Dalam
pembahasan kali ini kami menggunakan nama kelompok Islam untuk membedakannya
dengan aliran Islam, karena sebagian dari kelompok Islam ini merupakan suatu organisasi
yang mengikuti salah satu aliran di atas. Tetapi karena banyaknya organisasi
dan kelompok Islam di Indonesia kami hanya menyebutkan sebagian saja dari mereka.
1.
Muhammadiyyah
Pemimpin : K.H. Achmad Dahlan
(nama asli:Muhammad Darwis,1868-1923 M)
Pemimpin sekarang : Prof. Dr. H.
M. Din Syamsuddin MA
Aktif mulai : 1912
Pendapat :
-
Mengembalikan umat Islam pada agama Islam
yang sebenarnya yaitu kembali pada Al-Quran dan Hadits
-
Mengikis habis bid'ah, kufarat,
takhayul, dan klenik
-
Membuka pintu ijtihad dan membunuh
taqlid yang membabi buta
2.
Nahdatul Ulama (NU)
Pemimpin : K. H. Hasyim Asy'ariy
(1947 M)
Aktif sejak : 31 Januari 1926
Pemimpin sekarang : K.H. Hasyim
Muzadi
Pendapat :
-
Mempertahankan dan mengembangkan paham
Ahlus Sunnah di Indonesia
-
Menegakkan syariat Islam menurut haluan
Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam hal ini 4 Madzhab terbesar : Hanafi, Maliki,
Syafi'i dan Hanbali
-
Dalam tasawuf mengikuti paham Abul Qasim
Junaidi Al-Bagdadiy
3.
Syi'ah (menyimpang secara syariat)
Aliran Syi'ah yang berkembang di
Indonesia adalah Syi'ah Itsna 'Asyariyyah (Imamiyyah), dan mempunyai pengikut
puluhan ribu dibawah bendera IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang
berpusat di Jakarta.
Menurut M. Yunus Jamil dan A.
Hasymi kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah kerajaan
Peureulak (Perlak) yang konon didirikan
pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut pedagang muslim asal
Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan penduduk
setempat. Belakangan mereka mengangkat seorang Sayyid Mawlana Abd a-Aziz Syah,
keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi'ah, sebagai sultan
Perlak 11.
Dalam salah satu wawancara Prof.
Dr. K.H. Quraish Syihab menyatakan MUI menganggap bahwa Syiah adalah termasuk
salah satu mazhab yang benar sebagaimana yang diakui oleh Rabithah Alam Islamy
dan itu diakui oleh Al-Azhar. Bukti konkretnya, jamaah haji Syiah boleh masuk
ke Masjidil Haram. Kalau mereka memang sesat, seharusnya tidak boleh masuk. (MUI
: Syiah bukan ajaran sesat, Majalah Syiar, 9 Desember 2007)
Mungkin yang dimaksud adalah
Syi'ah Zaidiyah karena ulama-ulamanya seperti Asy-Syaukaniy dan Ash- Shan'aniy
diakui sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bukan Syiah Imamiyyah karena banyak
pendapat mereka tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.
4.
Jama'ah Tabligh
Jama'ah Tabligh Di Indosesia
berkembang sejak l952, dibawa oleh rombongan dari India yang dipimpin oleh
Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai marak pada awal 1970- an. Mereka menjadikan
masjid sebagai pusat aktivitasnya. Tak jelas berapa jumlah mereka, karena
secara statistik memang susah dihitung. Tetapi yang jelas, mereka ada di
mana-mana di seluruh penjuru Nusantara.
Pendirinya : Syaikh Muhammad
Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi.(1303-1363)
Kelompok ini aktif sejak 1920-an
di Mewat, India. Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin,
India.
Pendapat mereka :
-
Mengembalikan Islam pada ajarannya yang
kaffah (menyeluruh)
-
Mengharuskan pengikutnya khuruj (keluar
untuk berdakwah) 4 bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari
setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu.
