dari makhluk itu sendiri yang mengarah ke
kecendrungan prilaku/tabiat makhluk kiri/buruk, maka pengambilan dan pemilihan
ini telah sesuai dengan keadaan awal makhluk itu sendiri bahkan dengan
kesempurnaan keilmuan Allah SWT telah terambil serempak dengan sebanyak jumlah
makhluk/manusia yang buruk dari awal sampai akhir dunia sebagaimana sample mini
dunia (tidak dapat menjelaskan menyeluruh karena minimalisnya dunia) seperti
selayaknya sutradara yang dapat menilai baik buruknya akting sejumlah aktor/artis
sebelum sang sutradara memilihnya karena kelayakan akting aktor/artis tersebut dalam
keikutsertaan film yang ia buat, yang bila artis/aktor tersebut bermain di
filmnya akan dimunculkan oleh sutradara di menit, waktu dan alur yang sesuai
dengan skenario sutradara sendiri.
‘Tidak
ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di
neraka atau pun surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Musa
berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
adapun
anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa
dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan
kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya).
- Anak yang dibunuh ditakdirkan atau membawa bibit kefasikan dan termasuk anak yang kelak tidak berbakti pada orang tua
- Kedua orang tuanya diilhamkan jalan ketakwaan
- Dalam takdir ini, Nabi Khidir as ditakdirkan sebagai bagian skenario untuk peralihan dan penyempurnaan takdir ini
- Kedua orang tuanya akan mendapat penakdiran baru berupa mendapat anak yang sholeh
Penalarannya :
Mungkin kedua orang tua tersebut
ditakdirkan/diberi ilham jalan ketakwaan dan telah ditetapkan tempat duduknya
di surga, untuk memudahkannya mendekati takdirnya itu maka si orang tua dijauhkan
dari kejelekan yang mungkin nantinya akan muncul karena dibawa oleh anak yang
dibunuh Khidir, disini peran penakdiran Khidir akan hal ini berupa pembunuhan.
Kemudian orang tua tersebut akan diberi kemudahan lagi agar lebih mendekati
takdirnya yaitu diberi anak sholeh dan berbakti hingga ketakwaan kedua orang
tua tersebut terpelihara sepanjang hayatnya. Anak yang kelak lahir pun telah
dalam cakupan takdirnya sendiri pula sebagai orang sholeh.
Adapun anak yang terbunuh
tersebut, awalnya jauh sebelum penciptaannya Allah SWT telah melihat dan
menerawang akan adanya bibit kefasikan pada dirinya, Bahkan bisa saja dalam
penakdiran Qalamnya kemudian Allah SWT memberi lagi atau mengilhamkan jalan
kefasikan, Klop, adanya bibit diawal ditambah pengilhaman kefasikan.
Namun bisa jadi pada suatu masa
saat Allah SWT menetapkan “Mereka (yang
seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli” hal
penetapan ini yang berarti masuk juga sebagai skenario isi Qalam. Dan kebetulan
anak ini terpilih sebagai salah satunya.
Allah SWT tidak peduli baik
manusia itu berbibit fasik atau berbibit takwa, atau telah diilhamkan jalan
kefasikan atau ketakwaan, selama Allah SWT telah menetapkan kedudukannya di
surga, Allah akan membuatkan penakdiran (skenario atau isi Qalam) yang cocok
hingga apa yang Allah SWT telah tetapkan menjadi kebenaran. Dengan ilmuNya yang
Maha luas mudahlah hal tersebut begitupun kebalikkannya. Seperti yang tertuang
dalam perkataan nabi Musa as “Mengapa
kamu membunuh jiwa yang bersih” berarti anak tersebut mati sebagai jiwa
yang bersih.
Jadi beberapa hal ini telah ada
dalam Qalam yaitu penakdiran anak ini adalah mempunyai jalan kefasikan tapi
telah ditetapkan pula tempat duduknya disurga dan jalan skenario kearah
tersebut juga sebenarnya telah ditulis di Qalam pula yaitu semua yang
menyangkut alurnya seperti waktu, tempat dan penakdiran Khidir sebagai
penyempurnaan takdir ini. Dan juga baik itu penakdiran umum maupun khusus
menyangkut semua yang terlibat. Kesempurnaan IlmuNya ialah Allah SWT telah
menetapkan semua takdir di Qalam dan mengeksekusi pembentukan, materi-materi
yang terlibat dan bahan-bahan semua jalannya skenario takdir menuju pencapaian takdir
yang sama dengan apa yang Allah SWT telah dahuluan tulis atau tetapkan di kitab
induk Qalam.
Inilah mungkin sebagian makna
lainnya, maknanya yang lebih tinggi adalah pengetahuan yang diberiNya kepada
nabi-nabi dan yang mengetahui makna keseluruhannya adalah hanya Allah SWT.
Maka ada hikmah lain dalam hal
ini, yakni bahwa sesuatu yang buruk, belum tentu itu buruk faedahnya. Jangan
nisbahkan ilmumu, kepintaranmu, kesuksesanmu, kekayaanmu, keahlianmu, dsb.
Kecuali kepada Allah SWT sebagai pemberinya dan pemilik kehebatan yang ter-,
paling-, maha-.
Cerita ini hanya melibatkan
beberapa orang, bagaimana bila penakdiran menyangkut kompleksitas
bertahun-tahun dan melibatkan ribuan orang? Atau melibatkan awal hingga akhir
alam semesta? Skenario seperti apa dan bagaimana? Dalam rentetan ini banyak
sub-skenario- sub-skenario takdir-takdir terlibat dan tiap manusia yang
terlibat pun memiliki rentetan takdirnya sendiri-sendiri dan saling berkait-kaitan
dengan takdir manusia-manusia yang lain dan berkait-kaitan dengan takdir-takdir
yang lain pula, namun Allah SWT akan menyesuaikan dan memberikannya kepada
masing-masing manusia akan takdirnya pada takaran yang pas dengan waktu dan
kondisi yang pas pula. Sesungguhnya kalian akan dapat melihat konsep Ketuhanan,
mengapa Allah SWT layak menjadi Tuhan yang Maha Esa dan mengapa alam semesta
ini mudah diatur olehNya.
Manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh
Allah SWT, bukanlah demikian halnya adanya, seperti apa yang penulis uraikan
diatas, Kita tidak bisa membatasi dengan akal tentang ilmu Allah SWT, bila akal
bisa membatasi berarti apa yang punya batasan adalah makhluk. Allah SWT adalah
Tuhan yang telah mengetahui/menerawang jauh-jauh hari hakekat per masing-masing
ciptaanNya bahkan walaupun belum diciptakanNya, pembuat film pun begitu bahkan
ia telah membayangkan isi cerita film itu sampai habis di kepalanya walaupun skenario
dan jalannya filmnya sendiri belum dibuat, kemudian setelah dibuat skanario dan
setting globalnya, maka ia mencari pemeran-pemeran yang cocok pada
masing-masing peran yang telah ia bayangkan begitupun novelis melakukannya.
Dengan adanya penerawangan kecendrungan dan tabiat maka untuk mengakomodir
semua hakekat isi dari masing-masing ciptaanNya maka dibuatlah atau ditulislah
kedalam takdir (Qalam) sebagai persaksian dan pembuktian akan kesempurnaan dan
kehebatan ilmuNya dan atau pembuktian Allah SWT sendiri sebagai kelayakan
sebagai Tuhan agar kalian dapat melihat kenyataan itu.
Penakdiran sendiri lebih condong
kepada pengetahuan Allah tentang hakekat makhluk ciptaanNya makanya dikatakan “apapun
yang dilakukan manusia, masing-masing akan mendekati takdirnya sendiri” dan
akan sesuai dengan kitabNya karena pengetahuan Allah SWT terhadap kecondongan
perbuatan dan kehendak dari ciptaanNya itu sendiri dan telah adanya pengambilan
janji sebelumnya saat pengambilan dari sulbi nabi Adam as. Jadi karena adanya
bibit kehendak dan perbuatan dan tabiat manusia/makhluk ciptaanNya sendiri
itulah direalisasikan di dalam penakdiran dan penakdiran yang saling
berkait-kaitan kepada makhluk yang lain.
Beberapa penjelasan juga ada pada
kisah-kisah nabi-nabi lainnya :
Firman Allah: “Apabila Allah berkehendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah!“, lalu jadilah
dia.” {QS. 3:47}
Zakaria
berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah
sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya". (cerita nabi Zakaria as dalam Quran)
Apa ini pemaksaan kehendak Allah
SWT kepada nabi Zakaria as? Tidak, karena sebelumnya nabi Zakaria as selalu
berdoa meminta anak, dan melainkan karena keyakinan Beliau pada keinginannya
yang bisa dikabulkan, yang tidak mustahil bisa dilakukan Allah SWT untuknya.
Zakaria
berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku
adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur
yang sangat tua". Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan
berfirman: "Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di
waktu itu) belum ada sama sekali". (cerita nabi Zakaria as dalam
Quran)
Digambarkan lagi bahwa hal
tersebut mudah buat Allah SWT, juga digambarkan seakan-akan sebelum nabi
Zakaria as diciptakan, pada waktu nabi Zakaria belum ada telah pernah
diciptakan pula Beliau padahal belum diciptakan, seperti seakan-akan ada 2 kali
penciptaan, pertama saat belum ada dan kedua saat wujudnya diciptakan. Aneh ya,
“Aku
ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali". Bagaimana
ini? Bisa bedakan antara koma, perkataan yang akan jauh berlainan arti “Aku ciptakan
kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali". Dengan “Aku ciptakan kamu, sebelum itu padahal
kamu belum ada sama sekali" atau “Aku ciptakan kamu. Sebelum itu,
padahal kamu belum ada sama sekali". Apa ini penerawangan itu
“saat belum ada”? penguat hal ini ada di hadis lain, seperti :
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Allah
berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya: Seandainya kamu
mempunyai dunia serta isinya, apakah kamu akan menebus dengan semua itu? Orang
itu menjawab: Ya. Allah berfirman: Aku telah meminta darimu yang lebih ringan
daripada ini ketika kamu masih berada di
tulang punggung Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu
(aku kira beliau juga bersabda) dan Aku tidak akan memasukkanmu ke neraka.
Tetapi kemudian kamu enggan dan tetap menyekutukan-Ku. Nomor hadis dalam
kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 5018
Update:
penguat hadis ini ada pula adalah adanya hadis lain yang menggambar bahwa ini
adalah pengambilan janji disertai saksi-saksi untuk manusia tersebut pada saat
diambil dari sulbi nabi Adam as, jauh sebelum ia dikeluarkan atau diciptakan
dalam rupa bentuknya atau jauh hari sebelum penciptaan sesungguhnya, dalam
Quran tidak dijelaskan detail kapan pengambilan janji ini.
172. Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
173. atau agar kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang)
sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan
orang-orang yang sesat dahulu?"
QS. Al A'raaf: 172-173
148.apapun."
Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul)
sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai
sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu
tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah
berdusta.
149. Katakanlah:
"Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki,
pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya." QS. Al An'aam: 148-149
Jadi
selain dari penerawangan kecendrungan tabiat hakikat manusia tersebut di
awalnya, Allah SWT juga telah mengambil janji manusia jauh sebelum fisiknya
diadakan, adapun kitab takdir telah dahuluan ditulis sebelumnya, Rasulullah bersabda : "sesungguhnya
yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena), lalu dikatakan
kepadanya, 'Tulislah. 'Ia menjawab, 'ya Tuhanku, apa yang harus aku tulis?' Dia
menjawab, 'Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat tiba
Dalam
hal ini semua takdir sudah tertulis dari awal hingga akhir secara keseluruhan
baik yang umum maupun khusus, adapun pengilhaman ketakwaan dan kefasikan kelak
dan penetapan saat didalam kandungan itu adalah penetapan untuk sempurnanya
jalannya skenario dan makar agar benar akan sesuai dengan capaian yang sama yang
ada di dalam kitab induk takdir yang merupakan rancangan sebagai pengetahuan,
kehebatan dan maha kesempurnaan ilmu Allah SWT dalam pemahaman, pengelihatan dan
pengetahuan hakekat makhlukNya dan alam semesta, demikian pula kehendakNya pada
jalannya takdir pada alam dan faktor x pada kehidupan manusia adalah merupakan
bagian jalan yang dipermudah dalam pendekatan takdir itu sendiri dan jalan
pengeksekusian pembentukan, waktu, tempat, keadaan dan faktor x lainnya,
materi-materi yang terlibat dan bahan-bahan semua jalannya skenario takdir agar
akan bisa dilihat jalannya akan sama pada apa yang telah tertulis dahuluan
dikitab induk.
Seperti
yang pernah penulis katakan bahwa kitab induk sendiri seakan-akan berjalan
sejajar dengan kenyataan, walau telah ditulis dahuluan, dan adapun malaikat
juga mencatat dalam catatannya jalan kenyataan tersebut pula mengikuti waktu
per waktu agar menjadi penguat dan saksi pula kelak, maka dalam sudut pandang
manusia jelaslah Allah SWT telah memberikan pengertian jalan kemudahan buat
kesejahteraan itu seperti tidak menyekutukanNya dan kandungan surat ini :
5.
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
6.
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
7.
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
8.
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
9.
serta mendustakan pahala terbaik,
10.
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. QS. Al Lail: 5-10
Dengan
bahasa lain kesempurnaan ilmu Allah SWT bahwa Ia pula telah menerawang jauh
hari akan jalannya dan pilihan usaha-usaha manusia itu kedepannya kelak pula
dalam kenyataan hidupnya kelak. Juga telah memberi solusi/cara/contoh, Jadi
tidak salah sudut pandang manusia adalah mencoba berusaha atau mencoba beramal
karena itulah yang harus dilakukan, hasilnya kedepan manusia tidak tahu, hanya
ditekankan bahwa Allah SWT telah melihat itu semua jauh hari karena bukankah
salah satunya adalah Allah SWT yang menciptakan semuanya dan yang membuat “waktu
dan ruang” itu ada pula, dan Allah SWT tidak akan terkungkun oleh waktu dan
ruang. Tidak ada pembebanan dan pemaksaan kehendakNya walau sesungguhnya Allah
SWT mampu pula untuk melakukan itu, karena rahmatNya mengalahkan murkaNya, melainkan
prediksi Allah SWT kepada kenyataan yang akan terjadi dari awal hingga akhir
dunia pada ciptaanNya yang dituang dalam kitab induk. Prediksi yang dimaksud
bukanlah bersifat prediksi gaya dukun, logika, penalaran, akal-akalan juga
bukan undian atau ramalan namun benar kenyataan kejadian yang Allah SWT telah
lihat dalam kesempurnaan ilmuNya walau dalam “waktu dan ruang” hal tersebut
belum terjadi dalam “waktu dan ruang manusia”. Bisa dikatakan pula terlihat
seakan-akan usaha manusia memicu timbal balik kepada kitab (seakan-akan kitab
belakangan) karena sudut jalannya yang sejajar dengan kitab, namun sisi lain
kitab juga dahuluan ditulis maka bisa pula dikatakan jalan takdir dahuluan
karena telah ada pengetahuan Allah SWT jauh hari dari kenyataan-kenyataan kelak
itu dan telah dituang kedalam kitab, dua hal ini berkaitan timbal baliknya.
Sungguh penulis teramat susah menguraikan bahasa hati dan menuangnya kedalam
bahasa tulis ini, karena hal ini lebih dalam pengertiannya dan lebih luas dari
sekedar apa yang tertulis disini.
Sebelumnya
dalam ayat diatasnya, firmanNya: Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar
gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah
menciptakan orang yang serupa dengan dia.
Dikatakan tidak serupa manusia
umum, tidak, nabi Yahya as serupa manusia. Dikatakan tidak serupa karena lahir
saat orang tuanya telah tua, juga tidak, ada nabi lain yang pernah. Dikatakan
tidak serupa makhlukNya yang lain, tidak juga soalnya harusnya bila demikian
adalah lebih cocok harusnya kepada nabi Adam as karena manusia terawal dengan
cara penciptaan yang lain pula (tidak dilahirkan). Dikatakan tidak serupa
akhlak, tidak lagi, nabi-nabi lain akhlaknya juga sangat baik. Bila
dikontekskan dengan ayat lanjutannya dikatakan tidak serupa karena “Aku ciptakan kamu tidak sebelum itu, padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”, yang ini mungkin benar-benar
bisa tidak serupa manusia lainnya.
Namun makna yang mungkin lebih
tepat adalah hal ini, bahwa nabi Yahya as tidak diberi pengilhaman jalan
kefasikan.
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah seorang anak Adam kecuali dia akan
melakukan sebuah kesalahan atau berkeinginan untuk melakukan kesalahan namun
tidak pada diri Yahya bin Zakaria..”
Dua hal diatas penulis serahkan
ke Anda buat lebih membukanya, berdasarkan pemahaman sastra arab dan hapalan,
kaidah-kaidah keilmuan yang lainnya. J penulis tidak pandai.
Musa
berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan)
yang telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Berkata Fir'aun:
"Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" Musa menjawab:
"Pengetahuan tentang itu ada di
sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Tuhan kami tidak akan salah
dan tidak (pula) lupa; (cerita nabi Musa as dalam Quran)
Ini
bukan hanya memberi petunjuk yaitu memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat
alamiyah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing, tapi juga mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Isa menjawab: “Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa
yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib”.
(cerita nabi Isa as dalam Quran)
Allah
SWT mengetahui hakekat isi manusia, kecondongan dan tabiatnya dan seluruhnya
yang ada pada manusia baik sebelum “ada” maupun sesudah “ada”.
Dari
mana kau tahu dan dari mana penjelasannya bahwa Allah SWT mengetahui hakekat
manusia bahkan sebelum “ada”?
1. Di dalam kitab Shahihnya Ibnu
Hibban membuat satu bab berjudul ‘Penjelasan bahwa akhlak Al-Mahdi menyerupai
akhlak Al-Mushthafa.’ Lantas ia menghadirkan hadits Ibnu Mas’ud bahwa Nabi
bersabda, “Akan keluar seseorang dari
umatku, namanya sama dengan namaku, akhlaknya sama dengan akhlakku; ia akan
memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhi dengan kezhaliman dan
laku durjana.”
2. Dari Abu Ishaq, katanya ‘Ali
bin Abi Thalib pernah memandangi puteranya, Hasan, seraya berkata, “Puteraku ini akan menjadi orang besar
sebagaimana disebutkan oleh Nabi; dan akan keluar dari sumsumnya seorang
laki-laki bernama sama dengan nama Nabi kalian; akhlaknya sama dengan akhlak
Nabi kalian tetapi tidak dengan perawakannya.” Ali menyebutkan kisah, kemudian
berkata: Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.”
