Tsamud
adalah nama suatu suku yang oleh sebagian ahli sejarah dikelompokkan ke dalam
bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa
Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran
bernama "AlHijir" terletak
antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku ‘Aad
yang telah habis binasa disapu angin topan yang di kirim oleh Allah sebagai
pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan
risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu
dimiliki dan dinikmati oleh kaum ‘Aad
telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil
berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan ternak yang berkembang biak,
kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas
tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka
hidup tenteram, sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alamiah
dan bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan
mereka.
Kaum
Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka
sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban, tempat mereka minta perlindungan
dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.
Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka
jangkau dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum
Tsamud
Allah
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hambaNya
berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya
untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke
jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan siksaan
kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya
dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum
Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah
dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan
dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan
ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan
mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah
Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan
hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi
mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup
dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah
dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang
tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari
ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah salah satu
dari mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah.
Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan
sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan
sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa
kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka
bahwa dirinya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan
didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada
mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup mereka dan sesudah mereka mati di
akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya
mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan
anjurkan dan agar mereka segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala
itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon
ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka
lakukan.Allah maha dekat kepada mereka mendengarkan doa mereka dan memberi
ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah
kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang
baru yang tidak diduga akan datang dari salahsatu dari mereka. Maka serentak
ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya: "Wahai Saleh! Kami
mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan
pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan
sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk
memimpinkami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi
petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan
kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi
segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir
hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat
dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Enkau
menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami,
persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian
hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap
kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya
dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka
rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka
kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dan azab dari Allah karena menentang
rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi di
atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya,
yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga
besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah mereka atas
usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan
Allah lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi
pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya
terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh
dan beriman kepadanya sedangkan sebagian yang terbesar terutamanya mereka yang
tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan
menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan
berkata kepadanya: "Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan
syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit
gila. Akalmu sudah berubah dan pikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan
tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan
mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah
diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu dari kami
semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara
kami yang lebih patut dan lebih pintar untuk menjadi nabi atau rasul daripada
engkau. Tujuanmu dengan berkata kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar
kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika
engkau merasa bahwa engkau sehat badan dan sehat pikiran dan mengaku bahwa
engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka
hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami
dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan
jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang
mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun dari kalian
sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan dan penerangan kepada kamu. Aku
tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini
yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan kepada-Nya kelak aku
harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu
dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku telah
memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali
kamu harapkan bahwa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan
kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek
moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan
azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan
dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi
Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan
berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak
membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama
dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh
dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam
bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Mukjizat Nabi
Saleh A.S.
Nabi Saleh sadar bahwa tantangan kaumnya yang menuntut
bukti darinya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan
pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para
pengikutnya bila ia gagal memenuhi tantangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh
membalas tantangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil
mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama
dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepada Allah.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum
Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat
untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan
tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan
kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah
batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari dalam batu seekor
unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari
perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia
unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri
di atas bumi Allah ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu
mempunyai giliran untuk mendapatkan minum bagimu dan bagi ternakmu juga dan
ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu
binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan
rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba
pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minum
sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum
tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal tersebut menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan bagaikan duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang
mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan
kehormatan dan menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah
menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari
kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternak yang merasa jengkel
dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang berkeliaran di ladang dan
kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh
Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud
untuk mengatur rencana pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih
dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya
diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan
binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan
yang kaya raya menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang dapat
membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang
mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah
seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yyang menggiurkan dari kedua wanita itu
di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama
Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan
pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian
yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah
mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah
kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam
perjalanannya ke perigi tempat unta tersebut minum. Dan begitu unta yang tidak
berdosa melintas lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang disusul
oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh
unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat
sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan
mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang
gemilang.
Berkata mereka kepada Nabi Saleh: "Wahai Saleh!
Untamu telah mati dibunuh, datangkanlah akan apa yang engkau katakan dulu akan
ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang
yang terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu,
bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu.
Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah akan tibanya masa azab yang
Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang
Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan
meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini
kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah
kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah
melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi
kesempatan, agar mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta
beriman kepada Nabi Saleh dan menuruti ajarannya.
Akan tetapi kenyataannya dalam tiga hari itu bahkan
menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat
datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab
Allah Yang Dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan
menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari
pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi
kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan
pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh
kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta
merencanakan pembunuhan atas diri Nabi Saleh yang akan melaksanakan pembunuhan
itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari
tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka
sebagai pembunuhnya. rencana mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui
dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh untuk
melaksanakan rencana jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap
berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari
arah mana datangnya dan yang seketika merobohkan mereka di atas tanah dalam
keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindingi rasul-Nya dari
perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah
ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin
pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan
penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat
beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan dalam AlQuran berjumlah 72 ayat dalam
11 surah di antaranya surah Al-A'raaf[7]: 73-79; surah Hud[11] ayat 61-68 dan
surah Al-Qamar[54]: 23-32.