-
Menjauhi pembicaraan tentang fiqih,
masalah-masalah politik, aliran-aliran lain dan perdebatan
-
Keyakinan tentang keluarnya tangan
Rasulullah dari kubur beliau untuk berjabat tangan dengan asy-Syaikh Ahmad
Ar-Rifa'i
-
Hidayah dan keselamatan hanya bisa
diraih dengan mengikuti tarekat Rasyid Ahmad al-Kanhuhi
-
Sikap fanatis yang berlebihan terhadap
orang-orang shaleh dan berkeyakinan bahwa mereka mengetahui ilmu gaib
-
Keharusan untuk bertaqlid
5.
Majlis Tafsir Al-Quran
Pendiri : Abdullah Toufel Saputra
Aktif : 19 September 1972.
Pemimpin sekarang : Drs. Ahmad
Sukina.
Kelompok ini tersebar di
Indonesia dan untuk saat ini memiliki 130 cabang .
Pendapat :
-
Mengembalikan umat Islam pada Al-Quran
dan Hadits
-
Mengikis bid'ah dan khufarat di umat Islam
6.
Front Pembela Islam
Pemimpin pertama : KH Cecep
Bustomi
Pemimpin sekarang : Habib Rizieq
Syihab
Aktif sejak : 17 Agustus 1998
Pendapat :
-
berakidah ahlussunnah wal jamaah
7.
Hizbut Tahrir
Pendiri : Syekh Taqiyuddin
An-Nabhahani
Berdiri : 1953 di Al-Quds,
Jerussalem sebagai partai politik Islam
Pemimpin pertama : Abdurahman
Albagdadi
Aktif sejak : 1982-1983
Pendapat :
-
Menggagas terbentuknya negara Islam
sedunia alias khilafah Islamiyah
-
Demokrasi itu tidak Islami, .karena
demokrasi adalah kedaulatan itu di tangan rakyat. Implikasinya hak membuat
hukum ada di tangan rakyat, bukan di tangan Allah. Jika demikian. Maka
demokrasi itu bertentangan dengan Islam yang mengakui hak membuat hukum itu
hanya milik Allah.
8.Wahabi
Pendiri gerakan ini adalah
Muhammad bin Abdul Wahab (1702-1787 M). Dalam Munjid disebutkan bahwa tariqat
mereka dinamai Al-Muhammadiyyah dan fiqih mereka berpegang pada madzhab Hanbali
disesuaikan dengan tafsir Ibnu Taimaiyyah.
Pendapat-pendapat mereka :
-
Tawassul, Istigozah adalah syirik
-
Ziarah kubur hukumnya haram
-
Menghisap rokok haram
-
Mengharamkan membangun kubah atau
bangunan di atas kuburan
-
Membagi tauhid menjadi dua : Tauhid
Uluhiah dan Tauhid Rububiyyah
Untuk
wahabi diatas, porsi lainnya itu salafi. Pendapatnya diatas tergantung anda
memahami dalam kadar dan batasan apa haram dan tidaknya. Bagaimana, kenapa, dan
rujukannya kemana, dalilnya kya apa. Juga tidak melulu Muhammad
bin Abdul Wahab,
tapi juga merujuk ke semua ulama salaf dan para salaf. Apakah benar-benar
pernah ada secara pasti gerakan atau kelompok/organisasi yang benar-benar dibuat/didirikan
oleh Muhammad
bin Abdul Wahab pada semasa hidupnya,
penulis tidak tahu pastinya. Apa Anda tau, pernah ada pada masa hidupnya?