Dari
hadis nabi Muhammad SAW, bagaimana Beliau tahu akhlak Imam Mahdi mirip dengan
Beliau padahal Imam Mahdi kan “belum ada terlihat” malahan juga dijelaskan pula
perjalanan/kegiatan Imam Mahdi di akhir jaman kelak padahalkan “belum ada” dan
ini juga bukan ramalan melainkan kenyataan. Wajar penulis mengatakan Allah SWT
mengetahui hakekat manusia bahkan sebelum “ada”, sama seperti saat ini, dari
sahabat-sahabat Nabi hingga Kita belum melihat hadirnya Imam Mahdi tapi sudah
tahu hakekat akhlaknya.
Kau
masih dapat memprotes Tuhanmu, memprotes cara pilihanNya untuk memilih
seseorang yang menjadi utusanNya, memprotes agama yang Ia ridhoi dengan risalah
yang Ia telah tetapkan, memprotes jalan hidupmu yang kembang kempes itu. itu
tandanya kau masih memiliki kebebasan dan kemerdekaan memilih, kau toh tidak
seperti robot dengan satu program saja maka kau akan tunduk dan melakukan semua
apa yang diprogramkan, tidak akan bisa keluar dari perintah dalam program itu.
mudah buat Allah SWT membuatmu tunduk semua atau membangkang semua atau
mematikan dan menghidupkanmu suka-suka secara serempak. Suka-suka Allah SWT mau
otoriter atau tidak, secara hakiki memang hak Allah SWT bisa seperti itu,
karena semua Ia yang ciptakan, rekayasa, bentuk tapi Allah SWT Maha Bijaksana,
Maha Adil, Maha Mengetahui, dsb. Allah SWT tentu tau kebijaksanaan apa, batasan
keadilan seperti apa, dan mengetahui apa saja yang kau mau, kau perbuat dan apa
saja yang ada di dirimu, sekelilingmu baik yang tampak maupun tidak, yang
terkecil maupun tidak karena semua Ia yang ciptakan dan tabir pun Ia pula yang
membuatnya.
Setelah
lima fase zaman umat islam, setelah angin lembut mematikan seluruh umat islam
maka akan ada fase jaman kiamat, fase ini akan dijalani oleh manusia yang tidak
mengenal islam, biasanya untuk mengazab satu kaum, Allah SWT mengutus utusanNya
terlebih dahulu, atau harus ada keadilan dimana mereka mendapat kabar dan
peringatan terlebih dahulu, harus ada pilihan agama benar dan tidak, tauhid
yang benar dan tidak, aqidah yang benar dan tidak. Namun dalam fase zaman
kiamat ini, hal ini tidak ada, lantas apakah ini keluar dari ketidakadilan
Tuhan pada umat tersebut. Tentu tidak, karena Allah SWT telah tahu bahwa
manusia-manusia ini di jaman itu memang ahli neraka, produk yang memang layak
sebagai ahli neraka. Ya produsen tentu tahu mana hakikat produk yang gagal,
produk yang bakal layak sebagai produk sampah dan kapan produk ini layak
dikeluarkan atau dibuang karena Allah SWT mengetahui hakekat manusia bahkan
sebelum “ada”.
“Allah menciptakan
Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian keluarlah keturunan yang putih,
mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak yang kirinya lalu keluarlah
keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah berfirman, ‘Mereka (yang
seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli dan
mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak
peduli.’”
(Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir,
lihat Shahihul Jami’ no: 3233)
Dari
abu said al kudri dari rosulullah beliau bersabda: 'allah berfirman! 'wahai adam! Lalu adam menjawab, 'aku sambut
panggilanmu ya allah, dan dengan bahagia aku menerima perintahmu, segala
kebaikan berada di tanganmu. Kemudian ia
berfirman, 'keluarkanlah pasukan ahli neraka! Adam bertanya, 'apakah pasukan
ahli neraka itu? Allah berfirman, dari 1000 orang ada 999 orang (yang masuk
neraka). Maka ketika itu anak anak kecil rambutnya mendadak beruban, setiap
yang hamil melahirkan kandunganya, dan kamu lihat manusia sama mabuk padahal
mereka tidak mabuk, melainkan hanya adzab Allah itu pedih. Para sahabat
bertanya, 'wahai rosulullah, bagaimana posisi kita kalau yang bukan pasukan
neraka itu hanya satu orang di antara seribu orang? Beliau menjawab,
bergembiralah karena di antara kamu hanya seorang (yang masuk neraka) sedangkan
dari yajuj dan majuj seribu orang (yang masuk neraka). Shahih bukhari.
perkataan nabi
Yakub as: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu
pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan
kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan
(sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah
kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". Dan tatkala
mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka
sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya.
Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan
kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (cerita nabi Yakub as dan nabi
Yusuf as dalam Quran)
"Tetapi apa
balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta? " Mereka menjawab:
"Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam
karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya)". Demikianlah kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. Maka mulailah Yusuf
(memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri,
kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai
maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang
raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami
kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (cerita nabi Yakub as dan nabi
Yusuf as dalam Quran)
Karena
nabi Yakub as khawatir maka Beliau memerintahkan anak-anaknya masuk gerbang
berlainan, ini adalah keinginan dan kehendak nabi Yakub as sendiri namun Beliau
tahu bila ada takdir buruk maka takdir Allah SWT adalah tetap, dan memang cara
itu tidak akan lepas dari penakdiranNya, yang ternyata merupakan bagian
skenarioNya agar penakdiran nabi Yusuf as mencapai maksudnya lebih mudah karena
itu pula yang Allah SWT kehendaki terjadi dan juga setelahnya agar hidayah dan
tobat kembali kepada saudara-saudara nabi Yusuf as tersebut.
nabi daud berkata:
“Ya Allah, bagaimana aku bisa memenuhi perintahMu ini karena mengucapkan syukur itu sendiri adalah satu karuniaMu yang patut
disyukuri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai Daud, sekarang engkau telah
bersyukur kepadaKu dengan sepenuhnya karena sekarang kamu sudah mengetahui dan
menyadari keterbatasanmu.”
(cerita nabi Daud as dalam Quran)
Dikatakan
bahwa mengucapkan syukur juga adalah pemberian Allah SWT maka patutnya syukur ini
sendiri harus disyukuri pula nikmat syukur itu, selayaknya manusia ini miskin
namun hati adalah kaya, segalanya pemberianNya dan kembali kepadaNya namun
manfaatnya untuk manusia itu sendiri. Bila Anda tidak bisa mendapatkan
manfaatnya, nah itu kesalahan diri sendiri. Bila dikontekskan ke takdir, takdir
adalah pemberianNya dan kembali kepadaNya pula, namun seharusnya nikmat
manfaatnya untuk menjadi milik manusia itu sendiri. Bila Anda tidak bisa
menikmati penakdiran ini, berarti kesalahan Anda sendiri. “sekarang engkau telah bersyukur kepadaKu dengan sepenuhnya karena
sekarang kamu sudah mengetahui dan menyadari keterbatasanmu”, Akhirnya Anda
sudah mengetahui takdir dan menyadari keterbatasan Anda. Hari ini Anda
ditakdirkan untuk mengucapkan “rasa syukur” yang notabene Anda harus mensyukuri
nikmat takdir ini dengan mensyukuri “rasa syukur” itu karena pemberianNya akan
takdir ini adalah karunia. So ucapkan Alhamdulillah!
Manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh
Allah SWT, bukanlah demikian halnya adanya melainkan kemerdekaan kehendak dan
perbuatan per individu manusia telah terakomodir/terpenuhi di dalam penakdiran
takdir yang berdasarkan kecondongan-kecondongan awal individu-individu itu
sendiri yang masing-masing kecondongan itu memiliki tanggung jawab akan
balasannya.
Benarkah hal ini? tidak!!! Namun
jauh lebih hebat, terhebat, paling hebat, maha hebat dari ini, kenapa? Karena
pendapat ini masih dalam jangkauan akal manusia, Allah SWT maha hebat lagi dari
sekedar pendapat ini, ini sekedar batasan pencapaian manusia, cukuplah sebagai
pengingat dan penguat keimanan akan takdir, dan ingatlah sebagai Tuhan, ilmu
Allah SWT lebih dari sekedar capaian pendapat ini, tidak dapat dibatasi oleh
pengetahuan dan akal manusia.
Perlu pula diingatkan bahwa
Takdir itu hal yang ditabirkan dari manusia maka cara mudah menghadapi takdir
seperti apa yang diperbincangkan Umar dan Rasulullah :
Umar
radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Umar: Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: Jika demikian, untuk apa amal? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah! (Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).
Umar: Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: Jika demikian, untuk apa amal? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah! (Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).
Kita tidak tahu apa yang akan
ditakdirkan buat kita untuk esok dan seterusnya, maka berusahalah dan finishnya
bertawakkal lah, bila usaha kita buntu dan kita melihat masih ada peluang baik
untuk masih usaha, berusahalah dan bertawakkal lah akan finishnya lagi,
demikian berulang-ulang hingga takdir terhadap itu ditetapkan (sampai) atau kau
beralih ke takdir lain. Karena inilah sudut pandang manusia karena Kitalah yang
berada dalam kungkungan waktu dan ruang.
Tawakkal akan melahirkan
kepasrahan dan kepasrahan akan berbuah ridho, hingga kita ridho terhadap segala
apa yang ditakdirkanNya untuk Kita namun bukan berarti pasrah dan ridho tanpa
adanya usaha, tapi berusahalah dulu dan ridho pada akhirnya, bukanlah kepasrahan namanya tanpa adanya doa,
usaha dan amal. Bukanlah kepasrahan namanya tanpa adanya harapan, takut dan
cinta.
Dari Abu Dzar Al Ghifari
radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya
(kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.
Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah,
maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.
Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan
kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian
makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku
berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan
kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam
dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada- Ku
niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan
yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang
kalian berikan kepada- Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama
diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya
berada dalam keadaan paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak
menambah kerajaan-Ku sedikitpun . Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama
diantara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara
kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal
itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya
sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di
sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku
penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan
sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya
semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan
balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur
kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela
kecuali dirinya. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam
Tirmidzi dan Imam Ibn Majah)
Ada sebuah jalan berbentuk
persegi empat atau bujur sangkar, dimana tempat yang kita akan tuju terletak di
titik sebelah kiri bawah, sementara kita berada di titik sebelah kanan bawah.
Jalan terdekat dari titik kita berada ke titik tempat yang kita tuju adalah
lewat bawah, sedangkan jalan terjauh adalah kita memutar lewat atas, ke titik
sebelah kanan atas dulu, baru ke titik sebelah atas kiri baru turun sampai ke
tujuan.
Seumpama saat kita jalan ingin
lewat jalan terdekat, tapi Allah SWT berkehendak atau menakdirkan kita jalan
lewat jalan terjauh, lalu agar kita mau nga mau mengambil jalan yang jauh, pada
jalan terdekat ternyata Allah SWT telah membuat longsoran batu hingga
menghalangi jalan terdekat tersebut untuk dilewati, maka mau nga mau kita mesti
lewat jalan terjauh. Penghadapan pada takdir ini yang biasanya adalah bersabar
tapi ada juga sebagian orang menghadapinya dengan kejengkelan, kemarahan dan
sumpah serapah, padahal itulah penakdiran dari Allah SWT. Itulah penakdiran
berupa interaksi dengan keadaan alam
Seumpama bukan longsoran batu
yang menghalanginya, tapi adalah penakdiran lewat interaksi manusia juga,
misalnya dibuat terjadi kemogokan mobil hingga terjadi kemacetan pada jalan
tersebut atau ada rajia Polisi atau ada keributan dan demo, penghadapan takdir
ini adalah penghadapan berupa interaksi manusia pada manusia, seperti apa kita
menghadapinya? Inilah akhlak entah dengan akhlak baik atau akhlak tercela.
Inilah penakdiran yang membuat penghadapan interaksi antar manusia.
Dan perlu juga difahami dan
diingat bahwa mereka-mereka yang lain ini pun sebenarnya sama pula sedang terlibat
pada penakdiran diri mereka sendiri masing-masing pula yang jalan/kejadiaan
tersebut bukan hanya untuk penakdiran dirimu sendiri melainkan hingga ada imbas-imbas
takdir ini terkena buat orang lain pula (Butterfly Effect) yang notabene adalah
sekumpulan takdir individu-individu yang saling terkoneksi, terkait dan
terhubung dalam sebuah makar yang kompleks pada settingan waktu, tempat, situasi
dan keadaan yang pas tersebut dengan orang-orang yang terlibat bisa saling
kenal sebelumnya atau tidak pernah kenal sebelum kejadian/jalan tersebut. Jadi
penghadapan takdir disini adalah penghadapan interaksi takdirmu sendiri dan
penghadapan interaksi takdir mereka pula (lebih mengglobal penakdiran terhadap
sekelompok manusia, sebangsa, sekeluarga, atau yang lainnya)
Penakdiran lainnya adalah
mengakibatkan penghadapan kita kepada agama, perintah dan larangannya, kita
menghadapinya dengan pengetahuan agama, perintah dan larangan pula. Bahkan
ketiga-tiganya bentuk/cara/skenario jalannya takdir ini bisa saja dalam satu waktu
yang serempak yang harus kita hadapi.
Saat kita punya sawah yang
kebetulan telah siap panen, kita lihat sesekali burung memakan padi kita, dan
kita tidak mengambil pusing, namun saat hama menyerang hingga menghabiskan padi
kita hingga gagal panen, kebanyakan dari kita pasti merasakan kemarahan dan
sumpah serapah padahal tidak terjadi sesuatu kalau tidak telah ditakdirkan dan
itulah takdir untuk sawah kita. Coba bila kita mengingat hadis bahwa burung
(hewan) yang makan tanaman adalah bernilai sedekah, bila kita ridho pada takdir
ini dan menganggapnya sebagai sedekah, berapa banyak yang menjadi bernilai
sedekah dari kehilangan padi di sawah yang dimakan hama, namun klo kita marah
maka tidak ada nilainya. Namun kenyataan kita telah tekor dana, waktu, tenaga
dan uang inilah rentetan penakdiran-penakdiran yang Allah SWT kehendaki buat
kita, ini akan menjadikan kita menghadapi beberapa rentetan penakdiran lainnya
kedepannya, beberapa akibat-akibat dari sebab tersebut.
Kemudian apa kita tidak berusaha
untuk melenyapkan hama tersebut? Usaha kita menanam padi, saat dimakan hama bagaimana
penerimaan kita disinilah nilai tawakkal tersebut, saat kita ingin mulai
menanam padi lagi berarti kita berusaha kembali termasuk berusaha untuk
menghilangkan hama sesuai dengan perlakuan yang dihalalkan, kemudian
bertawakkal dengan ada tidaknya hasil panen berikutnya itu lagi.
Contoh lain : Suatu saat hati
Anda minta istri, namun suatu saat itu pula hati Anda minta tidak menikah, maka
yang tadinya harusnya nikmat yang halal, mau nga mau, didekatkanlah dan
dikasihlah cara nga halal, dapat istri dan tidak menikah, nih namanya kesalahan
sendiri.
Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu sendiri, QS.
An-Nisa,79.
Sungguh
menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan
kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak dimiliki kecuali orang mukmin
saja. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan
baginya dan jika ditimpa penderitaan atau kesusahan dia sabar, maka itu
merupakan kebaikan baginya. (Hadist) takkala itulah beban jadi
ringan dan kesenangan tak berlebihan.
Ada
orang yang menganggap ada hari baik dan ada hari buruk, pada dasarnya semua hari
adalah baik, ditakdirkan dan diciptakan untuk kebaikkan dengan ada tujuannya,
hari kiamat juga baik, karena diciptakan untuk satu fase menuju hari akhirat. Manusiawi
dari segi emosi kejiwaan mengganggap ada hari buruk namun karenanya kita bisa
bersabar, tobat dan mengambil hikmah, demikian bila hari baik, kita diajarkan
untuk mensyukuri karunia, peduli dan melahirkan kasih sayang.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mereka
adalah orang-orang yang tidak tathayyur (menentukan nasib baik atau buruk
dengan mengaitkannya pada sesuatu hal berupa benda, makhluk, tempat dan waktu),
tidak meminta diruqyah, tidak melakukan kay (pengobatan dengan besi panas) dan
kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakal.” (Muttafaq ‘alaihi)*
Cuplikan
Sumber Literatur
Nature
Knowledge Theory
Baru-baru ini saya berkesempatan
mengenal seorang ilmuwan yang sangat luar biasa asal Institut Teknologi Bandung
(ITB). Seorang yang menelurkan teori yang dinamakannya, Nature Knowledge Theory (NKT). Beliau adalah DR. MD.
Santo. Dari membaca teorinya, saya merasa sudah megenal DR. Santo sejak
lama. Sungguh suatu perasaan yang sangat berlimpah kesenangan dan antusias
tinggi ketika apa yang saya baca dari tulisan DR. Santo bersambung atau relevan
dengan apa yang saya pelajari selama ini. Bagaikan gayung bersambut.
DR. Santo menorehkan teorinya
dengan pertimbangan matang, hasil kerja selama puluhan tahun. NKT adalah sebuah
teori yang berupaya menjelaskan perilaku alam semesta dengan melibatkan satu
komponen yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh fisikawam teoretis manapun
di dunia, mulai dari Einstein hingga Edward Witten sekalipun. Walaupun pada
akhirnya Einstein mengakui bahwa ada suatu kualitas "kesadaran"
(consciousness) yang terlibat pada alam semesta, namun ia tidak
meng-kuantitas-kan sesuatu kualitas itu ke dalam persamaan matematisnya.
DR. Santo dengan berani menyatakan bahwa pendekatan ilmu yang dianut dan dijalani oleh orang harus berubah. Karena dengan kerangka berpikir demikian tidak akan didapat jawaban yang dicari. Metode tersebut adalah yang biasa kita ketahui sebagai DIKW atau DATA - INFORMATION - KNOWLEDGE - WISDOM.
DR. Santo dengan berani menyatakan bahwa pendekatan ilmu yang dianut dan dijalani oleh orang harus berubah. Karena dengan kerangka berpikir demikian tidak akan didapat jawaban yang dicari. Metode tersebut adalah yang biasa kita ketahui sebagai DIKW atau DATA - INFORMATION - KNOWLEDGE - WISDOM.
Orang pada umumnya melihat dunia
dari dasarnya kemudian dibawa ke tingkat yang lebih tinggi. Pola berpikir sepert
ini tidak salah pada kesempatan tertentu, namun tidak demikian bila digunakan
untuk menjawan pertanyaan yang melibatkan asal-usul alam semesta dan
penciptaan. Demikian pula hingga ke Tuhan. Kerena pola tesebut menghambat
kelanjutan dari proses penelitian itu sendiri.
Untuk menyimpulkan perilaku alam,
orang akan mulai mengumpulkan data-data dari alam itu sendiri. Bila data sudah
cukup terkumpul, maka korelasi antar data serta dengan kalkulasi yang
komprehensif, akan menghasilkan informasi. Informasi mengajak manusia untuk
mengajukan tesis, dan mengujinya. Hasil yang didapat adalah berupa knowledge,
atau pengetahuan bahwa alam berperilaku demikian karena hal-hal tertentu. Dari
knowledge ini manusia akan mampu melihat alam dari kacamata yang lebih tinggi
dan bijak, sehingga manusia dapat memikirkan hal lain lagi yang berpengaruh
lebih besar. Inilah Wisdom. Inilah metode atau kerangka berpikir atau
pendekatan kita terhadap obyek yang menjadi bahan kajian. D-I-K-W.