Pelajaran Dari
Kisah Nabi Saleh A.S.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini
adalah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil
warga masyarakat dapat berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu
seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan
bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah
yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita
melakukan amal ma’ruf nahi mungkar.
Karena dengan melakukan tugas amal ma’ruf
nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak
berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat,
MADAIN SALEH
Sisa-sisa Kehancuran Kaum Tsamud
Kaum Tsamud dikenal sebagai
arsitektur dan entrepreneur yang hebat pada masanya.
Gunung yang dipahat kaum Tsamud dan dijadikan sebagai tempat
tinggal mereka. Tempat tinggal mereka itu terletak di wilayah Madain Saleh, sekitar
440 km dari Madinah. Kaum Tsamud dikenal sebagai arsitektur yang sangat ulung
karena mereka mampu membuat rumah yang dipahat di gunung-gunung.
Dalam
AlQuran banyak sekali dijelaskan tentang kehancuran bangsa-bangsa atau kaum
terdahulu, yaitu kaum yang tidak mau beriman kepada
Allah SWT. diantaranya bangsa ‘Ad (umat Nabi Hud AS), kaum Tsamud (umat Nabi
Saleh AS), bangsa Madyan (umat Nabi Syuaib AS), kaum Nabi Luth AS, Nabi Ibrahim
AS serta kaum Nabi NuhAS.
Seperti
umat lainnya, umat Nabi Saleh AS yaitu kaum Tsamud, juga dihancurkan karena
mereka tidak mau beriman kepada Allah dan tidak mengakui Saleh sebagai seorang
Nabi. Mereka dihancurkan oleh Allah dengan adzab yang sangat mengerikan, yakni
berupa petir yang menggelegar sehingga meruntuhkan bangunan tempat tinggal
mereka.
“Dan satu suara yang keras yang
mengguntur menimpa orang-orang yang zhalim itu, lalu mati bergelimpangan di
tempat tinggal mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu.
Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS. Hud[11]:67-68)
Sebelumnya,
kaum Tsamud ini diperintahkan untuk menyembah Allah dan mengikuti ajakan Nabi
Saleh. Namun mereka enggan melakukannya. Bahkan, ajakan Nabi Saleh itu justru
dianggap oleh mereka sebagai penghinaan terhadap kaum Tsamud. Di saat mereka
mengikuti dakwah Nabi Saleh, mereka ingin bukti bahwa Nabi Saleh adalah seorang
utusan Allah dengan sebuah mukjizat agar mereka bisa percaya.
Dan ketika ditanya apakah bila mukjizat itu diberikan, mereka mau beriman? Mereka mengatakan akan mengikutinya. Maka Nabi Saleh memohon kepada Allah agar menunjukkan kuasa-Nya. Allah memberikan mukjizat berupa seekor unta betina yang keluar dari sebuah batu besar. Awalnya, mereka mempercayainya. Namun kemudian mereka ingkar dan malah membunuh unta betina tersebut. Kemudian Nabi Saleh AS memperingatkan umatnya. Cerita ini terdapat dalam surah Hud [11]: 61-68; Ibrahim [14]: 9; Al-A’raaf [7]:75-77; An-Naml [27]: 47-50; Al-Qamar [54]: 23-26; dan Asy-Syu’araa [26]:141-158.
Karena sikap mereka yang sombong dan angkuh itu, maka mereka pun
harus menerima akibatnya dan dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana telah
dilakukan pada kaum ‘Ad, umatnya Nabi Hud AS.
Bukti Arkeologis
Berdasarkan
hasil studi arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan
bangsa Tsamud ini, para peneliti arkeologi berhasil menemukan dan mengungkap
keberadaan kaum Tsamud, diantara Yaman Selatan dan Utara Madinah, yang disebut
dengan nama Madain Saleh.
AlQuran
menyebutkan, kaum Tsamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup
mereka. Kaum Tsamud dan peninggalannya, seperti disebutkan dalam AlQuran,
merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak temuan arkeologis saat ini.
Menurut
penjelasan AlQuran, kaum Tsamud merupakan anak cucu
dari kaum ‘Ad. Hal ini dibuktikan dengan temuan arkeologis tentang
keberadaan dan kehidupan mereka. Dijelaskan, kaum Tsamud dulunya hidup di Utara
Semenanjung Arab yang berasal dari Selatan Arabia, tempat kaum ‘Ad pernah
hidup.