Saat
mulai rajin nulis blog ini, mulai ketemu : Ada situs-situs yang seakan-akan kya
salafi tapi melihat cara pembahasannya tidak mirip cara pandang salafi
menyikapi persoalan, tidak mirip cara salafi menjelaskan dalil, juga bila mengambil
kutipan ulamanya, kya seperti maknanya tidak sesuai dengan apa maksud ulamanya
atau memang seakan-akan pendapat ulama terdahulu itu disimpangkan secara
sengaja. Kesannya seakan-akan kya "ini loh wahabi kya ini". Trus ada
juga situs-situs kya nahdiyin, tapi cara menyikapi persoalan, cara pandangnya tidak
mirip nahdiyin tulen, juga pandangan pada kutipan pandangan ulamanya, bila
dilihat pada kitab ulama tsb, juga beda/agak beda maknanya/maksudnya. Umumnya
situs itu gembar-gembor diluar kalangannya, semua dianggap wahabi, yang
"pemurnian" dianggap semua wahabi, mereka saja adalah aswaja (kya yang
dinegeri syam tidak, dan iman akhir jaman ada di syam, umat terbaik berkumpul
di syam), jadi sama juga ngafirin yang lain-lain diluar kalangannya. Jadi ada
situs-situs seakan salafi yang dikesankan wahabi atau menjatidirikan wahabi
sedangkan ada situs-situs kya nahdiyin yang meng-wahabi-wahabi-kan. Dikesankan
berlawanan, kya adu domba kesannya buat penulis.
Penulis sendiri lebih dekat pada pandangan "pemurnian", meskipun keluarga besar penulis turunan adalah dekat nahdiyin. Bagi saya ibnu taimaiyyah, ibnu qayim, ibnu katsir dll adalah guru-guru juga.
Waktu ktemu situs-situs itu, baru ngerti juga kenapa dulu tuh, (pengalaman pribadi) waktu disebuah masjid (berkumpul dengan sebuah golongan), ada yang ngina-ngina ibnu taimaiyyah, ibnu qayyim. Padahal saya sudah pernah baca beberapa kitabnya, dan menurut saya pandangannya agamanya bagus, patut jadi teladan pengajaran. Saya nga pandai debat secara lisan, juga bila waktu itu punya duit sih, rasanya mendingan beli buka ibnu qayyim trus kasih mereka, suruh baca dulu, klo sudah clear ma pandangannya baru silahkan ngina atau tidak. Bagaimana bila yang kau hina itu ternyata saudaramu, masih adalah sesama aswaja. Bisa fitnah kan tanpa tabayyun dulu. Ternyata ktemu juga di net, situs-situs dimana pandangan ibnu qayyim diplintir-plintir gitu. Mungkin mereka termakan hal ini dan kemudian merujuknya kepada dan dari informasi-informasi situs-situs kya itu. Ya mungkin saja.
Misalnya
sebelum menuduh, apakah telah membaca kitab karangannya, dan bila telah
membaca kitab-kitab karangannya dan kemudian menganggap lemah atau ada
salah dalam sudut pandangan dari Muhammad bin Abdul Wahab,
mengapa tidak membuat kritikan/nasehat ilmiah terbuka. Bila kritikan
ilmiah ini malah lebih lemah, kemungkinan bakal ada yang counter, nah
dari dua tanya jawab atau kupasan karya atau bedah buku ini, maka yang
lain juga akan bisa mengambil manfaat atau mencari/memahami mana
pendapat yang terkuat, menurut apa yang ia fahami dalam syariat agamanya
dan dasar harapan, bahwa Allah lah pemberi petunjuk untuk memahamkan
dirinya akan mana pendapat yang kuat, bila layak.
Dan satu lagi, madarijus salikin itukan membahas hal-hal yang ada dalam
pengajaran tasawuf (atau mungkin juga dengan nama lain atau bisa dinamakan ilmu
hati, obat hati, pembersih hati, dsb) jadi sebenarnya juga tentu ia paham pula
yang diinginkan dari pemahaman tasawuf itu, hal tersebut, dengan cara ia
memahami tasawuf seperti apanya dengan caranya atau tarekatnya pula secara tersendiri
ya seperti itulah tarekatnya.