Sedangkan DR. Santo berpikir
sebaliknya. Untuk menjawab pertanyaan besar manusia mengenai alam ini, alam ini
harus dipandang dengan kerangka W-K-I-D. Yaitu dari sebuah (pada awalnya hanya
ada) Wisdom, lahirlah Knowledge. Dari Knowledge, terjabarkan menjadi kumpulan
Informasi, yang kemudian lebur ke kumpulan Data, yaitu alam itu sendiri. WISDOM
- KNOWLEDGE - INFORMATION - DATA.
Bagaimana DR. Santo mendapatkan
pemikiran seperti itu? Dengan segala rasa hormat saya kepada beliau, saya akan
coba mengangkatnya di sini.
Standard
Model and the 4 Forces
Alam ini memiliki 4 forsa
fundamental, yaitu Forsa Nuklir Kuat, Forsa Nuklir Lemah, Forsa
Elektromagnetic, dan Forsa Gravitas. Setiap Forsa itu diwakili oleh
partikel-pertikel boson (partikel perantara). Forsa Nuklir Kuat, oleh partikel
Z. Forsa Nuklir Lemah oleh partikel W. Forsa Electromagnetik oleh partikel
Photon (cahaya), dan Forsa Gravitasi oleh Graviton.
Kita sudah paham bahwa untuk
menjawab pertanyaan besar seperti; "bagaimana alam semesta ini
tercipta?", kita harus kembali ke masa lalu dimana 4 forsa yang menjadi
cikal-bakal penciptaan alam ini masih berupa satu energi tunggal di dalam
singularitas momen penciptaan. Dan kita ketahui bersama bahwa secara
pengkukuhannya, teori "Standard Model" oleh komunitas science umum,
manusia hanya mampu menggabungkan Forsa Nuklir Kuat, Forsa Nuklir Lemah dan
Forsa Elektromagnetik. Sedangkan Forsa terakhir, yaitu Gravitasi terpisahkan
dari yang lainnya.
Mengapa penggabungan
(unification) itu begitu penting? Seperti yang saya katakan di atas, pada
awalnya hanya ada satu forsa tunggal, kemudian melalui proses penciptaan ia
terpecah menjadi 4. Peristiwa ini menghasilkan energi yang sangat besar. Ruang
dan waktu terbentuk di sini. Dan dari energi besar itu terciptalah partikel
materi yang mengisi alam semesta ini dengan bintang, planet dan semua obyek
yang ada di alam semesta. Dengan demikian maka untuk mengetahui proses
penciptaan yang terjadi di masa lalu itu, kita harus tahu bagaimana
menggabungkan kembali keempat forsa tesebut menjadi satu forsa tunggal.
Bagaimana sebuah forsa tunggal bisa terpecah. Dengan teori fisika, manusia
bagaikan me-rewind alam ini ke sebuah kondisi alam yang sangat rapat, betekanan
sangat tinggi dan suhu yang sangat panas. Sesaat setelah Big Bang.
Mengapa mengetahui proses
penciptaan ini sangat penting? Bukankah hal ini bagaikan mempertanyakan sesuatu
yang bersifat metafisika atau mistis? Maafkan saya bila saya tersenyum atau
lebih tepatnya menyeringai setiap kali orang bertanya demikian. Bukankah
manusia ditakdirkan untuk berpikir mengenai hal ini? Dengan otak kita
mempertanyakan peristiwa penciptaan. Ini adalah sangat wajar. Dan sangat
penting artinya. Tidakkah kalian ingin mengatahui bahwa apa yang kalian yakini
sebagai TUHAN kalian itu sesungguhnya memang ADA dan menjadi Maha Penyebab segala
sesuatu yang ada di alam ini? Tidakkah ini penting untuk anda?
Dan pada kenyatannya, setiap kali
manusia merasa sudah mencapai sesuatu, terbukalah misteri alam yang baru.
"Masih ada langit di atas langit." Hal ini penting karena kita akan
mampu membuktikan melalui science bahwa memang alam ini Maha Besar! ketimbang
dengan pasrah tanpa sedikitpun rasa penasaran menerima doktrin yang diajarkan
di kelas agama, khotbah Jumat, atau khotbah minggu?
Dan mengapa science? Seperti di
banyak tulisan saya sebelumnya (salah satunya adalah The Grand Design),
Tuhan menciptakan alam ini dengan sebuah hukum baku. Yaitu science. Hukum ini
tidak berubah. Sehingga dengan menggunakan science, manusia akan mampu menjawab
dan mengetahui kebenaran yang hakiki, termasuk momen penciptaan, dan Kebesaran
Tuhan itu sendiri.
Mengapa saya berani mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam dengan hukum science? Karena semua yang ada di alam ini memang mematuhi konstanta-konstanta serta aturan-aturan atau hukum-hukum yang dapat di kuantitaskan ke dalam rumusan dan persamaan matematis. Ini adalah sebuah bukti bahwa dengan science - dengan membaca alam - kita sama halnya sedang membaca kalimat-kalimat atau firman Tuhan.
Mengapa saya berani mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam dengan hukum science? Karena semua yang ada di alam ini memang mematuhi konstanta-konstanta serta aturan-aturan atau hukum-hukum yang dapat di kuantitaskan ke dalam rumusan dan persamaan matematis. Ini adalah sebuah bukti bahwa dengan science - dengan membaca alam - kita sama halnya sedang membaca kalimat-kalimat atau firman Tuhan.
Masih ragukah anda akan hal ini?
Semoga tidak.
Teori Relativitas Einstein
menjelaskan perilaku benda-benda masif seperti bintang dan planet. Gaya
gravitasi berperan besar di situ. Teori relativitas berhasil dengan baik
di wilayah ini. Sedangkan Mekanika Quantum menjelaskan perilaku partikel-pertikel
subatomic dan fundamental. Gaya gravitasi tidak diperhitungkan karena tidak
berpengaruh. Dan mekanika quantum bekerja dengan baik di wilayah yang super
kecil ini. Namun kedua teori ini saling bertentangan. Relativitas melibatkan
gravitasi di perhitungannya, sedangkan mekanika quantum tidak.
Dengan demikian teori relativitas tidak bisa digunakan untuk menghitung benda-benda kecil seperti partikel fundamental, karena gravitasi tidak ada di sana. Mekanika quantum pun tidak bisa digunakan untuk menghitung perilaku benda-benda masif seperti bintang dan planet karena mekanika quantum tidak memasukkan gravitasi dalam persamaannya. Orang dipaksa menerima adanya dua teori yg berbeda ini selama bertahun-tahun sampai ditemukan sebuah benda langit yang sangat kecil tapi memiliki gravitasi sangat besar, benda ini adalah Lubang Hitam, atau Black Hole.
Dengan demikian teori relativitas tidak bisa digunakan untuk menghitung benda-benda kecil seperti partikel fundamental, karena gravitasi tidak ada di sana. Mekanika quantum pun tidak bisa digunakan untuk menghitung perilaku benda-benda masif seperti bintang dan planet karena mekanika quantum tidak memasukkan gravitasi dalam persamaannya. Orang dipaksa menerima adanya dua teori yg berbeda ini selama bertahun-tahun sampai ditemukan sebuah benda langit yang sangat kecil tapi memiliki gravitasi sangat besar, benda ini adalah Lubang Hitam, atau Black Hole.
Saya anggap anda sudah tahu apa
itu Black Hole. Bila tidak, silahkan dibaca kembali tulisan saya sebelumnya.
Bagaimana cara orang mengetahui apa yang ada di dalam Black Hole? Apakah
menggunakan teori relativitas, ataukah mekanika quantum? Kedua teori itu runtuh
di black hole. keduanya tidak mampu menjelaskan apa pun mengenai mekanika black
hole. Black Hole adalah lubang yang benar-benar hitam, tidak ada yang mampu
lolos dari tarikan gaya gravitasinya, bahkan photon atau cahaya sekalipun. Jika
sebuah obyek tidak dapat dianalisa dengan perangkat apa pun, maka obyek itu
seakan-akan tidak nyata. Inilah momok terbesar bagi kedua teori ini. Harus ada
satu perangkat teori baru yang mampu benar-benar melibatkan keempat forsar
alam, dan menjelaskan black hole.
Standard Model, atau Quantum Chromo-dynamic (QCD) tidak mampu
menggabungkan Teori Relativitas dengan Mekanika Quantum. Gaya gravitasi masih
terpisah. Teori ini tidak menunjukkan tanda-tanda mungkinnya graviton - yang
gayanya kita rasakan sehari-hari, yang menempelkan kita pada bumi, mengatur
pergerakan planet terhadap matahari - digabungkan ke dalam sebuah teori tunggal
yang akan mampu menjelaskan seluruh alam semesta, sebuah teori segala hal
(Theory of Everything, TOE).
M-Theory
M-Theory muncul menjawab kesulitan besar yang dialami oleh Standard Model. Edward Witten sang pencetus teori ini membuka cakrawala ilmu pengetahuan baru yang berani dengan sangat baik melibatkan seluruh forsa alam ke dalam satu rumusan. M-Theory merubah cara pandang kita mengenai partikel fundamental yang harus berbentuk string dengan ukuran sangat kecil. Bukan berupa bola atau titik seperti yang dianggap orang sebelumnya. Dapat dibayangkan; jika seluruh tata surya ini adalah sebuah atom, maka string adalah sebuah pohon di bumi. String berukuran sangat kecil dan hanya memiliki 1 dimensi-ruang. Dengan menguak alam partikel pada ukuran sekecil ini, ilmuwan teori string menemukan graviton. Graviton adalah partikel fundamental - boson - penghantar forsa gravitasi, tidak bermassa. Gaya yang dihasilkannya terlalu kecil nyaris tidak ada. Namun graviton eksis di setiap materi, di setiap atom.
M-Theory muncul menjawab kesulitan besar yang dialami oleh Standard Model. Edward Witten sang pencetus teori ini membuka cakrawala ilmu pengetahuan baru yang berani dengan sangat baik melibatkan seluruh forsa alam ke dalam satu rumusan. M-Theory merubah cara pandang kita mengenai partikel fundamental yang harus berbentuk string dengan ukuran sangat kecil. Bukan berupa bola atau titik seperti yang dianggap orang sebelumnya. Dapat dibayangkan; jika seluruh tata surya ini adalah sebuah atom, maka string adalah sebuah pohon di bumi. String berukuran sangat kecil dan hanya memiliki 1 dimensi-ruang. Dengan menguak alam partikel pada ukuran sekecil ini, ilmuwan teori string menemukan graviton. Graviton adalah partikel fundamental - boson - penghantar forsa gravitasi, tidak bermassa. Gaya yang dihasilkannya terlalu kecil nyaris tidak ada. Namun graviton eksis di setiap materi, di setiap atom.
Bagaiman teori string berkembang
menjadi M-Theory? Silahkan baca artikel, tentang Braneworlds.
Bagaimana M-Theory menjawab teka-teki black hole?
Bagaimana M-Theory menjawab teka-teki black hole?
Diperkenalkannya M-Theory membuka
tabir misteri yang selama ini tidak diketahui manusia bahwa tabir itu ada.
Manusia dengan berani melongok ke dalam dan menemukan lebih banyak lagi misteri
dengan segala keanehan-keanehan alam yang sama sekali baru, bahkan melampaui
imajinasi terliar manusia. Sebuah ranah penuh gegap gempita kosmos yang tadinya
diam tertutup, sekarang terbuka dan bergejolak.
Diperkenalkannya string
pertama-kali mengundang beragam reaksi, dan M-Theory memperkenalkan banyak hal
yang jauh lebih misterius, yaitu string berdimensi lebih, yang dengan kondisi
khusus membentuk "membrane"atau disingkat "Brane" yang
dapat mengembang ke ukuran alam semesta kita ini. M-Theory mengharuskan adanya
10 dimensi-ruang, sehingga membuat total 10 dimensi-ruang + 1
dimensi-waktu = 11 dimensi ruang-waktu. Bagaimana manusia harus memahami hal
ini?
Alam semesta yang menjadi tempat
tinggal kita ini adalah sebuah membrane yang memiliki 3 dimensi-ruang. Atau
disebut 3-Brane, yang melayang-layang di dalam ruang yang berdimensi lebih
tinggi. Alam semesta kita adalah satu dari banyak jumlah alam semesta lainnya
(alam semesta parallel).
Masih belum cukup, M-Theory juga
mengharuskan kita menerima bahwa alam semesta ini tidak berawal dan tidak
berakhir. Yang berarti bahwa Big Bang bukan peristiwa penciptaan.
M-Theory adalah sebuah teori yang
sangat elegan. Persamaan matematisnya tanpa cela dan berhasil menyelesaikan
berbagai persoalan yang ditemukan dan tidak dapat diselesaikan oleh Standard
Model, dengan baik, namun dengan konsekuensi yang luar biasa. M-Theory
dinobatkan oleh Stephen Hawking sebagai Theory
of Everything.
Perkembangan M-Theory
berimplikasi pada banyak hal lainnya. Para ilmuwan fisika teoretis bagaikan
menemukan a Brane New World to explore.
Jika string yang berdimensi 1 itu (atau 1-brane) memerlukan ruang dan waktu
untuk bergetar, maka bagaimana mungkin ia disebut sebagai bahan dasar
pembentuk ruang dan waktu? Hal ini tidak mungkin. Bahan dasar pembentuk ruang
dan waktu tidak boleh membutuhkan ruang dan waktu untuk eksis. Maka bahan dasar
itu harus terpisah dari ruang dan waktu. Ruang dan waktu yang harus bergantung
padanya, bukan sebaliknya. Maka diajukanlah sebuah entity tanpa dimensi, yaitu
0-Brane (Zero Brane), yang bukan berwujud string tapi hanya titik tanpa
dimensi. 0-brane memenuhi setiap lokasi di alam dan menjadi kerangka ruang dan
waktu.
Saya harus membatasi diri untuk
tidak mengulang tulisan saya sebelumnya, karena akan menjadi pengulangan
tulisan terus-menerus setiap kali saya menulis di blog ini jika harus berbuat
demkian. Saya akan menganggap anda sudah membaca tulisan tulisan saya
sebelumnya.
Graviton adalah partikel dengan
string tertutup (satu-satunya yang kita tahu memiliki string tertutup).
Artinya, ia tidak memiliki tambatan ke membrane manapun. Inilah jawabannya
mengapa gaya/forsa gravitasi dirasa sangat lemah. Namun sesungguhnya ia sangat
kuat dan mungkin terkuat dari ketiga forsa lainnya. Namun hanya graviton yang
ber-string tertutup sehingga forsa yang besar itu harus dibagi ke semua
membrane. Jadi, jika kita kembali ke Black Hole, maka black hole yang
bergravitasi sangat besar itu merupakan tepat terpusatnya graviton dalam jumlah
besar. Maka jika ada black hole di alam semesta ini, ia membuka celah ke
membrane lain yang dimana alam 3-brane kita ini wujud. Bagaikan lubang pada
sebuah bola yang menghubungkan ruang di dalam bola dengan ruang di luar bola.
Demikianlah M-Theory menyelesaikan misteri black hole yang tidak mampu
diselesaikan oleh Standard Model.
Mengenai Big Bang. Big Bang
adalah peristiwa bersinggunannya dua buah membrane. Tabrakan dua membrane akan
menghasilkan energi besar. Ledakan energi inilah yang disebut Big Bang. Dengan
demikian, Pernah terjadi tak hingga kali Big Bang di masa lalu dan akan terjadi
tak hingga kali Big Bang di masa depan. Sedangkan, seluruh alam 11 dimensi
ruang-waktu yang berisikan membrane-membrane ini tidak berawal dan tidak
berakhir.
Renungan
1
Sampai di sini, anda sudah harus
dapat mengambil sedikit kesimpulan dan gambaran bahwa dengan diperkenalkannya
M-Theory ini maka kita sudah semakin dekat kepada misteri terbesar alam ini.
Sebuah entity tanpa dimensi yang berwujud di "luar" sana. Sebuah alam
tanpa awal dan tanpa akhir. Graviton sebagai media penghantar yang dapat eksis
di manapun. Kesemuanya ini berujung pada satu kesimpulan yang akan menjawab
misteri besari itu. Penciptaan, dan TUHAN itu sendiri.
Alam ini tidak berawal dan tidak
berakhir tapi ia berbatas. Batasan itu adalah science itu sendiri. Jika
M-Theory benar, maka manusia sedang berada di tapal batas itu. Pertanyaan
selanjutnya adalah; ada apa di balik tapal batas itu? Apakah masih relevan
dengan hukum alam yang kita tahu? Saya berulang kali menekankan kepada anda
bahwa alam ini diciptakan dengan hukum alam yaitu science yang dijabarkan dalam
rumusan fisika atau persamaan-persamaan matematis. Lalu kenapa saya masih
mempertanyakan masihkah science relevan dibalik tapal batas itu?
Bahkan Albert Einstein yang
mendapat predikat orang terpintar dan tercerdas dalam sejarah umat manusia,
mengakui bahwa ada semacam "kesadaran" (consciousness) yang mengatur
alam ini. Silahkan temui komentar ini di buku "Science and the Unseen
World" oleh A.S. Eddington. Terlebih lagi, dalam buku terakhirnya,
"The Grand Design", Stephen Hawking pun menyuratkan bahwa Tuhan tidak
perlu campur tangan mengatur alam ini karena adanya gravitasi. Gravitasi adalah
kekuatan pengatur alam semesta "The Grand Design"
Mari kita menuju puncak dari
tulisan ini.
The
5th Force
DR. MD Santo dalam teori NKT-nya
mengatakan bahwa harus ada satu ingredient lagi - satu buah forsa lagi untuk
melengkapi semua persamaan yang ada. Yaitu KNOWLEDGE. Knowledge adalah forsa
dengan boson-nya yang ia namakan "KNOWON" (k). Knowon adalah
ingredient terakhir. Jawaban pamungkas untuk kelengkapan Theory of Everything.
Adalah satu ranah atau realm atau
plane yang berisikan satu hal; Knowledge. Knowledge dengan boson-nya, knowon,
berinteraksi dengan Graviton membentuk boson sendiri yang disebut
Duo-Entity-Force (DEF). Karena sifatnya, DEF ini bersifat Independent to
Space-Time (IST). Dan inilah yang sesungguhnya oleh para ilmuwan ditemukan
sebagai Higgs boson.
Apa itu Higgs boson? Mengapa ia
sampai dijuliki partikel Tuhan?