Sumber-sumber
sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Tsamud benar-benar pernah
ada. Masyarakat al-Hijr (batu)
sebagaimana disebutkan dalam AlQuran adalah sama dengan kaum Tsamud. Nama lain
dari Tsamud adalah Ashab al-Hijr.
Dalam
Ensiklopedia Islam, kata Tsamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu diantara
beberapa kota yang dibangun oleh orang-orang tersebut.
Seperti umat Nabi Hud yaitu kaum ‘Ad, ahli geografi Yunani yang
bernama Pliny menggambarkan, bahwa Domatha dan
Hegra adalah lokasi tempat tinggal kaum Tsamud. Tempat tersebut hingga kini dikenal
dengan nama Kota Al-Hijr.
Sumber tertua yang berkaitan dengan kaum Tsamud adalah hikayat
kemenangan Raja Babilonia, Sargon II (abad 8 SM) yang mengalahkan kaum Tsamud
dalam pertempuran di Arabia Selatan.
Bangsa Yunani juga menghubungkan kaum ini sebagai Tamudaei, yakni
Tsamud sebagaimana ditulis Aristoteles, Ptolemeus dan Pliny. Kaum Tsamud ini
diperkirakan hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, sekitar tahun 800 SM.
Dalam AlQuran, kaum ‘Ad dan Tsamud disebutkan secara bersamaan.
Menurut para ahli tafsir, terdapat sebuah hubungan antara kedua kaum ini. Dan
kaum ‘Ad pernah menjadi bagian dari sejarah kaum Tsamud.
Nabi
Saleh AS memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dan pelajaran dari
kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum ‘Ad). Sementara kaum ‘Ad
ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum
‘Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh AS. ketiga kaum ini mempunyai
hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut
AlQuran, kaum yang pertama kali dihancurkan adalah kaum Nuh.selanjutnya kaum
Nabi Hud (‘Ad), kaum Nabi Saleh (Tsamud), kaum Nabi Luth yang melakukan
hubungan sejenis, kemudian berturut-turut, kaum Nabi Musa (Firaun), kaum Nabi
Syuaib (Madyan).
Menurut
Harun Yahya dalam bukunya Jejak Bangsa-bangsa
Terdahulu, umat Nabi Nuh dihancurkan pada tahun 3000-2500 SM, kaum Ibrahim dan
Luth awal tahun 2000 SM, umat Musa tahun 1300 SM, umat Hud (‘Ad) 1300 SM dan
umat Nabi Saleh (tsamud) sekitar tahun 800 SM.
Dalam
beberapa sumber, urutan tersebut diatas belum sepenuhnya tepat. Namun dari data
itu akan dihasilkan sebuah rangkaian yang sangat runtut (tertib), baik menurut
AlQuran maupun data-data sejarah.
Sementara
itu, menurut Sami binAbdullah Al-Maghluts
dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan
Rasul, Nabi Nuh AS hidup pada 3993-3043 SM, Nabi Hud AS pada 2450-2320 SM,
Nabi Saleh AS pada 2150-2080 SM, Nabi Luth AS pada 1950-1870 SM, Nabi Musa AS
pada 1527-1407 SM.
Pahatan Batu
Dari
beberapa keterangan yang ada, Brittanica
Micropedia menyebutkan bahwa di Arabia Kuno, sekelompok suku tampaknya
telah memiliki keunggulan sejak sekitar abad 4 SM sampai pertengahan awal abad
7 M. meskipun kaum Tsamud kemungkinan asal-usulnya dari Arabia Selatan, sebuah
kelompok besar rupanya pindah ke Utara pada awal-awal tahun, secara tradisional
berdiam di lereng gunung (jabal) Athlab.
Penelitian arkeologis terakhir mengungkapkan sejumlah besar batu bertulis dan
gambar-gambar kaum Tsamud tidak hanya di Jabal
Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia Tengah (Brittanica Micropedia, Vol. 11, hlm 672).
Salah satu gunung yang dijadikan
rumah oleh kaum Tsamud.
Pada
sekitar 2000 tahun silam, kaum Tsamud telah mendirikan sebuah kerajaan bersama
bangsa Arab lain dan diberi nama Nabataeans.
Saat ini di lembah Rum yang juga disebut dengan Lembah Petra di Yordania dapat
dilihat berbagai contoh karya pahat batu yang terbaik peninggalan kaum ini.
Sebagaimana
disebutkan dalam AlQuran, Kaum Tsamud memiliki kemahiran dan keahlian dalam
bidang pertukangan ukiran dan pahatan.