9.Bahai
(menyimpang secara syariat)
Pendirinya adalah : Mirza Husein
Ali Bahaullah (1892M)
Kepercayaan ini mulai timbul di
kalangan Syiah Imamiyyah di Iran pada abad ke 19 M dengan munculnya Mirza Ali
Muhammad (1852 M) yang mendirikan dirinya sebagai al Bab (pintu) bagi kaum
Syiah dan umat Islam lainnya untuk menghubungkan mereka dengan Imam yang lenyap
dan ditunggu kehadirannya pada akhir jaman. Ia menyerukan untuk menyatukan
agama Islam, Nasrani dan Yahudi sehingga menimbulkan kehebohan dan ia ditangkap
dan dijatuhi hukuman mati di Tibriz tahun 1853 M. Salah satu muridnya Mirza
Husein Ali Bahaullah kemudian mengaku sebagai wakil dari Mirza Ali Muhammad
Al-Bab dan mengembangkan ajaran-ajarannya sampai ia mati. Kelompok ini diusir
oleh Kerajaan Syah Iran dan dilarang di Mesir, bahkan Al- Azhar mengeluarkan
fatwa bahwa aliran keluar dari Islam dan sudah tidak Islam lagi. Aliran ini
meluas ke Dunia Barat pada tahun 1980, dan pada tahun 1920 mengadakan pusat
bahai yang kuat di Amerika. Dewasa ini bahai terdapat di lebih dari 260 kota
dunia.
Pendapat-pendapat mereka :
-
Menggabung agama Islam dengan Yahudi,
Nasrani dan lainnya.
-
Menolak Poligami kecuali dengan alasan
dan tidak boleh dari dua istri.
-
Shalat hanya sembilan rakaat dan
kiblatnya Istana Bahaullah
-
Melakukan puasa sebulan tapi hanya 19
hari
-
Tidak melakukan shalat Jumat hanya
shalat jenazah saja
-
Melakukan haji dengan mengunjungi rumah
Al-Bab, tempat ia dipenjarakan, dan rumah-rumah para pembesar
-
Zakat harta sepertiga dan diberikan
kepada dewan pengurus perkumpulan
-
Riba diperbolehkan
-
Jihad haram dilakukan
-
Talak 19 kali Janda boleh menikah
setelah membayar diyat (tanpa ‘iddah), duda tidak boleh kawin sebelum 90 hari.
-
Kewarisan 9/60 untuk anak, 8/60 untuk
suami, 7.60 untuk ayah, 6/60 untuk ibu, 1.60 untuk saudara perempuan, 3/60
untuk para guru. Selain mereka tidak dapat.
-
Hukum atas perzinaan adalah membayar
uang ke baitul mal
-
Wanita mendapat warisan yang sama dengan
laki-laki
-
Tidak mempercayai hari akhirat
10.Ahmadiyah
(menyimpang secara syariat)
Pendirinya adalah Mirza Ghulam
Ahmad.(1936-1908 M), Ia lahir di Pakistan ditengah-tengah kelompok Syiah Ismailiyyah.
Pada tahun 1884 ia mengaku mendapat ilham dari Allah, kemudian pada 1901
mengaku dirinya menjadi nabi dan rasul, yang diingkari oleh kelompok Ahlus
Sunnah dan kelompok Syi'ah seluruh dunia.
Ahmadiyah terbagi menjadi dua
kelompok
Ahmadiyah Qadiyan : menganggap
Mirza sebagai nabi
Ahmadiyah Lahore : menganggap
Mirza sebagai mujaddid (pembaharu Islam)
Pendapat-pendapat mereka :
-
Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai
Nabi (Qadiyan)
-
Orang Islam yang tidak sepaham adalah
orang kafir
-
Mengharamkan jihad
11.HIDAYATULLAH
Hidayatullah
didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 (kalender Islam: 2 Dzulhijjah 1392 Hijr)
di Balikpapan dalam bentuk sebuah pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm),
kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah,
pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di
Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di
Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi
kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.
Sejak
1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah ( STIEHID ) di Depok, Sekolah Tinggi
Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah
Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk
pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan
biaya hidup) bagi mahasiswa STAIL dan STIS dengan pola ikatan dinas. Da'i ini
kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu
menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.