Sedikit menoleh ke belakang ke
satu hal yang kita terima apa adanya tanpa harus merasa perlu mempertayakanya,
yaitu massa. Massa ada di jantung setiap eksistensi materi di alam. Tanpa
massa, maka alam ini tidak dapat dijabarkan. Bahkan persamaan terkenal Einstein
E=mc^2 tidak akan ada artinya bila massa tidak ada. Einstein membuktikan kepada
kita bahwa Energi dan Materi dapat dipertukarkan. Energi bisa berubah menjadi
materi, dan sebaliknya materi bisa berubah menjadi energi. Materi adalah massa
itu sendiri, karena setiap materi harus memiliki massa.
Tanpa massa maka gravitasi tidak berpengaruh pada alam ini. Seperti persamaan Newton F=mg. Gaya (Force) adalah massa berbanding lurus dengan percepatannya (a) atau gravitasinya (g). Dengan demkian maka Gravitasi adalah gaya pada setiap percepatan (a) atau (g). Jelas bahwa tanpa massa, maka materi tidak memiliki gravitasi. Atau tanpa massa, gravitas tidak berlaku.
Tanpa massa maka gravitasi tidak berpengaruh pada alam ini. Seperti persamaan Newton F=mg. Gaya (Force) adalah massa berbanding lurus dengan percepatannya (a) atau gravitasinya (g). Dengan demkian maka Gravitasi adalah gaya pada setiap percepatan (a) atau (g). Jelas bahwa tanpa massa, maka materi tidak memiliki gravitasi. Atau tanpa massa, gravitas tidak berlaku.
Kesimpulannya, tanpa massa, alam
ini tidak eksis. Lalu dari mana datangnya massa? Bagaimana sebuah partikel
materi memiliki massa? Apakah ini pertanyaan sepele menurut anda? - "Tentu
saja massa pasti ada otomatis pada setiap partikel"? - Pernahkah anda
mencoba membayangkan seperti ini; ambilah contoh partikel Electron. Electron
adalah partikel fundamental yang tidak dapat dibagi lagi. Dan ia memiliki massa
sebesar 9.10938291 × 10^31 kilogram. Perlu diketahui bahwa setiap properti
atau sifat pada materi diwakili oleh partikel-partikel pembentuknya. Seperti
properti muatan (listrik) yaitu electron, elektromagnetic yaitu photon, ikatan
pada inti yaitu partikel Z, hingga massa pun adalah sebuah properti yang harus
diwakili oleh partikel sendiri, yaitu partikel Higgs.
Anda sekarang mengerti dan
sependapat mengapa pencarian partikel Higgs menjadi sangat penting? Tanpa
Higgs, maka tidak ada massa, tanpa massa maka alam ini tidak eksis. Begitulah
kira-kira bagaimana cara mudah untuk mengerti pentingnya partikel Higgs ini.
Nah, saya kembalikan ke electron.
Electron adalah partikel fundamental, maka dimana massa-nya? Apakah ia harus
didampingi oleh partikel Higgs agar ia memilki massa? Bila ya, maka electron
bukan lagi partikel fundamental. Tapi electron adalah particle fundamental!
Jadi bagaimana ia bisa memiliki massa tanpa harus didampingi Higgs?
Jawabannya ada pada sifat
sesungguhnya dari Higgs itu sendiri. Atau dalam hal ini saya akan mengganti
Higgs dengan DEF, karena kajian DEF yang akan membawa kita ke kesimpulan akhir
dari tulisan ini. Dan mulai dari sini saya juga akan memasukkan deduksi saya
dari apa yang telah saya pelajari.
DEF yang terdiri dari
Knowon+Graviton adalah berupa medan atau field (sama dengan istilah Higgs
field). Medan inilah yang memberikan massa pada materi. Bayangkan sebuah
lautan. Jika ada benda di atas air, semakin berat, permukaan benda tersebut
akan masuk lebih dalam ke air dibandingkan dengan benda yang lebih ringan.
Benda yang lebih berat akan lebih sulit bergerak ketimbang benda yang lebih
ringan. Interaksi antar benda dengan air ini serupa dengan interaksi materi
dengan DEF. Massa suatu obyek ditentukan oleh sebanyak apa partikel pada obyek
tersebut berinteraksi dengan DEF.
DEF memberi massa pada semua
pertikel ber-string terbuka. DEF sendiri bersifat IST yaitu ia terlepas
dari pengaruh ruang dan waktu. DEF berinteraksi secara entanglement. Jika
anda cukup familiar dengan istilah ini, interaksinya tidak dipengaruhi jarak
dan waktu. Satu Knowon berinteraksi dengan Knowon lainnya walaupun terpisah
oleh jarak yang sangat jauh, dikarenakan oleh sifatnya yang IST ini.
DEF mempengaruhi alam ini
dengan sifatnya yang psychosomatic - Hasil dari sesuatu dapat dirasakan/nyata
karena sesuatu itu ada. Bagaikan anda terkena sakit pada tubuh anda bukan
karena sebab fisik lainnya, melainkan karena pikiran anda sendiri (psycho).
Begitu kira-kira DEF berperan pada alam ini. Contoh nyata dari implikasi DEF
pada alam ini selain memberikan massa adalah mengembangnya alam semesta. DEF
inilah Dark Energy yang diyakini ada oleh para ilmuwan. Dark Energy dan Dark
Matter yang memenuhi 75% alam ini tidak bisa diketahui struktur internalnya -
tidak dapat diketahui terbuat dari apa Dark Matter dan Dark Energy ini, tapi
pengaruhnya nyata bagi alam semesta - yaitu membuat alam semesta ini
mengembang. Inilah sifat yang disebut psychosomatic.
Fabrics
of the Cosmos
DR. MD Santo juga mengajukan
modifikasi dari E=mc^2 dengan melibatkan Knowon, menjadi E=kmc^2. Keterlibatan
knowon (k) sebagai forsa kelima adalah perlu, yang menjadikan pembentuk alam
semesta ini (fabrics of the cosmos) ada tiga, yaitu Energi, Materi, dan Nature
Knowledge, yang selama ini diyakini hanya ada dua; Energi dan Materi saja.
k adalah sebuah nilai yang
dihasilkan dari keberadaan knowon, mewakili Nature Knowledge yang mengokestrai
kedua fabric lainnya; Energi dan Materi. Nature Knowledge bersifat IST
sedangkan Energi dan Materi bersifat Dependent to Space-Time (DST) - bergantung
pada Ruang-Waktu.
Knowledge dan Kesadaran (Consciousness)
Knowledge dan Kesadaran (Consciousness)
"Kesadaran"
(Consciousness) adalah atribut dari Knowledge yang dihasilkan oleh perangkat
Knowledge itu sendiri, yaitu seluruh alam semesta ini dan terutama manusia -
makhluk dengan kompleksitas sangat tinggi - sebagai pusat kesadaran. Kesadaran
inipun merupakan faktor yang dapat diukur, yang disebutkan sebagai
Consciousness Element Factor (CEF).
Ada 3 tingkat kesadaran (CEF);
Knowledge with Lower Consciousness (KLC), Knowledge with
Medium Consciousness (KMC), dan Knowledge with
Higher Consciousness (KHC).
Nilai k (Knowledge Value, KV)
pada konstanta k yang sudah disinggung di atas, berkisar antara 10^-38 (skala Planck)
hingga 9.0.
Nilai k = 0; adalah plane of DEF.
Nilai k = 10^-38 CEF; adalah
ranah quantum, dan berlaku untuk pengaruh DEF pada alam.
Nilai k < 1.0 CEF; adalah
ranah fisik.
Nilai k < 1.0 - 4.0 CEF adalah
ranah biological.
Nilai k = 1.0 < 3.0 CEF berlaku
untuk KLC
Nilai k = 3.0 < 5.0 CEF
berlaku untuk KMC
Nilai k = 5.0 - 9.0 CEF berlaku
untuk KHC
Nilai k = > 9.0 - infinite
CEF; berlaku untuk ranah beyond human - The Universe in Cosmic scales.
Knowledge
dan Wisdom
Adalah sangat wajar bila anda
harus mengulang membaca tulisan di atas dari awal hingga beberapa kali. Saya
sendiri masih harus belajar banyak dan mungkin terlalu berani menulisakannya
dengan modal pengetahuan yang terbatas ini. Betapa banyak informasi yang
saya terima dalam waktu relatif singkat. Memahami suatu pengetahuan adalah
dengan mengkonsumsinya secara perlahan. Gelas yang sudah penuh dengan air, maka
air berikutnya pasti akan tumpah. Memahami pengetahuan ini, anda harus menjaga
agar gelas tidak tumpah. Dan setiap pengetahuan baru yang masuk akan
memperbesar ukuran gelas anda. Maka, "Baca"-lah.
Jika anda memahami baik-baik
tulisan saya di atas yang merupakan ringkasan dari banyak sumber, maka anda
akan mulai melihat suatu. Sebuah "pencerahan", cahaya yang menerangi
jalan gelap di depan kita. Bagaikan telah diteranginya di hadapan, dan kita
perlahan-lahan mulai melihat jembatan di atas jurang di depan kita yang tadinya
tidak tampak. Perlahan-lahan pun kita memulai melangkah setapak demi setapak.
Jembatan inilah yang menjadi puncak pencarian manusia. Inilah titian menuju
kebenaran hakiki. Bukan doktrin atau ajaran semata, melainkan melalui logika.
Lihatlah pada skala nilai k di
atas. Jika anda membacanya dari atas ke bawah, maka anda menggunakan metode
D-I-K-W (Data - Information - Knowledge - Wisdom). Sekarang saya mengajak anda
membacanya dari bawah ke atas (Inverted Paradigm Method), maka anda akan
menggunakan metode W-K-I-D (Wisdom - Knowledge - Information - Data). Dan
metode WKID inilah yang benar. Inilah prinsip Nature Knowledge Theory
(NKT).
Alam semesta adalah beyond human.
Alam semesta memiliki Factor Kesadaran (CEF) tertinggi sampai tak terhingga. Di
sana terdapat Knowledge tertinggi. Aidan Randleconde, ilmuwan dari CERN
menyebutkan, "The Universe knows something we don't. And it acts on cosmic
scales."
Alam adalah sebuah kesadaran.
Kesadaran adalah atribut dari knowledge.
Knowledge bersifat IST.
Dengan sifatnya yang IST itu maka
ia eksis secara entanglement.
Dengan sifat dan eksitensinya
yang seperti itu, maka ia eksis dalam kesatuan.
Maka, alam adalah hasil dari
sebuah Wisdom.
Renungan
2
Entah bagaimana saya bisa
menjelaskan dengan kata-kata di sini. Entah berapa lama saya sudah merenungkan
semua ini. Bahkan, butuh satu tahun bagi saya untuk menuliskan "Cosmic Religion".
Jika anda telah menonton video
wawancara dengan llewellyn vaughan-lee di dalam tulisan saya Cosmic
Religion, maka anda akan menemui pernyataan; jika anda bermeditasi pada tingkat
terdalam (samadhi), maka anda akan berada di sebuah plane. Hanya Knowledge yang
eksis di sana. Jika anda mencapai plane ini, maka anda akan tahu segalanya.
Anda akan tahu apa yang deketahui oleh Tuhan. Dan pengetahuan ini bersifat
Independent to Space-Time. Anda tahu waktu lalu, waktu depan, pada segala
ruang. Ini adalah fakta. Jika anda mengarungi lautan spiritual itu, maka anda
tahu bahwa saya benar.
Saya akan mengajak anda berpikir.
Ini adalah sebuah deduksi. Bagaimana dengan "Wisdom"? Apa itu? dan
jika diterapkan dalam skala CEF, berapakah nilai k -nya? Saya akan menjawab;
Wisdom adalah k dengan nilai tak terukur. Ia adalah sebuah "Kehendak"
yang manifestasinya adalah Knowledge itu sendiri. Dengan begitu, Wisdom adalah
Tuhan. Tuhan berkehendak maka jadilah segalanya.
Space-Time
is an Illusion
DR. MD Santo berkata, Space-Time
adalah sebuah ilusi. Saya setuju. Karena memang alam ini adalah semu, fana,
maya, tidak nyata. Alam ini adalah sebuah proyeksi atau manifestasi dari Satu
Entity; Tuhan. Hanya ada Satu Zat. Satu Realita. Satu Realita yang hakiki.
Tuhan.
Tunggu dulu, pernyataan ini seperti doktrin! Bagaimana saya bisa sampai meyakini bahwa ruang dan waktu adalah ilusi? Dan bagaimana saya sampai berani menyalahi komitmen saya sendiri bahwa saya tidak bisa menerima doktrin, apalagi menyampaikan kepada anda doktrin seperti ini? Apakah ada penjelasan yang lebih baik?
Tunggu dulu, pernyataan ini seperti doktrin! Bagaimana saya bisa sampai meyakini bahwa ruang dan waktu adalah ilusi? Dan bagaimana saya sampai berani menyalahi komitmen saya sendiri bahwa saya tidak bisa menerima doktrin, apalagi menyampaikan kepada anda doktrin seperti ini? Apakah ada penjelasan yang lebih baik?
Tentu saya akan berusaha semampu saya dan sebaik mungkin untuk menjelaskannya kepada anda, dan bukan doktrin semata. Jika anda percaya Tidak ada Tuhan selain Tuhan, dan hanya ada Satu Tuhan, dan anda sepaham dengan saya bahwa Tuhan adalah sebuah Medium (maafkan saya harus memilih kata 'medium', karena tidak ada kata lain yang cocok untuk menyampaikan maksud saya. Dan untuk menjelaskan 'medium' ini, saya anjurkan anda membaca artikel saya sebelumnya, "Cosmic Religion"), maka semua ciptaan Tuhan, walaupun cukup nyata/real bagi kita, tidak mungkin berada sejajar dengan Penciptanya. Alam yang real bagi kita hanya real di semesta ini dan hanya dirasakan oleh makhluk yang ada di dalamnya. Alam ini dan semua isinya termasuk manusia berada di dalam sebuah konstruksi imajiner scientific, yang dihasilkan oleh (manifestasi dari) sebuah kehendak. Sebuah Wisdom.
Alam ini, yang terkonstruksi dari Space-Time dengan bahan dasar Materi dan Energi, adalah ilusi. Realita yang hakiki adalah Tuhan itu sendiri. God is the ultimate of Reality.
Renungan 3
Apakah sudah saatnya Wisdom itu
dikaitkan langsung dengan atau sebagai Tuhan? Apakah tidak terlalu dini? Hal
ini terdenger sangat tidak scientific. Apakah memang sudah saatnya pemisahan
antara science dan Tuhan ditentukan di sini?
Semua manifestasi Tuhan adalah
scientific. Satu-satunya yang tidak scientific adalah Tuhan itu sendiri. Jadi,
YA, inilah batasan akhir science. Science sudah pada pencapaiannya yang
tertinggi, dimana science menemukan sebentuk Wisdom yang menjadi penyebab
segala sesuatu di alam ini.
Lalu mengapa dikatakan bahwa alam
tidak berawal dan tidak berakhir? Jawabannya adalah karena Tuhan tidak berawal
dan tidak berakhir. Tapi alam ini juga memiliki awal dan akhir - yaitu ketika
Tuhan menghendakinya untuk berakhir.
Bagaikan anda yang sedang melamun, anda bisa mematikan lamunan anda kapan saja bila anda menghendakinya, tanpa anda sendiri harus mati. Begitulah kira-kira analogi paling sederhana untuk menjelaskannya.
Alam ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God is the ultimate Wisdom in which we all exist.
The
Knowledge
Seperti seorang penyidik, yang
secara perlahan mulai menemukan petunjuk dari berbagai sumber informasi yang
didapatnya, mengarahkannya pada kebenaran yang dicari. Ada informasi yang
bersifat mengecoh, dan ada kalanya ia harus kembali ke titik awal. Namun
seperti prinsip Occam's Razor; bila
cukup banyak sumber yang memberikan informasi serupa, maka sangat besar
kemungkinannya bahwa informasi itu adalah benar.
"The Knowledge", dalam sanskrit; "Veda", adalah hasil dari sebuah Wisdom, Brahman, Tuhan, Allah, Dia Zat Yang Maha SATU dengan banyak nama. Oleh karena itu manusia haruslah mem-"baca", knowledge yang ada di alam ini. Karena knowledge berasal dari Tuhan. Dan tidak hanya di Ajaran Sufi (Islam) dan Hindu, saya sangat menyakini bahwa hal serupa juga ada di ajaran lainnya. Walaupun saya tidak akan sempat mendalaminya satu-per-satu, namun sudah cukup banyak petunjuk-petunjuk yang seharusnya kita tanggapi dan pikirkan secara serius. Bila anda merasa kurang, maka anda bebas mengkajinya terus menerus dan kita bisa berdiskusi bebas, hingga tutup usia kita di alam fana ini.
Begitu banyak pertanyaan yang ingin dijawab. Jawaban yang ditemukan seringnya merupakan pertanyaan baru. Banyak misteri yang belum terungkap, setidaknya science belum bisa menjamahnya. Manusia hanya bisa mengandalkan alam pikirannya dan petunjuk-petunjuk bijak manusia terdahulu, para pemikir, dan para Nabi beserta ajaran mereka, untuk menerobos masuk dan menjamah apa yang mampu dijamahnya. Kepada siapa lagi manusia harus bertanya? Hanya kepada pemilik alam ini. Kepada Sang Pencipta semua pertanyaan akan terjawab. Dan manusia harus menemukan caranya. Dan inilah motivasi terbesar untuk menjalani perjalanan fisik maupuan spiritual ini.
Termasuk menjawab satu misteri lain yang cukup menggelitik rasa ingin tahu saya, dengan bermodalkan pengetahuan ini, bisakah kita menjelaskan asal-usul manusia? Apakah ini berarti manusia tidak berkembang melalui proses DIKW melainkan WKID? Bagaimana menjelaskannya? Sejak kapan makhluk dengan tingkat kesadaran tinggi ini ada di alam ini? Apakah sebenarnya dulu manusia adalah makhluk spiritual murni yang kemudian devolve menjadi makhluk berjasad fisik seperti sekarang?-------------------------------
Dari Abu Hurairah r.a bahawa
Rasulullah SAW telah bersabda : "
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman : Barangsiapa yang memusuhi waliKu (orang
yang setia padaku), maka sesungguhnya aku mengisytiharkan perang terhadapnya.
Dan tiada seorang hambaku yang bertaqarrub (beramal) kepadaKu dengan sesuatu
yang lebih Ku cintai hanya dari ia menunaikan semua yang ku fardhukan ke atas
dirinya. Dan hendaklah hambaKu sentiasa bertaqarrub dirinya kepadaKu dengan
nawafil (ibadat sunat) sehingga Aku
mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai
pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia
melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan
sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sekiranya ia meminta
kepadaKu nescaya Aku berikan kepadanya, dan sekiranya ia memohon perlindungan
kepadaKu nescaya Aku lindungi ia (Hadis Qudsi, 38)
“Wahai
anak Adam, Aku ciptakan engkau untuk diri-Ku, maka janganlah engkau
bermain-main. Aku telah menanggung rezekimu, maka janganlah engkau menyusahkan
dirimu pontang-panting hanya untuk mencari rezeki. Wahai anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika
engkau sudah mendapatkan-Ku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu.