“Kamu dirikan istana-istana di
tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah,
maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raaf [7]: 74)
Brian
Doe, seorang peneliti arkeologi tentang keberadaan kaum Nabi Hud AS. (‘Ad) dan
kaum Tsamud di Arabia Selatan menyatakan, kaum Tsamud ini dikenali melalui
tulisan pahatan yang mereka buat pada dinding-dinding batu. Tulisan yang secara
grafis itu sangat mirip dengan huruf Smaitic
(dikenal juga dengan Thamudic) dan
banyak ditemukan di Arabia Selatan sampai ke Hijaz. (Brian Doe, Southern Arabia, Thames and Hudson,
1971, hal 21-22).
Tulisan
yang pertama ditemukan di daerah utara Yaman yang dikenal sebagai Tsamud,
dibawa ke selatan dan Hadramaut oleh Ru’bah Khali, ke barat oleh Shabwah.
Seperti halnya kaum ‘Ad, peninggalan kaum Tsamud banyak ditemukan di daerah
sekitar Hadramaut, Yaman. Walaupun telah dihancurkan oleh Allah selama ribuan
tahun, namun sisa-sisa peninggalan mereka berupa bangunan dan karya seni hingga
kini masih dapat ditemukan di sekitar Hadramaut dan di kota Madain Saleh
sebelah utara Madinah.
Madain Saleh; Warisan Dunia
Kota
bekas peninggalan umat Nabi Saleh AS, yaitu kaum Tsamud di Al-Hijr (Madain
Saleh) kini menjadi salah satu kota warisan dunia. Badan PBB untuk pendidikan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO), pada awal juli 2008 lalu telah
mengesahkan kota tua Madain Saleh yang terletak di utara Madinah itu sebagai
salah satu warisan dunia (World Heritage
Site).
Kaum
Tsamud dan Nabatea yang menetap di Madain Saleh adalah situs bersejarah yang
memiliki 132 kamar dan kuburan. Tempat ini terletak sekitar 440 km di sebelah
utara Madinah. Peninggalan yang masih bisa dilihat disini adalah ukiran dan
pahatan pada tembok, menara, serta sejumlah saluran air dan bak-bak air.
Selain itu, para arkeolog juga
menemukan batu bata rumah warga yang dianggap sebagai sisa peninggalan umat
Nabi Saleh di Nabatea yang terpelihara baik setelah Petra dan berlokasi sekitar
440 km arah utara Madinah yang berbatasan dengan Yordania. Kota Madain Saleh
menjadi situs warisan dunia yang pertama di peroleh Arab Saudi.
Tsamud;
Entrepreneur Ulung
Kaum
Tsamud dikenal sebagai entrepreneur ulung di masanya. Berbagai karya seni
pahat, ukiran dan pertukangan adalah contoh kemahiran dan keahlian mereka. Dalam
AlQuran, keahlian mereka diabadikan dala surah Al-A’raaf [7]: 74,
“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan
menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan
memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanah yang
datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raaf [7]: 74).
Para
Arkeolog berhasil menemukan sejumlah batu karang dari hasil budaya kaum Tsamud,
yang terdapat di gunung-gunung dan lembah-lembah di sekitar Arabia Selatan dan
Tengah. Misalnya di gunung Athlab, mereka menemukan tembikar sisa peninggalan
kaum Tsamud.
Salah satu peninggalan kaum Tsamud
di Al-Hijr, Utara Madinah
Karena
keahlian dan kepandaiannya itu, hasil ukiran yang dibuat kaum Tsamud dijadikan
sebagai barang dagangan dengan komoditas lainnnya. Sebagian lagi dibuat hiasan
di rumah-rumah mereka.
Produk
utama kaum Tsamud adalah barang pecah-belah (tembikar) yang unik, dan memiliki
nilai seni yang berkualitas tinggi, sedangkan produk lainnya berupa kemenyan
dan rempah-rempah. Dari hasil perdagangan tersebut memberikan kekayaan,
sehingga memungkinkan mereka membangun istana, rumah yang dipahat dan makam
pada batu karang.
Pada
sekitar 200 SM, kaum Nabatea menggantikan kaum Tsamud menguasai kota Dedan
(Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh). Situs arkeologi penting ditemukan di
kota Al-‘Ula yang telah dihuni hingga tahun 1970. Ini merupakan sebuah
percontohan kota Islam yang dikenali kembali pada abad ke-11 Masehi.
Khuraibah
merupakan sebuah situs Kerajaan Lihyanite, yang terdapat sejumlah besar makam.
Ditemukan pula Ikmah yang merupakan sebuah sungai (wadi) pada batunya terdapat
prasasti Lihyanite dan Minea.
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan
kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diartikan sebagai persetujuan dan
penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.