Sebagai
organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri
sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah
dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat
terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.
Metode
(manhaj nubuwwah') Hidayatullah yaitu berpegang pada al Qur’an dan as-Sunnah
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada
pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu
ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab
wal-hikmah) dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.
12.IKHWANUL
MUSLIMIN
Ikhwanul
Muslimin (Muslim Brotherhood atau IM) merupakan sebuah kelompok dalam Islam
yang didirikan oleh Syaikh Hassan Al Banna di Mesir, tepatnya di Ismailiyah
pada 1928 M dua tahun setelahnya lahirnya NU yaitu pada 31 Januari 1926 M.
Syaikh Al Hassan Al Banna mendirikan IM bersama beberapa tokoh lainnya seperti
Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah,
Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi.
Menurut
Wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH. Said Abdurrahim dalam salah satu
kitabnya bahkan menilai Syaikh Hasan al- Banna termasuk salah satu mujaddid
abad 14 H. KH.Said Abdurrahim adalah pengasuh PP MUS Sarang Rembang Jateng
(menantu KH Mas Subadar). Di pesantren yang beliau asuh juga kitab Al- Islam
karya Said Hawwa diajarkan. Said
hawwa adalah salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin.
hawwa adalah salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin.
Di
Indonesia sendiri, IM baru datang sekitar tahun 1930. Dalam proses kemerdekaan
Indonesia, IM memiliki peran dalam mendesak negara Mesir untuk mengakui secara
de facto kemerdekaan RI walaupun Mesir pada saat itu belum sepenuhnya Merdeka.
Akhirnya Vatikan pun mengakui kemerdekaan Indonesia.
Adapun
kalau dilihat dari pemikiran pendiri IM dan pada sebagian pengikut Ikhwanul
Muslimin, justru memiliki kesamaan dengan Nahdlatul Ulama (NU), khususnya dalam
pemikiran bidang aqidah, bermadzhab dan tradisi-tradisi tertentu. Sehingga
tidak salah bila dikatakan bahwa Ikhwanul Muslimin dan pengikut IM yang asli
adalah NU.
NU
sebagai penganut madzhab aqidah Asy’ariyah dalam menyikapi ayat-ayat
mutasyabihat memiliki dua sikap yaitu manhaj tafwidh (menyerahkan ta’wilnya
(makna yang lain tersebut) kepada Allah) dan takwil (memberi ta’wil berdasarkan
ilmu bahasa Arab) sebagaimana dilakukan oleh salaf maupun khalaf. Ternyata
paham Syaikh Hasan Al Banna pun sama, sebagaimana tertuang dalam kitab Risalah
al-‘Aqaid . Bahkan Said Hawa, tokoh besar Ikhwanul Muslimin, dalam Jaulat fil
Fiiqhain : al-Kabir wa al-Akbar , menyatakan bahwa para imam umat Islam sejak
dahulu didalam fiqh dan aqidah adalah para imam mereka dalam tasawuf. Umat
Islam sudah menyerahkan urusan pembahasan detial aqidahnya pada Abul Hasan
al-As’ari dan Abu Manhsur al-Maturudi. Ini pernyatan yang sangat “NU”
Telah
ditegaskan oleh seorang tokoh besar Ikhwanul Muslimin periode pertama yakni
Sa’id Hawa dalam kitabnya Jaulat fil Fiiqhain : al-Kabir wa al-Akbar sebagai
berikut : “Sesungguhnya kaum Muslimin sejak masa- masa yang lalu para imam
mereka di dalam akidah dan fiqih adalah para imam mereka di dalam tasawwuf dan
suluk kepada Allah Ta’ala. Maka para imam mereka di dalam akidah seperti Abil
Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturudi “
Dia
juga mengatakan : “Umat Islam ini telah menyerahkan urusan akidahnya pada dua
tokoh yaitu Abul Hasan al- As’ari dan Abu Manhsur al-Maturudi “
Bahkan
Hassan Al Banna pernah menyatakan mujassimah dan musyabbihah bukan bagian dari
Islam. Beliau mengatakan : “Kami bekeyakinan bahwa pendapat salaf yaitu
mendiamkan dan menyerahkan pengetahuan makna-mana ayat (mutasyabihat) ini
kepada Allah Ta’ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti “.