Namun jika Aku tidak engkau dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau
dapatkan. Dan Aku lebih mencintaimu lebih dari segala sesuatu” (hadis)
"Bukan
kamu yang membunuh mereka, tetapi Allahlah yang membunuh mereka."
(Al-Anfal: 17).
Tidak
percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
(Injil, Yohanes 14:10)
Alam
ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik,
hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God
is the ultimate Wisdom in which we all exist
(Saint)
Dari beberapa dalil diatas,
lagi-lagi ditemui kesalahan persepsi terhadap dalil-dalil ini yaitu adanya keyakinan
wahdatul wujud atau persatuan wujud atau penyatuan yang meniadakan pemisahan
antara Rabb dan hamba. Apapun jenis dan bentuknya bila itu merupakan persatuan
wujud Allah SWT dengan hambaNya tidak dapat dibenarkan dan tidak memiliki
landasan dalil yang membenarkan hal tersebut, dapat saya katakan, bahwa ilmu yang
diperoleh dengan kesaksian dan dalil barulah adalah ilmu yang hakiki dan
dalil-dalil diatas tidaklah bermakna seperti itu. Penyatuan yang tertolak ini
adalah penyatuan Dzat Allah SWT dengan ciptaanNya.
Dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu Sesungguhnya Allah menggenggam bumi atau bumi-bumi dan langit-langit dengan tangan
kanan-Nya, kemudian Dia berfirman : "Aku Raja".
(Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a., bahwasanya Nabi saw bersabda, telah
Berfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah
mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal
mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya,
“Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali
menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, adapun celaan mereka kepadaku
adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah
Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak
ada bagiKu satupun yang menyerupai”. (Diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
Tentu
saya akan berusaha semampu saya dan sebaik mungkin untuk menjelaskannya kepada
anda, dan bukan doktrin semata. Jika anda percaya Tidak ada Tuhan selain Tuhan,
dan hanya ada Satu Tuhan, dan anda sepaham dengan saya bahwa Tuhan adalah
sebuah Medium (maafkan saya harus memilih kata 'medium', karena tidak ada kata
lain yang cocok untuk menyampaikan maksud saya. Dan untuk menjelaskan 'medium'
ini, saya anjurkan anda membaca artikel saya sebelumnya, "Cosmic
Religion"), maka semua ciptaan
Tuhan, walaupun cukup nyata/real bagi kita, tidak mungkin berada sejajar dengan
Penciptanya. Alam yang real bagi kita hanya real di semesta ini dan hanya
dirasakan oleh makhluk yang ada di dalamnya. Alam ini dan semua isinya termasuk
manusia berada di dalam sebuah konstruksi imajiner scientific, yang dihasilkan
oleh (manifestasi dari) sebuah kehendak. Sebuah Wisdom.
(saint)
Dua hadis diatas menggambarkan
perbedaan wujud Allah SWT dengan segala makhluk ciptaanNya yang berupa alam
semesta, isinya/materinya dan manusia. Dan sebagai bukti perbedaanNya pula,
Allah SWT menjelaskan pula tempat bersemayamNya, yaitu diatas ‘Arsy dan letak
‘ArsyNya adalah diatas surga Firdaus yang dikatakan disanalah kelak manusia
dapat melihat wajah Allah SWT sebagai kenikmatan tertinggi. Hal ini adalah
bukti nyata bahwa Allah SWT berbeda dari ciptaanNya dan bukti yang paling nyata
adalah bukti saat nabi Musa as berkeinginan melihat Allah SWT secara langsung,
baru tabir Allah SWT saja gunung Sinai (Thursina) menjadi hancur luluh dan nabi
Musa as sendiri pingsan. Namun Allah SWT bisa berada dekat pada hambaNya dan
tempat yang paling dekat adalah dikala sujud.
Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." QS. Al
A'raaf: 143
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
QS. Al A'raaf: 54
Apabila
engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga Firdaus.
Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya
terdapat ‘Arsy Allah yang Maha Pengasih. Hadits riwayat Imam Bukhari,
Imam Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim dari Abu Hurairah.
Apa yang telah dicapai para
fisikawan di dalam sumber literatur diatas?
“Anda
sekarang mengerti dan sependapat mengapa pencarian partikel Higgs menjadi
sangat penting? Tanpa Higgs, maka tidak ada massa, tanpa massa maka alam ini
tidak eksis. Begitulah kira-kira bagaimana cara mudah untuk mengerti pentingnya
partikel Higgs ini.
Nah,
saya kembalikan ke electron. Electron adalah partikel fundamental, maka dimana
massa-nya? Apakah ia harus didampingi oleh partikel Higgs agar ia memilki
massa? Bila ya, maka electron bukan lagi partikel fundamental. Tapi electron
adalah particle fundamental! Jadi bagaimana ia bisa memiliki massa tanpa harus
didampingi Higgs?
Jawabannya
ada pada sifat sesungguhnya dari Higgs itu sendiri. Atau dalam hal ini saya
akan mengganti Higgs dengan DEF, karena kajian DEF yang akan membawa kita ke
kesimpulan akhir dari tulisan ini. Dan mulai dari sini saya juga akan
memasukkan deduksi saya dari apa yang telah saya pelajari.
DEF
yang terdiri dari Knowon+Graviton adalah berupa medan atau field (sama dengan
istilah Higgs field). Medan inilah yang memberikan massa pada materi. Bayangkan
sebuah lautan. Jika ada benda di atas air, semakin berat, permukaan benda
tersebut akan masuk lebih dalam ke air dibandingkan dengan benda yang lebih
ringan. Benda yang lebih berat akan lebih sulit bergerak ketimbang benda yang
lebih ringan. Interaksi antar benda dengan air ini serupa dengan interaksi
materi dengan DEF. Massa suatu obyek ditentukan oleh sebanyak apa partikel pada
obyek tersebut berinteraksi dengan DEF.
DEF
memberi massa pada semua pertikel ber-string terbuka. DEF sendiri bersifat
IST yaitu ia terlepas dari pengaruh ruang dan waktu. DEF berinteraksi
secara entanglement. Jika anda cukup familiar dengan istilah ini, interaksinya
tidak dipengaruhi jarak dan waktu. Satu Knowon berinteraksi dengan Knowon
lainnya walaupun terpisah oleh jarak yang sangat jauh, dikarenakan oleh
sifatnya yang IST ini.
DEF mempengaruhi
alam ini dengan sifatnya yang psychosomatic - Hasil dari sesuatu dapat
dirasakan/nyata karena sesuatu itu ada. Bagaikan anda terkena sakit pada tubuh
anda bukan karena sebab fisik lainnya, melainkan karena pikiran anda sendiri
(psycho). Begitu kira-kira DEF berperan pada alam ini. Contoh nyata dari
implikasi DEF pada alam ini selain memberikan massa adalah mengembangnya alam
semesta. DEF inilah Dark Energy yang diyakini ada oleh para ilmuwan. Dark
Energy dan Dark Matter yang memenuhi 75% alam ini tidak bisa diketahui struktur
internalnya - tidak dapat diketahui terbuat dari apa Dark Matter dan Dark
Energy ini, tapi pengaruhnya nyata bagi alam semesta - yaitu membuat alam
semesta ini mengembang. Inilah sifat yang disebut psychosomatic.
Alam
ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik,
hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God is the ultimate Wisdom in which we
all exist (Saint)”
Bisa jadi apa yang telah dicari,
diyakini dan ditemukan di dalam dunia saint fisika ini seperti dalam cuplikan sumber literatur, adalah merupakan
gambaran/konsep bagian rana/lingkup dari “Kursi”
Allah SWT saja. Yaitu penjelasan tentang DEF atau Dark Matter dan Dark Energy.
Jadi seharusnya “Alam ini adalah manifestasi dari Zat “Kursi” ciptaanNya. Alam
ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah
Zat, yaitu “Kursi” ciptaanNya. “Kursi”
is the representative of ultimate Wisdom in which we all exist”. Mengapa
bukan ‘Arsy? Karena ‘Arsy lebih tinggi dari “Kursi” dan ‘Arsy eksis diatas alam
surga, bukan alam dimana bumi berada. Namun bisa saja alam bumi dan alam surga
bisa dalam cakupan “Kursi” karena walau sifatnya kekal tapi kekal terbatas
selama Allah SWT mengendaki kekekalannya, termaksud alam surga dan neraka walau
lebih kekal dari alam semesta ini namun bisa pula kekekalannya sebatas yang
Allah SWT kehendaki pula. ‘Arsy diluar batasan saint sedangkan “Kursi” didalam
batasan saint. Definisi kata “Kursi” adalah alat rumah tangga berupa tempat
duduk atau alat tempat melekatnya/beradanya manusia yang bersender untuk
keseimbangan tubuh dikala duduk padanya, jadi “Kursi” lah tempat melekatnya atau beradanya semua materi yakni alam
semesta ini juga termaksud manusia untuk keberadaannya sementara waktu ini.
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.
QS. Al Baqarah: 255
Cuplikan
Sumber Literatur
Apakah
yang dimaksud dengan ‘arsy dan kursi itu?
Dengan menggunakan ayat-ayat dan
hadis, para penafsir al-Quran memberikan beberapa kemungkinan makna terhadap
‘arsy dan kursi. Sebagian mengatakan, ‘arsy dan kursi adalah satu sesuatu yang
memiliki dua nama, keduanya merupakan makna kiasan yang muncul dari sebuah
maqam dimana masalah pengaturan dunia bersumber darinya.
Sebagian lainnya meyakini bahwa:
- Yang dimaksud dengan kursi adalah wilayah dan pengaruh ilmu Ilahi yaitu pengetahuan Tuhan yang meliputi seluruh langit dan bumi, dan tidak ada sesuatu yang keluar dari batasan ilmu Ilahi.
- ‘arsy dan kursi merupakan sebuah kedudukan kesultanan dan kebijakan Ilahi. Kursi adalah cakupan dan pengaruh Tuhan atas majemuk alam materi termasuk bumi, bintang-bintang, galaksi dan nebula, sedangkan ‘arsy adalah cakupan dan pengaruh Tuhan atas alam-alam ruh, malaikat dan dunia metafisik tabiat.
- ‘arsy merupakan sebuah eksistensi yang khas dan hakiki, bukan penafsiran dari maqam ketuhanan, sementara kursi adalah sebuah eksistensi yang lebih luas dari langit-langit dan bumi yang terlingkupi dari segala sisi.
- Pada sebagian ayat, ‘arsy adalah sebuah eksistensi hakiki, dan pada tempat lain makna ‘arsy merupakan makna kiasan.
Makna
‘Arsy :
‘arsy secara leksikal berarti
tahta, singgasana kerajaan dan tahta Rabbul ‘Alamin yang tidak bisa
didefinisikan.[1] ‘arsy pada prinsipnya berarti sesuatu
yang memiliki atap, dan jamaknya adalah ‘urusy. Tempat duduk raja juga disebut
sebagai ‘arsy. Ini karena melihat ketinggiannya.[2]
Dalam Al-Quran, selain langit,
bumi dan apa yang ada diantara keduanya, terdapat pula dua eksistensi lain
dengan nama ‘arsy dan kursi.
Mengenai pengertian kata ‘arsy
dan kursi, dengan menggunakan ayat-ayat dan riwayat-riwayat dari para Imam
Maksum As, para penafsir al-Quran menyatakan kemungkinan-kemungkinan berikut:
Sebagian memberikan kemungkinan
bahwa ‘arsy dan kursi merupakan satu sesuatu yang memiliki dua nama, ‘arsy
menunjukkan pada monarki kesultanan dan kekuasaan, sedangkan kursi menunjukkan
pada kredibilitas yang lebih baik, pemimpin para penguasa dan markas
kepemimpinan, keduanya merupakan intepretasi nominatif dari sebuah tingkatan
dimana persoalan pengaturan alam bersumber darinya.[4]
Dalam Al-Quran, ‘arsy dengan
makna tahta digunakan sebanyak empat kali (yaitu dalam surah-surah Yusuf ayat
100, dan surah An- Nahl ayat: 23, 38 dan 42), sedangkan ‘arsy Ilahi
diisyaratkan sebanyak 21 kali. Isyarat-isyarat ini biasanya bercorak nisbi;
ayat-ayat ‘arsy juga merupakan salah satu ayat mutasyabihat yang penting dalam
al-Quran.[5]
Sementara itu,
kemungkinan-kemungkinan makna mengenai kata ‘arsy Ilahi ini diantaranya adalah:
- Mungkin yang dimaksud dengan ‘arsy tak lain adalah maqam kesultanan dan kebijakan Ilahi, terutama karena biasanya dalam al-Quran al Karim setelah kata ‘arsy akan diikuti dengan kata kebijakan atau misdaknya, seperti, “… kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy untuk mengatur segala urusan.” [6]
- Kemungkinan kedua, ‘arsy adalah nama sebuah eksistensi yang khas dan nyata, seperti, “... dan Dia-lah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung.”[7]. Dari lahiriah ayat ini dapat disimpulkan bahwa ‘arsy merupakan sebuah eksistensi dimana Tuhan adalah Pengatur segala urusan. Dengan memperhatikan ayat berikut, “Para malaikat yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhan”[8], maka yang dimaksud pada ayat di atas (“... dan Dia-lah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung.”) tidak menutup kemungkinan bahwa ‘arsy merupakan sebuah eksistensi yang nyata dan hakiki.
- Kemungkinan ketiga dalam makna ‘arsy adalah kumpulan antara dua makna dan detil ayat-ayat, yaitu, dalam sebagian ayat, ‘arsy adalah eksistensi yang hakiki dan nyata, dan pada sebagian ayat lainnya, makna ‘arsy ditafsirkan bermakna kiasan.[9]
Mengenai makna ‘arsy ini Allamah
Thabathabai mengatakan, ‘arsy merupakan sebuah hakikat dari hakikat-hakikat
luaran, sedangkan ayat berikut, “… kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”,
selain merupakan sebuah perumpamaan dimana cakupan kebijakan Tuhan termanifestasi
dalam kepemilikan-Nya, juga menunjukkan bahwa di antara semuanya ini terdapat
juga hakikat yang diantaranya tak lain adalah tingkatan dimana keseluruhan
persoalan terkumpul di sana. Dari lahiriah ayat-ayat (Mukmin: 7,
Al-Haqqah: 17 dan Az-Zumar: 74) diketahui bahwa arsy adalah sebuah hakikat dari
hakikat-hakikat luar.[10]
Berdasarkan apa yang bisa
disimpulkan dari riwayat-riwayat yang membahas makna ‘arsy ditemukan bahwa
‘arsy merupakan sebuah eksistensi hakiki yang disebutkan siapa para pembawanya.
Suatu ketika kepada Imam Shadiq As ditanyakan mengenai ‘arsy dan kursi, dalam
menjawab pertanyaan ini beliau bersabda, “Sesungguhnya ‘arsy memiliki sifat
yang banyak dan berfariasi”[11], dimana saja al-Quran
menyebutkan tentang kata ‘arsy dalam kaitan dengan momen tertentu, maka ia akan
menyebutkan sifat yang berkaitan dengan maksud tersebut, misalnya dalam kalimat
"Rabbul arsyil azhim,” ‘arsy adzim di sini bermakna kepemilikan yang
agung, sedangkan pada kalimat “al-Rahman ‘alal arsyi istawa,” bermakna bahwa
Tuhan menguasai kepemilikan-Nya dan hal ini tak lain adalah ilmu dan
pengetahuan-Nya terhadap kebagaimanaan benda. Kalimat ini, apabila dirangkaikan
dengan kursi, maka akan memiliki makna selain makna kursi, karena ‘arsy dan
kursi merupakan dua pintu dari pintu-pintu gaib terbesar dan mereka sendiripun
adalah gaib, dan dalam hal kegaiban, mereka adalah sama, dengan perbedaan bahwa
kursi berada pada lahiriah gaib itu, dimana terbitnya segala sesuatu yang baru
berasal dari sana dan fenomena segala benda berasal dari pintu tersebut,
sedangkan ‘arsy merupakan batinnya, yaitu ilmu dan kualitas eksistensi dan
keberadaan mereka, jumlah, batasan dan tempat mereka, demikian juga kemauan,
sifat kehendak, ilmu pengetahuan, gerak, meninggalkan, ilmu terhadap permulaan
eksistensi, seluruhnya berasal dari pintu tersebut.
Jadi ‘arsy dan kursi, adalah dua
pintu yang saling berdekatan, hanya saja pemilik ‘arsy, bukan pemilik kursi dan
ilmunya lebih gaib dan lebih tersembunyi dari ilmu kursi.[12]
Syeikh Saduq dalam penjelasannya
mengenai kalimat “Tsumma al-arsy fi al-washl mutaffaridun minal kursi,”
berkata, “Arsy lebih utama dari kursi dan efektifitas di dalamnya tanpa
perantara, ‘arsy dan kursi merupakan dua buah eksistensi dari
eksistensi-eksistensi malakuti yang gaib dari pemahaman.” [13]
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw
yang bersabda, “Sesungguhnya matahari, bulan dan bintang-bintang berasal dari
cahaya ‘arsy Tuhan Sang Pencipta”[14]
Makna
Kursi :
Kata kursi, hanya disebutkan satu
kali dalam al-Quran, yaitu pada ayat, “Kursi Allah meliputi langit dan bumi”[15] dan dalam makna tersebut telah disebutkan beberapa
kemungkinan berikut:
- Kursi; yaitu daerah kekuasaan dan perumpamaan atas tingkat pemerintahan. Dengan makna ini dimana kekuasaan Tuhan meliputi seluruh langit-langit dan bumi, dan cakupan dan batasan-Nya meliputi seluruhnya, dengan demikian kursi Tuhan merupakan majemuk alam materi baik yang berupa bumi, bintang-bintang, galaksi maupun nebula-nebula. Berdasarkan makna kursi ini, ‘arsy seharusnya merupakan sebuah tingkatan yang lebih tinggi dari alam materi. Dalam keadaan ini makna ‘arsy adalah alam arwah dan malaikat-malaikat serta dunia meta fisika.[16]
- Kemungkinan kedua, yang dimaksud dengan kursi adalah sebuah wilayah cakupan pengetahuan Tuhan, yaitu ilmu Tuhan yang meliputi keseluruhan langit-langit dan bumi dan tidak ada sesuatu yang keluar dari batasan ilmu Tuhan.[17] Teori ini diperkuat dengan sebuah riwayat dari Imam Shadiq As, dimana kepada beliau ditanyakan, “Apa yang dimaksud dengan kursi dalam ayat “Kursi Allah meliputi langit dan bumi”, dan beliau menjawab, “Ilmu-Nya”[18] Demikian juga dalam makna kursi beliau bersabda, “Kursi adalah ilmu khusus Tuhan yang tidak seorangpun (bahkan para nabi) memiliki pengetahuan atasnya.”[19]
- Sedangkan kemungkinan ketiga dalam makna kursi ini adalah, kursi merupakan sebuah wksistensi yang lebih luas dari seluruh langit-langit dan bumi yang melingkupi dan mengelilingi mereka dari segala arah.