Di
akhir pembahasan, beliau menyimpulkan : “Kesimpulan pembahasan ini adalah
sesungguhnya ulama salaf dan kholaf sepakat bahwa yang dimaksudkan (dalam ayat
shifat atau mutaysabihat) adalah bukanlah makna zahir yang dipahami antara
manusia, ini disebut dengan takwil jumlah (takwil secara umum). Mereka juga
sepakat bahwa setiap takwil yang bercanggah dengan asal-asal syare’at tidaklah
boleh, maka perbedaan yang terjadi di dalam lafaz-lafaz itu berputar hanya pada
sesuatu yang dibolehkan syare’at saja, dan ini adalah ringan sebagaimana engkau
lihat.
Syaikh
Hasan Al Banna pun bertasawuf serta mendapatkan ijazah Thariqat Khashafiyyah.
Hal ini disebutkan dalam kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah. Sadi Hawa,
dalam Tarbiyatuna ar-Ruuhiyyah, kembali memberikan pengakuan bahwa dalam
menerapkan dakwah Ikhwanul Muslimin, ia ingin agar umat Islam tahu bahwa dakwah
Shufiyyah adalah dakwah Hasan Al Banna.
“Aku
selalu rajin dan rutin menghadiri majlis tersebut di masjid Taubah setiap
malam, dan aku menanyakan kepada muqaddim (pemuka) tersebut, maka aku tahu
bahwa beliau adalah seorang laki-laki shalih yang telah berjumpa syaikh. Maka
aku mengharap untuk mengidzinkan aku mendapat perjanjian bersamanya, dan beliau
menjanjikanku untuk menemukanku kepada syaikh Abdul Wahhab jika sudah datang,
padahal aku sejak dulu hingga masa kini belum pernah berbaiat dalam satu
thariqah dengan seorang pun dengan baiat yang resmi, aku dulu hanyalah seorang
yang mencintai mereka. Kemudian hadirlah sayyid Abdul Wahhab ke Damanhur, lalu
aku diajak berjumpa dengannya. Aku sangat senang sekali dengan kabar baik ini,
karena aku mendapatkan langsung baiat thariqah Khashafiyyah asy-Syadziliyyah
darinya, lalu beliau mengajarkan dan mendidik aku serta memberikan
tugas-tugasnya “
Seperti
juga NU dan Aswaja pada umumnya, Hasan Al Banna pun merayakan Maulid Nabi dan
mengingatkan bahwa tradisi Maulid Nabi adalah tradisi mereka. Sebagaimana
dituturkan dalam kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah. Sungguh sangat
“NU” sekali. Dalam Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah karya Hasan Al Banna
pula, ia mengatakan bahwa bagi setiap muslim yang belum mencapai derajat
pengkaji dalam dalil-dalil hukum furu’, diperintahkan untuk mengikuti salah
satu Imam dalam agama. Lagi-lagi, tidak ada bedanya dengan NU.
Dalam
kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah : “Aku ingatkan bahwa di antara
tradisi kami adalah kami melaksanakan peringatan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi
wa sallam di Maukib setelah hadrah setiap malam mulai tanggal satu hingga
tanggal dua belas Rabi’ul Awwal di salah satu rumah anggota kami.
Bukan
cuma ahli shufi dan memperingati maulid nabi, Syaikh Hasan Al Banna bersama IM
juga berjihad melawan Israel karena pembelaan IM terhadap Palestina hingga
Syaikh Yasin pun mendirikan HAMAS sebagai harokah perlawanan di Gaza hingga
hari ini yang merupakan cabang IM. Ini mungkin yang harus di contoh NU
Pandangan
Syaikh al-Qardhawi tentang manhaj Ikhwanul Muslimin :
Dalam
Majalah “ al-Mujtama “ bilangan : 1370 yang keluar pada tanggal 25 Jumadil
Akhir 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 5 Mei 1999 M, yang bertepatan acara
berlalunya masa 70 tahun Ikhwanul Muslimin dalam berdakwah, tarbiyah dan
berjihad, disebutkan pada judul “Keutamaan Dakwah Ikhwanul Muslimin “. Syaikh
al-Qardhawi mengeluarkan pandangannya terhadap dakwah Ikhwanul Muslimin dengan
dua poin penting, salah satu pointnya adalah tentang keterkaitan Ikhwanul Muslimin
dengan Asy’ariyyah.
Syaikh
al- Qardhawi mengatakan : “Persangkaan Ikhwanul Muslimin yang mengaku sebagai
Asy’ariyyah, tidaklah mengurangi kehormatan mereka, kerana umat Islam pada
umumnya (majoritinya) adalah berakidah Asy’ariyyah dan Maturudiyyah. Malikiyyah
dan Syafi’iyyah adalah Asy’ariyyah, Hanafiyyah adalah Maturudiyyah. Semua
fakultas Agama di seluruh Negeri adalah Ast’ariyyah dan Maturudiyyah, al-Azhar
di Mesir, Zaitunah di Tunis, Qarwiyyin di Maroko, Daiduban di Hindi dan
selainnya dari sekolah-sekolah dan Fakultas Agama. Seandainya kami katakan “
As’ariyyah bukanlah Ahlus sunnah, maka sama saja kami menghukumi sesat terhadap
seluruh umat ini atau secara umumnya, maka kami akan jatuh pada perpecahan yang
kami anggap sebagai penyimpangan “
Ini
juga merupakan pengakuan syaikh al-Qardhawi bahwa mayoritas umat Muslim di
seluruh belahan dunia ini adalah berakidahkan Asy’ariyyah dan Maturudiyyah,
Alhamdulillah ini sebuah pengakuan yang jujur.
Kemudian
al-Qardhawi melanjutkan : “Siapakah yang membawa panji pembelaan Ahlus sunnah
dan tekun memerangi musuh Islam sepanjang masa yang lalu kalau bukan ulama dari
Asy’ariyyah dan Maturudiyyah ???
Semua
ulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani,
al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr
ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam,
Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi’i,
Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi. Dari Maroko ada imam ath-Thurthusyi,
al-Maziri, al-Baji, Ibnu Rusyd (datukku) dan Ibnul ‘Arabi al-Maliki, al-Qadhi
Iyadh, al-Qurthubi, asy-Syathibi dan lainnya.
Dari
kalangan Hanafiiyyah ada imam al-Khurkhi, al-Jashshas, ad-Dabusi, as-Sarkhasi,
as-Samarqandi, al-Kasani, Ibnul Himam, Ibnu Nujaim, at-Tiftizani, al-Bazdawi
dan lainnya.
Saudara
kita yang mencaci asy’ariyyah secara serampangan, maka mereka adalah salah dan
ekstrem. Asy’riyyah adalah sebuah kelompok dari Ahlus sunnah al Jama’ah, yang
telah diridhai umat, karena mereka menjunjung al-Quran dan Sunnah sebagai
landasan, maka tidaklah membahayakan mereka sedikit kesalahan dalam beberapa
masalah, atau mereka memilih pendapat yang lemah atau salah, maka mereka adalah
manusia yang berijtihad lagi tidak ma’shum. Tidak akan ditemukan suatu umat
yang selamat dari kesalahan ketika berijtihad. Sama ada dalam amsalah furu’
atau masalah usul. Semua pendapat bisa diterima dan bisa ditolak kecuali ucapan
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam “.
Demikianlah
pandangan seorang cendikiawan muslim Prof. Dr Yusuf al-Qardhawi mengenai dakwah
Ikhwanul Muslimin dan Asy’ariyyah. Dikutip dari nugarislurus.com
Dan
lain-lain sebagainya…