Ketika ditanyakan kepada Imam Ali
As mengenai kursi, beliau bersabda, “Al-kursi muhitun bissamawati walardh wa
mabainahum wa ma tahta tsara.”[20] “Kursi berada di
atas bumi dan langit-langit dan mengelilingi apapun yang berada di antara
keduanya dan apapun yang berada pada kedalaman bumi.”[21]
Tentunya, sebagaimana yang terlihat, dalam riwayat ini kursi juga dianggap
sebagai sebuah eksistensi yang hakiki dan nyata. Menurut keyakinan para penulis
tafsir Namuneh, tidak ada saling kontradiksi dalam ketiga, karena yang dimaksud
dengan kursi dalam ayat “Kursi Allah meliputi langit dan bumi” bisa juga
mengisyarahkan pada pengaruh kekuasaan mutlak dan kekuatanTuhan di
langit-langit dan bumi dan juga pengaruh ilmu-Nya serta dunia yang lebih luas
dari dunia ini yang meliputi langit dan bumi.[22]
Ilmu Tauhid dan Tarekat dalam
ilmu tasawuf dalam puncaknya mencari pengenalan kepada Allah SWT, atau saat
mencapainya akan dikenalkan dan ditunjukkan pada konsep Ketuhanan dan konsep
pengendalian alam semesta, hingga bila sampai pada tataran tersebut
pertanyaan-pertanyaan manusiawi dapat terjawab seperti Mengapa Allah SWT layak
menjadi Tuhan, Keesaan Tuhan dalam mengatur segala urusan dan bagaimana
pengaturan alam semesta mudah buat Tuhan, termaksud pertanyaan manusia untuk
apa mereka diciptakan yang berakar pada pengenalan diri dan mengapa Tuhan layak
disembah, konsep ini berkaitan dengan pengelihatan, pendengaran dan pengetahuan
secara batin dan lahir manusia akan Tuhan yang maha Esa, dimana hal yang batin
dan tabirnya dapat dibuka melalui pengelihatan dan pendengaran hati. Puncak ini
berupa penyatuan sifat (sifat yang diberi ke manusia, bukan pada sifat yang
khusus dimiliki Allah SWT) dan penyatuan ilmu dalam rububiyah dan uluhiyah kepada
Allah SWT namun bukan untuk penyatuan wujud (Dzat), selain itu juga ada
pemisahan atau penyendirian Allah SWT berupa sifat dan asma, tindakan,
kehendakNya, wujud, yang Mencipta dan yang dicipta. Pada puncak setiap ilmu,
baik keagamaan dan ilmu dunia semua akan bermuara pada penemuan keeksisan Allah
SWT bila mereka benar dalam pencariannya. Dan penelaahan pucuk penemuan itu,
adalah pencarian kebenaran siapakah adanya Tuhan, yang tanpa disadari banyak
orang jawabannya telah terpenuhi keseluruhan di dalam Islam.
“Wahai
anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika engkau sudah mendapatkan-Ku,
niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Namun jika Aku tidak engkau
dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau dapatkan. Dan Aku lebih mencintaimu
lebih dari segala sesuatu”
Hasil pencarian ini, pengelihatan
ini seakan-akan termaktum semua kedalam surat pertama dalam Quran yakni
Al-Faatihah, yaitu penglihatan manusia itu yang membuat pengakuan dan pujian
yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT secara lahir dan batin, mengakui sebagai
Tuhan yang menguasai dan mengendalikan semesta alam, pengakuan kepada nikmat,
rahmat dan karuniaNya yang diberikanNya, pengakuan akan adanya balasan dan
keimanan akan adanya hari pembalasan tersebut, pengakuan akan kelayakan Allah
SWT sebagai satu-satunya yang layak disembah dan sebagai satu-satunya penolong
dan akhirnya adalah benar-benar dari kalbu akan kesimpulan tentang kelemahan
diri, ketakutan dan harapan agar ditunjukkan jalan yang lurus yaitu jalan orang
yang diberi nikmat bukan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
……
maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya
yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat
dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai
kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sekiranya ia meminta kepadaKu nescaya
Aku berikan kepadanya, dan sekiranya ia memohon perlindungan kepadaKu nescaya
Aku lindungi ia (Hadis Qudsi, 38)
"Bukan
kamu yang membunuh mereka, tetapi Allahlah yang membunuh mereka."
(Al-Anfal: 17).
Makna yang terkandung di dalam
dalil ini tidak tepat untuk dikatakan sebagai persatuan wujud, namun yang lebih
tepat adalah pengaruh perwujudan “ihsan” sebagai rasa keimanan tertinggi, yaitu
“engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah
seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Ihsan ini juga
menjelaskan berbedanya Allah SWT dari makhluk ciptaanNya, yang dikatakan
“seolah-olah melihat”. Yang dimaksud seolah-olah melihat Allah SWT adalah ketika
kita melihat, merasa, mendengar atau memakai keseluruhan indra, kita melihat
dan menyadari bahwa seluruh objek yang ada adalah ciptaan Allah SWT atau
sebagai persaksian/perwujudan keeksisan Allah SWT. Kita melihat seluruh alam
dan bahkan diri sendiri adalah perwujudan dari ciptaanNya yang memberi arti lain
akan adanya kebenaran perwujudan Dzat Allah SWT itu sendiri itulah bagian ihsan.
Dari pengelihatan, pendengaran dan indra lainnya itulah kita melihat ciptaan
Allah SWT yang kita merasakan seolah-olah hadirnya Allah SWT lewat ciptaanNya
(namun bukan dalam bentuk penyatuan dzat). Maka lazimnya ini yang disebut
“karena Allah bersama Allah” yaitu seluruh sebab, seluruh akibat, pemberi
tujuan dan penerima tujuan dinisbatkan berasal dan kembali kepada Allah SWT,
baik diinpletasikan kedalam hukum-hukumNya, perintah dan larangan yang faedah
manfaatnya kembali kepada kita.
Perkataan “sebelum melihat sesuatu saya melihat Allah” atau “sesudah melihat sesuatu saya melihat Allah”, “mendengar, merasa,
dan segala pemakaian indra ada perwujudan Allah sebelum atau sesudahnya”, bukan
melihat wujud Allah secara langsung melainkan seolah-olah melihatNya. Bila
telah sampai pada paham ihsan ini
membuat seseorang merasa tiap geraknya, tiap detiknya adalah bernilai ibadah
dan membuat orang selalu merasakan kebersamaan kepada penciptaNya,
kebersamaan ini lahir karena hubungan timbal baliknya terhadap Allah SWT baik
pengakuan lahiriah dan batiniah yang menfaatnya diberi kepada manusia itu
sendiri.
Ambil contoh misalnya kadang
seseorang berzikir secara lisan, kadang berzikir secara hati, kadang berzikir
secara isyarat, yaitu misalnya ketika melihat pemandangan alam yang indah,
kekaguman mata saat melihat pemandangan ini, dalam hal ini mengisyaratkan rasa
ucapan pujian kepada pencipta dan pemilikNya sesungguhnya, hal ini terkoneksi
langsung kepada pengingatan kepada Tuhan dihatinya saat bersamaan dengan
pandangannya ketika melihat dan mengagumi pemandangan indah alam tersebut dan
ini telah mendarah daging atau ilmu keagamaan telah sampai pada puncak persaksian
dan perwujudannya, yang biasa disebut sebagai “marifat”. Anda bisa bertanya
kepada diri Anda sendiri, ketika sedang menonton TV berapa lama anda ingat
Allah SWT dan berapa lama Anda lupa, cobalah hitung menitnya sekali-kali. Apa yang
Anda ingat ketika sesuatu tayangan menayangkan sesuatu masalah dunia baik atau
buruk maupun tayangan hiburan, adakah pengaliran pemaham agama menyertai
tontonan itu?
Bagi yang memahami ihsan pada
puncaknya, apa yang ia rasa, ia dengar, ia lihat, ia raba, ia pegang, ia
langkah, ia kecap, dsb secara bersamaan ia seakan-akan mengadakan flashback
(kilas balik secara kilat) ia pun mengingat Allah SWT dengan tidak ada penyekutuan
Allah SWT dengan sesuatu dan seolah-olah melihatNya dan kaitannya apa yang ia
lihat terhadap Allah SWT, sifat-sifat dan asma, kehendak dan takdir, hukum-hukum,
perintah dan laranganNya, dsb. yang terkoneksi dengan pemahaman dan pengajaran
agama yang sesuai dengan apa yang lagi ia lakukan itu. Gambaran inilah “Aku sebagai pendengarannya yang ia
mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan
sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia
berjalan dengannya” ketika ia melihat yang baik ia terkoneksi kepada pujian
penciptaNya dan terkoneksi kepada pemahaman apa yang mengalir sesuai dengan
yang ia lihat, begitupun saat melihat yang buruk, ia terkoneksi meminta ampunan
kepada pencipta dan hal-hal pemahaman hukum yang meyertai hal buruk yang ia
lihat tersebut, atau terkoneksi flashback kesemua faedah agama Islam yang ada
dan ketika itu pertama kali ia lakukan adalah ia seolah-olah melihat Allah SWT
dengan tidak menyekutukanNya dan tobat dan juga ia langsung menimbang nilai
baik buruk diri sendiri terhadap kandungan keimanan, ketaqwaan, hikmah,
pelajaran, kabar, ampunan dan peringatan yang tertuang dari apa-apa yang
terkonteks dari apa yang ia rasa, ia dengar, ia lihat, ia raba, ia pegang, ia langkah,
ia kecap, dsb tersebut untuk selanjutnya diteruskan diwujudkan kedalam interaksi
hubungan vertikal dan horizontalnya. Misalnya contoh yang lain, interaksi
langsung yang berkenaan dengan sumber agama, ketika Anda sengaja atau tak
sengaja mendengar atau melihat (mengalami) sebuah makna hikmah kejadian/takdir,
ayat kauniyah, ayat Quran atau Hadis, yang awal adalah terbesit ihsan atau berada
di zikir/pengingatan kepada Allah SWT dan bahwa keadaan itu adalah ditujukan pula
buat Anda, entah untuk sebuah kabar, pelajaran dan perbaikan atau sebuah
peringatan kepada nilai Anda, dengan nilai intropeksi diri ini Anda akan lebih
membanguskan akhlak Anda untuk sebuah interaksi didepannya, bukankah seseorang
tidak akan disesatkan melainkan telah terlebih dahulu ada kabar dan peringatan,
berarti keadaan takdir apapun adalah bernilai positif kabar atau peringatan
agar sempurna hikmah, keimanan dan ketaqwaan anda bila menerima, bertobat dan
mengambil manfaatnya dan atau sempurna tersesat bila lupa atau sengaja melupakan
hal tersebut.
Namun gambaran ini juga Allah SWT
sendiri yang memberi petunjuk, hingga Allah SWT menjadi petunjuk (bersama
Allah) dikala ia mendengar, melihat, memegang dan berjalan dan memilah faedah
baik buruk dalam konteks agamanya. Gambaran ini masih jauh dari kenyataan yang
sebenarnya lebih baik lagi dikala hati telah menyatu dalam ihsan. Hal yang
pasti adalah munculnya Akhlak terpuji yang digambarkan contoh kesempurnaannya
adalah akhlak nabi Muhammad SAW sebagai Al-Quran berjalan. Hal ini tercapai
bila puncak syariat sebagai ilmu jasmani dan puncak ilmu batin atau ilmu hati
terpenuhi. Ilmu hati adalah pelajaran akhlak.
Kenapa ihsan? karena keimanan
tertinggi ihsan, dan kenikmatan tertinggi adalah melihat Allah SWT secara
langsung. Nabi Musa as saja sudah diangkat nabi, sudah dikasih banyak mukzizat,
juga sudah dikaruniai menjadi pemimpin sebuah kaum, membawa bani Israel dan
menjauhkan dari Firaun masih ingin melihat Allah SWT secara langsung, begitupun
dalam kisah-kisah nabi-nabi yang lain yang ingin melihat bukti-bukti hadirNya
lebih banyak lagi, namun karena di dunia ini, tidak dapat melakukan hal
tersebut maka sebagaimana seolah-olah melihat Allah SWT adalah seolah-olah
benar-benar diberi kenikmatan tertinggi itu. Yaitu nilai ihsan akan menjadi
benar-benar kenikmatan tertinggi di dunia karena segala sesuatu telah di dapat
atau berada dalam genggaman. Begitupun hal yang sama, apa yang dilakukan oleh
segala pintu-pintu yang ada pada keilmuan tasawuf haruslah bermuara kepada
pengenalan Allah SWT dengan seolah-olah melihatNya namun tidak dalam konteks
persatuan wujud atau menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, untuk mendapatkan
segala sesuatu.
Mendapatkan segala sesuatu bukan
berarti mendapat kelimpahan materi dunia, namun selayaknya dunia telah dalam
genggaman namun Anda mengambil seperlunya saja dari dalam genggaman tersebut
(nilai juhud, walau dihalalkan, pengambilan atau pengeluarannya dibatasi
seperlu keadaan atau tidak tertolak karena memang bagian takdir rezeki Anda
yang besar, tapi Anda bisa dalam sabar tingkat lain, yaitu sabar karena menahan
dari keinginan sendiri, memakai rezeki besar itu seperlunya buat diri sendiri
dan tidak berfoya-foya/berlebih-lebihan termaksud tidak dalam pemakaian yang
tidak dihalalkan, mengeluarkan besar-besaran untuk agama dan orang lain yang
membutuhkan, ini pun telah ada nilai juhudnya dan telah ada nilai syukurnya
pula, nilai sabar dibawahnya, adalah sabar karena kehendak Allah SWT, seumpama
rumah Anda kebanjiran/kebakaran, mau tidak mau Anda dipaksa/terpaksa harus
bersabar dalam menghadapi keadaan takdir ini, bagaimanapun jenis nilai dan beda
keagamaan Anda.
Mengetahui sifat-sifat diri,
sifat yang diberi Allah, sifat dan asma bagian Allah, penyakit-penyakit hati,
pintu-pintu akhlak, syariat, hukum-hukum perintah dan larangan, persaksian dan
wujud ilmu-ilmu (marifat), keimanan, pengetahuan takdir dan kehendakNya, takut,
harapan, cinta, kecemburuan, pengagungan, dsb. bisa melahirkan ihsan dan dengan
ihsan yang diiringin selalu dengan tobat bisa mendapatkan cinta yang timbal
balik, jika cinta Allah telah didapat maka segala sesuatu bisa didapat secara
hekekatnya.
“Wahai
anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika engkau sudah
mendapatkan-Ku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Namun jika Aku
tidak engkau dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau dapatkan. Dan Aku lebih
mencintaimu lebih dari segala sesuatu”
dari
hati ia datang, dari hati ia pergi, dari hati ia mendekat dari hati ia menjauh,
dari hati ia tercipta dari hati ia menghilang, dari hati ia merasa dari hati ia
meraba dari hati ia melihat dari hati ia mendengar, dari hati ia membaik dari
hati ia memburuk, dari hati ia menjadi hati.
Contoh tiap detik olah tubuh dan
keringat menjadi ibadah, masih ingat uraian takdir diatas, semisal seorang buruh
tukang pipa PDAM atau buruh pekerja pembuat jalan, bila mereka benar dalam
melakukan pekerjaannya, ikhlas dalam kondisi beratnya pekerjaan maka selain
mendapat gaji/upah buruh (harian/bulanan) juga mendapat nilai pahala sedekah (selamanya)
selama orang lain memakai pipa dan jalanan tersebut. Bayangkan misalnya jalanan
tersebut tiap hari ada pelajar yang lewat, orang sakit dan dalam keperluan,
orang-orang yang lagi mencari rezeki, dsb makin banyak yang lewat makin banyak
nilai pahala sedekah yang ia dapatkan pula. Namun bila ia membiarkan
bos/mandor/kontraktornya berbuat tidak adil pada pekerjaan tersebut atau ia
tidak berlaku adil pada pekerjaannya, maka nilai keringatnya tidak menghasilkan
nilai sedekah. Maka bila bekerja, lakukanlah dengan Iklas dan Ridho, Sabar di
dalam sabar, Syukur pada kesabaran dan Halal. La tahzan dan selalu tersenyum (hati)
karena takdir penderitaan Anda atau takdir kesejahteraan yang Anda punya selalu
bernilai kebaikan buat muslim. Menurut Anda, apa muslim di Palestina menderita
hari ini? ….. Kenapa masih banyak yang tidak mau keluar dari Palestina kalau
itu sebuah penderitaan? ….. seandainya anda tahu, malahan mungkin Anda berharap
lahir atau tinggal disana.
ia
mendengar suara nafas sendiri, tiba-tiba ia mendengar nafas teman-temannya,
tiba-tiba ia mendengar nafas seluruh kampung, kemudian seluruh bumi. Terbesit
kata sungguh Allah SWT Maha Pemberi Rezeki, terbesit bahwa semua manusia bersifat
baik atau buruk tanpa pilih kasih turut bernafas, sungguh Allah Maha Bijaksana
dan tidak zalim, terdengar pula suara nafas hewan-hewan besar dan kecil,
beraneka ragam jenisnya nafasnya, terdengar nafas tumbuh-tumbuhan, terdengar
nafas orang kaya, nafas orang miskin, nafas anak-anak, nafas dewasa, diatas
gunung, dilembah, dipantai, dikota besar, dikampung, dihutan, Maha Luas. ada
yang mendapat kelapangan nafas karena tempatnya, ada yang kesusahan karna
tempatnya mengambil nafas, Allah benar-benar Maha Adil, ia melihat dimana-mana
satu bumi turut bernafas, Allah Maha Kaya memberi gratis nafas ini,
sangat-sangat berharga bila kehilangan nafas, Maha Berkuasa, Allah benar-benar
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Bila Anda ingin memahami Ilmu
Pengetahuan Alam anda harus belajar mata pelajaran ilmu tersebut, yaitu
biologi, fisika, geografi, kimia, ekologi, geologi, astronomi. Pada masa ini
ilmu keagamaan pun menjadi berbagai macam ragam cabangnya, seperti mata
pelajaran ilmu hadist, ilmu fiqh, ilmu hati atau tasawuf, ilmu tauhid, dsb.
Namun Anda harus berpegang teguh dalam pengertian ilmu-ilmu ini tidak
bertentangan dengan nash dan tidak menyebabkan penyekutuan dzatNya. Lantas
bagaimana jalan termudah dalam pencapaian ihsan ini, tarekat termudah adalah
rukun Islam dan rukun Iman.
" Adapun rukun - rukun Islam
itu ada lima yaitu :
1.
bersyahadat bahwa tiada Tuhan kecuali Allah,
dan
2.
mendirikan sholat,
3.
mengeluarkan zakat,
4.
berpuasa di bulan Ramadhan dan
5.
berhaji ke Baitullah bagi orang yg mampu
akan perjalanannya. "
" Adapun rukun iman itu ada
enam,
1.
beriman kepada Allah, dan
2.
beriman kepada malaikat-malaikatnya
Allah, dan
3.
beriman kepada kitab-kitabNya, dan
4.
beriman kepada para Rasul Nya,
5.
beriman kepada hari akhir, dan
6.
beriman kepada takdir baik dan buruk
dari Allah SWT ".
Diawali penerimaan dan kesaksian
manusia bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah
rasul (utusan) Allah. Awalnya syahadat terucap secara lisan dan hati masih
mengandung banyak hal keingintahuan yang lebih dan seiring untuk penguatan
ikrar dan janji ini, Allah SWT mengilhamkan manusia agar semakin ingin mengenal
kepada Allah SWT dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, untuk penguatan ini
diajaklah manusia ke syariat lanjutan yakni sholat, sholat dapat mencegah
perbuatan keji dan mungkar, bagaimana kalian tahu sholat mencegah perbuatan
keji dan mungkar bila tidak melakukannya (sholat). Awalnya menjaga lima waktu,
yang tadinya waktu banyak dipakai buat hiburan dan hal lainnya, kegiatan
tersebut menjadi terputus-putus dan agak terhenti sering-sering seiring
masuknya waktu sholat, hingga membuat manusia tidak terbuai dengan kegiatannya,
kemudian ia menjaga wudhu hingga menguatkan pondasi rohani dan jasmaninya dan
makin mengurangi kegiatan-kegiatan yang bisa jadi buruk (keji dan mungkar).
Sholat sebagai tiang agama, kekuatannya dibutuhkan untuk menopang pengetahuan
agama yang berat yakni ketakwaan dan keimanan. Kekuatan ini adalah kekuatan
spritualnya. Mulailah manusia masuk dalam pembentukan baru yaitu puasa untuk
membuatnya menjadi orang bertakwa, bagaimana kalian tahu puasa membuat
seseorang bertakwa bila tidak melakukannya (puasa) dan tidak mengambil hikmah
dan pelajarannya (puasa). Setelah sukses kepada pemahaman ketaqwaan kemudian
dituntutlah manusia pada keadaan agar menjadi suci dan lebih suci, yang
pengajaran dan hikmahnya ada pada zakat, infaq dan sadekah, bagaimana kau tau
zakat dapat mensucikan, bila tidak melakukannya (zakat). Dimana manusia
diajarkan untuk menguatkan ketakwaan dan membuang hal-hal buruk dari hatinya,
melahirkan akhlak-akhlak mulia. Untuk menguatkan ketakwaan dan kesuciannya, manusia
harus menang dari ujian terbesarnya, yaitu:
Rasulullah s.a.w bersabda yang
bermaksud: “Sesungguhnnya bagi setiap
umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan.” Riwayat
at-Tirmidzi
(Update
: bukti adanya akhlak terpuji adalah adanya nafsu yang diberi rahmat atau dapat
mengendalikan nafsu, karena nafsu tidaklah dapat hilang dan bila diperangi akan
berperang selama hidup namun ada pengendalian nafsu dalam hal ini seperti apa
nafsu yang berjalan di garis kebaikan, Anda bisa mencari contohnya sendiri,
seperti perkataan nabi Yusuf as: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (kisah Quran))
Rangkaian
ibadah fisik ini melahirkan pula rangkaian ibadah batin tersebut ditambah
keimanan kepada Allah SWT, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, Hari
Akhir, dan Takdir (Qadha dan Qadar) telah membuat manusia memperkuat keyakinan syahadatnya
dan mengenali lebih dalam akan Tuhannya, maka ketika ia mengenali dirinya dan
Tuhannya, layaklah manusia tersebut mendapat panggilan Allah SWT mengokohkan
jati dirinya sebagai hamba lewat ibadah haji hingga menjadi haji mabrur. Haji
adalah panggilan Ilahi, dan karena itu pula jamaah haji dinamai Dhuyuf
Al-Rahman (Tamu-tamu Allah Yang Maha Pengasih). Bukankah mereka berkunjung ke
Baitullah (Rumah Allah). Dan haji mabrur adalah haji yang mengetahui dan
menjalani rangkaian ibadah fisik dan dalam pencapaian ibadah batin tadi
termaktum kepada keadaannya yang ihsan. Dengan kata lain mereka yang dalam
pemahaman inilah yang sebenarnya layak menjadi yang dinamakan haji yang mabrur.
Akan tiba suatu
masa di mana orang-orang kaya akan pergi haji untuk bertamasya, orang yang berpunya
untuk kepentingan bisnis, orang bijak untuk pamer dan orang miskin untuk
mengemis.(Diriwayatkan
oIeh Anas r.a)
Orang
yang hajinya mabrur menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untuk membuka
lembaran baru dalam menggapai ridho Allah Ta’ala. Ia akan semakin mendekat ke
akhirat dan menjauhi dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Haji yang mabrur tidak
lain pahalanya adalah surga”
Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Haji mabrur adalah pulang dalam keadaan
zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat.” Ia juga mengatakan, “Tandanya adalah meninggalkan
perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan sebelum haji.”
Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan,
“Dikatakan bahwa tanda diterimanya haji
adalah meninggalkan maksiat yang dahulu dilakukan, mengganti teman-teman yang
buruk menjadi teman-teman yang baik, dan mengganti majlis kelalaian menjadi
majlis dzikir dan kesadaran.”
Mu'adz bin jabal, ra, berkata, "Aku pernah berkata;wahai rasulullah
beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukan kedalam surga dan menjauhkan
dari neraka"
beliau
menjawab "Engkau menanyakan sesuatu
yang besar, namun hal itu menjadi ringan bagi siapa saja yang diringankan oleh
Allah Swt. Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun, berpuasa ramadhan dan berhaji ke baitullah;
kemudian
beliau bersabda 'inginkah engkau kuberitahukan mengenai pintu-pintu kebaikan?
Puasa
adalah perisai, shadaqah itu menghapus kesalahan sebagaimana air dapat
menghapus api, dan shalatnya seseorang di tengah malam "kemudian beliau
membaca surat As sajdah ayat 16, (Lambung-lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya, sedang mereka berdoa kepada tuhannya dengan harap-harap cemas)
Kemudian
beliau bersabda 'inginkah kalian kuberitahukan pokok dari segalah urusan dan
puncak mahkotanya ?" Aku menjawab,"ingin, wahai rasulullah,; beliau
bersabda, ;pokok dari segala urusan adalah Islam , tiangnya adalah shalat,
dan puncaknya adalah jihad.
Lalu
beliau bersabda; “maukah kalian kuberitahu kunci dari semua itu '? Aku menjawab
"mau , wahai rasulullah, maka beliau menunjukan lidahnya seraya bersabda,
"kendalikan ini" Aku bertanya," wahai nabiyullah apakah kami
akan diminta pertanggunghawaban dengan apa yang kami katakan ? beliau
bersabda,"Celakalah engkau hai Mu'adz, Bukankah yang menjerumukan manusia
kedalam api neraka dengan wajah tersungkur adalah akibat lidah mereka? (HR
Tirmidzi dan dia mengatakan ini adalah hadist hasan)
Hadis
riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Pada
suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang
laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw.
menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu
bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab:
Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan
Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah
saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.
Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu.
Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah
saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari
orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda- tandanya; Apabila budak
perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila
orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara
tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah- megahan dengan
gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui
oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala:(Luqman:34)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian
orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para
sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun.
Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril,
ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim
[Bahasa Arab saja]: 10
Syahadat
Syahadat berasal dari kata bahasa
Arab yaitu syahida (شهد), yang artinya ia telah menyaksikan. Kalimat itu dalam
syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah)
dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya.
Syahadat sering disebut dengan
Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa Arab Syahadatain
berarti 2 kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat itu adalah:
Kalimat pertama : ʾašhadu
ʾal lā ilāha illa l-Lāh artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain
Allah
Kalimat kedua : wa ʾašhadu
ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah
rasul (utusan) Allah.
Makna
syahadat
Pengakuan
ketauhidan.
Artinya, seorang muslim hanya
mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain selain
Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi
tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim
memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan
jalan hidup.
Pengakuan
kerasulan.
Dengan mengikrarkan kalimat ini
seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan
melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadis Muhammad saw.
Makna
Laa Ilaaha Illallah
Kalimat Laa Ilaaha Illallah
sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan
selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar
hanyalah Allah semata
Berkaitan dengan mengilmui
kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka
ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain
Allah" (QS Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat ini, maka
mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada
rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan Laa
Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga."
Yang dimaksud dengan ikhlas di
sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut
sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah
menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut
datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai
pamanku ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia
sebagai hujah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk
mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan perkataan
beliau "Katakan Laa Ilaaha
Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah
mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang qurays di jaman
nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya
tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.
Inti
syahadat
Inilah sekilas tentang makna Laa
Ilaaha Illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan
yang benar kecuali Allah ta'ala semata.
Kandungan
syahadat
Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan
seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika seseorang mengucapkan
kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang ia ikrarkan itu.
Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah.
Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan risiko
apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu
berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.
Janji
Syahadat juga bermakna janji.
Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar
dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang
terkandung dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.
Syarat
syahadat
Syarat syahadat adalah sesuatu
yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna. Jadi jika
seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya,
bisa dikatakan syahadatnya itu tidak sah.
Syarat
syahadat ada tujuh, yaitu:
Pengetahuan
Seseorang yang bersyahadat harus
memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua
kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.
Keyakinan
Seseorang yang bersyahadat mesti
mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan
terhadap makna tersebut.
Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati
dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat. Ucapan syahadat
yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima oleh
Allah SWT.
Kejujuran
Kejujuran adalah kesesuaian
antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan,
diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.
Kecintaan
Kecintaan berarti mencintai Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman. Cinta juga harus disertai dengan
amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat,
atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah
SAW.
Penerimaan
Penerimaan berarti penerimaan
hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dan hal ini
harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan meyakini
bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang
datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain
kecuali Al Qur'an dan Sunnah Rasul.
Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan
menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahiriyah. Artinya, seorang
muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan
semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan yaitu bahwa
penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan
fisik.Oleh karena itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan
amirnya dan selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Asas
dari tauhid dan Islam
Laa Ilaaha Illallah adalah asas
dari tauhid dan Islam dengannya direalisasikan dalam segala bentuk ibadah
kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan
berhukum dengan syariat Allah.
Seorang ulama besar Ibnu Rajab
mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati, diagungkan dan
dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu
semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat Laa Ilaaha
Illallah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya
dengan aktivitas kesyirikan.
Makna
syahadat bagi Muslim
Bagi penganut agama Islam,
Syahadat memiliki makna sebagai berikut:
- Pintu masuk menuju Islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain (bersaksi dengan dua kalimat syahadah)
- Intisari ajaran Islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya
- Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat syahadah
- Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadah
- Jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang bersyahadatain
SHOLAT
Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
(QS. 29:45)
Segala puji bagi Allah Ta’ala,
sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti
jejak mereka sampai hari Qiyamat.
Qurthubi menyebutkan, dalam teks
ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kaum Muslimin,
untuk membaca Al Qur’an dan berhukum dengannya. Kemudian menegakkan sholat
dengan memperhatikan waktu, wudhu, bacaan, rukuk-sujud, tasyahud dan seluruh
syarat-syarat sahnya sholat. Maksud sholat di situ adalah sholat wajib lima
waktu yang Allah akan ampuni dosa-dosa hamba-Nya bila menegakkannya.
Sebagaimana hadist Nabi yang dikeluarkan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah. Nabi
bersabda : Apa pendapat anda jika ada
orang mandi di sungai depan anda sebanyak lima kali sehari ? Apakah masih
menempel di badanya itu kotoran ? Jawab para Sahabat, Tidak, tidak ada lagi
kotoranya ( bersih betul ). Jawab Nabi, itulah contoh sholat lima waktu. Allah
menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan hamba-Nya.
- Abul Aliyah berkata : di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu Ikhlas, khosyah ( takut ) dan dzikrullah ( ingat kepada Allah ). Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan mencegah mungkar.
- Ibnu Mas’ud berkata : Tidaklah sholat siapa yang tidak tho’at terhadap sholatnya. Menta’ati sholat adalah mencegah perbuatan fahsya’ dan mungkar.
- Ibnu Umar berkata : kata Nabi : Siapa telah sholat, lalu tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar, sholatnya tadi tidak akan menambah kecuali jauh dari Allah.
- Al Hasan berkata : Hai anak Adam, sholat itu hanyalah mencegah keji dan mungkar, jika sholatmu tidak mencegahmu dari keji dan mungkar, maka sesungguhnya kamu tidak sholat.
- Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Al Hasan dan Al A’masy berkata : siapa yang sholatnya tidak mencegah dari fahsya’ dan mungkar, sholatnya tidak akan menambah kecuali akan jauh dari Allah. (padahal sholat adalah dalam rangka dekat kepada allah)
- Al Maroghi sangat tegas mengingatkan : Sesungguhnya Allah telah memerintah kita untuk menegakkan sholat, yaitu dengan mendatanginya secara sempurna, yang memberikan hasil setelah sholat itu pelakunya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar, baik mungkar yang nampak maupun yang tersembunyi sebagaimana firman Allah tersebut di atas. Maka jika pengaruh itu tidak ada dalam jiwanya, sesunggunya sholat yang ia lakukan itu hanyalah bentuk gerakan dan ucapan-ucapan yang kosong dari ruh ibadah, yang justru menghilangkan ketinggian dan kesempurnaan arti sholat. Allah telah mengancam terhadap pelaku sholat dengan kecelakaan dan kehinaan. Fawailullilmusholliin, alladziinahum fii sholaatihim saahuun, artinya Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Pengertian Fahsya’ dan Mungkar :
- Di dalam ayat berbunyi إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ artinya : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fakhsya’ dan mungkar.
- Al-Fahsya’ (الفحشاء ) dalam tafsir DEPAG-RI diartikan dengan perbuatan keji. Arti seperti ini kurang jelas dan tegas. Bila kita buka dalam kamus Al Munawwir, artinya sangat tegas-jelas dan banyak, dari sekian arti tersebut tidak ada yang baik. Al-Fahsya’ adalah suatu sikap/amalan yang buruk, jelek, jorok, cabul, kikir, bakhil, kata-kata kotor, kata yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, dan kata fail / pelakunya diartikan zina. naudzubillahi min dzalik. ( Kamus Al Munawwir : hal. 1113)
- Al-Mungkar (الْمُنكَرِ) dalam tafsir DEPAG-RI diartikan sama, yaitu perbuatan mungkar, mohon perhatian, arti seperti ini kurang bisa difahami.
- Abdullah Ar-Rojihi dalam kitabnya Al Qoulul bayyin Al Adhhar fiddakwah menyebutkan bahwa Munkar adalah setiap amalan / tindakan yang dilarang oleh syariat Islam, tercela di dalamnya yang mencakup seluruh kemaksiatan dan bid’ah, yang semua itu diawali oleh adanya kemusyrikan. Ada lagi yang mengatakan bahwa Munkar adalah kumpulan kejelekan, apa yang diketahui jelek oleh syariat dan akal, kemusyrikan, menyembah patung dan memutus hubungan silaturrahmi.
- Para ahli tafsir sangat tegas mengatakan bahwa sesungguhnya sholat itu mencegah pelakunya dari perbuatan fahsya’ dan mungkar, ( baca pengertian ke-2nya di atas ) karena di dalam sholat ada bacaan Al Qur’an yang mengandung peringatan-peringatan.
PUASA
Allah SWT. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 183)
Bertakwa kepada Allah SWT. adalah
derajat yang tinggi dan mulia bagi seorang hamba. Dalam hal ini, Allah SWT.
telah berfirman, “...Dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah [9]:
36).
Orang yang bertakwa juga dicintai
oleh Allah SWT., “...Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah [9]: 4).
Di
akhirat kelak, orang yang bertakwa dimasukkan dalam surga yang penuh dengan
kenikmatan, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan
kenikmatan.” (QS. ath-Thûr [52]: 17).
Derajat takwa ini bisa diraih
dengan mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.
Apa
itu Taqwa?
Kalimah ‘Taqwa’ asal maknanya
adalah mengambil tindakan penjagaan dan memelihara dari sesuatu yang mengganggu
dan memudaratkan. Menurut Syara’, ‘Taqwa’ berarti : “Menjaga dan memelihara
diri dari siksa dan murka Allah Ta’ala dengan jalan melaksanakan
perintah-perintahNya, taat kepadaNya dan menjauhi larangan-laranganNya serta
menjauhi perbuatan maksiat”.
Rasulullah s.a.w. pernah
menjelaskan hakikat taqwa dengan sabda baginda yang bermaksud :
“Mentaati
Allah dan tidak mengingkari perintah-Nya, sentiasa mengingati Allah dan tidak
melupainya, bersyukur kepada-Nya dan tidak mengkufuri nikmat-Nya”. (Riwayat
Imam Bukhari dari Abdullah bin Abbas rha.)
Saidina Umar r.a. pernah bertanya
kepada seorang sahabat yang lain bernama Ubai bin Ka’ab r.a. makna taqwa. Lalu
Ubai bertanya kepada Umar :
“Adakah engkau pernah melalui
satu jalan yang berduri?
Jawab Umar: “Ya”.
Tanya Ubai lagi: “Apakah yang
kamu lakukan untuk melalui jalan tersebut?”.
Jawab Umar : “Aku melangkah
dengan waspada dan berhati-hati”. Balas Ubai : “Itulah yang dikatakan taqwa”. Kehati-hatian
dalam perkara hidup
Menurut Ibnu Abbas r.a. :
“Al-Muttaqin (yakni orang-orang bertaqwa) ialah orang-orang beriman yang
memelihara diri mereka dari mensyirikkan Allah dan beramal menta’atiNya”.
Menurut Hasan al-Basri :
“Orang-orang bertaqwa ialah orang-orang yang memelihara diri dari melakukan
perkara yang diharamkan Allah dan mengerjakan apa yang difardhukan Allah ke
atas mereka”.
Berkata Abu Yazid al-Bustami :
“Orang bertaqwa ialah seorang yang apabila bercakap, ia bercakap kerana Allah
dan apabila ia beramal, ia beramal kerana Allah”.
Martabat
Taqwa
Menurut Al-’Allamah Mustafa
al-Khairi al-Manshuri, taqwa ini mempunyai tiga martabat;
Martabat pertama : Membebaskan diri dari kekufuran
Inilah yang diisyaratkan oleh
Allah dengan “Kalimat at-Taqwa” dalam firmanNya :
“…lalu
Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan
Allah mewajibkan (mengurniakan dan menetapkan) kepada mereka kalimat taqwa …”.
(Surah Al-Fath. Ayat : 26)
Maksud kalimah at-Taqwa dalam
ayat di atas ialah kalimah : dua kalimah syahadah. Kalimah ini merupakan
kalimah iman yang menjadi asas atau puncak kepada taqwa.
Martabat kedua : Menjauhkan diri dari segala perkara
yang membawa kepada dosa.
Martabat
ketiga : Membersihkan batin
(hati) dari segala yang menyibukkan atau melalaikan diri dari Allah swt.
Martabat yang ketiga inilah yang
dimaksudkan oleh firman Allah;
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan kamu menyerah diri (kepada Allah
swt).”
(Surah Ali Imran : 102)
Untuk memahami pengertian dan
makna taqwa yitu berasal dari kata "Taqwa" adalah mengambil tindakan
penjagaan dan juga memelihara diri dari sesuatu yang ganggu dan juga
memadlaratkan. Akan tetapi menurut syara' "Taqwa" itu berarti menjaga
dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya
serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya, menjauhi semua kemaksiatan dan
…taat kepada Allah SWT.
Sebagaimana dengan firman Allah
berkenaan dengan takwa tersebut di atas yaitu : Artinya :
"Sesungguhnya
orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah
orang yang paling ber- taqwa". Rasulullah saw. pernah ditanya
oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga Muhammad
itu?.
Rasulullah saw, menjawabnya :
"Orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. dan taqwa itu merupakan suatu
kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya adalah selalu taat kepada Allah
SWT. supaya sadar dan terhindar dari siksa-Nya.
Hal semacam itu supaya ditaati
bukan untuk diingkari, agar diingat tidak untuk dilupakan, serta supaya disyukuri
bukan untuk dikufuri".
Taqwa itu adalah membentengi diri
dari siksa Allah SWT. dengan jalan taat kepada-Nya, (menurut pendapat dari para
ahli Tashawwuf), sedangkan menurut pendapat dari Fuqaha (ahli fiqih) Taqwa itu
berarti bahwa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri
kepada perbuatan dosa.
Adapun pendapat dari Abdullah
Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertaqwa itu ialah :
1) .Orang yang selalu
berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar tidak mendapatkan suatu murka
dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan hawa nafsu.
2) .Orang yang selalu
mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan meyakini dan juga
melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan Allah.
Taqwa itu merupakan satu modal
dari persiapan sedangkan sabar itu adalah merupakan satu dari amal perbuatan
baik, dan tidak ada satupun argumentasi yang benar kecuali Rasulullah saw,
sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT. (menurut
pendapat dari Sahal bin Abdullah).
Agar supaya manusia itu bertaqwa
maka akhirat diciptakan sedangkan supaymanusia itu menerima cobaan maka
diciptakan dunia, itulah pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah dikatakan
sempurna taqwanya jika orang tersebut dapat menjaga diri darisegala perbuatan
dosa meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan
sesuatu yang mana kehalalannya masih …sebab takut akan tergelincir kepada
hal-hal yang … maka dengan demikian akan terbentuk suatu benteng ..,ingat kokoh
sekali di antara dirinya dengan sesuatu yang …perbuatan yang dimurkai oleh
Allah SWT., itulah …taqwa menurut pendapat dari Abu Darda.
Menurut pendapat Musa bin A'yun
menerangkan bahwa bertaqwa berarti membersihkan diri dari bermacam- macam
subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa
pendapat di atas dapat diambil ilu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang
yang bertaqwa antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu
haruslah ditinggalkan. segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah
SWT., maka haruslah ditinggalkan.
Menentang hawa nafsu serta
meninggalkan segala hasrat jiwa.
Melaksanakan serta memelihara
tata cara kehidupan menurut syariat Islam.di dalam segala ucapan juga perbuatan
haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.
Ada beberapa arti mengenai kata
"Taqwa" yang telah termaktup oleh Al-Qur'an, di antaranya adalah
sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah
SWT. arti taqwa di ini mempunyai arti "Taubat", yakni di dalam surat
Al¬it.ujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah
kamu harus bertaqwa". Taqwa mempunyai makna "Ketaatan dan
ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai
berikut: "Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".
(QS. 3 : 102).
Taqwa berarti "Bersih hati
dari dosa", firman Allah SWT.: "Dan
barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah mendapatkan;
kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari ketiga dalil tersebut di
atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang terakhir,
sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Taqwa itu adalah
terpeliharanya hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena
adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia
akan terpelihara dari segala kejahatan.
Kecuali hanya kepada Allah SWT.,
maka kepada segala apapun, seorang hamba tidak akan takut, itulah yang dimaksud
dengan taqwa menurut Nashr Abadzi. Di samping itu juga Nashr menerangkan satu
hal lagi yaitu : "Barangsiapa yang selalu bertaqwa, maka ia akan merasa keberatan
sekali untuk meninggalkan akhirat" sebagaimana firman Allah sebagai
berikut:
Artinya : "Desa akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa, apakah
kalian semua tidak berpikir". (QS. Al-An'am: 32).
"Barangsiapa
yang selalu menginginkan agar taqwanya benar, maka dia harus meninggalkan semua
perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal).
Allah akan memudahkan hatinya
untuk berpaling dari kemewahan dunia, barangsiapa yang mampu untuk
merealisasikan taqwa, menurut sebagian dari para Ulama'.
Taqwa menurut Abu Bakar Muhammad
Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjauhkan! diri
dari Allah SWT., sedangkan menurut dari Dzun Nun yang dimaksud dengan taqwa
ialah: orang yang tidak mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-hal yang
bertentangan dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam
kondisi demikian, seseorang itu akan …kontak dengan Allah SWT. dan dapat
berkomunikasi: …..
itu terbagi menjadi dua bagian,
menurut pendapat ini Ilmu Atha' yakni : …. lahir adalah menjauhkan diri dari
hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Taqwa lahir batin adalah niat dan ikhlas.
sehingga di dalam hal seperti ini Dzun Nun Al-Misri mengedapankan pendapatnya
dalam bentuk syair ada kehidupan yang sejati kecuali dengan kekuatan hati
mereka yang selalu merindukan taqwa dan menyukai dzikir ketenangan telah
merasuk ke dalam jiwa yakin dan baik sebagaimana bayi yang masih menetek lelah
merasuk ke dalam pangkuan.
Bertaqwa itu dapat dijadikan
standar apabila telah memenuhi dalam tiga hal, menurut pendapat seorang
laki-laki, antara lain: …. yang baik dalam hal yang tidak mungkin
diperolehnya.
Ridha yang baik dalam hati yang
telah diperoleh. Sabar dalam hal yang "baik dalam hal yang telah lewat.
.
Menurut satu pendapat yang lain
bahwa taqwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bentuk ialah :
- Taqwa orang awam karena menghindarkan diri dari syirik.
- Taqwa orang yang istimewa karena menghindarkan diri dari perilaku maksiat.
- Taqwa para wali karena menghindarkan diri dari perbuatan jelek/akhlak jelek.
- Taqwa para Nabi karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di dalamnya terkandung taqwa.
Telah dituturkan oleh Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa sebaik-baik orang di dunia ini adalah
orang yang dermawan dan juga sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah orang
yang taqwa.
Adapun dalil-dalil yang
menerangkan dan juga memperjelas mengenai Taqwa itu adalah antara lain
berdasarkan pada firman-firman Allah SWT. dan juga hadits-hadits Nabi. .
Terdapat di dalam surat Ali-Imran
ayat 102, artinya: "Hai orang-orang
yang beriman bertaqwalah kepada Allah SWT. dengan sebenar-benar taqwa
kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam". .
Di dalam surat Al-A'raf ayat 35,
artinya adalah : "Barang- siapa yang
bertaqwa dan berlaku baik, tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka dan
mereka tidak akan berduka cita". .
Terdapat di dalam surat
Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya
mereka beriman dan bertaqwa, tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di
sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui". .
Di dalam surat An-Nahl ayat 128,
yang artinya adalah : "Sesungguhnya
Allah menyertai orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang berbuat
kebajikan". .
Terdapat pada surat Al-Maidah ayat
96, artinya "Taqwa- lah kamu kepada
Allah SWT. yang kepada-Nya nanti kamu akan dikumpulkan". .
Surat Al-Ahzab, ayat 70 - 71,
artinya adalah : "Hai orang- orang
yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah menghendaki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu.
Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar".
Hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad, adalah: "Aku berpesan
kepadamu dengan taqwa kepada Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi
ataupun yang terang-terangan".
Di dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ahmad juga, artinya : "Aku
berpesan kepadamu untuk taqwa kepada Allah, karena taqwa itu pokok pangkal
segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi, artinya adalah : "Taqwalah kepada Allah di dalam segala
sesuatu yang kamu ketahui",
Di dalam hadits yang telah
diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya adalah : "Ya Allah!. Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, taqwa, perlindungan,
dari perbuatan haram, dan kecukupan". hadits yang telah diriwayatkan
oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas
kamu taqwa kepada Allah, sesungguhnya taqwa itu mengumpulkan setiap kebaikan
dan wajib atasmu berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan
Allah kependetaan dalam Islam. Wajib atas kamu ingat kepada Allah dan membaca
kitab-Nya, maka sesungguh¬nya Dia itu cahaya bagimu di bumi dan ingatan untuk
kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu kecuali dalam kebaikan, karena
sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan setan". hadits
riwayat Ahmad yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya orang yang paling utama kepada-Ku adalah orang-orang
yang taqwa, siapa pun mereka, dan di mana pun mereka berada".
Demikianlah dalil-dalil yang
menerangkan atau memperjelas sebagai bukti taqwa, untuk dijadikan sebagai bahan
rujukan agar kita dapat memelihara iman kita kepada Allah, juga agar tetap
taqwa kepada Allah SWT. karena hanya kepada-Nyalah kita akan kembali juga hanya
kepada Allah jualah] tempat segala-galanya.
ZAKAT
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
(Q.S At Taubah: 103)
Zakat menurut bahasa berarti tumbuh, berkembang, bertambah, subur, mensucikan atau membersihkan. Menurut istilah zakat berarti mengeluarkan sebagian harta benda yang sudah mencapai nisab kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat yang telah ditentukan.
Allah SWT adalah pemilik seluruh alam raya dan pemilik seluruh isinya (Rabbul ‘Alamin), termasuk pemilik hakiki harta benda.
Seseorang yang beruntung memperolehnya pada hakikatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan serta dipakai sesuai dengan kehendak pemiliknya (Allah SWT).
Zakat – demikian pula infaq dan shadaqah - merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Sang Pemilik.
Apabila harta itu harta Allah, sedang seluruh manusia adalah hamba Allah, dan seluruh aktivitas kehidupan dan kesejahteraannya dengan mempergunakan harta Allah, maka sudah selayaknyalah jika harta itu -meskipun terikat dengan nama orang tertentu - digunakan bagi kebaikan seluruh hamba Allah, dipelihara dan dimanfaatkan oleh mereka bersama.
Imam Qurthubi mengatakan : "Zakat merupakan bukti kebenaran iman dari orang yang mengeluarkannya atau dengan kata lain ; orang yang mengeluarkan zakatnya itu, bukan termasuk golongan orang-orang munafik, sekaligus mengeluarkan zakat dengan rela adalah sebagai bukti kebenaran akan cintanya kepada Allah SWT atau kesungguhan harapan kepada Allah akan meraih pahalanya atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya".
Imam Al Sindi mengatakan : "Zakat merupakan bukti kebenaran iman yang diakui pelakunya. Sebab, tindakan mengeluarkan harta secara tulus karena Allah tidak mungkin terjadi, kecuali jika ada kesungguhan imannya".
Dari Abu Ayyub, berkata ; bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah : "beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga ?" Beliau menjawab : "Harta .... ! Harta ..... !" Selanjutnya beliau bersabda : "Yang terpenting bagimu adalah menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari)
Dari Abu Dzar Al Ghifary r.a. ia berkata, aku pernah mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau sedang duduk di serambi Ka’bah. Pada saat melihatku, beliau bersabda : "Demi Allah, Pemelihara Ka’bah, mereka adalah orang-orang yang merugi pada hari kiamat." Aku pun berkata kepada diriku sendiri, Apa gerangan yang terjadi padaku. Mungkin telah diturunkan sesuatu kepadaku. Selanjutnya aku bertanya, Siapakah yang engkau maksudkan, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : "Yaitu orang-orang yang banyak memiliki harta akan tetapi masih mengatakan begini ...,begini ...,dan begini ...". Beliau mengisyaratkan ke depan, ke sebelah kanan, dan ke sebelah kirinya. Kemudian beliau bersabda : ”Demi Dzat yang aku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang mati dan meninggalkan unta atau sapi, (harta benda yang banyak), sedang ia tidak mengeluarkan zakatnya, melainkan pada hari kiamat kelak akan didatangi oleh apa yang lebih besar dan gemuk dari apa yang dia miliki sewaktu di dunia. Lalu binatang yang tidak dikeluarkan zakatnya itu menginjak-injak orang tersebut dengan kuku-kuku kakinya dan menanduk dengan tanduknya. Setiap kali yang terakhir selesai menginjak dan menanduk, maka yang pertama kembali seperti semula. Sehingga ia diberi putusan pengadilan di antara manusia." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Karena itu Islam memerangi kekikiran, memerangi pemborosan, dan kemewahan.
Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW telah memperingatkan dengan keras kepada orang-orang yang kikir dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah....sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT "…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapatkan) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka : "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk diri kamu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". (Q.S. At Taubah : 34-35)
Rasulullah bersabda : "Jauhilah kekikiran. Karena sesungguhnya kekikiran itu
telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, kekikiran telah mendorong mereka menumpahkan darah mereka dan menodai kehormatan mereka." (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim)
Zakat berguna menyelamatkan diri dan umat keliling kita.
- Mengikis habis sifat-sifat kikir dalam diri seseorang,
- Melatih sifat-sifat dermawan,
- Mengantarkan pemilik harta mensyukuri nikmat Allah,
- Pada akhirnya dapat mensucikan diri dan mengembangkan kepribadiannya.
- Menciptakan ketenangan dan ketentraman,
- Menyelamatkan penerima dan pemberi zakat, infaq dan shadaqah itu dari murka Allah.
- Mengembangkan harta benda.
Pengembangan ini dapat ditinjau dari dua sisi :
(a) sisi spritual,
berdasarkan firman Allah dalam
surat Al Baqarah ayat 276 : "Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah atau zakat."
(b) sisi ekonomis-psikologis,
yaitu ketenangan batin dari
pemberi zakat, pemberi shadaqah dan infaq yang akan mengantarkannya
berkonsentrasi dalam memikirkan usaha pengembangan harta ;
Di samping itu, penerima zakat atau infaq dan shadaqah akan mendorong terciptanya daya beli dan produksi baru bagi produsen yang dalam hal ini adalah pemberi zakat atau infaq dan shadaqah.
Menahan harta bertumpuk dan tidak mengedarkannya untuk yang wajib menerima adalah sama dengan menahan hak orang lain. Kemurkaan Allah akan datang, ketika harta benda yang dimiliki digunakan untuk berbuat fasad di muka bumi.
Ingatlah firman Allah; "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami memerintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka (justeru) melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan) Kami, Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya" (QS. Israk (17) ayat 16)
HAJI
Ibu berkata, *Allah hanya
memanggil kita 3 kali saja seumur hidup*
Keningku berkerut.. ‘Sedikit
sekali Allah memanggil kita..?… Ibu tersenyum.. ‘Iya, tahu tidak apa saja
3 panggilan itu..?’Saya menggelengkan kepala. ‘Panggilan pertama adalah
*Adzan*, ujar Ibu.
‘Itu adalah panggilan Allah yang
pertama. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat
terdengar. Ketika kita Sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi
Allah masih fleksibel, Dia tidak ‘cepat marah’ akan sikap kita.
Kadang kita terlambat, bahkan
tidak Sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih
memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya
itu menjawab panggilan Adzan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya
ketika hari Kiamat nanti’.
Saya terpekur…. mata saya
berkaca-kaca. Terbayang saya masih melambatkan Sholat karena meeting lah,
mengajar lah, dan lain lain. Masya Allah…
Ibu melanjutkan, Panggilan yang
kedua adalah Panggilan *Haji*
Panggilan ini bersifat halus.
Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya
‘bergiliran’ . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba
yang lain. Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang,
yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan
terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji , berpakaian Ihram dan melafazkan
‘Labaik Allahuma Labaik’, sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah
yang ke dua.
Saat itu kita merasa bahagia,
karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali.
Allah berkata, laksanakan Haji
bagi yang mampu’. Mata saya semakin berkaca-kaca. Subhanallah….. saya
datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan..
…Alhamdulillah…
‘Dan panggilan ke-3 adalah
*KEMATIAN*.
Panggilan yang kita jawab dengan
amal kita. Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara
langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya
menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu , manfaatkan waktumu sebaik-baiknya.
Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah. Insya
Allah syurga adalah balasannya.
Perlu difahami bahwa pengetahuan takdir dan penciptaan berkenaan dengan 2 hal, yaitu pemahaman dari memahami sudut pandang Allah SWT juga kaitannya sebagai Pencipta dan dari memahami sudut pandang manusia itu sendiri juga peranannya sebagai dicipta, bagaimana keduanya dapat Anda koneksikan, hubungan terikatnya dan saling timbal baliknya. Anda harus membuka alam pikiran dan akal Anda seluasnya-luasnya, menyendiri dan tafakur.
Bagi
yang ingin meningkatkan pemahaman ke tingkat atas / Derajat yang lebih
tinggi, penulis menyarankan ada baiknya Anda mencari, mendownload dan
membaca ebook "Madarijus Salikin - Pendakian Menuju Allah" dan "Qadha
dan Qadar" 2 buah karya dari Ibnu Qayim sebagai rujukan keilmuan yang
sangat baik.
Ilmu itu ibarat air, ada yang ngambil se-ember, ada yang ngambil setengker, ada dari comberan yang tercampur kotoran, ada yang mengambil dari kali, dari danau, dan ada yang langsung dari mata air. Tenang dan lembut tapi punya kekuatan besar, ada yang membagi gratis, ada yang membotolkannya dan menjualnya, ada yang mengalang-halangi untuk mengambilnya, dan ada pula yang memudahkan/membantu untuk mengambilnya. Aku hanya ingin mengambil dari mata air, mengambil cukup untuk ku, kemudian membagi ke orang lain dan membiarkan orang lain ada akses langsung ke mata air tersebut. Maklumlah, Siapakah yang bisa mengambil air yang ada diseluruh dunia secara keseluruhan.
Ilmu itu ibarat air, ada yang ngambil se-ember, ada yang ngambil setengker, ada dari comberan yang tercampur kotoran, ada yang mengambil dari kali, dari danau, dan ada yang langsung dari mata air. Tenang dan lembut tapi punya kekuatan besar, ada yang membagi gratis, ada yang membotolkannya dan menjualnya, ada yang mengalang-halangi untuk mengambilnya, dan ada pula yang memudahkan/membantu untuk mengambilnya. Aku hanya ingin mengambil dari mata air, mengambil cukup untuk ku, kemudian membagi ke orang lain dan membiarkan orang lain ada akses langsung ke mata air tersebut. Maklumlah, Siapakah yang bisa mengambil air yang ada diseluruh dunia secara keseluruhan.